GRUP I
LEMBAR PENGESAHAN
GROUP I
i
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
Kepala Laboratorium
Operasi Teknik Kimia I
Dosen Pembimbing
ii
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Resmi Operasi
Teknik Kimia I ini dengan judul “Proses Pelarutan Padat Cair”.
Laporan Resmi ini merupakan salah satu tugas mata kuliah praktikum
Operasi Teknik Kimia I yang diberikan pada semester IV. Laporan ini disusun
berdasarkan pengamatan hingga perhitungan dan dilengkapi dengan teori dari
literatur serta petunjuk asisten pembimbing yang dilaksanakan pada tanggal 12
Maret 2019 di Laboratorium Operasi Teknik Kimia.
Laporan hasil praktikum ini tidak dapat tersusun sedemikian rupa tanpa
bantuan baik sarana, prasarana, pemikiran, kritik dan saran. Oleh karena itu, tidak
lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ir. C. Pujiastuti,MT selaku Kepala Laboratorium Operasi Teknik Kimia
2. Bapak Ir.Bambang Wahyudi,MS selaku dosen pembimbing praktikum
3. Seluruh asisten dosen yang membantu dalam pelaksanaan praktikum
4. Rekan – rekan mahasiswa yang membantu dalam memberikan masukan-
masukan dalam praktikum.
Penyusun sangat menyadari dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan. Maka dengan rendah hati, kami selalu mengharapkan kritik dan
saran, seluruh asisten dosen yang turut membantu dalam pelaksaan kesempurnaan
laporan ini. Akhirnya penyusun mengharapkan semua laporan praktikum yang
telah disusun ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Teknik khususnya
jurusan Teknik Kimia.
Penyusun
iii
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
INTISARI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
I.2 Tujuan............................................................................................................2
I.3 Manfaat..........................................................................................................2
II.3 Hipotesa......................................................................................................11
III.5 Prosedur....................................................................................................15
iv
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
INTISARI
v
BAB I
PENDAHULUAN
Pada proses pelarutan, tarikan antara partikel komponen pecah dan terganti
dengan tarikan antara partikel pelarut dengan zat terlarut terutama jika zat terlarut
dan pelarut sama-sama polar. Akan terbentuk suatu struktur dimana zat terlarut
mengelilingi zat pelarut. Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat
kimia untuk larut dalam suatu pelarut. Pelarut umumnya suatu cairan yang dapat
berupa zat murni ataupun campuran. Proses pencampuran dilakukan sampai
terjadi homogenitas antara pelarut dan zat terlarut. Proses pencampuran dapat
dilakukan dengan pengadukan. Proses pengadukan merupakan hal penting dalam
suatu proses industri. Oleh karena itu, perlu dilakukannya percobaan ini agar lebih
memahami tentang proses pelarutan.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan jumlah massa zat
padat yang terlarut dalam pelarut. Untuk menghitung konsentrasi solute yang
terlarut dalam pelarut. Untuk menghitung densitas larutan saat solute terlarut
dalam pelarut. Dan untuk membandingkan hasil percobaan dengan teori yang ada.
Serta memiliki beberapa manfaat yaitu agar praktikan dapat mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi proses pelarutan padat cair. Serta agar praktikan
mampu menggunakan dan mengetahui cara kerja alat yang digunakan.
1
II.2 Tujuan Percobaan
1. Untuk menentukan jumlah massa zat padat yang terlarut dalam pelarut.
2. Untuk menghitung konsentrasi solute yang terlarut dalam pelarut.
3. Untuk menghitung densitas larutan saat solute terlarut dalam pelarut.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mixer dan agiator memiliki fungsi yang sama, tetapi agiator menjalankan
banyak fungsi tambahan, memasukkan partikel zat padat dalam fluida untuk
leaching atau reaksi, disperse gas sebagai penggelembung dalam liquida,
emulsifikasi suatu liquida terhadap media liquida yang lainnya, dan lain lain.
Pencampuran adalah sub bagian dari penjelasan diatas tersebut, dan merupakan
blending komponen yang terpisah dengan anti mikroskopis sehingga difusi
mikroskopis mencapai homogenitas yang sempurna.
3
suatu cairan yang dapat berupa zat murni atau campuran. Zat yang terlarut dapat
berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan bervariasi dari selalu larut hingga
sulit larut.
(Redypta, 2015)
II.1.2 Larutan Jenuh, Tak Jenuh, dan Lewat Jenuh
Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang
larut dan mengadakan kesetimbangan dengan solute padatnya. Atau dengan kata
lain, larutan yang partikel-partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat
dengan konsentrasi maksimal). Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung
solute kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan
kata lain, larutan yang partikel-partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan
pereaksi. (masih bisa melarutkan zat). Larutan lewat jenuh yaitu suatu larutan
yang mengandung lebih banyak solute daripada yang diperlukan untuk larutan
jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut
sehingga terjadi endapan.
Ada potensi efek utama dari laju geser dan waktu sirkulasi dalam proses
ini. Padatan bias rapuh atau kasar. Kita melihat kecepatan slip partikel dan juga
apakah kita dapat memecah gumpalan partakel yang dapat meningkatkan transfer
massa. Saat partikel menjadi cukup kecil, mereka cenderung mengikuti pola
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
4
aliran, sehingga kecepatan slip diperlukan untuk mempengaruhi transfer massa
menjadi semakin sedikit.
(Perry, 1999)
Oleh karena flux perpindahan massa dan luas interfacial antara liquid dan
solid tidak ditentukan secara langsung dalam percobaan, maka koefisien
perpindahan massa dinyatakan sebagai laju perpindahan massa dibagi volume
packing yang disebut sebagai koefisien perpindahan massa overall volumetric.
Laju perpindahan massa per satuan luas dinyatakan sebagai berikut :
NA = Kc (CA.L-CA*)………….…………………………..(1)
Keterangan :
NA = Laju perpindahan massa per satuan luas (cm/det)
Kc = Koefisien perpindahan massa per satuan luas
CA.L = Konsentrasi jenuh zat A.L (gr/ml)
CA* = Konsentrasi zat A pada waktu tertentu (gr/ml)
dq/dt = KD S (C-C1*)……………………………………(2)
5
dimana :
6
II.1.7 Pengadukan
1. Propeller
Merupakan impeller aliran aksial berkecepatan tinggi untuk zat cair
berviskositas rendah. Propeller kecil biasanya berputar pada kecepatan motor
penuh. Arus yang meninggalkan propeller mengalir melalu zat menurut arah
tertentu dan sampai di belokkan oleh lantai dinding bejana. Propeller biasanya
digunakan bil a kita menghendaki adanya arus yang kuat, umpamanya kita hendak
menjaga agar partikel-partikel zat padat yang berada dalam suspensi.
2. Padel
Yang sederhana agitator yang terdiri dari satu dayung datar berputar pada poros
vertikal merupakan pengaduk yang cukup efektif. Kadang-kadang daunnya dibuat
miring tapi biasanya vertikal saja. Dayung ini berputar ditengah bejana dengan
kecepatan rendah sampai sedang dan mendorong zat cair secara radial dan
tangensial.
3. Turbin
Kebanyakan turbin menyerupai agitator berdaun banyak dengan daun-
daun yang agak pendek dan berputar pada kecepatan tinggi pada suatu poros yang
dipasang pada pusat bejana. Pada cairan berviskositas rendah turbin itu
menimbulkan arus yang sangat deras yang berlangsung pada keseluruhan bejana.
(Redypta, 2015)
Jenis aliran didalam bejana yang sedang diaduk bergantung pada jenis
impeller, karakteristik fluida, dan ukuran serta perbandingan (proporasi) tangka,
sekat, dan agitator. Kecepatan fluida pada setiap titik dalam tangka mempunyai
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
7
tiga komponen itu dari satu lokasi ke lokasi lain. Komponen kecepatan yang
pertama ialah komponen radial yang bekerja pada arah tegak lurus terhadap poros
impeller. Komponen kedua, ialah komponen longitudinal yang bekerja pada arah
parallel dengan poros. Komponen ketiga ialah komponen tangensial, atau
rotasional, yang bekerja pada arah singgung terhadap lintasan lingkar disekeliling
poros
8
II.1.10 Aplikasi Pelarutan di Dalam Industri
(Witono, 2015)
(Redypta, 2015)
9
II.2 Sifat Bahan
1. Natrium Bikarbonat
A. Sifat Fisika
a. Wujud : Padat
b. Kelarutan : Larut dalam air 6,9 g/100 ml
c. Titik leleh : 270 oC
d. Warna : Putih
e. Densitas : 2,159 gr/ml
B. Sifat Kimia
a. Rumus kimia : NaHCO3
b. Berat molekul: 84,01 gr/mol
c. pH : 8,3
d. Produk : Stabil
e. Flammability : Tidak mudah terbakar
(MSDS, 2013,”Sodium bicarbonate”)
C. Fungsi bahan : Sebagai bahan padat yang akan dilarutkan dalam
pelarut.
2. Aquadest
A. Sifat Fisika
a. Wujud : Cair
b. Bau : Tanpa Bau
c. Rasa : Tanpa rasa
d. Warna : Tanpa warna
e. Densitas : 1 gr/ml
B. Sifat Kimia
a. Rumus kimia : H2O
b. Berat molekul: 18 gr/mol
c. Korosifitas : tidak korosif
(MSDS, 2013,”Water”)
C. Fungsi bahan : Sebagai pelarut natrium bikarbonat.
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
10
II.3 Hipotesa
Semakin besar volume pelarut maka semakin banyak zat terlarut yang
dibutuhkan atau yang dapat larut. Begitu pula sebaliknya. Jika jumlah zat terlarut
lebih banyak dari pelarut, maka larutan itu menjadi larutan jenuh. Semakin banyak
zat terlarut yang dibutuhkan, maka semakin lama waktu yang di perlukan untuk
melarutkan, begitu juga sebaliknya. Proses pengadukan juga berpengaruh
terhadap waktu perpindahan massa. Semakin besar massa zat yang dilarutkan,
maka kelarutan zat akan semakin sulit, begitu juga sebaliknya.
11
II.4 Diagram Alir
Filtrat
Filtrasi menggunakan kertas
saring
Pengukuran
Pengeringan dengan oven
densitas
Ulangi
12
BAB III
PERCOBAAN
13
Magnetic Stirrer Kaca Arloji Kertas Saring
Pipet
Corong
Piknometer
Keterangaan:
1. Beaker glass
2. Magnetic Stirre
14
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
15
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
BAB IV
Tabel 1. Pengamatan Berat Tak Larut, Berat Larut, Densitas Awal, dan
Densitas Akhir.
Volum Berat
Berat Berat
e Waktu Tak Densitas Awal Densitas Akhir
Awal Terlarut
Pelarut (menit) Larut (gr/ml) (gr/ml)
(gr) (gr)
(ml) (gr)
8 150 12 0 8 0,96367 1,00208
9,6 150 12 0 9,6 0,96367 1,0122
13,4 150 12 0,1553 13,2447 0,96367 1,02946
15 150 12 0,2587 14,7413 0,96367 1,03462
20 150 12 4,842 15,158 0,96367 1,03738
24 150 12 9,003 14,997 0,96367 1,03741
Variabel
Berat
Berat Tak Kelarutan % Recorvery
Volum Bera Waktu Terlarut
Larut (gr) (gr) (%)
e (ml) t (menit (gr)
Awa )
l (gr)
150 8 15 8 0 5,3333 100,00
150 9,6 15 9,6 0 6,4000 100,00
150 13,4 15 13,2447 0,1553 8,8298 98,84
150 15 15 14,7413 0,2587 9,8275 98,28
150 20 15 15,158 4,842 10,1053 75,79
150 24 15 14,997 9,003 9,9980 62,49
16
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
IV.3 Grafik
6 y
Linear (y)
4
0
6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26
Berat Awal (gram)
17
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
5
4 y
Linear (y)
3
2
1
0
6 8 10 12 14 16 18 20 22
Berat Awal (gram)
IV.3 Pembahasan
Dalam praktikum proses pelarutan padat cair digunakan NaHCO3 sebagai
zat terlarut dan larutan H2O sebagai pelarut, dengan berat NaCl awal yakni 8 gr,
9,6 gr, 13,4 gr, 15 gr, 20 gr, dan 24 gr. Dilarutkan pada larutan H2O dengan
volume 150 ml. Pengadukan menggunakan magnetic stirrer selama 15 menit.
Didapatkan berat NaHCO3 tidak larut dalam pelarut air, berdasarkan padatan
tersisa yaitu : 0 gr; 0 gr; 0,1553 gr; 0,2587 gr; 4,842 gr; dan 9,003 gr. Dalam
literatur, kelarutan NaHCO3 sebesar 6,9 gr/ 100 gr pelarut, maka dalam 150 gr
pelarut, kelarutaanya sebesar 10,35 gr/150 gr pelarut. Hal tersebut terbukti benar
karena pada berat awal 8 gr dan 9,6 gr, NaHCO3 larut sempurna, sedangkan pada
berat awal 13,4 gr, 15 gr, 20 gr, dan 24 gr tidak larut sempurna.
18
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
Dalam hasil percobaan jika dibandingkan dengan hasil teori pada literatur,
maka dapat disimpulkan bahwa, telah terjadi perpindahan massa antara sebagian
massa NaHCO3 didalam pelarut air, dimana pada peristiwa ini disebut dengan
peristiwa perpindahan massa, yang menyebabkan massa sebelum NaHCO3
mengalami proses pelarutan memiliki massa yang lebih berat daripada massa
NaHCO3 setelah mengalami proses pelarutan, karena dibantu oleh proses
pengadukan sehingga sebagian massa NaHCO3 yang telah larut ikut terdistribusi
secara teratur dengan pola sirkulasi ke dalam partikel larutan air sehingga menjadi
campuran yang homogen. Tinggi rendahnya nilai kelarutan dipengaruhi oleh
banyaknya zat yang dapat larut dalam suatu pelarut, semakin banyak zat terlarut
yang akan didistribusikan kedalam suatu pelarut maka zat yang dapat larut dalam
larutan tersebut juga akan semakin banyak. Sehingga nilai kelarutan dapat
dipengaruhi oleh banyak atau sedikitnya zat yang terlarut dalam suatu pelarut.
19
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
BAB V
V.2 Kesimpulan
V.2 Saran
1. Sebaiknya praktikan lebih teliti saat mencari berat hingga konstan.
2. Sebaiknya praktikan lebih berhati – hati saat melakukan percobaan agar
tidak terjadi kecelakaan di laboratorium.
3. Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam melakukan pengamatan,
penimbangan.
20
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
DAFTAR PUSTAKA
21
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
APPENDIX
22
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
mterlar ut k
=
volume pelarut 100 gr pelarut
mterlarut ×100 gr
k=
volume pelarut
5,7615 gr ×100 gr
k=
150 ml
= 3,841 gr NaHCO3/ml air
5. % recovery
a. Berdasarkan berat terlarut
berat terlarut
%recovery= ×100 %
berat awal
13,2447 gr
¿ × 100 %
13,4 gr
= 98,84 %
a. Berdasarkan densitas
mterlarut
%recovery= ×100 %
berat awal
5,7615 gr
¿ × 100 %
8 gr
= 72,019 %
23
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
LAMPIRAN
Penyaringan
Penimbangan
Proses pelarutan
padatan
padatan
yang
yangtak
NaHCO3
taklarut
larut
dalam
setelah
air
dengan magnetic
dioven stirrer
24