Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I

“SEDIMENTASI”

GRUP I

1. Mega Rosi Lina 17031010099


2. Agung Firdaus K 17031010127

Tanggal Percobaan : 19 Februari 2018

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
SURABAYA
2019
SEDIMENTASI

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN TUGAS PRAKTIKUM


OPERASI TEKNIK KIMIA I

“SEDIMENTASI”

GROUP I

1. Mega Rosi Lina 17031010099


2. Agung Firdaus K 17031010127

Telah diperiksa dan disetujui oleh :

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I i


SEDIMENTASI

Kepala Laboratorium
Operasi Teknik Kimia I

(Ir. C. Pujiastuti, MT)


NIP. 19630305 198803 2 001

Dosen Pembimbing

( Ir. Nurul Widji Triana, MT)


NIP. 19610301 198903 2 001

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I ii


SEDIMENTASI

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Resmi Operasi
Teknik Kimia I ini dengan judul “Sedimentasi”.
Laporan Resmi ini merupakan salah satu tugas mata kuliah praktikum
Operasi Teknik Kimia I yang diberikan pada semester IV. Laporan ini disusun
berdasarkan pengamatan hingga perhitungan dan dilengkapi dengan teori dari
literatur serta petunjuk asisten pembimbing yang dilaksanakan pada tanggal 19
Februari 2019 di Laboratorium Operasi Teknik Kimia.
Laporan hasil praktikum ini tidak dapat tersusun sedemikian rupa tanpa
bantuan baik sarana, prasarana, pemikiran, kritik dan saran. Oleh karena itu, tidak
lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ir. C. Pujiastuti,MT selaku Kepala Laboratorium Operasi Teknik Kimia
2. Ibu Ir. Nurul Widji Triana, MT selaku dosen pembimbing praktikum
3. Seluruh asisten dosen yang membantu dalam pelaksanaan praktikum
4. Rekan – rekan mahasiswa yang membantu dalam memberikan masukan-
masukan dalam praktikum.
Penyusun sangat menyadari dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan. Maka dengan rendah hati, kami selalu mengharapkan kritik dan
saran, seluruh asisten dosen yang turut membantu dalam pelaksaan kesempurnaan
laporan ini. Akhirnya penyusun mengharapkan semua laporan praktikum yang
telah disusun ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Teknik khususnya
jurusan Teknik Kimia.

Surabaya, 21 Februari 2018

Penyusun

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I iii


SEDIMENTASI

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

INTISARI...............................................................................................................v

DAFTAR TABEL..……………………………..…………………………………….....…....vi

DAFTAR GRAFIK……………………………..………………………………………..….vii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................8

I.1 Latar Belakang..............................................................................................8

I.2 Tujuan............................................................................................................9

I.3 Manfaat..........................................................................................................9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................10

II.1 Secara Umum.............................................................................................10

II.2 Sifat Bahan................................................................................................. 17

II.3 Hipotesa......................................................................................................18

II.4 Diagram Alir..............................................................................................19

BAB III PERCOBAAN.......................................................................................20

III.1 Bahan yang Digunakan...........................................................................20

III.2 Alat yang Digunakan...............................................................................20

III.3 Gambar Alat.............................................................................................20

III.4 Rangkaian Alat........................................................................................21

III.5 Prosedur....................................................................................................22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………………..23


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………….……………………………………...36
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………37

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I iv


SEDIMENTASI

APPENDIX………………………………………………………………………………...….38

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I v


SEDIMENTASI

INTISARI

Sedimentasi merupakan operasi pemisahan campuran padatan dan cairan


agar menjadi cairan bening dan slurry yang lebih pekat konsentrasinya. Pemisahan
padatan sedimentasi didasarkan pada perbedaan densitas antara fase dan dapat
berlangsung karena adanya gaya gravitasi yang mendorong partikel padatan untuk
mengendap ke bawah. Proses sedimentasi banyak digunakan pada industri kimia
seperti pada proses pembuatan kertas proses penjernihan air, dan proses pada unit
pengolahan limbah.

Praktikum sedimentasi menggunakan bahan tepung tapioka dan air,


percobaan ini dilakukan membuat slurry dengan konsentrasi yang ditentukan.
Tepung tapioka dengan berat masing-masing tidak ada Baker Glass hingga
membentuk pasta lalu diencerkan hingga 500 ml. Campuran diaduk hingga
homogen yang dicatat dan diamati ketinggian permukaan slurry dan airnya pada
selang waktu yang ditentukan, hingga dicapai tinggi permukaan slurry yang
konstan. Tujuan dari percobaan ini untuk mengetahui dan menentukan laju
pengendapan tepung tapioka di dalam larutan.

Proses sedimentasi dipengaruhi oleh banyak faktor seperti konsentrasi.


Besar konsentrasi larutan maka kecepatan sedimentasinya berubah. Semakin lama
waktu pengendapan maka endapan yang dihasilkan semakin banyak pula. Hasil
dari praktikum sedimentasi ini adalah didapat data tinggi slurry, data untuk
merancang continuous thickener volume, debit, luas penampang dan diameter
serta tinggi dan waktu tak hingga untuk mencapai critical settling point. Pada
larutan 4%, 5%, 6%, 7%, dan 8% settling point terjadi pada waktu yang sama
yaitu pada menit ke-290.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I vi


SEDIMENTASI

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Pengamatan Zo, Z1, Z2, dan Z3 pada konsentrasi larutan 4%


Tabel 2 Pengamatan Zo, Z1, Z2, dan Z3 pada konsentrasi larutan 5%
Tabel 3 Pengamatan Zo, Z1, Z2, dan Z3 pada konsentrasi larutan 6%
Tabel 4 Pengamatan Zo, Z1, Z2, dan Z3 pada konsentrasi larutan 7%
Tabel 5 Pengamatan Zo, Z1, Z2, dan Z3 pada konsentrasi larutan 8%
Tabel 6 Perhitungan C1, v, Q, Ap, D, h pada konsentrasi larutan 4%
Tabel 7 Perhitungan C1, v, Q, Ap, D, h pada konsentrasi larutan 5%
Tabel 8 Perhitungan C1, v, Q, Ap, D, h pada konsentrasi larutan 6%
Tabel 9 Perhitungan C1, v, Q, Ap, D, h pada konsentrasi larutan 7%
Tabel 10 Perhitungan C1, v, Q, Ap, D, h pada konsentrasi larutan 8%

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I vii


SEDIMENTASI

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Hubungan antara waktu pengendapan (t,menit) dengan tinggi


slurry (Z2, cm) pada slurry konsentrasi 4%

Grafik 2 Hubungan antara konsentrasi slurry (C1, gr/cm3) dengan kecepatan


pengendapan (v, cm/menit) pada slurry konsentrasi 4%

Grafik 3 Hubungan antara waktu pengendapan (t,menit) dengan tinggi


slurry (Z2, cm) pada slurry konsentrasi 5%

Grafik 4 Hubungan antara konsentrasi slurry (C1, gr/cm3) dengan kecepatan


pengendapan (v, cm/menit) pada slurry konsentrasi 5%

Grafik 5 Hubungan antara waktu pengendapan (t,menit) dengan tinggi


slurry (Z2, cm) pada slurry konsentrasi 6%

Grafik 6 Hubungan antara konsentrasi slurry (C1, gr/cm3) dengan kecepatan


pengendapan (v, cm/menit) pada slurry konsentrasi 6%

Grafik 7 Hubungan antara waktu pengendapan (t,menit) dengan tinggi


slurry (Z2, cm) pada slurry konsentrasi 7%

Grafik 8 Hubungan antara konsentrasi slurry (C1, gr/cm3) dengan kecepatan


pengendapan (v, cm/menit) pada slurry konsentrasi 7%

Grafik 9 Hubungan antara waktu pengendapan (t,menit) dengan tinggi


slurry (Z2, cm) pada slurry konsentrasi 8%

Grafik 10 Hubungan antara konsentrasi slurry (C1, gr/cm3) dengan kecepatan


pengendapan (v, cm/menit) pada slurry konsentrasi 8%

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I viii


BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sedimentasi adalah proses pemisahan larutan suspensi menjadi jernih dan


suspensi yang lebih padat (sludge). Sedimentasi merupakan salah satu cara yang
paling ekonomis untuk memisahkan padatan dari suspensi bubur atau slurry.
Larutan suspensi terdiri dari campuran fase cair dan fase padat yang bersifat
settleable. Bersiat settleable maksdunya dapat diendapkan karena perbedaan
densitas antara fasenya. Proses sedimentasi dapat dilakukan secara batch dan
continue. Proses batch dilakukan untuk skala laboratorium sedangkan continue
digunakan dalam proses komersial dengan mempertimbangkan kecepatan
pengendapan dan partikel partikelnya. Proses sedimentasi memanfaatkan gaya
gravitasi karena sedimentasi dilakukan dengan mendiamkan suspensi hingga
terbentuk endapan yang terpisah dengan cairan yang bening. Proses sedimentasi di
dunia industri kimia banyak digunakan seperti pada proses pembuatan kertas,
proses penjernihan air dan proses pemisahan buangan nira serta digunakan pada
unit pengolahan limbah.

Prosedur dari percobaan yang akan dilakukan adalah pertama membuat


campuran slurry dari tepung tapioka dengan konsentrasi yang ditentukan
kemudian diaduk hingga homogen. Campuran tersebut dimasukkan dalam gelas
ukur, kemudian kita akan mencatat tinggi permukaan slurry dan air setiap selang
waktu yang ditentukan hingga tercapai tinggi permukaan slurry yang konstan.
Kemudian dicatat saat terjadi critical settling point. Setelah semua data diperoleh
maka dilanjutkan dengan membuat grafik hubungan antara tinggi permukaan
endapan dengan waktu.

Tujuan yang ingin dicapai dalam percobaan sedimentasi adalah untuk


mengetahui dan merencanakan continous thickener data batch sedimentasi. Selain
itu, kita juga akan memahami dan menentukan laju pengendapannya, mengetahui
hubungan antara laju pengendapan dengan konsentrasi larutan. Serta manfaat

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 9


percobaan ini agar praktikan dapat menggambarkan hubungan laju pengendapan
dengan konsentrasi larutan tersebut pada sebuah grafik.

I.2 Tujuan Percobaan

1. Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi


sedimentasi
2. Untuk menentukan laju pengendapan atau kecepatan pengendapan tepung
tapioka dalam cairan
3. Untuk merancang suatu continous thickener berdasarkan data batch
sedimentasi.

I.3 Manfaat Percobaan

1. Agar praktikan dapat mengetahui hubungan laju pengendapan dengan


konsentrasi larutan
2. Agar praktikan dapat mengetahui proses sedimentasi yang terjadi
3. Agar praktikan dapat mengetahui aplikasi sedimentasi pada bidang industri

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 10


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Secara Umum


Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan padatan dalam cairan
karena adanya gravitasi. Ketika suatu partikel pada saat berada pada jarak yang
cukup jauh dari dinding atau partikel padatan lainnya kecepatan jatuhnya tidak
dipengaruhi oleh gesekan dinding maupun dengan partikel lainnya, peristiwa ini
disebut free settling. Ketika partikel padatan berada pada keadaan saling
berdesakan maka partikel akan mengendap pada kecepatan rendah, peristiwa ini
butut hindered settling. Proses sedimentasi memiliki tujuan untuk memisahkan
partikel dari aliran fluida sehingga berita tersebut bebas dari kontaminasi partikel
lain. Dalam proses yang lain, partikel-partikel diperoleh kembali sebagai produk,
seperti dalam perolehan kembali fase terdispersi dalam ekstraksi cair-cair. Dalam
beberapa kasus, partikel partikel tersuspensi dalam cairan hingga partikel dapat
dipisahkan menjadi beberapa fraksi yang berbeda berdasarkan ukuran dan
densitasnya.
Aplikasi dari sedimentasi seperti menghilangkan padatan dari limbah cair,
pengendapkan kristal dan larutan induk, pemisahan campuran cair-cair dari
ekstraksi pelarut, pengendapan partikel makanan padat dari makanan (bahan) cair,
dan pengendapan slurry dari proses leaching. Dapat berupa partikel padat atau
tetes cairan. fluida dapat berupa cairan maupun gas dan dapat dalam keadaan
diam ataupun bergerak.
(Geankoplis, 1978)
Proses sedimentasi pada umumnya dilakukan setelah proses koagulasi dan
flokulasi. Tujuannya adalah untuk memperbesar partikel padatan sehingga
menjadi lebih berat dan dapat tenggelam dalam waktu lebih singkat. Ukuran dan
bentuk partikel akan mempengaruhi rasio permukaan terhadap volume partikel,
sedangkan konsentrasi partikel mempengaruhi pemilihan tipe bak sedimentasi,
serta temperatur mempengaruhi viskositas dan berat jenis cairan. Waktu
pengendapan yang efektif dapat diasumsikan sebagai batas saat terjadi perubahan

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 11


pengendapan dari free settling hindered settling, sehingga proses pengendapan
yang efektif terjadi pada keadaan free settling.
(Setiyadi, 2014)

II.1.1 Mekanisme Sedimentasi

Tahapan sedimentasi dideskripsikan dengan metode batch settling dengan


menempatkan slurry dalam silinder dengan konsentrasi padatan yang seragam.
Pada awal sedimentasi yang ditunjukkan pada gambar 2.1(a) sebuah partikel
Indonesia dengan pemisahan bebas ( free settling ) di suspensi zona B. Partikel-
partikel pada jatuh bebas pada kecepatan yang sama dan cairan jernih zona A
terlihat pada gambar 2.1(b). Ketinggian Z dengan laju yang konstan. Zona D
didominasi endapan partikel-partikel padatan lebih berat dan terletak di paling
bawah. Zona C merupakan transisi dimana partikel-partikel padatannya bervariasi
dari zona B. Pada akhirnya zona B dan C akan hilang (gambar 2.1(c)). Keadaan
seperti ini disebut dengan critical point.

Gambar 2.1 Mekanisme sedimentasi

Ketinggian Z merupakan ketinggian jarak interface cairan jernih


dihubungkan dengan fungsi waktu. Critical point ditunjukkan pada titik C, terlihat
pada gambar 2.2

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 12


Gambar 2.2 Grafik waktu pengendapan dengan ketinggian interface

Kecepatan pengendapan ditentukan dengan menggambar tangen pada


kurva gambar 2.2 dengan waktu t1 dan slope -dz/dt=v1. Ketinggian Z1 dan Zi
adalah intercept dari tangen pada kurva, sehingga

Z i −Z 1
V 1=
t i −0

Keterangan:

V 1=kecepatan pengendapan(m/s)
Z1 =ketinggian pada titik 1 (m)
Zi =kecepatan pada titik i (m)
t 1=waktu pada titik 1(s)
Konsentrasi (C1) untuk itu rata-rata konsentrasi jika Zi adalah ketinggian
slurry, maka:
Z0
C 1 Z1 = C 0 Z 0 atau C 1 =
[ ]C
Z1 0

Keterangan:

C 1 = konsentrasi slurry akhir (kg/m3)


C 0 = konsentrasi slurry awal (kg/m3)
Z1 = ketinggian slurry akhir (m)
Z 0= ketinggian slurry awal (m)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 13


(Geankoplis, 1978)
II.1.2 Pemakaian Proses Sedimentasi

II.1.2.1 Proses Batch

Proses batch banyak digunakan dan mudah dilakukan. Mekanismenya


tersaji pada gambar 2.1 selama sedimentasi berlangsung, tinggi masing-masing
zona berubah. Zona A dan B bertambah sedangkan zona C berkurang. Akhirnya
zona A dan B hilang semua padatan berada di zona D. Saat ini disebut critical
settling point, yaitu saat terbentuknya batas tunggal antara cairan bening dan
endapan.

II.1.2.2 Proses Semi Batch

Pada sedimentasi semi batch hanya terdapat cairan keluar atau masuk saja.
Jadi kemungkinan hanya ada slurry yang masuk atau beningan yang keluar.
Proses sedimentasi semi batch disajikan pada gambar 2.3

Gambar 2.3 Proses semi batch

II.1.2.3 Proses Kontinyu

Proses kontinyu terdapat slurry yang masuk dan cairan bening yang keluar
pada saat yang bersamaan saat kondisi steady state maka ketinggian ca.iran akan
selalu tetap.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 14


Gambar 2.4 Mekanisme sedimentasi kontinyu

(Setiyadi, 2014)

II.1.3 Continous Thickener

Continuous thickener terdapat tiga daerah utama yaitu daerah dengan


konsentrasi padatan sangat rendah yang terletak pada lapisan paling atas thickener
(zona klarifikasi), hindered settling yang terletak di tengah di mana konsentrasi
padatan adalah konstan, daerah dengan konsentrasi padatan yang tinggi terletak di
bawah, dimana konsentrasinya perlahan akan naik. Ketebalan dari daerah-daerah
tersebut tidak mudah ditentukan, perubahan dalam laju umpan atau konsentrasi
padatan menyebabkan perubahan bertahap pada ketebalan rata-rata. Pada kondisi
lunak tidak bergantung pada ketebalan lapisan asalkan tidak melampaui tingkat
umpan. Jika thickener dioperasikan untuk waktu yang singkat pada laju ubah
diatas nilai desain, zona pengendapan secara bertahap bertambah tebal karena laju
umpan pada dan melebihi padatan pembatas.

(McCabe, 1999)

II.1.4 Tipe Sedimentasi

Berdasarkan sifat partikelnya, bangunan sedimentasi dikelompokkan


menjadi

1. Sedimentasi tipe 1 (prasedimentasi)


2. Sedimentasi tipe 2 (sedimentasi)
3. Sedimentasi tipe 3 (final clarifier)
4. Sedimentasi tipe 4 (sludge thickener)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 15


Adapun macam bentuk dari bak sedimentasi terdiri dari dua macam yaitu
bak empat persegi panjang (long rectanguler basin) dan bak lingkaran (circular
basin). Suatu bak sedimentasi secara ideal dengan proses kontinyu dibagi menjadi
empat daerah yaitu :
1. Daerah masuk (inlet zone) yang berfungsi untuk mendistribusikan aliran secara
merata pada bab sedimentasi dan menyebarkan kecepatan aliran yang baru
masuk.

2. Daerah pengendapan (settling zone) yang berfungsi untuk mengalirkan air


secara pelan horizontal ke arah outlet dan di dalam zona ini terjadi proses
pengendapan.

3. Daerah lumpur (sludge zone) yang berfungsi sebagai tempat pengumpulan


partikel-partikel yang terendapkan dan juga tempat pengeluaran lumpur.

4. Daerah pengeluaran (outlet zone) berfungsi tempat keluaran air yang telah
bersih dari proses pengendapan melalui pelimpah.

Platte Settler merupakan keping pengendap yang dipasang pada settling


zone dengan kemiringan tertentu untuk meningkatkan efisiensi dan memperluas
bidang pengendapan sehingga proses fisika dan sedimentasi dapat berlangsung
lebih efektif. Ada 3 macam aliran yang melalui platte settler yaitu:

1. Upflow(aliran ke atas), itu dimana sludge turun ke dasar melalui plate ketika
aliran air mengalir ke atas menuju outlet zone.

2. Downflow (aliran ke bawah), yaitu di mana sludge yang mengendap turun ke


dasar bak melalui plate dengan aliran air yang mengalir ke bawah.

3. Crossflow(aliran silang), yaitu dimana sludge turun ke dasar sedangkan aliran


air menyilang di masing-masing plate.

(Husaeni, 2012)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 16


II.1.5 Free Settling dan Hindered Settling

Free setting keadaan dimana padatan bergerak turun hanya karena gaya
gravitasi. Kecepatan yang konstan ini disebabkan oleh konsentrasi tidak bisa batas
yang relatif masih kecil, sehingga pengaruh gaya tarik menarik antar partikel,
gaya gesek dan gaya tumbukan antar partikel dapat diabaikan. Partikel yang
berukuran besar akan turun lebih cepat menyebabkan tekanan ke atas oleh cairan
bertambah. Sehingga mengurangi kecepatan turunnya padatan yang lebih besar,
hal ini membuat kecepatan penurunan semua partikel relatif konstan. Semakin
banyak partikel yang mengendap, konsentrasi menjadi tidak seragam diikuti
bagian bawah slurry semakin pekat. Konsentrasi pada bagian batas bertambah,
gerak partikel semakin sukar dan kecepatan turunnya partikel berkurang. Kondisi
ini disebut hindered settling. Pada gambar 2.2 kondisi free settling ditunjukkan
berupa garis lurus sedangkan saat grafik mulai melengkung merupakan kondisi
hindered settling.

(Setiyadi, 2014)

II.1.6 Faktor yang Mempengaruhi Sedimentasi.

Faktor faktor penting yang mempengaruhi proses sedimentasi antara lain


adalah ukuran partikel padat, densitas partikel padat, dan kekentalan fluida. Faktor
lain yang pengaruhnya relatif kecil antara lain adalah bentuk partikel padat dan
orientasinya. Partikel padat berbentuk bola atau mendekati bola atau sebagian
gumpalan akan lebih cepat mengendap. Partikel yang diameternya sangat kecil
yaitu beberapa mikron akan mengendap sangat lambat. Bila partikel-partikel zat
tersebut membentuk flok maka akan mengendap lebih cepat. Sedimentasi massa
partikel padat yang tergumpal atau flok adalah suatu proses yang sangat
kompleks. Lapisan dasar ditekan oleh lapisan flok lainnya yang mengendap di
atasnya dan berlangsung dengan kekuatan yang lemah. Endapan yang dihasilkan
terdiri dari kerapatan atau densitas yang berbeda.

(Haryati, 2010)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 17


II.2 Sifat Bahan

1. Tepung Tapioka
A. Sifat Fisika
1) Bentuk : Padat (amorf)
2) Warna : Putih
B. Sifat Kimia
1) Rumus molekul :( C 6 H 10 O 3 )x
2) Berat molekul : 162,14 g/mol
3) Densias : 1,50 g/cm3
4) Kelarutan : Tidak larut dalam air
(Perry, 1997. “Starch’)
C. Fungsi: Bahan pembuatan slurry pada percobaan sedimentasi
2. Aquadest
A. Sifat Fisika
1) Bentuk : Cair
2) Warna : Tidak berwarna
3) Dalam wujud padat berbentuk kexagonal
B. Sifat Kimia
1) Rumus molekul : H 2 O
2) Berat molekul : 18,02 g/mol
3) Titik Lebur : 0oC
4) Titik didih : 100o C

5) Densitas : 1 g/cm3

(Perry, 1997. “Water’)


C. Fungsi: Bahan pembuat slurry pada percobaan sedimentasi

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 18


II.3 Hipotesa
Dalam percobaan sedimentasi, hal-hal yang mempengaruhi yaitu
konsentrasi dan waktu. Semaikin besar konsentrasi suatu campuran maka semakin
rendah kecepatan pengendapannya.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 19


II.4 Diagram Alir

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 20


BAB III
PERCOBAAN

III.1 Bahan yang Digunakan

1. Tepung Tapioka
2. Air

III.2 Alat yang Digunakan


1. Gelas ukur
2. Spatula
3. Neraca analitik
4. Beaker glass
5. Stopwatch
6. Penggaris
7. Kaca arloji

III.3 Gambar Alat

Beaker Glass Neraca Analitik Gelas Ukur

Gelas Ukur

Spatula Stopwatch Kaca arloji


PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 21
Penggaris

III. 4 Gambar Rangkaian Alat

III.5 Prosedur Percobaan


1. Membuat campuran dari tepung tapioka dengan konsentrasi yang ditentukan
Dilarutkan dalam beakerglass dan diencerkan dengan air pada gelas ukur
hingga volumenya 500 ml. Masukkan masing-masing campuran kedalam
gelas ukur.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 22


2. Mengamati dan mencatat tinggi permukaan slurry dan air setiap selang waktu
yang ditentukan dan tak hingga sampai dicapai tinggi permukaan slurry yang
konstan atau terjadi critical settling point.

3. Mencatat data yang diperoleh kemudian membuat grafik hubungan antara


tinggi permukaan dengan waktu.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 23


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Tabel Pengamatan


Tabel 1 Pengamatan Tinggi awal (Zo), Tinggi endapan (Z1), Tinggi slurry
(Z2), dan Tinggi Critical Point (Z3) pada konsentrasi larutan 4%
Waktu Tinggi awal Tinggi endapan Tinggi slurry Tinggi Critical Point
(t, menit) (Zo, cm) (Z1, cm) (Z2, cm) (Z3,cm)
40 25 1,7 23,3 -
60 25 1,9 23,1 -
80 25 2 23 -
100 25 2,1 22,9 -
290 2,3

Tabel 2 Pengamatan Tinggi awal (Zo), Tinggi endapan (Z1), Tinggi slurry
(Z2), dan Tinggi Critical Point (Z3) pada konsentrasi larutan 5%
Waktu Tinggi awal Tinggi endapan Tinggi slurry Tinggi Critical Point
(t, menit) (Zo, cm) (Z1, cm) (Z2, cm) (Z3,cm)
40 25 2 23
60 25 2,3 22,7
80 25 2,3 22,7
100 25 2,4 22,6
290 2,5

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 24


Tabel 3 Pengamatan Tinggi awal (Zo), Tinggi endapan (Z1), Tinggi slurry
(Z2), dan Tinggi Critical Point (Z3) pada konsentrasi larutan 6%
Waktu Tinggi awal Tinggi endapan Tinggi slurry Tinggi Critical Point
(t, menit) (Zo, cm) (Z1, cm) (Z2, cm) (Z3,cm)
40 25 2,4 22,6
60 25 2,7 22,3
80 25 2,7 22,3
100 25 2,7 22,3
290 2,8

Tabel 4 Pengamatan Tinggi awal (Zo), Tinggi endapan (Z1), Tinggi slurry
(Z2), dan Tinggi Critical Point (Z3) pada konsentrasi larutan 7%
Waktu Tinggi awal Tinggi endapan Tinggi slurry Tinggi Critical Point
(t, menit) (Zo, cm) (Z1, cm) (Z2, cm) (Z3,cm)
40 25 3 22
60 25 3,1 21,9
80 25 3,1 21,9
100 25 3,1 21,9
290 3,2

Tabel 5 Pengamatan Tinggi awal (Zo), Tinggi endapan (Z1), Tinggi slurry
(Z2), dan Tinggi Critical Point (Z3) pada konsentrasi larutan 8%
Waktu Tinggi awal Tinggi endapan Tinggi slurry Tinggi Critical Point
(t, menit) (Zo, cm) (Z1, cm) (Z2, cm) (Z3,cm)
40 25 3,7 21,3 -
60 25 3,7 21,3 -
80 25 3,8 21,2 -
100 25 3,8 21,2 -
290 3,9

IV.2. Hasil Perhitungan, Grafik, dan Pembahasan


Tabel 6 Perhitungan C1, v, Q, Ap, D, h pada konsentrasi larutan 4%
t = Waktu (menit)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 25


Zo = Tinggi awal (cm)
Z1 = Tinggi endapan (cm)
Z2 = Tinggi slurry (cm)
v = Kecepatan pengendapan (cm/menit)
Co = Konsentrasi awal (g/cm3)
C1 = Konsentrasi slurry (g/cm3)
Q = Debit (cm3/menit)
Ap = Luas permukaan (cm2)
D = Diameter (cm)
H = Tinggi continuous thickener (cm)

t Zo Z1 Z2 v (cm/ Co C1 Q Ap D h
(menit (cm) (cm (cm) menit) (g/ (g/ (cm3/ (cm2) (cm) (cm)
) ) cm3) cm3) menit)
40 25 1,7 23,3 0,583 0,04 0,58824 12,50 21,4592 5,2284 23,3
60 25 1,9 23,1 0,385 0,04 0,52632 8,33 21,6450 5,2510 23,1
80 25 2 23 0,288 0,04 0,50000 6,25 21,7391 5,2624 23
100 25 2,1 22,9 0,229 0,04 0,47619 5,00 21,8341 5,2739 22,9
290

23.4
23.3
23.2
Tinggi slurry

23.1
[Z2 (cm)]

23
22.9
22.8
22.7
22.6
30 40 50 60 70 80 90 100 110
Waktu pengendapan [t (menit)]

Grafik 1 Hubungan antara waktu pengendapan (t, menit) dengan tinggi


slurry (Z2, cm) pada slurry konsentrasi 4%

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 26


Grafik 1 menjelaskan bahwa semakin lama waktu pengendapan maka tinggi
slurry semakin rendah. Tinggi endapan bertambah seiring dengan bertambahnya
waktu pengendapan. Critical settling point terjadi pada menit ke 290 dengan
ketinggian 2,3 cm.

0.7
Kecepatan Pengendapan

0.6
0.5
0.4
[v (cm/menit)]

0.3
0.2
0.1
0.0
0.460 0.480 0.500 0.520 0.540 0.560 0.580 0.600
Konsentrasi slurry [C1 (gr/cm3)]

Grafik 2 Hubungan antara konsentrasi slurry (C1, gr/cm3) dengan kecepatan


pengendapan (v, cm/menit) pada slurry konsentrasi 4%

Grafik 2 menjelaskan bahwa pada konsentrasi 0,58824 gr/cm3 kecepatan


pengendapannya 0,583 cm/menit. Untuk konsentrasi 0,52632 gr/cm3 kecepatannya
0,385 cm/menit. Untuk konsentrasi 0,50000 gr/cm3 kecepatannya 0,288 cm/menit.
Untuk konsentrasi 0,47619 gr/cm3 kecepatannya 0,229 cm/menit. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa semakin besar konsentrasi slurry, kecepatan pengendapan
juga akan semakin cepat.

Tabel 7 Perhitungan C1, v, Q, Ap, D, h pada konsentrasi larutan 5%

t = Waktu (menit)
Zo = Tinggi awal (cm)
Z1 = Tinggi endapan (cm)
Z2 = Tinggi slurry (cm)
v = Kecepatan pengendapan (cm/menit)
Co = Konsentrasi awal (g/cm3)
C1 = Konsentrasi slurry (g/cm3)
Q = Debit (cm3/menit)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 27


Ap = Luas permukaan (cm2)
D = Diameter (cm)
H = Tinggi continuous thickener (cm)

t Zo Z1 Z2 v (cm/ Co C1 Q Ap D h
(menit (cm) (cm (cm) menit) (g/ (g/ (cm3/ (cm2) (cm) (cm)
) ) cm3) cm3) menit)
40 25 2 23 0,575 0,05 0,62500 12,50 21,7391 5,2624 23
60 25 2,3 22,7 0,378 0,05 0,54348 8,33 22,0264 5,2971 22,7
80 25 2,3 22,7 0,284 0,05 0,54348 6,25 22,0264 5,2971 22,7
100 25 2,4 22,6 0,226 0,05 0,52083 5,00 22,1239 5,3088 22,6
290

23.1
23
22.9
Tinggi slurry

22.8
[Z2 (cm)]

22.7
22.6
22.5
22.4
30 40 50 60 70 80 90 100 110
Waktu pengendapan [t (menit)]

Grafik 3 Hubungan antara waktu pengendapan (t, menit) dengan tinggi


slurry (Z2, cm) pada slurry konsentrasi 5%

Grafik 3 menjelaskan bahwa semakin lama waktu pengendapan, maka


semakin rendah tinggi slurry. Critical settling point terjadi pada menit ke 290
dengan ketinggian 2,5 cm. Jadi waktu untuk mencapai critical settling point pada
slurry konsentrasi 5% lebih lama dari slurry konsentrasi 4%.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 28


0.7

Kecepatan Pengendapan
0.6
0.5
0.4

[v (cm/menit)]
0.3
0.2
0.1
0.0
0.500 0.520 0.540 0.560 0.580 0.600 0.620 0.640
Konsentrasi slurry [C1 (gr/cm3)]

Grafik 4 Hubungan antara konsentrasi slurry (C1, gr/cm3) dengan kecepatan


pengendapan (v, cm/menit) pada slurry konsentrasi 5%

Grafik 4 menjelaskan bahwa kecepatan paling tinggi adalah pada


konsentrasi 0,62500 gr/cm3 dengan kecepatan pengendapannya sebesar 0,575
cm/menit. Dari perbandingan dengan grafik 2 dapat disimpulkan bahwa semakin
besar konsentrasi larutan tepung tapioka maka kecepatan pengendapan akan
semakin lama.

Tabel 8 Perhitungan C1, v, Q, Ap, D, h pada konsentrasi larutan 6%

t = Waktu (menit)
Zo = Tinggi awal (cm)
Z1 = Tinggi endapan (cm)
Z2 = Tinggi slurry (cm)
v = Kecepatan pengendapan (cm/menit)
Co = Konsentrasi awal (g/cm3)
C1 = Konsentrasi slurry (g/cm3)
Q = Debit (cm3/menit)
Ap = Luas permukaan (cm2)
D = Diameter (cm)
H = Tinggi continuous thickener (cm)

t Zo Z1 Z2 v (cm/ Co C1 Q Ap D h

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 29


(menit (cm) (cm (cm) menit) (g/ (g/ (cm3/ (cm2) (cm) (cm)
) ) cm3) cm3) menit)
40 25 2,4 22,6 0,565 0,06 0,62500 12,50 22,1239 5,3088 22,6
60 25 2,7 22,3 0,372 0,06 0,55556 8,33 22,4215 5,3444 22,3
80 25 2,7 22,3 0,279 0,06 0,55556 6,25 22,4215 5,3444 22,3
100 25 2,7 22,3 0,223 0,06 0,55556 5,00 22,4215 5,3444 22,3
290

22.7
22.6
22.5
Tinggi slurry
[Z2 (cm)]

22.4
22.3
22.2
22.1
30 40 50 60 70 80 90 100 110
Waktu pengendapan [t (menit)]

Grafik 5 Hubungan antara waktu pengendapan (t, menit) dengan tinggi


slurry (Z2, cm) pada slurry konsentrasi 6%

Grafik 5 menjelaskan bahwa semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk


pengendapan, maka semakin rendah pula tinggi slurry yang didapatkan. Critical
settling point terjadi pada menit ke 290 dengan ketinggian 2,8 cm.

0.6
Kecepatan Pengendapan

0.5
0.4
[v (cm/menit)]

0.3
0.2
0.1
0.0
0.550 0.560 0.570 0.580 0.590 0.600 0.610 0.620 0.630
Konsentrasi slurry [C1 (gr/cm3)]

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 30


Grafik 6 Hubungan antara konsentrasi slurry (C1, gr/cm3) dengan kecepatan
pengendapan (v, cm/menit) pada slurry konsentrasi 6%

Grafik 6 menjelaskan bahwa kecepatan paling tinggi adalah pada


konsentrasi 0,625 gr/cm3 dengan kecepatan pengendapannya sebesar 0,565
cm/menit. Hal itu menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasinya maka
kecepatan pengendapan akan semakin lama.

Tabel 9 Perhitungan C1, v, Q, Ap, D, h pada konsentrasi larutan 7%

t = Waktu (menit)
Zo = Tinggi awal (cm)
Z1 = Tinggi endapan (cm)
Z2 = Tinggi slurry (cm)
v = Kecepatan pengendapan (cm/menit)
Co = Konsentrasi awal (g/cm3)
C1 = Konsentrasi slurry (g/cm3)
Q = Debit (cm3/menit)
Ap = Luas permukaan (cm2)
D = Diameter (cm)
H = Tinggi continuous thickener (cm)

t Zo Z1 Z2 v (cm/ Co C1 Q Ap D h
(menit (cm) (cm (cm) menit) (g/ (g/ (cm3/ (cm2) (cm) (cm)
) ) cm3) cm3) menit)
40 25 3 22 0,550 0,07 0,58333 12,50 22,7273 5,3807 22
60 25 3,1 21,9 0,365 0,07 0,56452 8,33 22,8311 5,3930 21,9
80 25 3,1 21,9 0,274 0,07 0,56452 6,25 22,8311 5,3930 21,9
100 25 3,1 21,9 0,219 0,07 0,56452 5,00 22,8311 5,3930 21,9
290

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 31


22.02
22
21.98
21.96

Tinggi slurry
21.94

[Z2 (cm)]
21.92
21.9
21.88
21.86
21.84
30 40 50 60 70 80 90 100 110
Waktu pengendapan [t (menit)]

Grafik 7 Hubungan antara waktu pengendapan (t, menit) dengan tinggi


slurry (Z2, cm) pada slurry konsentrasi 7%

Grafik 7 menjelaskan bahwa semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk


pengendapan, maka semakin rendah pula tinggi slurry yang didapatkan. Critical
settling point terjadi pada menit ke 290 dengan ketinggian 3,2 cm.

0.6
Kecepatan Pengendapan

0.5
0.4
[v (cm/menit)]

0.3
0.2
0.1
0.0
0.560 0.565 0.570 0.575 0.580 0.585
Konsentrasi slurry [C1 (gr/cm3)]

Grafik 8 Hubungan antara konsentrasi slurry (C1, gr/cm3) dengan kecepatan


pengendapan (v, cm/menit) pada slurry konsentrasi 7%

Grafik 8 menjelaskan bahwa kecepatan paling tinggi adalah pada


konsentrasi 0,58333 gr/cm3 dengan kecepatan pengendapannya sebesar 0,550
cm/menit. Hal itu menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasinya maka
kecepatan pengendapan akan semakin lama.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 32


Tabel 10 Perhitungan C1, v, Q, Ap, D, h pada konsentrasi larutan 8%

t = Waktu (menit)
Zo = Tinggi awal (cm)
Z1 = Tinggi endapan (cm)
Z2 = Tinggi slurry (cm)
v = Kecepatan pengendapan (cm/menit)
Co = Konsentrasi awal (g/cm3)
C1 = Konsentrasi slurry (g/cm3)
Q = Debit (cm3/menit)
Ap = Luas permukaan (cm2)
D = Diameter (cm)
H = Tinggi continuous thickener (cm)

t Zo Z1 Z2 v (cm/ Co C1 Q Ap D h
(menit (cm) (cm (cm) menit) (g/ (g/ (cm3/ (cm2) (cm) (cm)
) ) cm3) cm3) menit)
40 25 3,7 21,3 0,533 0,08 0,54054 12,50 23,4742 5,4684 21,3
60 25 3,7 21,3 0,355 0,08 0,54054 8,33 23,4742 5,4684 21,3
80 25 3,8 21,2 0,265 0,08 0,52632 6,25 23,5849 5,4813 21,2
100 25 3,8 21,2 0,212 0,08 0,52632 5,00 23,5849 5,4813 21,2
290

21.32
21.3
21.28
21.26
Tinggi slurry

21.24
[Z2 (cm)]

21.22
21.2
21.18
21.16
21.14
30 40 50 60 70 80 90 100 110
Waktu pengendapan [t (menit)]

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 33


Grafik 9 Hubungan antara waktu pengendapan (t, menit) dengan tinggi
slurry (Z2, cm) pada slurry konsentrasi 8%

Grafik 9 menjelaskan bahwa semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk


pengendapan, maka semakin rendah pula tinggi slurry yang didapatkan. Critical
settling point terjadi pada menit ke 290 dengan ketinggian 3,9 cm. Jadi, waktu
untuk mencapai critical settling point pada slurry konsentrasi 8% lebih lama dari
yang lainnya.

0.6
Kecepatan Pengendapan

0.5
0.4
[v (cm/menit)]

0.3
0.2
0.1
0.0
0.524 0.526 0.528 0.530 0.532 0.534 0.536 0.538 0.540 0.542
Konsentrasi slurry [C1 (gr/cm3)]

Grafik 10 Hubungan antara konsentrasi slurry (C1, gr/cm3) dengan


kecepatan pengendapan (v, cm/menit) pada slurry konsentrasi 8%

Grafik 10 menjelaskan bahwa kecepatan paling tinggi adalah pada


konsentrasi 0,54054 gr/cm3 dengan kecepatan pengendapannya sebesar 0,533
cm/menit. Kecepatan pengendapan ini lebih lama dari konsentrasi larutan tepung
tapioka sebelumnya. Hal itu menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasinya
maka kecepatan pengendapan akan semakin lama.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 34


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

1. Endapan paling tinggi diperoleh pada larutan tepung tapioka 8% dengan


tinggi 3,9 cm pada waktu pengendapan 290 menit. sedangkan endapan
paling rendah pada larutan tepung tapioka 4% dengan tinggi 2,3 cm.
2. Kecepatan pengendapan paling tinggi yaitu pada larutan tepung tapioka
4% dan paling rendah pada larutan tepung tapioka 8% masing-masing
sebesar 0,58824 cm/menit dan 0,533 cm/menit.
3. Semakin lama waktu pengendapan, maka semakin banyak pula endapan
yang dihasilkan.
4. Semakin besar konsentrasi tepung tapioka maka semakin rendah kecepatan
pengendapannya.

V.2 Saran

1. Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam mengukur tinggi endapan dan air
pada saat percobaan.
2. Sebaiknya praktikan memperhatikan waktu yang dibutuhkan dalam critical
settling point.
3. Sebaiknya praktikan benar-benar mengamati perubahan larutan pada setiap
selang waktu yang ditentukan.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 35


DAFTAR PUSTAKA

Geankoplis, Christie J. 1998. “Transport Process and Unit Operation”. New


Jersey: Pentrice-Hall.
Haryati, Sri. 2010. “Studi Pengaruh Waktu Pengendapan dan Konsentrasi Awal
Partikel Padat Limbah dari Outlet Flokulator Terhadap Efisiensi
Pengendapan Limbah pada Sistem Utilitas Pusri-III”. Jurnal Purifikasi. 11.
61-70.
Husaeni, Nurul., dkk. 2012. “Pemurnian Konsentrasi Total Suspended Solid pada
Proses Air Bersih Menggunakan Plate Settler”. Jurnal Ilmiah Teknik
Lingkungan. 4. 67-74.
McCabe, Warren L. 1999. “Unit Operations of Chemical Engineering”.
Singapura: McGraw-Hill.
Perry, Robert H. 1999. “Perry’s Chemical Engineer’s Handbook”. New York:
McGraw-Hill.
Setiyadi., dkk. 2014. “Menentukan Persamaan Kecepatan Pengendapan pada
Sedimentasi”. Widya Teknik. 2621-3362.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 36


APPENDIX

1. Perhitungan konsentrasi tepung tapioka

a. Massa 20 gram , 500 ml


w
% w= x 100 %
w total
20
%= x 100 %
500
1,5799. 0,2615 . 0,921
% = 4%
0.0078
b. Massa 25 gram , 500 ml
w
% w= x 100 %
w total
25
%= x 100 %
500
1,5799. 0,2615 . 0,921
% = 5%
0.0078
c. Massa 30 gram , 500 ml
w
% w= x 100 %
w total
30
%= x 100 %
500
1,5799. 0,2615 . 0,921
% = 6%
0.0078
d. Massa 35 gram , 500 ml
w
% w= x 100 %
w total
35
%= x 100 %
500
1,5799. 0,2615 . 0,921
% = 7%
0.0078
e. Massa 40 gram , 500 ml
w
% w= x 100 %
w total

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 37


40
%= x 100 %
500
1,5799. 0,2615 . 0,921
% = 8%
0.0078

2. Kecepatan Pengendapan Slurry Konsentrasi 4%


z 2 23 ,3
v= = =0,583cm/ menit
t 40

3. Konsentrasi (C0) Slurry Konsentrasi 4%


mterlarut 20 gram
C 0= = =0,04 gr /c m 3
volume 500 c m 3

4. Konsentrasi (C1) Slurry Konsentrasi 4%


z0 25
C 1= xC 0= x 0,04=0 ,58824 gr/ c m 3
z2 23,3
5. Debit (Q)
V 500 c m3
Q= = =12,5
t 40 menit
6. Luas Penampang Medium
Q 12,5
A= = =21,4592 cm 2
v 0,583
7. Diameter Penampang
4 xA 4 x 21,4592
D=
√ √ π
=
3,14
=5,2284 cm

8. Ketinggian
Qxt 12,5 x 40
h= = =23,3 cm
A 21,4592

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 38

Anda mungkin juga menyukai