Anda di halaman 1dari 5

Mata Kuliah : Ilmu Sosial Dasar

Tugas : Kota, Masyarakat Kota, dan Pembangunan Perkotaan


Dosen : Pdt. Dinson Saragih, S.Th, M.Si
Disusun Oleh : Putri Sihombing(2010144), Zakaria Purba(), Yacob Junyanto(), Erwanda
Ginting()

I. Pendahuluan
Pengertian kota adalah penggolongan masyarakat yang memiliki sikap individualistis,
yang artinya tidak peduli dengan kehidupan disekitarnya. Kehidupan sosial di kota
rendah. Jarang ditemukan gotong royong dan paguyuban di kota. Selain individualistis,
kehidupan masyarakat di kota juga materialistis, semua diukur dengan uang. Penduduk
akan mau membantu penduduk lain yang sedang mempunyai hajat apabila diberi imbalan.
Kota merupakan tempat dengan tingkat kriminalitas yang tinggi. Di desa, pelanggaran
hukum masih sebatas pelanggaran norma karena ikatan sosial yang tinggi. Di kota karena
tidak ada norma yang dipercaya di masyarakat menyebabkan penduduknya banyak yang
melakukan tindakan kriminalitas.1 Untuk lebih jelasnya akan disajikan dalam makalah
berikut ini.
II. Kajian Teori dari Topik Makalah
1. Pengertian Kota, Masyarakat Kota, dan Pembangunan Perkotaan
Kota adalah pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai
batas wilayah administrasi yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan serta pemukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri
kehidupan perkotaan. Sistem kota adalah sekelompok kota-kota yang
saling tergantung satu sama lain secara fungsional dalam suatu wilayah dan
berpengaruh terhadap wilayah sekitarnya. Sistem kota berisi tentang
distribusi kota, indeks dan keutamaan kota serta fungsi kota.2
Masyarakat Kota adalah masyarakat yang bersifat heterogen kedudukan
sosialnya. Masyarakat kota ini pada dasarnya telah mengikuti dampak dari
era globalisasi sehingga dapat seringkali pada umumnya muncullah suatu
individualism yakni kurangnya rasa sosialisasi anatara orang lain.
Pembangunan Perkotaan merupakan sistem perluasan kawasan hunian
yang menciptakan sebuah kota. Kawasan hunian (residential) merupakan
fokus utama dalam pembangunan perkotaan
2. Ciri-ciri Kota, Masyarakat Kota, dan Pembangunan Perkotaan
Kota memiliki ciri-ciri yang terbagi dalam dua kelompok yaitu:
a. Fisik kota
Dilihat dari fisiknya, kota dikelompokkan menjadi beberapa,
yakni
 Memiliki daerah terbuka yang digunakan sebagai open
space atau paru-paru kota.
1
https://dosengeografi.com/pengertian-kota/
2
Muta`ali, Lutfi. (2015). Teknik Analisis Regional Untuk Perencaaan Wilayah, Tata Ruang, Dan Lingkungan.
Yogyakarta: Badan Fakultas Geografi Universitas Gajah Mada
 Memiliki gedung pemerintahan.
 Memiliki gedung perkantoran dan hiburan.
 Memiliki sarana olahraga
 Memiliki alun-alun.
 Memiliki kompleks hunian untuk masyarakat ekonomi
rendah, sedang, dan tinggi(elite).
b. Masyarakat kota
Memiliki beberapa ciri, yaitu
 Hubungan social yang bersifat gesselschaft.
 Memiliki segresi keruangan.
 Norma keagamaan tidak terlalu ketat.
 Penduduk memiliki sikap individualism.
 Masyarakat kota memiliki pandangan hidup lebih
rasional jika dibandingkan masyarakat desa.
3. Klasifikasi Kota
Berdasarkan sejarah berdirinya
Kota sebelum Masehi (SM): sebuah kota kuno yang berasal dari 2500 SM
Chr. Itu didirikan. Contohnya seperti Athena, Roma, Babel
Kota-kota Abad Pertengahan: kota-kota yang dibangun sekitar abad ke-5
hingga ke-10 karena pengaruh komersial seperti Genoa dan Vehicia.
Kota kuno lama di Timur tengah dan timur Jauh: misalnya, Spanyol,
Portugal, Baghdad, Beijing, Damaskus.
Kota-kota di dunia modern: karena pesatnya perkembangan ekonomi dan
transportasi.

Berdasarkan Kondisi Perkembangan

Tingkat Eopolis: fase reguler pengembangan desa di mana penduduk daerah tersebut
telah menunjukkan karakteristik daerah perkotaan. Ini berarti transisi dari pola
kehidupan desa tradisional ke kehidupan kota.
Tahap politik: adalah fase di mana area perkotaan di sektor pertanian masih memiliki
karakteristik atau orientasi pertanian. Sebagian besar karakteristik ini ditemukan di
Indonesia.
Tahap metropolitan: tahap metropolitan ini merupakan kelanjutan dari fase politik,
yang ditandai oleh sebagian besar kehidupan industrinya. Misalnya, kota Jakarta,
Surabaya, dan kota Bandung.
Tahap Megapolitan: wilayah metropolitan sangat besar, sehingga area metropolitan
ini juga dikenal sebagai “kota besar” dan umumnya terdiri dari beberapa kota besar
yang membentuk kota untuk membentuk garis perkotaan. Kota Megapolis secara
umum telah mencapai tingkat tertinggi dan menunjukkan atau menunjukkan bahwa
kualitasnya akan menurun. Misalnya, Washington, San Francisco dan banyak lagi.

Berdasarkan Fungsi
 Pusat produksi kota: fungsinya untuk menjadi pemasok bahan baku dan produk
setengah jadi dan bahkan produk jadi. Sebagai contoh, kota-kota di industri
pertambangan, yaitu: Bukit Asam dan Ombilin (batubara), Soroako (nikel), LNG
(Arun dan Bontang) dan lainnya.
 Kota pusat perdagangan: kota yang bertindak sebagai pusat perbelanjaan baik secara
nasional maupun internasional.
 Kota pemerintah pusat: kota yang bertindak sebagai pusat ibukota negara bagian.
Seperti Jakarta
 Pusat kota budaya: kota yang berfungsi sebagai pusat budaya, seperti Yogya dan
Surakarta. Pusat-pusat keagamaan seperti Mekah, Yerusalem dan Vatikan.
 Pusat kesehatan dan rekreasi kota (pusat kesehatan dan rekreasi).

A. Unsur-Unsur Kota

Unsur-unsur kota antara lain:

 Unsur-unsur fisik yang meliputi kesuburan tanah, iklim, cuaca dll.


 Unsur sosial yaitu merupakan hubungan yang menimbulkan keserasaian dan
ketenangan antar penduduk.
 Unsur ekonomi yang meliputi semua fasilitas atau sarana yang mendukung kegiatan
ekonomi, misalnya pasar, toko dll.
 Unsur budaya yaitu budaya atau seni yang bisa membawa corak di kehidupan
masyarakat kota, misalnya gaya hidup dll.

B. Potensi Kota

Sama seperti halnya desa, kota juga memiliki suatu potensi yakni:

 Potensi sosial seperti adanya organisasi, lembaga swadaya masyarakat dll.


 Potensi ekonomi misalnya bank, pasar, swalayan, toko dll.
 Potensi politik yakni adanya aparatur di pemerintahan yang tugasnya mengatur
kehidupan masyarakat.
 Potensi budaya yakni unsur seni atau budaya yang bisa menyemarakkan kota,
misalnya karnaval, pentas seni, pendidikan dll.

Nah, berbicara tentang kota, pada dasarnya kegiatan ekonomi di daerah perkotaan terdiri dari
dua hal yaitu:

 Kegiatan ekonomi dasar (basic activities) meliputi pembuatan dan penyaluran barang
dan jasa untuk kebutuhan luar kota. Nah barang dan jasa ini berasal dari hasil
produksi, rekreasi dll.
 Kegiatan ekonomi bukan dasar (non basic activities) meliputi produksi dan distribusi
barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan kota itu sendiri.3
3
https://www.siswapedia.com/unsur-unsur-dan-potensi-kota/
III. Kontribusi kepada Teologi

Ada konsekuensi yang mengerikan bila para pemimpin Kristen melalaikan renungan teologis
yang serius tentang kota dan kepentingannya bagi gereja dan misi. Keadaan-keadaan religius
di kota-kota Eropa dapat dijadikan suatu peringatan. Kekristenan ada dalam bahaya di sana.
Tempat-tempat yang dahulu menjadi benteng-benteng iman dalam beberapa tahun terakhir ini
malahan menjadi ladang penginjilan.

Bagaimana gereja-gereja sampai kehilangan pengaruh di kota-kota? Berbagai faktor menjadi


biang keroknya. Salah satu faktor ialah bahwa para teolog dan pendeta telah melalaikan kota-
kota. Penjelasan ini diberikan oleh C. Henk Koetsier, seorang pakar dari Eropa yang hidup
dan bekerja di Amsterdam. Koetsier berkecimpung dalam misi perkotaan selama beberapa
tahun menilai situasi tersebut sebagai berikut:

Hanya ada sedikit analisis dan refleksi teologis tentang apa yang terjadi di kota-kota.
Kelihatannya seolah-olah teologi telah kehilangan perhatian dalam kehidupan di kota modern.
Hanya belakangan ini ada beberapa ahli teologi telah meninggalkan menara gading dari
pengetahuan teologinya untuk menghadapi kemelut dalam kehidupan di dalam kota. Karena
itu gereja belum dapat mengatasi situasi tersebut di kota-kota. Mereka telah mengundurkan
diri dari kota-kota secara sosial melalui migrasi dan secara teologis dengan peninggalan yang
serupa. Gereja-gereja belum bersedia untuk merenungkan secara kritis dan kreatif
menghadapi tantangan yang diperhadapkan mereka di kota-kota.

Ada tanda-tanda bahwa apa yang telah terjadi di Eropa akan terulang di kota-kota Amerika
Utara, dan kemudian di bagian lain di dunia. Di mana-mana kita melihat kecenderungan
gereja-gereja melarikan diri dan para ahli mengabaikan tantangan yang amat besar dari kota-
kota. Sungguh sedikit sekali perhatian yang diberikan kepada pelayanan kota yang cenderung
memakai metode-metode yang strategis dan bukan berdasarkan pertanyaan-pertanyaan asasi
yang bersifat alkitabiah dan teologis.

Dengan mengacu kepada Kejadian 4:1 -- 6:8, Meredith Kline menjelaskan bagaimana ayat-
ayat ini menjelaskan tentang keberadaan dan tujuan dibentuknya kota. Ia berpendapat bahwa
karena kasih karunia dan belas kasihan Allahlah, maka setelah kejatuhan Adam dan Hawa ke
dalam dosa dan merusak perjanjian dengan Allah, Allah menentukan kehidupan kota demi
kebaikan umat manusia. Tidaklah mengherankan bahwa Kain membangun sebuah kota untuk
melindungi kehidupan manusia. Kota-kota perlindungan (Bilangan 35) menawarkan
perlindungan bagi orang-orang yang sudah membunuh orang lain.

Perintah yang dinyatakan dalam Kejadian 4:15 -- firman Allah kepada Kain mengenai hukum
yang akan melindunginya -- merupakan awal pembentukan sebuah kota (ayat 17). Kline
mengatakan bahwa Kejadian 4:15 merupakan anggaran dasar kota yang sebenarnya. Kota itu
dibangun sebagai tempat perlindungan dari hutan belantara, suatu tempat perlindungan dari
musuh dan sebuah tempat untuk mengembangkan kebudayaan dan kreativitas. Tak lama
kemudian kota juga seperti dalam kisah Lamekh (ayat 23-24), menjadi tempat kesombongan
dan kekerasan.
Sebagai akibat kejatuhan manusia, perubahan fundamental terjadi di kota. Kutuk itu telah
menyebar ke mana-mana. Misalnya, di setiap kota sekarang ada banyak kuburan,
merefleksikan bahwa metropolis telah berubah menjadi nekropolis. Perubahan lain ialah
bahwa usaha-usaha kota untuk mengumpulkan sumber-sumber dan kekuatan serta bakat
manusia bukan lagi sebagai alat untuk memenuhi mandat Allah untuk menaklukan dunia;
mereka mengumpulkan kekuatan untuk berperang dan mempertahankan diri terhadap
serangan dari luar. Kota-kota sepanjang sejarah mendirikan benteng-benteng dengan tembok
tebal dan tinggi untuk melindungi penduduknya. Kota bukan lagi menjadi pusat geografis
untuk perdagangan, sebuah pasar untuk mempercepat penyebaran hasil produksi alam, tetapi
kota telah menjadi pusat administrasi yang menyediakan kesejahteraan dan bantuan bagi
orang-orang yang tertekan. Kota harus menyediakan pejabat polisi, pengadilan, dan penjara,
untuk melindungi warganya dan menghukum yang bersalah.

IV. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai