Anda di halaman 1dari 18

INSTRUMEN VALIDASI/VERIFIKASI DOKUMEN I KTSP SMK

KURIKULUM 2013

Nama Sekolah : ………………………………


Nama Kepala Sekolah : ………………………………
Alamat Sekolah : ………………………………
Kabupaten/Kota : ………………………………

Catatan
NO Aspek yang Komponen KTSP / Indikator Untuk
Ditelaah Perbaikan
1. Cover/ 1. Judul Kurikulum
Halaman Judul 2. Tahun Berlaku (Tahun Pelajaran)
3. Logo Sekolah atau daerah (Khusus
Sekolah Negeri Logo Pemda DKI Jakarta)
4. Alamat Sekolah diisi dengan lengkap dan
jelas

2. Lembar 1. Terdapat rumusan kalimat penetapan yang


Penetapan baik dan benar
2. Terdapat tanda tangan kepala sekolah
sebagai pihak yang menetapkan beserta
stempel sekolah
3. Tanda tangan ketua komitesekolah
beserta stempel komite sekolah/ Ketua
Yayasan
4. Terdapat tempat tanda tangan Kepala
Bidang SMK Dinas Pendidikan Provinsi
DKI Jakarta sebagai pihak yang
mengesahkan.
3. Kata Pengantar Jelas dan sistematis
4. Rangkuman Rangkuman Hasil Evaluasi Buku 1 Tahun
Pelajarn sebelumnya
5. Daftar Isi Memuat daftar dari seluruh komponen isi yang
tersaji dalam dokumen
BAB I. PENDAHULUAN
6. A. Latar
Latar Belakang memuat :
Belakang
1. Rasional
a. Tantangan Internal
b. Tantangan Eksternal
c. Penyempurnaan Pola Pikir
d. Penguatan tata kelola kurikulum
e. Karakteristik Kurikulum 2013
2. Kondisi nyata hasil EDS
3. Kondisi ideal sesuai Permendikbud
4. Potensi dan karakteristik satuan pendidikan
7. B. Tujuan Terdapat uraian dari tujuan
Pengembangan pengembangan KTSP, diantaranya
KTSP mengembangkan KTSP dengan prinsip
diversifikasi agar program- program pendidikan
pada SMK/MAK selalu bersesuaian dengan
situasi, kondisi dan kekhasan potensi daerah,
8. C. Landasan Landasan filosofis memberi arah yang ideal
dan pemikiran yang mendasar tentang isi suatu
1. Filosofis kurikulum, konsep pembelajaran yang tepat,
posisi peserta didik, penilaian hasil belajar,
hubungan peserta didik dengan masyarakat
dan lingkungan kerja serta lingkungan alam di
sekitarnya
2. Landasan Landasan sosiologis menggambarkan
Sosiologis perubahan rancangan pendidikan dalam
memenuhi dinamika perubahan masyarakat
3. Landasan Landasan Psikopedagogis memberikan
Psikologis gambaran tuntutan konsepsi pendidikan yang
bersumber pada perkembangan peserta didik
4. Landasan Terdapat beberapa teori pendidikan yang bisa
Teoritis dilaksanakan di sekolah menengah kejuruan
dalam upaya meningkatkan kompetensi peserta
didik
5. Landasan 1. UU No 20 th 2003 tentang Sistem
Yuridis Pendidikan Nasional Republik Indonesia
2. PP Nomor 13 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan
3. Peraturan Presiden No. 8 tahun 2012
tentang Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia.
4. Perpres No. 87 tahun 2017 tentang
Penguatan Pendidikan Carakter
5. Permendikbud No. 60 Tahun 2014 Tentang
Kurikulum SMK/MAK
6. Pemendikbud Nomor 61 tahun 2014 tentang
Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan pada
Pendidikan asar dan Menengah

7. Permedikbud. No. 62 Tahun 2014 tentang


Kegiatan kstrakurikuler Pendidikan Dasar
dan menengah
8. Pemendikbud Nomor 63 tahun 2014 tentang
Pendidikan kepramukaan sebagai ekstra
Kurikuler Wajib
9. Permendikbud nomor 79 tahun 2014
tentangimplementasi Mulok Kurikulum 2013
10. Pemendikbud Nomor 53 tahun 2015 tentang
Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dan
Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar
dan
Pendidikan Menengah
11. Permendikbud Nomor 20 tahun 2016
tentang Standar Kompetensi Lulusan
Pendidikan Menengah Kejuruan
12. Permendikbud Nomor 23 tahun 2016
tentang Standar Penilaian Pendidikan
Menengah Kejuruan;
13. Permendikbud Nomor 34 tahun 2018
tentang Standar Nasional Pendidikan SMK
14. Permendikbud Nomor 4 tahun 2018 tentang
Penilaian Hasil belajar oleh Satuan
Pendidikan Penilaian Hasil Belajar oleh
Pemerintah
15. Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
06/D.D5/KK/2018 tentang Spektrum
Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan
(SMK)/ Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) ;

16. Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan


Dasar dan Menengah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
07/D.D5/KK/2018 tentang Struktur Kurikulum
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/
Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).

17. Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan


Dasar dan Menengah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
464/D5/KR/2018 tentang KI/KD
18. Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikn
Provinsi DKI Jakarta Nomor. 509 tahun 2019
tentang Kalender Pendidikan tahun
2019/2020
BAB. II TUJUAN PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN, VISI dan MISI SEKOLAH
9 1. Tujuan 2. Tujuan Umum Pendidikan Menengah
Pendidikan Kejuruan
Menengah 3. Tujuan Khusus Pendidikan Kejuruan
Kejuruan Mengacu UU. No. 20 Tahun 2003 Tentang
Pendidikan Nasional dan PP No.32 Tahun
2013 Tentang SNP, yaitu untuk meningkat
kan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, serta keterampilan peserta
didik untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut sesuai dengan
program kejuruannya.
10 A. Visi Mendeskripsikan cita-cita yang jelas,
dan terukur yang hendak dicapai oleh satuan
pendidikan SMK/MAK dimasa yang akan
datang
B. Misi
Mendeskripsikan indikator-indikator yang harus
dilakukan oleh SMK/MAK melalui rencana
tindakan nyata dalam mewujudkan visi sekolah
C. Tujuan
Sekolah Mendeskripsikan hal-hal yang perlu
diwujudkan sesuai dengan karakteristik satuan
Pendidikan SMK/MAK
2. PROFIL LULUSAN DAN SKL KOMPETENSI KEAHLIAN
11. A. Profil Profil lulusan mengacu pada UUSPN dan SKL,
Lulusan baik Dimensi Sikap, Dimensi Pengetahuan, dan
Dimensi Keterampilan
B. SKL Mengacu kepada tuntutan DU/DI yaitu disiplin,
Kompetensi jujur, dan kompetensi keahlian yang harus
Keahian dikuasai oleh peserta didik untuk dapat
bekerja sesuai dengan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(SKKNI).
3. DESKRIPSI KOMPETENSI
12 A. Deskripsi Terdapat deskripsi jenjang keahlian KKNI Level
KKNI Level 2 dan Level 3
2 atau Level
3
B. Deskripsi Terdapat deskripsi kompetensi untuk
Kompetensi Pendidikan Menengah Kejuruan 3 tahun dan
SMK 3 Pendidikan Menengah kejuruan 4 tahun
tahun SMK berdasar Kompetensi Inti (KI
4 ahun
C. Deskripsi Terdapat Deskripsi Kompetensi Inti dan
Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Muatan
Kompetensi Nasional (A)
Dasar
Terdapat Deskripsi Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Muatan
Kewilayahan (B)
Terdapat Deskripsi Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Peminatan Kejuruan (C)
a. Dasar Bidang Keahlian (C1)
b. Dasar Program Keahlian (C2)
Kompetensi Keahlian (C3

BAB. III STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM


13 A. Struktur Berisi Daftar mata pelajaran terdiri atas Wajib
Kurikulum A.(muatan nasional), Wajib B.(muatan
kewilayahan), dan muatan peminatan kejuruan.
Struktur Terdapat Struktur Kurikulum 2013 Revisi tahun
Kurikulum Kls 2017 untuk Kelas X dan XI
X dan XI (disesuaikan dg kondisi)

Struktur Terdapat Struktur Kurikulum Kelas XII


Kurikulum Kurikulum 2013 revisi (disesuaikan dg
Kls XII kondisi)

B. Peraturan
Pengaturan beban belajar
Akademik
Terdapat Pengaturan Beban belajar yang
dinyatakan dalam jam pembelajaran per
minggu, yaitu beban belajar untuk Kelas X, XI
dan XII adalah 48 jam pembelajaran /minggu
Terdapat penetapan durasi waktu setiap
satu jam pembelajaran adalah 45 menit.
Terdapat penetapan beban belajar Kelas
X, XI, dan XII dalam satu semester paling
sedikit 18 minggu dan paling banyak 20
minggu.
Terdapat penetapan Beban belajar kelas
XII pada semester ganjil paling sedikit 18
minggu dan banyak 20 minggu.
Terdapat penetapan Beban belajar kelas
XII pada semester genap paling sedikit 14
minggu dan paling banyak 16 minggu.
Terdapat penetapan Beban belajar dalam
satu tahun pelajaran paling sedikit 36 minggu
dan paling banyak 40 minggu.
Beban belajar penugasan terstruktur (PT) dan
kegiatan mandiri (KMTT), maksimal 60%
dari waktu kegiatan tatap muka mata
pelajaran yang bersangkutan.
Terdapat pernyataanbahwa satuan Pendi
dikan boleh menambah jam belajar per
minggu berdasarkan pertimbangan kebutuhan
belajar peserta didik dan/atau kebutuhan
akademik, sosial, budaya, dan faktor lain yang
dianggap penting.
Mekanisme/prosedur PKL Mengacu pada per
mendikbud nomor 60 tahun 2014
Terdapat ketentuan tentang praktik kerja
industri
Terdapat penetapan durasi waktu praktik kerja
industri, yaitu minimal setara dengan 500 jam
(125 jam tugas terstruktur)
Uraian tentang strategis dan upaya
peningkatan pelaksanaan praktek kerja industri.
Sistem penilaian : Mengacu pada Pedoman
Penilaian PSMK Tahun 2017
Terdapat deskripsi Penilaian Harian (UH) dan
tata cara pelaksanaannya
Terdapat deskripsi Ujian Tengah Semester
(UTS) dan tatacara pelaksanaannya
Terdapat deskripsi Ujian Tingkat Kompetensi
(UTK) dan tata cara pelaksanaannya
Terdapat deskripsi Ujian Mutu Tingkat
Kompetensi (UMTK) dan tata cara
pelaksanaannya
Terdapat deskripsi Ujian Sekolah
Berstandar Nasional (USBN) dan tata cara
pelaksanaannya
Terdapat deskripsi Ujian sekolah (US)
dan tata cara pelaksanaannya
Terdapat deskripsi Ujian Nasional (UN) dan
tata cara pelaksanaannya
Terdapat deskripsi Ujian Unit Kompetensi
(UUK) bagi sekolah yang memiliki LSP dan
tata cara pelaksanaannya
Terdapat deskripsi Ujian Kompetensi
Keahlia (UKK) dan tata cara
pelaksanaannya
Terdapat deskripsi Pelaporan Hasil
Belajar dan tatacara pelaksanaannya
Terdapat deskripsi Kriteria Ketuntasan Minimal
dan uraiannya
Terdapat Kriteria Kenaikan kelas
Terdapat Kriteria Kelulusan, yaitu :
Kriteria kelulusan sesuai dengan
Permendikbud dan POS yang berlaku.
Terdapat target kelulusan yang akan dicapai
oleh sekolah
Terdapat Uraian tentang program sekolah
dalam meningkatkan kualitas lulusan
Terdapat Uraian tentang program pasca ujian
nasional sebagai antisipasi bagi siswa yang
belum lulus ujian akhir

C. MUATAN LOKAL, BK, EKSTRAKURIKULER, KARAKTER dan LITERASI

14 1. Muatan Terdapat Uraian tentang Jenis dan strategi


Lokal pelaksanaan muatan lokal yang
dilaksanakan sesuaidengan kebijakan daerah
(Pergub)

Terdapat Uraian tentang Jenis dan strategi


pelaksanaan muatan lokal yang dilaksanakan
sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan
karakteristik sekolah

Terdapat Daftar KI dan KD muatan lokal yang


dikembangkan oleh pemerintah daerah atau
sekolah
2. Ekstra Terdapat Uraian tentang Ekstrakurikuler Wajib,
Kurikuler jenis, tujuan dan ruang lingkupnya serta
strategi pelaksanaan- nya

Terdapat Uraian tentang Ekstrakurikuler


Pilihan, jenis, tujuan dan ruang lingkupnya
serta pelaksanaan program pengembangan
bakat, minat dan prestasi peserta didik
3. Penumbuhan Terdapat Uraian tentang Rasional dari
Karakter Penumbuhan karakter

Terdapat uraian dari Lima Nilai Utama


Penumbuhan Karakter, yaitu ; religius,
nasionalis, mandiri, gotong-royong, dan
integritas

Terdapat uraian tentang Sembilan


Pertumbuhan Karakter (nilai moral, holistik,
terintegrasi, partisipasi, kearifan lokal,
kecakapan abad 21, adil, selaras, dan
terukur)
4. Literasi Terdapat uraian tentang pengertian
dan tujuan Literasi

Terdapat uraian tentang Model


program literasi

Terdapat uraian tentang Pentahapan kegiaatan


dan penilaian gerakan

5. Strategi Terdapat uraian tentang Konsep dan fungsi


Pelayanan layanan BK
Bimbingan-
Kejuruan Terdapat uraian tentang Asas dan
Terdapat Komponen Program BK

Terdapat uraian tentang Struktur


Program BK, Bentuk layanan BK

BAB IV KALENDER PENDIDIKAN


A. Kalender Terdapat kalender pendidikan sekolah yang
Pendidikan disusun berdasarkan kalender pendidikan yang
Sekolah dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi DKI
Jakarta 19/20
Terdapat uraian Permulaan tahun
pelajaran adalah bulan Juli setiap Tahun dan
terakhir pada bulan Juni Tahun berikutnya.
Terdapat uraian Jumlah minggu efektif belajar
dalam satu tahun pelajaran
Terdapat uraian Jadwal waktu libur (Jeda
tengah semester, Jeda antar semester, Libur
akhir tahun, Hari libur keagamaan, Hari libur
umum/nasional, Hari libur khusus, Kegiatan
khusus sekolah)
BAB. V PENUTUP
1. Kesimpulan Menjelaskan hasil dari tujuan kurikulum yang
disajikan.

2. Saran Terdapat kata-kata masukan dan kritik untuk


perbaikan kurikulum yang akan datang
LAMPIRAN
● SK. Kepala Sekolah tentang pembetukan
Tim Penjaminan Mutu Sekolah
● SK. Tim pelaksana Supervisi dan
penilaian kinerja Tendik
● SK. Tim Pengembang Kurikulum
● SK. Tentang Penentuan KKM
● SK. Tentang Kalender Pendidikan
Sekolah.

Dan lain-lain (dokumen penunjang)

Catatan :
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
.
Mengetahui Jakarta , ………….. 2019
Kepala Suku Dinas Pendidikan Wilayah .. Verifikator/ Pengawas
Jakarta ……..

…………………………. …………………………….
NIP. NIP.

Blog Wahyu
 Menu
● HOME 
● PENDIDIKAN
● INTERNET MARKETING
● GADGET
● KESEHATAN
● PERAWATAN HEWAN
Cari artikel... ?

Home Landasan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Di Sekolah Dasar


Landasan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Di Sekolah Dasar
Sebagai landasannya, KTSP disusun berdasarkan landasan filosofis dan
landasan yuridis. Landasan filosofis pada KTSP, bahwa sekolah dasar sebagai
pusat pengembangan lanjutan yang menitikberatkan budaya yang tidak
terlepas dari nilai-nilai budaya yang dianut oleh suatu bangsa. Bangsa
Indonesia memiliki nilai-nilai budaya yang bersumber pada pancasila,
sebagai falsafat hidup berbangsa dan bernegara. sehingga nilai-nilai ini
dijadikan dasar filosofis dalam pengembangan kurikulum di setiap sekolah
khususnya di sekolah dasar. Sedangkan Landasan Yuridisnya terdiri dari
sebagai mana berikut.

LANDASAN SOSIOLOGIS PENGEMBANGAN KURIKULUM

Sosiolologi mempunyai empat perenan yang sangat penting dalam pengembangan kurikulum.
Empat peranan sosiologi tersebut adalah berperan dalam proses penyesuaian nilai-nilai dalam
masyarakat, berperan dalam penyesuaian dengan kebutuhan masyarakat, berperan dalam
penyediaan proses sosial, dan berperan dalam memahami keunikan individu, masyarakat dan
daerah.

Dalam merumuskan tujuan kurikulum harus memahami tiga sumber kurikulum yaitu siswa
(student), masyarakat (society), dan konten (content). Sumber siswa lebih menekankan pada
kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan siswa pada tingkat pendidikan tertentu yang sesuai dengan
perkembangan jiwa atau usianya. Sumber masyarakat lebih melihat kepada kebutuhan-kebutuhan
masyarakat dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, sedangkan sumber konten adalah
berhubungan dengan konten kurikulum yang akan dikembangkan pada tingkat pendidikan yang
sesuai. Dengan kata lain landasan sosiologi digunakan dalam pengembangan kurikulum dalam
merumuskan tujuan pembelajaran dengan memperhatikan sumber masyarakat (society source)
agar kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tidak bertentangan
dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki berbagai gejala sosial hubungan antar
individu, antar golongan, antar lembaga sosial atau masyarakat. Di dalam kehidupan kita tidak
hidup sendiri, namun hidup dalam suatu masyarakat. Dalam lingkungan itulah kita memiliki
tugas yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab sebagai bakti kepada masyarakat
yang telah memberikan jasanya kepada kita.
Tiap masyarakat memiliki norma dan adat kebiasaan yang harus dipatuhi. Norma dan adat
kebiasaan tersebut memiliki corak nilai yang berbeda-beda, selain itu masing-masing dari kita
juga memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda. Hal inilah yang menjadi pertimbangan
dalam pengembangan sebuah kurikulum, termasuk perubahan tatanan masyarakat akibat
perkembangan IPTEK. Sehingga masyarakat dijadikan salah satu asas dalam pengembangan
kurikulum.

Faktor pengembangan kurikulum dalam masyrakat

Ada beberapa faktor yang memberikan pengaruh terhadap pengembangan kurikulum dalam
masyrakat, antara lain ;
Kebutuhan masyarakat
Kebutuhan masyarakat tak pernah tak terbatas dan beraneka ragam. Oleh karena itu lembaga
pendidikan berusaha menyiapkan tenaga-tenaga terdidik yang terampil yang dapat dijadikan
sebagai penggali kebutuhan masyarakat.

Perubahan dan perkembangan masyarakat


Masayarakat adalah suatu lembaga yang hidup, selalu berkembang dan berubah. Perubahan dan
perkembangan nilai yang ada dalam masyarakat sering menimbulkan konflik antar generasi.
Dengan diadakannya pendidikan diharapkan konflik yang terjadi antar generasi dapat teratasi.

Tri pusat pendidikan


Yang dimaksud dengan tri pusat pendidikan adalah bahwa pusat pendidikan dapat bertempat di
rumah, sekolah , dan di masyarakat. Selain itu mass media, lembaga pendidikan agama, serta
lingkungan fisik juga dapat berperan sebagai pusat pendidikan.

Ruang lingkup pengembangan kurikulum dalam masyrakat


Lingkungan atau dunia sekitar manusia pada dasarnya terdiri dari tiga bagian besar, yaitu :
Dunia alam kodrat
Dunia alam kodrat merupakan segala sesuatu di luar diri kita yang berpengaruh sangat kuat dalam
kehidupan kita, misalnya : penampakan alam (gunung,laut,dll). Untuk mengubah dan mengatasi
pengaruh tersebut maka kita harus dapat menggunakan IPTEK dengan benar. Dengan demikian
dalam mengembangkan kurikulum hendaknya kita berusaha untuk memasukkan masalah-
masalah yang berupa gejala-gejala dalam alam kodrat.

Dunia sekitar benda-benda buatan manusia


Dunia sekitar benda-benda buatan manusia merupakan benda-benda yang diciptakan manusia
sebagai alat pemuas kubutuhannya. Untuk itu keterampilan fisik dan psikis harus dikembangkan
dalam pembelajaran, sehuingga dapat menghasilkan segala sesuatu yang menjadi sarana dan
prasarana yang dibutuhkan masyarakat.

Dunia sekitar manusia


Merupakan dunia yang paling kompleks, sebab selalu berubah dan dinamis. Interaksi antar
individu berjalan sangat aktif. Untuk itu diperlukannya norma dalam pergaulan masyarakat agar
interaksi dalat berjalan dengan baik.

Fungsi sistem dan lembaga pendidikan dari segi sosiologis bagi kepentingan masyarakat
Dari segi sosiologis sistem dan lembaga pendidikan di dalamnya dapat dipandang sebagai badan
yang mempunyai berbagai fungsi bagi kepentingan masyarakat, antara lain:
· Mengadakan perbaikan, bahkan perombakan sosial
· Mempertahankan kebebasan akademis dan kebebasan mengadkan penelitian ilmiah
· Mendukung dan turut memberi sumbangan kepada pembangunan nasional
· Menyampaikan kebudayaan dan nilai-nilai tradisional
· Mengeksploitasi orang banyak demi kesejahteraan dolongan elite
· Mewujudkan revolusi sosial untuk melenyakan pengaruh pemerintahan terdahulu
· Mendukung golongan tertentu seperti golongan militer, industri atau politik
· Mengarahkan dan mendisiplinkan jalan pikiran generasi muda
· Mendorong dan mempercepat laju kemajuan IPTEK
· Mendidik generasi mudamenjadi arga negara nasional dan warga dunia
· Mengajar keterampilan pokok seperti membaca, menulis, dan berhitung
· Memberi keterampilan dasar berkaitan dengan mata pencaharian.

Sosiologi Sebagai Landasan Kurikulum


Kurikulum mutlak diperlukan dalam proses pendidikan karena tujuan dalam kurikulum itulah
yang akan menghasilkan lulusan dengan kompetensinya. Oleh karena itu diperlukan kurikulum
yang benar-benar menggali nilai sosial budaya serta mampu menyiapkan peserta didik untuk
menghadapi perubahan zaman.
Menurut undang-undang SISDIKNAS no. 21 tahun 2003 tujuan pendidikan di Indonesia adalah
melahirkan generasi yang bertaqwa, cerdas dan memiliki keterampilan hidup. Ketaqwaan
dibangun dari nilai-nilai agama serta budaya yang santun. Kecerdasan dan keterampilan hidup
ditumbuhkan dengan berbagai bacaan, eksperimen dan pelatihan. Jika dirunut kualitas atau
keunggulan suatu generasi ternyata terletak pada karakter yang kokoh dan baik. Disinilah
pentingnya memasukkan kurikulum untuk membangun karakter tersebut.
Kurikulum karakter bersumber pada nilai agama dan nilai sosial budaya yang terpuji. Bangsa kita
yang mayoritas muslim dan secara turun temurun hidup dalam budaya yang harmonis serta
gotong royong hendaknya menjadi acuan dalam penyusunan kurikulum sehingga kurikulum kita
semestinya berisi tentang pengamalan agama yang benar, membudayakan kebiasaan gotong
royong dan santun pada setiap jenjang pendidikan.
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan,
kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan
merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat.
Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan,
keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di
masyarakat.
Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal
dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula. Kehidupan
masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus
acuan bagi pendidikan.
Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia – manusia yang menjadi terasing
dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti
dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses
pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan
perkembangan yang ada di masyakarakat.
Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki sistem-sosial budaya tersendiri yang
mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarakat. Salah satu aspek penting
dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur cara berkehidupan dan
berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari agama, budaya,
politik atau segi-segi kehidupan lainnya.
Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga turut
berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan perubahan dan
penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di sekitar masyarakat.
Israel Scheffer (Nana Syaodih Sukmadinata, 1997) mengemukakan bahwa melalui pendidikan
manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat
peradaban masa yang akan datang.
Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya mempertimbangkan,
merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial – budaya dalam suatu masyarakat, baik
dalam konteks lokal, nasional maupun global.

Kearifan lokal
Setiap bangsa memiliki kearifan lokal sesuai kondisi alam dan sosial budayanya. Kearifan lokal
ini bersifat unik karena menjadi ciri khas dari bangsa tersebut. Bangsa Jepang dikenal sebagai
bangsa yang memiliki semangat juang yang tinggi (Bushido) karena ditempa oleh alam yang
rawan gempa dan minim kekayaan alam, demikian pula yang terjadi pada bangsa Korea.
Indonesia sebagai bangsa yang besar, beragam suku, bahasa, budaya dan hidup di alam yang
subur dan kaya memiliki berbagai keunikan pada setiap daerahnya. Keunikan inilah yang
semestinya dijadikan sebagai pendekatan dalam pendidikan. Mendidik siswa dengan potensi
kearifan lokal disebut In Situ Development.

Guru sebagai Role Model


Kualitas pendidikan sangat bergantung pada kualitas guru. Guru tidak hanya berperan sebagai
pengajar yang mentransfer ilmu pengetahuan melainkan juga sebagai sosok yang mengajarkan
karakter yang baik. Setiap tutur kata, sikap dan perilaku guru akan menjadi inspirasi dan contoh
bagi siswanya. Guru menjadi role model atau teladan bagi para siswa. Oleh karena itu guru
hendaknya memiliki bekal ilmu yang mumpuni dan memiliki sikap serta perilaku terpuji.
Diperlukan proses pendidikan guru yang benar-benar mampu melahirkan guru dengan
karakteristik tersebut. Pada kenyataannya sekarang ini guru tidak banyak yang memiliki kualitas
sebagai role model. Berbagai faktor yang mendasarinya seperti tuntutan ekonomi, budaya gelar
dan gengsi serta potensi yang tidak sesuai (relevansi). Banyak orang ingin menjadi guru karena
konon profesi guru menghasilkan income yang besar. Budaya gelar dan mengejar gengsi telah
mendorong para siswa untuk kuliah dengan tujuan sekedar mendapat gelar kesarjanaan meskipun
selama proses pendidikannya melakukan plagiatisme dan pada saat lulus memilki kompetensi dan
kemandirian yang rendah. Banyak guru yang ‘menjadi guru’ karena terpaksa atau ikut-ikutan
karena potensi dasar sebagai seorang guru yaitu senang dan semangat untuk mengajar memang
tidak dimilikinya.
Guru yang mampu menjadi role model akan efektif mengajar nilai-nilai sosial budaya bagi para
siswanya. Dengan demikian para siswa akan menjadi lulusan yang mampu mengarahkan
kehidupan sosial dan budaya yang baik di masyarakat karena mereka menjadi role model di
masyarakat. Pelajar saat ini adalah iron stocks(sumber daya manusia) yang akan mewarnai
kehidupan sosial budaya di masa mendatang. Apapun profesinya, mereka akan memimpin dan
mewarnai lingkungannya dengan karakter yang diperoleh semasa pendidikan.

Bahan bacaan atau referensi


Bahan bacaan atau buku adalah gerbang ilmu sekaligus rujukan. Buku-buku yang berkualitas
mutlak diperlukan agar proses pemelajaran berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang
diharapkan. Saat ini kita masih sangat kekurangan bahan bacaan yang berkualitas terlebih lagi
bahan bacaan yang memuat nilai sosial budaya sebagai landasan pendidikan. Buku-buku yang
ada saat ini dominan berupa buku motivasi, kisah pesohor, kiat-kiat praktis dan komik-komik
yang jauh dari nilai kebaikan. Buku-buku yang membahas tentang kehidupan sosial yang baik,
kekayaan bahasa, budaya dan potensi unik setiap daerah masih sangat minim. Sehingga wajar jika
nilai sosial budaya belum dimasukkan dalam proses pemelajaran.

Kesimpulan

Dalam membuat suatu kurikulum diperlukan kajian yang mendalam tentang budaya & kebiasaan
masyarakat setempat. Kurikulum tidak boleh melanggar adat istiadat & tata karma masyarakat
setempat. Apabila kurikulum melanggar adat istiadat dikhawatirkan menyebabkan masalah-
masalah social baru seperti cultural lag bahkan konflik horizontal.

Untuk mengetahui adat istiadat masyarakat setempat diperlukan penelitian berupa observasi atau
wawancara langsung terhadap masyarakat setempat. Observasi dipilih sebagai metode penelitian
yang tepat dikarenakan hukum adat bersifat abstrakdan tidak tertulis (konvensi). Biasanya hukum
ini terlahir setelah adanya kesepakatan nonformal masyarakat setempat.

Kurikulum harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Kebutuhan-kebutuhan


masyarakat tersebut dalam bentuk skill/keahlian khusus yang bermanfaat bagi lingkungannya.
Diutamakan sebuah kurikulum dapat membimbing masyarakat menjadi sumberdaya yang
produktif dalam mengolah potensi alam & social secara efisien.
Kondisi sosial budaya mempengaruhi proses pemelajaran dan lulusannya.Pendidikan akan
melahirkan lulusan yang akan menjadi insan yang mempengaruhi kondisi sosial budaya di masa
mendatang. Diperlukan kurikulum yang memuat nilai-nilai sosial budaya termasuk kearifan lokal.
Pendidikan berbasis sosial budaya mutlak membutuhkan guru sebagai role model dan bahan
bacaan yang berkualitas.

ABI SYADDAD
LANDASAN PSIKOLOGIS
PENGEMBANGAN KURIKULUM
A. LATAR BELAKANG

Dalam proses pengembangan sebuah kurikulum banyak hal yang perlu diperhatikan, diantaranya
landasan dalam pengembangannya. Landasan pengembangan kurikulum diantaranya, landasan
fisiologis, landasan psikologis, landasan sosial dan budaya, maupun landasan filosofis pengembangan
kurikulum. Dari sekian landasan tadi, saya mencoba mengembangkan dan memaparkan landasan
psikologis dalam pengembangan suatu kurikulum.

Kurikulum sebagai suatu program dan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, mempunyai hubungan
dengan proses perubahan perilaku peserta didik. Dalam hal ini kurikulum merupakan suatu program
pendidikan yang berfungsi sebagai alat untuk mengubah perilaku peserta didik (peserta didik) ke arah
yang diharapkan oleh pendidikan. Oleh sebab itu, proses pengembangan kurikulum perlu
memperhatikan asumsi–asumsi yang bersumber dalam bidang kajian psikologi.

Landasan psikologis pengembangan kurikulum menuntut kurikulum untuk memperhatikan dan


mempertimbangkan aspek peserta didik dalam pelaksanaan kurikulum sehingga nantinya pada saat
pelaksanaan kurikulum apa yang menjadi tujuan kurikulum akan tercapai secara optimal. Sehingga
unsur psikologis dalam pengembangan kurikulum mutlak perlu diperhatikan.

B. PEMBATASAN MASALAH

Dalam pemaparan makalah ini,  beberapa permasalahan yang melatarbelakangi penyusunan makalah
ini, antara lain;

1. Bagaimana unsur psikologis mempengaruhi proses pengembangan kurikulum?


2. Mengapa aspek psikologis perlu diperhatikan dalam pengembangan kurikulum?, dan
3. Cabang psikologis apa saja yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kurikulum?
4. Apa saja implikasi landasan psikologis pada proses pengembangan maupun pelaksanaan
kurikulum?

C. LANDASAN PSIKOLOGIS PENGEMBANGAN KURIKULUM

Psikologi dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam
hubungan dengan lingkungan[1], pengertian sejenis menyebutkan bahwa psikologi merupakan suatu
ilmu yang berkaitan dengan proses mental, baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada
perilaku, ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan jiwa[2].

Peserta didik merupakan individu yang sedang berada dalam proses perkembangan (fisik, intelektual,
social emosional, moral, dan sebagainya). Tugas utama seorang guru sebagai pendidik adalah
membantu untuk mengoptimalkan perkembangan peserta didiknya berdasarkan tugas–tugas
perkembangannya.

Dengan menerapkan landasan psikologi dalam proses pengembangan kurikulum diharapkan dapat
diupayakan pendidikan yang dilaksanakan relevan dengan hakikat peserta didik, baik penyesuaian
dari segi materi/bahan yang harus diberikan/dipelajari peserta didik, maupun dari segi penyampaian
dan proses belajar serta penyesuaian dari unsur–unsur upaya pendidikan lainnya.

Pada dasarnya terdapat dua cabang ilmu psikologi yang berkaitan erat dalam proses pengembangan
kurikulum, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan merupakan
ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam
psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-
aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan
perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari
pengembangan kurikulum. Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku
individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori
belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum[3].

Karakteristik perilaku tiap individu pada tiap tingkat perkembangan merupakan kajian yang terdapat
dalam cabang psikologi perkembangan. Oleh sebab  itu, dalam pengembangan kurikulum yang
senantiasa berhubungan dengan program pendidikan untuk kepentingan peserta didik, maka landasan
psikologi mutlak harus dijadikan dasar dalam proses pengembangan kurikulum. Perkembangan yang
dialami oleh peserta didik pada umumnya diperoleh melalui proses belajar. Guru sebagai pendidik
harus mengupayakan cara/metode yang lebih baik untuk melaksanakan proses pembelajaran guna
mendapatkan hasil yang optimal, dalam hal ini proses pembelajaran mutlak diperlukan pemikiran
yang mendalam dengan memperhatikan psikologi belajar.

Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam hal penentuan isi kurikulum yang
diberikan/dipelajari peserta didik, baik tingkat kedalaman dan keluasan materi, tingkat kesulitan dan
kelayakannya serta manfaatnya yang disesuaikan dengan tahap dan tugas perkembangan peserta
didik. Psikologi belajar memberikan sumbangan terhadap pengembangan kurikulum terutama
berkenaan dengan bagaimana kurikulum itu diberikan kepada peserta didik dan bagaimana peserta
didik harus mempelajarinya, berarti berkenaan dengan strategi pelaksanaan kurikulum.

1. Psikologi Perkembangan dan Kurikulum

Anak sejak dilahirkan sudah memperlihatkan keunikan–keunikan yang berbeda satu sama lainnya,
seperti pernyataan dirinya dalam bentuk tangisan dan gerakan–gerakan tubuhnya. Hal ini
menggambarkan bahwa sejak lahir anak telah memiliki potensi untuk berkembang. Di dalam
psikologi perkembangan terdapat banyak pandangan ahli berkenaan dengan perkembangan individu
pada tiap–tiap fase perkembangan.

Pandangan tentang anak sebagai makhluk yang unik sangat berpengaruh terhadap pengembangan
kurikulum pendidikan. Setiap anak merupakan pribadi tersendiri, memiliki perbedaan di samping
persamaannya. Implikasi dari hal tersebut terhadap pengembangan kurikulum, antara lain;

1. Tiap anak diberi kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat, minat, dan kebutuhannya,
2. Di samping disediakan pembelajaran yang bersifat umum (program inti) yang harus dipelajari
peserta didik di sekolah, disediakan pula pembelajaran pilihan sesuai minat dan bakat anak,
3. Kurikulum selain menyediakan bahan ajar yang bersifat kejuruan juga menyediakan bahan ajar
yang bersifat akademik,
4. Kurikulum memuat tujuan yang mengandung pengetahuan, nilai/sikap, dan ketrampilan yang
menggambarkan keseluruhan pribadi yang utuh lahir dan bathin.
Implikasi lain dari pengetahuan tentang anak sebagai peserta didik terhadap proses pembelajaran
(actual curriculum) dapat diuraikan sebagai berikut;

1. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara operasional selalu berpusat pada perubahan
tingkah laku anak didik,
2. Bahan/materi pembelajaran yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan, minat dan perhatian
anak, bahan tersebut mudah diterima oleh anak,
3. Strategi pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan tahap perkembangan anak,
4. Media yang digunakan selalu menarik perhatian dan minat anak didik, dan
5. Sistem evaluasi berpadu dalam satu kesatuan yang menyeluruh dan berkesinambungan dari
satu tahap ke tahap berikutnya dan dilaksanakan secara terus – menerus.

2. Psikologi Belajar dan Kurikulum

Merupakan suatu cabang ilmu yang mengkaji bagaimana individu belajar. Belajar dapat diartikan
sebagai perubahan perilaku yang terjadi melalui pengalaman. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia belajar berasal dari kata ajar yang berarti suatu petunjuk yang diberikan kepada orang
supaya diketahui/diturut[4]. Segala perubahan perilaku yang trejadi karena proses pengalaman dapat
dikategorikan sebagai perilaku belajar. Perubahan yang terjadi secara insting/terjadi  karena secara
kebetulan bukan termasuk belajar.

Psikologi belajar yang berkembang sampai saat ini, pada dasarnya dapat dikelompokan menjadi 3
kelas, antara lain[5] ;

a. Teori disiplin daya/disiplin mental (faculty theory)

Menurut teori ini anak sejak dilahirkan memiliki potensi atau daya tertentu (faculties) yang masing–
masing memiliki fungsi tertentu, seperti potensi/daya mengingat, daya berpikir, daya mencurahkan
pendapat, daya mengamati, daya memecahkan masalah, dan sejenisnya. Potensi–potensi tersebut
dapat dilatih agar dapat berfungsi secara optimal,daya berpikir anak sering dilatih dengan
pembelajaran berhitung misalnya, daya mengingat dilatih dengan menghapal sesuatu. Daya yang telah
terlatih dipindahkan ke dalam pembentukan lain. Pemindahan (transfer) ini mutlak dilakukan melalui
latihan (drill), karena itu pengertian pembelajaran dalam konteks ini melatih anak didik dalam daya-
daya itu, cara pembelajaran pada umumnya melalui hafalan dan latihan-latihan.

b. Behaviorisme

Dalam aliran behaviorisme ini, terdapat 3 rumpun teori yang mencakup teori koneksionisme/asosiasi,
teori kondisioning, dan teori operant conditioning (reinforcement). Behaviorisme muncul dari adanya
pandangan bahwa individu tidak membawa potensi sejak lahir. Perkembangan individu dipengaruhi
oleh lingkungan (keluarga, lembaga pendidikan, masyarakat. Behaviorisme menganggap bahwa
perkembangan individu tidak muncul dari hal yang bersifat mental, perkembangan hanya menyangkut
hal yang bersifat nyata yang dapat dilihat dan diamati.

Menurut teori ini kehidupan tunduk pada hukum S – R (stimulus – respon) atau aksi-reaksi. Menurut
teori ini, pada dasarnya belajar merupakan hubungan respon – stimulus. Belajar merupakan upaya
untuk membentuk hubungan stimulus – respon seoptimal mungkin. Tokoh utama teori ini
yaitu Edward L. Thorndike yang memunculkan tiga teori belajar yaitu, law of readiness, law of
exercise, dan law of effect. Menurut hukum kesiapan (readiness) hubungan antara stimulus dengan
respon akan terbentuk bila ada kesiapan pada system syaraf individu. Hukum
latihan/pengulangan (exercise/repetition) stimulus dan respon akan terbentuk apabila sering dilatih
atau diulang – ulang. Hukum akibat (effect) menyatakan bahwa hubungan antara stimulus dan respon
akan terjadi apabila ada akibat yang menyenangkan.
c. Organismic/Cognitive Gestalt Field

Menurut teori ini keseluruhan lebih bermakna daripada bagian-bagian, keseluruhan bukan kumpulan
dari bagian-bagian. Manusia dianggap sebagai makhluk yang melakukan hubungan timbal balik
dengan lingkungan secara keseluruhan, hubungan ini dijalin oleh stimulus dan respon. Stimulus yang
hadir diseleksi menurut tujuannya, kemudian individu melakukan interaksi dengannya terus-menerus
sehingga terjadi suatu proses pembelajaran. Dalam hal ini guru lebih berperan sebagai pembimbing
bukan sumber informasi sebagaimana diungkapkan dalam pandangan koneksionisme, peserta didik
lebih berperan dalam hal proses pembelajaran, belajar berlangsung berdasarkan pengalaman yaitu
kegiatan interaksi antara individu dengan lingkungannya. Belajar menurut teori ini bukanlah sebatas
menghapal tetapi memecahkan masalah, dan metode belajar yang dipakai adalah metode
ilmiah dengan cara anak didik dihadapkan pada suatu permasalahan yang cara penyelesaiannya
diserahkan kepada masing-masing anak didik yang pada akhirnya peserta didik dibimbing untuk
mengambil suatu kesimpulan bersama dari apa yang telah dipelajari.

Prinsip-prinsip maupun penerapan dari organismic/cognitive gestalt field, antara lain ;

–            Belajar berdasarkan keseluruhan

Prinsip ini mempunyai pandangan sebagaimana proses pembelajaran terpadu. Pelajaran yang yang
diberikan kepada peserta didik bersumber pada suatu masalah atau pkok yang luas yang harus
dipecahkan oleh peserta didik, peserta didik mengolah bahan pembelajaran dengan reaksi seluruh
pelajaran oleh keseluruhan jiwanya.

–            Belajar adalah pembentukan kepribadian

Anak dipandang sebagai makhluk keseluruhan, anak diimbing untuk mendapat pengetahuan, sikap,
dan ketrampilan secara berimbang. Ia dibina untuk menjadi manusia seutuhnya yang memiliki
keseimbangan lahir dan batin antara pengetahuan dengan sikapnya. Seluruh kepribadiannya
diharapkan utuh melalui program pembelajaran yang terpadu.

–          Belajar berkat pemahaman

Belajar merupakan proses pemahaman. Pemahaman mengandung makna penguasaan pengetahuan,


dapat menyelaraskan sikap dan ketrampilannya. Ketrampilan menghubungkan bagian-bagian
pengetahuan untuk diperoleh sesuatu kesimpulan merupakan wujud pemahaman.

–          Belajar berdasarkan pengalaman

Proses belajar adalah bekerja, mereaksi, memahami, dan mengalami. Dalam proses pembelajaran
peserta didik harus aktif dengan pengolahan bahan pembelajaran melalui diskusi, Tanya jawab, kerja
kelompok, demonstrasi, survey lapangan, dan sejenisnya

–          Belajar adalah proses berkelanjutan

Belajar adalah proses sepanjang masa. Manusia tidak pernah berhenti untuk belajar, hal ini dilakukan
karena faktor kebutuhan. Dalam pelaksanaannnya dianjurkan dalam pengembangannya kurikulum
tidak hanya terpaku pada proses pembelajaran yang ada tetapi mengembangkan proses pembelajaran
yang bersifat ekstra untuk memenuhi kebutuhan peserta didik. Keberhasilan belajar tidak hanya
ditentukan oleh kemampuan anak didik tetapi menyangkut minat, perhatian, dan kebutuhannya.
Dalam kaitan ini motivasi sangat menentukan dan diperlukan.

D. KESIMPULAN
Pengembangan kurikulum yang ada di Indonesia, saat ini telah banyak mengalami perubahan. Banyak
hal yang dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum di suatu negara termasuk Indonesia.
Diantara landasan pengembangan kurikulum yang perlu dipertimbangkan yaitu landasan psikologi
dalam pengembangan kurikulum.

Dalam pengembangan kurikulum aspek psikologi patut dipertimbangkan, pada proses pelaksanaan
kurikulum faktor psikologi dari pebelajar perlu diperhatikan. Psikologi yang dimaksud di sini,
terdapat dua aspek psikologi antara lain; psikologi perkembangan dan psikologi belajar.

Psikologi perkembangan memandang aspek kesiapan peserta didik dalam proses pelaksanaan
kurikulum, beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum perlu
memandang dan memperhatikan faktor psikologi perkembangan dari tiap-tiap peserta didik

  Landasan Teoritis
Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan standar”
(standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi (competency-based
curriculum). Pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar nasional sebagai
kualitas minimal warganegara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum
berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi
peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan,
berketerampilan, dan bertindak.

Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaan yang dilakukan guru (taught curriculum)
dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas,
dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum)
sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman
belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil
belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum. 

Anda mungkin juga menyukai