Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MAKALAH

TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN HORTIKULTURA


“ Anggrek Vanda”

Oleh :

Nama : Maulanie Prameshwari Muqsith


Nim : D1F118001
Kelas : PTP-A

JURUSAN PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan keragaman


jenis dan varietas berbagai tanaman hortikultura. Salah satunya adalah tanaman hias.
Anggrek termasuk kelompok tanaman hias yang mempunyai kelebihan berupa
spektrum yang luas pada warna, bentuk, ukuran tekstur, variasi, dan mempunyai nilai
estetika tinggi (Sahetapy et al, 2014).
Jenis anggrek sudah umum dikenal yakni sebagai tanaman hias dan anggrek
merupakan salah satu tumbuhan yang mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi. Di
dunia jenis anggrek diperkirakan 17.000 – 35.000 jenis, dan terdiri dari 750 – 850
marga. Anggrek dapat tumbuh di seluruh dunia, namun sebagian besar terdapat di
daerah tropik. Jumlah anggrek di Indonesia diprediksi 5.000-6.000 jenis dan untuk
Kalimantan serta Papua diperkirakan memiliki jumlah anggrek tertinggi yaitu 2.500-
3.000 jenis, sedangkan di Sumatera ±900 jenis dan Jawa ±700 jenis (Siregar et al.,
2005; Sulistiarini dan Djarwaningsih, 2009).
Salah satu jenis anggrek yang banyak diminati masyarakat dan mempunyai
nilai ekonomi tinggi adalah anggrek vanda. Vanda sebagai tanaman hias umumnya
telah dimanfaatkan sebagai penghasil tanaman hias dan bunga potong.
Keanekaragaman warna bunga dengan berbagai variasinya, menyebabkan Vanda
tidak pernah surut dari penggemarnya. Variasi yang ada pada anggrek merupakan
salah satu keunggulan tanaman tersebut yang memungkinkan untuk dibuat
hibridahibrida baru. Keunggulan tanaman anggrek ditentukan oleh warna, ukuran,
bentuk, susunan, jumlah kuntum bunga pertangkai, panjang tangkai dan daya tahan
kesegaran bunga (Widiastoeti et al., 2010).
Di dalam sistem dan usaha agribisnis atau agroindustri, pemuliaan anggrek
selalu mengarah pada kebutuhan pasar atau selera konsumen. Pemilihan jenis
anggrek sangat dipengaruhi oleh sifat dan kualitas yang dikehendaki oleh pasar.
Sedangkan bagi produsen diperlukan ekologi yang sesuai, kemudahan dalam
budidaya dan informasi pasar yang akurat. Menurut Septiana dkk., (2016) Anggrek
jenis Vanda termasuk dalam Anggrek komersial karena anggrek Vanda berpotensi
sebagai komoditas non migas yang siap diekspor sebagai bunga potong karena
kemampuannya memasuki pasaran yang luas baik di dalam maupun luar negri.
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka penting dibuat makalah ini untuk
mengetahui apa saja usaha yang dilakukan dalam meningkatkan kualitas, teknik
budidaya anggrek yang baik serta mengetahui keunikannya sehingga dapat menarik
selera konsumen dalam negeri maupun luar negeri.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut.


1. Bagaimana perbaikan genetik pada tanaman hias anggrek vanda?
2. Zat pengatur tumbuh apasaja yang digunakan dalam budidaya anggrek
Vanda?
3. Apa saja keunikan dari tanaman hias angggrek vanda?

1.3. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui perbaikan genetik, zat
pengatur tumbuh dan keunikan dari tanaman hias anggrek vanda.
BAB II. PEMBAHASAN

2.1. Perbaikan Genetik Tanaman Hias Anggrek Vanda


Keragaman genetik yang tinggi merupakan salah satu faktor utama dalam
upaya pemuliaan atau perbaikan sifat tanaman. Metode pemuliaan tanaman
konvensional melalui persilangan dan seleksi tanaman telah berhasil untuk
menciptakan varietas-varietas baru yang memiliki karakter yang diharapkan seperti
warna, bentuk, aroma, bentuk tanaman, umur simpan dan ketahanan terhadap hama
dan penyakit.
Salah satu cara untuk meningkatkan mutu bunga anggrek ialah melalui
persilangan. Persilangan adalah satu teknik menyilangkan bunga dengan meletakkan
pollen pada stigma. Bunga anggrek yang telah mengalami penyerbukan akan layu
pada perianthium (perhiasan bunga). Walaupun perianthium layu, ovarium yang
terletak di bawah perianthium tetap segar dan tidak gugur. Setelah itu ovarium akan
tumbuh dan berkembang hingga siap untuk dibuahi. Adanya perkembangan ovarium
ditandai dengan bertambah besarnya diameter ovarium. Jarak waktu antara polinasi
(penyerbukan) sampai terjadi fertilisasi (pembuahan) pada anggrek sangat bervariasi.
Pada anggrek Vanda pembuahan terjadi antara 5 – 10 bulan, dihitung sejak mulai
dilakukan penyerbukan. Contohnya : pada Vanda suavis berkisar antara 6 – 10 bulan
dan Vanda tricolor berkisar antara 5 – 6 bulan (Withner, 1959).
Tanaman anggrek banyak yang mudah sekali membentuk persilangan antar
genus, sehingga diperoleh varietas unggul baru yang mewarnai
peranggrekkan. Hasil persilangan tersebut dikenal sebagai hibrid intergenerik atau
hibrid multigenerik. Persilangan intergenerik ini hanya terjadi dalam kelompok
tanaman yang memiliki kemiripan sifat dan karakter. Oleh karena itu dalam
melakukan persilangan antar genus diperlukan informasi mengenai hubungan
kekerabatannya.
Purwantoro et al. (2005) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa
keragaman morfologi bunga, daun, maupun akar dapat digunakan sebagai acuan
dalam program pemuliaan tanaman untuk memperoleh karakter unggul yang
diharapkan. Hal ini selaras dengan pendapat Pangestu et al. (2014) yang menyatakan
bahwa informasi kedekatan hubungan secara morfologi men-cirikan adanya
kedekatan hubungan secara genetik yang merupakan informasi dasar yang diperlukan
untuk kegiatan pemuliaan tanaman. Oleh karena itu untuk mencapai keberhasilan
dalam perbaikan genetik melalui persilangan yang dikendalikan oleh manusia, perlu
mengetahui hubungan kekerabatan antar tetua yang dipilih sebagai sumber gen. Salah
satu pembatas keberhasilan persilangan adalah kedekatan hubungan kekerabatan
genetik antar tetua. Pemilihan induk jantan dan betina yang akan disilangkan harus
disertai dengan penguasaan sifat-sifat kedua induk tersebut, termasuk sifat yang
dominan, seperti ukuran bunga, warna dan bentuk bunga, yang akan muncul kembali
pada turunannya (Widiastoety et al., 2010).
Anggrek hibrida merupakan anggrek hasil persilangan. Penyilangan akan
menghasilkan keturunan yang disebut hibrida interspesifik, hibrida intraspesifik,
hibrida intergenetik atau hibrida multigenetik, yaitu hibridisasi antara dua atau lebih
genus. Anggrek hasil persilangan memiliki keanekaragaman sifat yang besar, yang
memberi peluang untuk memilih turunan yang terbaik untuk kemudian diperbanyak
secara massal dengan teknik kultur in vitro atau kultur jaringan (Widiastoety et al,
2010).

2.2. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman Hias Anggrek Vanda

Salah satu teknologi peningkatan produktivitas tanaman hias adalah dengan


menggunakan zat pengatur tumbuh (ZPT). ZPT merupakan senyawa organik bukan
nutrisi tanaman, aktif dalam konsentrasi rendah yang dapat merangsang, menghambat
atau merubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Secara prinsip zat pengatur
tumbuh bertujuan untuk mengendalikan pertumbuhan tanaman. Dua golongan zat
pengatur tumbuh yang sangat penting adalah auksin dan sitokinin.
Salah satu cara untuk mendapatkan bibit anggrek secara vegetatif adalah
dengan pemberian hormon tumbuh Root-Up. RootUp adalah hormon pertumbuhan
akar yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar pada perbanyakan vegetatif
(cangkok, stek). RootUp merupakan tepung bubuk putih yang mengandung auksin
yang merupakan zat pengatur tumbuh (ZPT). Auksin dapat berfungsi untuk
merangsang perpanjangan sel, pembentukan bunga dan buah, pertumbuhan akar pada
stek batang, perpanjangan titik tumbuh, serta pencegahan gugur daun dan bunga
(Koensemarijah, 1992).
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan embriogenesis somatik
adalah auksin. Chen & Chang (2001) dan Tokuhara & Mii (1993), menyatakan
bahwa auksin memacu pembentukan kalus embriogenik dan struktur embrio somatik
sehingga mampu memacu pertumbuhan eksplan. Salah satu zat pengatur tumbuh
yang termasuk auksin yaitu 2,4-D (2,4-Dichlorophenoxyacetic acid) (Litz et al.,
1998). Selain itu, ZPT yang berpengaruh terhadap embriogenesis adalah sitokinin
(Chen & Chang, 2001).
Pada zat pengatur tumbuh yang perlu diperhatikan adalah ketepatan memilih
jenis dan konsentrasi yang sesuai dengan jenis tanaman dan kondisi fisiologis dari
eksplan atau jaringan yang ditumbuhkan. Hal ini dikarenakan setiap jenis dan
jaringan tanaman mempunyai respon tersendiri terhadap pemberian zat pengatur
tumbuh. Hal ini sesuai dengan penelitian Sukma dalam Artina (2014) tentang
pengaruh BAP atau kinetin terhadap pertumbuhan daun, menunjukkan bahwa BAP
atau kinetin sebagai salah satu jenis sitokinin lebih berfungsi untuk mendorong
pembentukan tunas, menghambat pertambahan tinggi, sehingga menekan jumlah
daun. Menurut Kusmianto (2008) penggunaan sitokinin pada konsentrasi tinggi dapat
mengganggu penyerapan unsur hara serta menghambat pertumbuhan eksplan.

2.3. Keunikan Tanaman Hias Anggrek Vanda

Bunga dari kelompok Vanda ini mempunyai ukuran yang sangat bervariasi,
dari Saccolabium yang sangat kecil hingga ukuran bunga Vanda yang normal yaitu
berkisar antara 6 – 8 cm. Bahkan untuk beberapa Vanda hasil persilangan bunga yang
didapat berukuran lebih besar dengan variasi warna, corak dan bentuk yang beragam.
Vanda strap-leaf atau Vanda berdaun lebar mempunyai bentuk dan warna yang indah,
misalnya: Vanda tricolor, bunga berwarna putih gading bercorak kuning, putih
kemerah mudaan, merah keunguan atau merah bintik coklat. Bunga Anggrek Vanda
tricolor memiliki bau yang harum, aroma harum ini dipengaruhi oleh ketinggian
tempat hidupnya, pada dataran tinggi aromanya sangat kuat dan makin turun ke
dataran rendah aromanya semakin berkurang (Metusala, 2007).
Vanda coerulea, bunga berwarna biru dengan retikulasi biru gelap. Euanthe
sanderiana, bunga berwarna merah muda dan merah kecoklatan dengan retikulasi
yang lebih gelap. Vanda luzonica yang mirip dengan Vanda tricolor mempunyai
bunga berwarna ungu atau ungu muda. Vanda bensoni, bunga berwarna kuning pucat
kehijauan dengan bintik merah kecoklatan dan labelum kebiruan. Vanda denisoniana
berwarna putih gading atau merah kecoklatan.
Namun demikian, Vanda teret atau Vanda pensil tidak kalah menariknya
dibandingkan Vanda berdaun lebar. Contohnya: Vanda hookeriana, bunga berwarna
biru kehijauan dengan aksentuasi warna merah muda sampai ungu dan bercorak
bintik-bintik ungu tua (Bechtel et al. 1992).
Daun tanaman anggrek Vanda berbentuk pita agak melengkung, dengan posisi
daun yang berhadapan dan lebar kurang lebih 3 cm dengan panjang daun mencapai
45 cm maka dari itu, Vanda tricolor masuk dalam jenis anggrek strap-leaf karena
memiliki daun yang lebar serta warna dan bentuk yang indah (Widiastoety, 2012).

a). Vanda luzonica b). Euanthe sanderiana c). Vanda tricolor

d). Vanda coerulea e). Vanda denisoniana d.) Vanda hookeriana


BAB III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Anggrek termasuk kelompok tanaman hias yang mempunyai kelebihan berupa


spektrum yang luas pada warna, bentuk, ukuran tekstur, variasi, dan mempunyai nilai
estetika tinggi. Vanda merupakan salah satu jenis anggrek yang mempunyai nilai
ekonomi tingi. Anggrek kelompok Vandaceous mempunyai keragaman yang sangat
besar, baik habitat, ukuran, bentuk, maupun warna bunganya.
3.2. Saran
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kekeliruan baik
dalam bentuk kata maupun kalimat, untuk itu penulis sangat berharap masukan, kritik
maupun saran yang sifatnya membangun guna perbaikan penyusunan makalah
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Hartati. S dan L. Darsana. 2015. Karakterisasi Anggrek Alam secara Morfologi dalam
Rangka Pelestarian Plasma Nutfah. Jurnal Agronomi Indonesia. 43 (2): 133-
139.

Pangestu, F., S.A. Aziz., D. Sukma. 2014. Karakterisasi Morfologi Anggrek


Phalaenopsis Hibrida. Jurnal Hortikultura Indonesia. 5 (1): 29-35.

Purwantoro, A., E. Ambarwati dan F. Setyaningsih. 2005. Kekerabatan AntarAnggrek


Spesies Berdasarkan Sifat Morfologi Tanaman dan Bunga. Ilmu Pertanian. 1
(12): 1-12.
Salisbury, F.B. dan Ross. 1993. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Terjemahan oleh
Lukman dan Sumaryono. ITB. Bandung

Siregar, C., A. Listiawati dan Purwaningsih. 2005.Anggrek Spesies Kalimantan Barat


Vol. 1. Lembaga Penelitian dan Pengembangan PariwisataKalimantan Barat
(LP3- KB). Pontianak.

Sulistiarini, D. dan T. Djarwaningsih. 2009. Keanekaragaman Jenis Anggrek


Kepulauan Karimun Jawa. Jurnal Teknik Lingkungan. 10 (2):167- 172.

Widiastoety, D., N. Solvia dan M. Soedarjo. 2010.Potensi Anggrek


DendrobiumdalamMeningkatkan Variasi dan Kualitas Anggrek Bunga
Potong. Jurnal Litbang Pertanian. 29 (3): 101-106.

Whitner, C.L. 1959. Orchid physiology. In C.L. Whitner (ed.). The Orchid a
Scientific Survey. Ronald Press. Co. New York. 589 – 599

Anda mungkin juga menyukai