Anda di halaman 1dari 2

Menelisik asal usul Gajah Mada, Patih

Majapahit dari Lamongan


Rabu, 22 April 2015 06:01 Reporter : Ya'cob Billiocta



Makam Dewi Andong Sari di Lamongan. ©2015 Merdeka.com

Merdeka.com - Gajah Mada merupakan salah satu tokoh sentral di Kerajaan Majapahit saat
mencapai masa kejayaannya dengan pusat pemerintahan di Wilwatikta atau sekarang dikenal
Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Dinasti yang didirikan oleh Raden Wijaya (wafat tahun
1309) berdarah bangsawan Jawa dan Sunda ini mencapai puncak kejayaan di era Raja Hayam
Wuruk.

Masa kejayaan Majapahit tidak lepas dari figur Gajah Mada, termasuk segudang kontroversi
cerita yang hingga kini masih berselimut gelap. Karir militernya di Majapahit mulai menanjak
setelah dia berhasil menyelamatkan Jayanegara, raja kedua Majapahit dalam peristiwa
pemberontakan Ra Kuti tahun 1319.

Memang setelah meninggalnya Raden Wijaya, Majapahit disibukkan oleh pemberontakan di


sana sini dari pada ekspansi militer atau ekonomi ke wilayah baru. Umumnya pemberontakan
terjadi untuk mengambil alih kekuasaan yang dilakukan oleh orang-orang bekas istana, maupun
daerah-daerah yang ingin melepas diri dari Majapahit.

Dalam kitab Pararaton diceritakan, pemberontakan di zaman Jayanegara dilakukan oleh para
Dharmaputra yang tak lain loyalis Raden Wijaya. Pemberontakan ini terjadi karena raja kedua
Majapahit ini berdarah campuran Jawa dan etnis Melayu, bukan asli keturunan Kertanagara.
Seperti diketahui, bahwa Jayanegara merupakan anak hasil perkawinan antara Raden Wijaya
dengan Dara Petak.

Pemberontakan ini dipimpin oleh Ra Kuti, seorang perwira Majapahit dari daerah Pajarakan
(sekarang Probolinggo, Jawa Timur). Dalam pemberontakan Ra Kuti, Majapahit berhasil direbut
dari tangan Jayanegara.

Karena kondisi kerajaan sudah tidak kondusif, komandan pasukan Bhayangkara Gajah Mada
akhirnya melarikan raja muda bernama lain Raden Kalagemet (jahat dan lemah) ini ke wilayah
Badander. Di Jawa Timur saat ini, nama Badander mengacu pada dua daerah; pertama Desa
Dander yang masuk di administrasi Kabupaten Bojonegoro, dan Desa Bedander masuk wilayah
Jombang.

Setelah kondisi dirasa cukup aman, Gajah Mada kemudian kembali ke Majapahit untuk
menggalang kekuatan dari rakyat jelata hingga para loyalis Jayanegara di kerajaan. Pada
akhirnya Ra Kuti bersama pemberontak lainnya bisa dikalahkan.

Karena jasa besarnya tersebut, Gajah Mada diangkat sebagai patih Majapahit. Dari sini, karir
militer Gajah Mada semakin moncer. Di hari-hari berikutnya, dipercaya untuk menumpas para
pembelot kerajaan. Tercatat karena jasanya itu, dia pernah diangkat sebagai Patih Doha (Kediri)
dan Patih Kahuripan (sekarang Sidoarjo).

Di masa pemerintahan Tribhuwana Wijayatunggadewi, posisi Gajah Mada diangkat lebih tinggi
menjadi mahapatih setelah berhasil menumpas pemberontakan di Sadeng dan Keta (masuk
Kabupaten Situbondo). Pada periode inilah Gajah Mada melakukan ekspansi besar-besaran
kerajaan Majapahit ke segala penjuru. Banyak kerajaan penting berhasil direbut Majapahit,
seperti Kerajaan Pejeng (Bali), sisa-sisa kerajaan Sriwijaya dan Malayu.

Puncaknya, Gajah Mada diangkat sebagai Patih Amangkubumi dan kembali menjadi tokoh
sentral kemajuan Majapahit di zaman Hayam Wuruk, termasuk salah satu peristiwa penting dan
kontroversi hingga kini masih simpang siur yaitu Sumpah Palapa.

Dalam Kakawin Nagarakertagama karya Empu Prapanca, kekuasaan Majapahit yang didapat
dari peperangan maupun monopoli dagang terbentang dari Papua, Sumatera, Tumasik (sekarang
disebut Singapura), hingga sebagian pulau di Filipina. Semua terbingkai dalam peta Nusantara.

Lantas siapa sebenarnya Gajah Mada ini? Di mana tempat asal Gajah Mada? Mengapa karirnya
begitu cepat melesat? Apakah benar dia orang dalam istana yang sempat terasingkan? [hhw]
SELANJUTNYA

Anda mungkin juga menyukai