Pembiayaan Pembangunan Perumahan Perumahan
Pembiayaan Pembangunan Perumahan Perumahan
Disusun Oleh:
BARRI MOCHAMAD BURHAN 153060022
Kabupaten Bandung Barat menjadi satu Kabupaten yang memiliki wilayah strategis
yang menghubungkan dua wilayah besar yaitu Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi. Fungsi
Kabupaten Bandung Barat sebagai Kabupaten Inti dari Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
Cekungan Bandung Raya dengan kegiatan utama sebagai pusat jasa dan perdagangan serta
pusat industri kreatif. Sehingga memunculkan potensi usaha diberbagai bidang,terutama
dibidang Properti. Yaitu berbentuk bangunan hotel dan perumahan. Karena bertambahanya
penduduk baik yang tinggal menetap dan wisatawan maka kebutuhan akan tempat tinggal
semakin tinggi baik itu berupa rumah ataupun tempat menginap seperti hotel.
Penggunaan lahan di Kabupaten Bandung Barat saat ini sangat beragam, yaitu
permukiman, jasa, perdagangan, pemerintahan, pendidikan, industri dan pergudangan,
pertahanan dan keamanan. Struktur guna lahan di Kabupaten Bandung Barat saat ini secara
umum merupakan pemanfaatan ruang mix used, yaitu campuran guna lahan permukiman,
industri, militer, dan perdagangan. Jika dilihat dari struktur guna lahan yang ada, hal tersebut
mengindikasikan bahwa kegiatan permukiman dan perdagangan merupakan kegiatan yang
banyak terdapat di Kabupaten Bandung Barat.
Arahan kebijakan infrastruktur yang ada di Kabupaten Bandung Barat yaitu diarahkan
pada pengembangan infrastruktur serta cakupan pelayanan. Adapun masalah yang dihadapi
pemerintah dalam sektor infrastruktur yaitu belum optimalnya aksesibilitas serta kualitas
pendidikan dan kesehatan, serta belum optimalnya layanan dan kualitas infrastruktur
Kabupaten dan sinergis antar wilayah.
Net Present Value (NPV) adalah nilai sekarang dari keuntungan bersih (manfaat
neto tambahan) yang akan diperoleh pada masa mendatang, merupakan selisih antara
nilai sekarang arus manfaat dikurangi dengan nilai sekarang arus biaya (Gittinger, 1986).
Kriteria penilaian untuk Net Present Value (NPV) adalah sebagai berikut:
Jika NPV > 0, maka usaha yang dijalankan layak untuk dilaksanakan.
Jika NPV < 0, maka usaha yang dijalankan tidak layak untuk dilaksanakan.
Jika NPV = 0, maka usaha yang dijalankan tidak rugi dan tidak untung.
2. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat suku bunga maksimum yang dapat
dibayar oleh bisnis untuk sumberdaya yang digunakan karena bisnis membutuhkan dana
lagi untuk biaya-biaya operasi dan investasi dan bisnis baru sampai pada tingkat pulang
modal (Gittinger, 1986). Sedangkan menurut Umar (2005) Internal Rate of Return (IRR)
digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang
diharapkan di masa datang, atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal.
Apabila IRR sama dengan tingkat discount maka usaha tidak dapat mendapatkan untung
atau rugi, tetapi jika IRR < tingkat discount rate maka usaha tersebut tidak layak diusahakan,
sedangkan apabila IRR > tingkat discount rate maka usaha tersebut layak untuk diusahakan.
3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)
Net benefit cost ratio (Net B/C Ratio) adalah perbandingan antara present value yang
dari net benefit yang positif dengan present value dari net benefit yang negatif
(Kadariah,1986). Jika Net B/C ratio >1, maka proyek tersebut layak untuk diusahakan karena
setiap pengeluaran sebanyak Rp. 1 maka akan menghasilkan manfaat sebanyak Rp. 1.
Jika Net B/C < 1 maka proyek tersebut tidak layak untuk diusahakan karena setiap
pengeluaran akan menghasilkan penerimaan yang lebih kecil dari pengeluaran.
Dalam analisis ini metode analisis yang digunakan analisis dengan cash flow dan NPV.
4.2 Pengertian Perumahan
Menurut UUD 1045 dan pasal 28 H amandemen UUD 1945, menjelaskan bahwa
rumah adalah salah satu hak dasar rakyat dan oelh karena itu setiap warga berhak untuk
bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Selain itu rumah
juga merupakan kebutuhan dasar manusia dalam meningkatkan harkat, martabat, mutu
kehidupan, dan penghidupan, serta sebagai pencerminan diri pribadi dalam upaya
peningkatan taraf hidup, serta pembentukan watak, karakter dan kepribadian bangsa.
1. Segi kesehatan, meliputi perencanaan sarana dan prasarana fisik dasar yang baik
seperti penerangan, sirkulasi udara (peranginan), air bersih, saluran air kotor dan limbah,
dan saluran air hujan.
2. Segi kekuatan bangunan, konstruksi dan bahan bangunan terjamin keamanannya.
3. Segi kenyamanan, tersedianya ruang dan luasan yang sesuai dengan kebutuhan
penghuni.
5. Penyediaan ruang, yaitu ruang untuk kegiatan umum dan kegiatan khusus.
2. Rumah sehat tempat berlindung dari cuaca/iklim (panas, hujan, debu dan angin).
Lingkungan Permukiman Sehat menjadikan hidup manusia nyaman, aman, teratur, tertib,
dan tenteram,
Lingkungan Permukiman sehat memberi berbagai kemudahan bagi kehidupan manusia
untuk dapat bekerja dan berusaha secara layak.
Rumah dan Lingkungan Permukiman Sehat mempengaruhi Kualitas kehidupan manusia
menjadi lebih sehat dan produktif dalam suasana kebersamaan dan kesetiakawanan. Rumah
sehat memiliki :
Komponen bangunan rumah : atap, dinding, jendela, pintu, lantai, dan pondasi.
Fasilitas kelengkapan bangunan rumah : sarana air bersih, selokan, kakus, tempat
pembuangan sampah, fasilitas penerangan
Penataan bangunan rumah : perencanaan ruang, konstruksi bangunan rumah
Aturan membangun dan kerukunan bertetangga serta perawatan rumah.
4.4 Kebijakan Terkait Dengan Perumahan
Kebijakan dan strategi pengembangan perumahan dan permukiman di Indonesia
berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No 217/KPTS/M/2002
Tanggal 13 Mei 2002. Kebijakan ini merupakan penjabaran dari Undang-Undang No 4 tahun
1992 Tentang Perumahan dan Permukiman, UU No 10 Tahun 1985 Tentang Rumah Susun,
UU No 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah. Permasalahan perumahan dan
permukiman tidak dapat dilepaskan dari berbagai perkembangan dimensi sosial, ekonomi,
dan lingkungan baik di tingkat lokal, regional, nasional maupun global. Permasalahan
perumahan dan permukiman telah menjadi perhatian masyarakat global. Dalam Agenda
Habitat yang merupakan kesepakatan masyarakat global telah diamanatkan tentang
pentingnya penyediaan hunian yang layak dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat
(shelter for all) dengan mengedepankan strategi pemberdayaan (enabling strategy).
Strategi operasional:
Strategi Operasional:
1. Dana
Bergulir
2. PSD
Permukiman
1. Ru
mah Sewa 3. Kemu
350.000<P<500.000 dahan Sertifikasi
Investasi untuk
2. Ru tanah dan IMB
konstruksi
mah Milik
4. Asura menggunakan
(Swadaya)
nsi Kredit dana murah
(PMP, pinjaman
5. Pening
lunak jangka
katan Kualitas
panjang)
Lingkungan
Bahan bangunan 3. Subsidi Sewa
Masyarakat Berpenghasilan Informal Murah
Rumah milik/ Mengikuti Mekanisme Tanpa bantuan
P.1.300.000
Sewa Pasar (bebas) Program
1. Dana Bergulir
2. PSD Perkim
1. Rumah
Milik 3. Kemudahan
850.000<P<1.300.000 (swadaya) Sertifikasi tanah
dan IMB
2. Rumah
Sewa 4. Asuransi Kredit
5. Subsidi Sewa
500.000<P<850.000
1. Rumah 1. Dana Bergulir
Milik
2. PSD Perkim
(swadaya)
3. Kemudahan
Sertifikasi tanah Jenis Penyediaan
dan IMB Rumah sewa
menggunakan skim
4. Asuransi Kredit
rumah sewa
5. Subsidi Sewa
2. Rumah
Sewa*
Subsidi Sewa (murah)
1. Dana Bergulir
2. PSD Perkim
1. Rumah 3. Kemudahan
Sewa* Sertifikasi tanah
350.000<P<500.000 dan IMB
2. Rumah
Milik 4. Asuransi Kredit
(swadaya)
5. Peningkatan
Kualitas
Lingkungan
6. Bahan Bangunan
P<350.000 Subsidi Sewa (murah)
1. Rumah
Sewa* 1. Dana
Bergulir
2. Rumah
Milik 2. PSD
(swadaya) Perkim
3. Kemudaha
n Sertifikasi tanah dan
IMB
4. Asuransi
Kredit
5. Peningkatan Kualitas
Lingkungan
6. Bahan
Bangunan
7. Pemberday
aan Ekonomi
BAB III
GAMBARAN UMUM
Bentuk dan tata massa bangunan pada awalnya menyangkut aspek-aspek bentuk fisik
karena setting spesifik yang meliputi ketinggian, pemunduran (setbacks), dan penutupan
(coverage). Manfaat perencanaan bentuk dan massa bangunan diantaranya : memperlihatkan
hubungan antara bangunan yang satu dengan bangunan lain, Menciptakan efek visual yang
baik jika bangunan pada suatu daerah dirancang “seirama”. Selain itu, dengan pengadaan
peraturan ini dapat menghindari “desain yang terlalu leluasa”.
Kawasan perumahan Green Residence mempunyai kontur 0-15% dan didominsai oleh
lahan yang landai dibandingkan dengan lahan yang tinggi, kebanyakan untuk lahan yang
tinggi yang berdaa di belakang perumahan merupakan perumahan dengan tipe 4/90, 54/120
dan 72/150. Termasuk pada tipe perumahan menengah.
Pembangunan perumahan Green Residence dengan luas 30.000 m2 atau 3 Ha dengan masa operasi selama 20 tahun. Perumahan Green
residence terdiri dari 3 tipe rumah yang tiap tahunnya biaya pencicilannya akan naik sebesar 10%.
Sementara untuk gaji karyawan mengalami kenaikan sebesar 5% setiap tahun. Untuk biaya pemeliharaan perumahan naik 4% setiap
tahunnya. Dengan suku Bungan sebesar 6%. Dengan asumsi bahwa seluruh rumah terjual di tahun pertama dengan metode pembayaran cicilan
selama 10 tahun.
Analisis finansial yang dilakukan terhadap proyek pembangunan Green Residence ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
1. Asumsi mengenai Lahan, Jumlah Unit Rumah, Biaya Konstruksi per m2, dan Biaya Sewa Ruko/Bulan.
2. Rincian Biaya Pengeluaran
3. Rincian Pendapatan yang Diperoleh
4. Analisis BEP
COST
N
Pembiayaan Satuan Jumlah
o
1 Pembebasan Lahan
3 Perencanaan Rp 700.000.000,00
4 Konstruksi
1 Rp 17.500.000,00 Rp 10.000.000,00
2 Rp 18.375.000,00 Rp 10.400.000,00
3 Rp 19.293.750,00 Rp 10.816.000,00
4 Rp 20.258.437,50 Rp 11.248.640,00
5 Rp 21.271.359,38 Rp 11.698.585,60
6 Rp 22.334.927,34 Rp 12.166.529,02
7 Rp 23.451.673,71 Rp 12.653.190,18
Tahun Gaji Karyawan (5%) pemeliharaan (4%)
8 Rp 24.624.257,40 Rp 13.159.317,79
9 Rp 25.855.470,27 Rp 13.685.690,50
10 Rp 27.148.243,78 Rp 14.233.118,12
11 Rp 24.809.085,90 Rp 14.802.442,85
12 Rp 25.864.711,69 Rp 15.394.540,56
13 Rp 27.157.947,28 Rp 16.010.322,19
14 Rp 24.809.571,07 Rp 16.650.735,07
15 Rp 25.864.735,95 Rp 17.316.764,48
16 Rp 27.157.972,75 Rp 18.009.435,06
17 Rp 24.809.572,35 Rp 18.729.812,46
18 Rp 25.864.736,01 Rp 19.479.004,96
19 Rp 27.157.972,81 Rp 20.258.165,15
20 Rp 24.809.572,35 Rp 21.068.491,76
PENDAPATAN (revenue)
Pendapatan Unit
750.000.000 100
850.000.000 50
1.500.000.000 20
Pendapatan unit 1 2 3 4 5
750.000.000 100 Rp. 1.350.000.000,00 Rp. 1.485.000.000,00 Rp. 1.633.500.000,00 Rp. 1.796.850.000,00 Rp. 1.976.535.000,00
850.000.000 50 Rp. 1.530.000.000,00 Rp. 1.683.000.000,00 Rp. 1.851.300.000,00 Rp. 2.036.430.000,00 Rp. 2.240.073.000,00
1.500.000.000 20 Rp. 2.700.000.000,00 Rp. 2.970.000.000,00 Rp. 3.267.000.000,00 Rp. 3.593.700.000,00 Rp. 3.953.070.000,00
Total Pedapatan Rp. 5.580.000.000,00 Rp. 6.138.000.000,00 Rp. 6.751.800.000,00 Rp. 7.426.980.000,00 Rp. 8.169.678.000,00
Lanjutan …..
Pendapatan unit 6 7 8 9 10
750.000.000 100 Rp. 2.174.188.500,00 Rp. 2.391.607.350,00 Rp. 2.630.768.085,00 Rp. 2.893.844.893,50 Rp. 3.183.229.382,85
850.000.000 50 Rp. 2.464.080.300,00 Rp. 2.710.488.330,00 Rp. 2.981.537.163,00 Rp. 3.279.690.879,30 Rp.3.607.659.967,23
1.500.000.000 20 Rp. 4.348.377.000,00 Rp. 4.783.214.700,00 Rp. 5.261.536.170,00 Rp. 5.787.689.787,00 Rp.6.366.458.765,70
Total Pedapatan Rp. 8.986.645.800,00 Rp. 9.885.310.380,00 Rp. 10.873.841.418,00 Rp. 11.961.225.559,80 Rp13.157.348.115,78
Analisis 1 2 3 4 5
Cash Flow tahunan Rp. 5.552.500.000,00 Rp. 6.109.225.000,00 Rp. 6.721.690.250,00 Rp. 7.395.472.922,50 Rp. 8.136.708.055,03
Cost Rp. 27.500.000,0000 Rp. 28.600.000,0000 Rp. 29.744.000,0000 Rp. 30.933.760,0000 Rp. 32.171.110,4000
Revenue Rp. 5.580.000.000,00 Rp. 6.138.000.000,00 Rp. 6.751.800.000,00 Rp. 7.426.980.000,00 Rp. 8.169.678.000,00
PW Cost Rp. 25.943.500,0000 Rp. 25.454.000,0000 Rp. 24.973.062,4000 Rp. 24.502.631,2960 Rp. 24.041.470,8019
PW Revenue Rp. 5.264.172.000,0000 Rp. 5.462.820.000,0000 Rp. 5.668.811.280,0000 Rp. 5.882.910.858,0000 Rp. 6.105.200.369,4000
Total Cost Rp. 35.077.500.000,00 Rp. 36.480.600.000,00 Rp. 37.939.824.000,00 Rp. 39.457.416.960,00 Rp. 41.035.713.638,40 Rp. 42.677.142.183,94
Total Revenue 0 Rp. 5.580.000.000,00 Rp. 11.042.820.000,0000 Rp. Rp. Rp. 28.699.742.507,4000
16.711.631.280,0000 22.594.542.138,0000
payback period Rp. (30.900.600.000,00) Rp. (26.897.004.000,00) Rp. (22.745.785.680,00) Rp. (18.441.171.500,40) Rp. (13.977.399.676,54)
Lanjutan ….
Analisis 6 7 8 9 10
Cash Flow tahunan Rp. 8.952.144.343,63 Rp. 9.849.205.516,10 Rp. 10.836.057.842,81 Rp. 11.921.684.399,03 Rp. 13.115.966.753,88
Cost Rp. 33.457.954,8160 Rp. 34.796.273,0086 Rp. 36.188.123,9290 Rp. 37.635.648,8861 Rp. 39.141.074,8416
Revenue Rp. 8.986.645.800,00 Rp. 9.885.310.380,00 Rp. 10.873.841.418,00 Rp. 11.961.225.559,80 Rp. 13.157.348.115,78
PW Cost Rp. 23.587.858,1453 Rp. 23.143.001,1780 Rp. 22.704.428,9530 Rp. 22.276.540,5757 Rp. 21.856.376,1915
PW Revenue Rp. 6.335.585.289,0000 Rp. 6.574.719.933,7380 Rp. 6.822.248.105,6532 Rp. 7.079.849.408,8456 Rp. 7.347.063.187,8516
Total Cost Rp. 35.077.500.000,00 Rp. 44.384.227.871,29 Rp. 46.159.596.986,15 Rp. 48.005.980.865,59 Rp. 49.926.220.100,21 Rp. 51.923.268.904,22
Total Revenue 0 Rp. 35.035.327.796,4000 Rp. 41.610.047.730,1380 Rp. 48.432.295.835,7912 Rp. 55.512.145.244,6368 Rp. 62.859.208.432,4884
payback period Rp. (9.348.900.074,89) Rp. (4.549.549.256,01) Rp. 426.314.970,20 Rp. 5.585.925.144,42 Rp. 10.935.939.528,27
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan tabel rincian diatas diketahui bahwa pada tahun awal total pengeluaran
adalah sebesar Rp. 25.943.500,0000. BEP terjadi pada tahun ke 8 dimana di tahun ini
keuntungan sudah di dapatkan yaitu sebesar Rp. 426.314.970,20. Sehingga didapatkan
payback periode pada tahun ke 8.