ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya DRP pada pasien geriatrik yang mendapat
resep polifarmasi pada pasien stroke di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi. Penelitian
dilakukan pada bulan November 2017. Penelitian ini merupakan penelitian prospektif dengan
data yang disajikan secara deskriptif. Data diperoleh dari catatan medis, kartu informasi obat
dan wawancara pasien. Hasil dari penelitian ini adalah 41 pasien yang digunakan sebagai
subjek. Ada 3 orang (7,32%) mengalami DRP dan 38 orang (92,68%) tidak mengalami DRP.
Dari tujuh kategori DRP hanya ada 2 kategori DRP yang didirikan, ada 1 kategori terapi obat
bawaan yang tidak terlokalisasi (2,44%) dan 2 kategori insiden dosis terlalu tinggi (4,88%).
Keywords : Drug Related Problem, Polypharmacy, Geriatri.
maupun berbagai situasi, tetapi arti dasar kategori ketidakpatuhan pada lanjut usia
dari polifarmasi itu sendiri adalah obat yang dapat mempengaruhi tidak
dalam jumlah yang banyak yang terdapat tercapainya outcome terapi yang
dalam suatu resep untuk efek klinik yang diharapkan. Oleh karena itu peran
tidak sesuai. Jumlah dari suatu obat yang apoteker dalam pelayanan dan monitoring
diambil tidak selalu menjadi indikasi penggunaan obat pada lanjut usia perlu
utama akan adanya polifarmasi akan tetapi ditingkatkan untuk mencegah dan
juga dihubungkan dengan adanya efek mengatasi DRP sehingga tingkat
klinis yang sesuai atau tidak sesuai pada pengetahuan dan kepatuhan lanjut usia
pasien (Rambhade, 2012). meningkat serta outcome terapi tercapai
Lanjut usia adalah seseorang yang telah (Purworini, 2013)
mencapai usia 60 tahun ke atas Penyakit stroke merupakan penyakit yang
(Pemerintah RI, 1998). Pada usia tersebut sering terjadi pada lansia dan berpotensi
terjadi perubahan fisiologis akibat proses mendapatkan resep polifarmasi. Di Unit
penuaan yang bersifat universal berupa rawat inap bangsal syaraf RRSN
kemunduran dari fungsi biosel, jaringan, Bukittinggi, terlihat peningkatan jumlah
organ, bersifat progesif, perubahan secara kasus stroke yaitu 77,39% pada tahun
bertahap, akumulatif dan intrinsik 2013, 76,54% pada tahun 2014 dan
(Departemen kesehatan, 2006). 79,26% pada tahun 2015. (Laporan
Hasil penelitian di RSUP dr. Sardjito Kinerja Instalasi Rekam Medis , 2015)
Yogyakarta menyebutkan terdapat 48 Berdasarkan latar belakang tersebut
kasus pemilihan obat yang tidak tepat penulis tertarik melakukan penelitian
pada pasien lanjut usia diantaranya 31% untuk mengetahui dan mengidentifikasi
obat yang kontraindikasi dalam jenis dan jumlah persentase kejadian DRP
pemakaiannya untuk pasien dan 25% obat yang terjadi pada pasien lanjut usia di
yang diterima pasien bukan merupakan Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi
obat yang paling tepat (Rahmawati et al., dipilih karena masih sedikit penelitian
2008). mengenai DRP pada pasien lanjut usia di
Dari hasil penelitian di Apotek Farmasi RS. Stroke Nasional Bukittinggi.
Airlangga Surabaya pada bulan Februari
2013 menunjukan tingginya kejadian DRP
pada pria 1,25 kali lebih besar sedikit ≥85 tahun sebesar 2,44%.
dibandingkan wanita. Hal ini disebabkan Distribusi ini sesuai dengan susunan
oleh gaya hidup pria yang lebih tidak penduduk Indonesia hasil sensus
sehat dibanding wanita seperti merokok, penduduk tahun 2010 yang menyatakan
mengkonsumsi alkohol, dll. Dari segi bahwa jumlah penduduk terus menurun
fisiologis, pria juga memiliki metabolisme seiring dengan pertambahan usia (BPS,
yang cenderung melambat seiring dengan 2012). Usia jelas saja mempengaruhi
bertambahnya umur dan berat badan. kondisi kesehatan seseorang, seiring
Artinya semakin tinggi berat badan dengan pertambahan usia, maka
seseorang maka semakin besar pula resiko metabolisme tubuh juga akan semakin
atau prevalensi pasien tersebut untuk menurun serta fungsi organ dan jaringan
terkena stroke. tubuh yang kurang optimal. Hal ini akan
Tabel 2. Distribusi Pasien Berdasarkan memperparah kondisi dan keadaan
Usia seseorang apabila disertai dengan kondisi
Jumlah hipertensi yang meningkatkan resiko
Usia (tahun) %
Pasien seseorang terkena stroke.
Iskemik 28 68,29
75-79 6 14,63
Hemoragik 13 31,71
80-84 3 7,32
Jumlah 41 100
≥85 1 2,44
Jumlah 41 100
Jenis stroke yang dialami oleh pasien
Pada tabel 2 dapat dilihat distribusi usia stroke adalah hemoragik sebesar 31,71%
pada responden dimana jumlah responden dan iskemik sebesar 68,29% seperti tersaji
paling banyak berada pada rentang usia pada tabel 3. Hasil penelitian ini
60-64 tahun sebesar 39,02% dan paling mendekati pernyataan Junaidi (2004) yang
tiba, sedangkan untuk stroke hemoragik obat sebanyak 5 macam (4,89%) 6 macam
istirahat malam dan biasanya tidak disertai (21,95%), 9 macam (9,76%), 10 macam
iskemik merupakan salah satu pembunuh obat yang berjumlah lima atau lebih
paling ditakuti karena kejadiannya yang berarti pada lanjut usia terjadi polifarmasi.
terhadap stroke ini berlangsung lebih lebih obat dalam satu hari dan umumnya
lambat dari onset terjadinya stroke. Oleh terjadi pada pasien lanjut usia (Koh,
karena itu stroke iskemik lebih tinggi Kutty, & Li., 2005). Peningkatan