Anda di halaman 1dari 10

GAMBARAN KARAKTERISTIK ANAK DAN KARAKTERISTIK KELUARGA

ANAK MALNUTRISI DI WILAYAH PERKOTAAN


KOTA SURAKARTA

Listyani Hidayati, Setiyo Purwanto


Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Siti Zulaekah
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadyah Surakarta

ABSTRAK

Malnutrisi merupakan masalah utama yang menimpa anak-anak di


dunia, yang membahayakan baik bagi anak-anak tersebut maupun
negara. Beberapa akar permasalahan malnutrisi adalah kemiskinan,
tingkat pendidikan yang rendah, serta rendahnya akses ke pusat-pusat
pelayanan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
gambaran karakteristik anak dan karakteristik keluarga anak
malnutrisi di kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta. Jenis penelitian
ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan crossectional.
Populasi pada penelitian ini yaitu anak batita yang mengalami
malnutrisi atau beresiko malnutrisi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa lokasi penelitian merupakan wilayah padat penduduk dengan
tingkat ekonomi berada pada tingkat ekonomi yang rendah. Pola makan
dan pola asuh ibu terhadap anak di wilayah ini masih kurang baik..
Selain itu rata-rata tingkat konsumsi energi, vitamin C, besi dan seng
anak tidak baik, sedangkan tingkat konsumsi protein dan vitamin A
anak sudah baik. Hasil pemeriksaan menunjukkan 25 % anak malnutrisi
menderita anemia dan frekuensi sakit pada anak malnutrisi masih
sering terutama frekuensi batuk pilek.
Kata kunci: anak malnutrisi, karakteristik anak, karakteristik
keluarga, Surakarta

ABSTRACT

Malnutrition is a major problem that befall children in the world, which


is harmful to both the children and the country. Some of the root causes
of malnutrition are poverty, low education levels and low access to
health care centers. The purpose of this study is to describe the
characteristics of the child and family characteristics of malnourished
children in the district of Pasar Kliwon Kota Surakarta. This research is
an observational study with cross-sectional approach. The population
was malnourished toddler or at risk of malnutrition. The results showed
12 Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 13, No. 1, April 2012: 11 - 20
that the study locationwasoverpuppulation areas with economic levels
are at a low level. Food Style and parenting style of children in the
region was still not good. In addition the average rate of energy
consumption, vitamin C, iron and zinc of children were not good, while
the rate of consumption of protein and vitamins A child had been good.
Test results showed 25% of malnutrition children wereanemia and
frequency of pain in malnutrition children was often especially the
frequency of cough and cold.
Keywords: malnutrition child, child characteristics, family
characteristics, Surakartas

pada anak-anak maupun orang


PENDAHULUAN
dewasa. Malnutrisi pada anak
Malnutrisi merupakan masalah dicirikan oleh 3 bentuk yaitu
utama yang menimpa anak-anak di stunting, wasting dan undernutrition
dunia, yang membahayakan baik bagi berat badan kurang menurut tinggi
anak-anak tersebut maupun negara. badan (BB/TB) (Gibson, 2005).
Malnutrisi dapat membebani sebuah Malnutrisi tingkat berat
negara miskin hingga 3% dari bermula dari kejadian kurang gizi
pendapatan kotor negara. Akar tingkat ringan dalam waktu yang
permasalahan malnutrisi adalah lama dan tidak mendapatkan
kemiskinan, tingkat pendidikan yang penanganan yang baik, sehingga
rendah, serta rendahnya akses ke menangani anak yang kurang gizi
pusat-pusat pelayanan kesehatan adalah masalah yang sangat penting
(Khan, et al., 2007). Fakta dan harus ditangani secara serius.
menunjukkan bahwa angka kematian Selain itu masa anak-anak adalah
akibat penyakit infeksi pada anak masa pertumbuhan yang sangat cepat
yang malnutrisi 3 hingga 27 kali lebih (growth spurt), yang sangat
besar daripada anak-anak yang membutuhkan zat-zat gizi baik
gizinya baik, sehingga malnutrisi makronutrien maupun mikronutrien
merupakan faktor risiko yang dalam jumlah maupun kualitas yang
signifikan penyebab kematian pada memadai.
anak (UNS/SCN, 2005).
Malnutrisi merupakan akibat
Beberapa hasil penelitian dari multifaktor. Menurut Pongou, et
menunjukkan malnutrisi sangat al. (2006), kebijakan ekonomi makro
berkaitan dengan defisiensi berbagai tentang pangan merupakan faktor
mikronutrien, baik vitamin maupun mendasar penyebab malnutrisi pada
mineral. Kekurangan mikronutrien anak. Hal yang sama terjadi di
ini secara bersama-sama merupakan negara Indonesia, krisis ekonomi
sebuah masalah kesehatan yang yang terjadi beberapa tahun yang lalu
sangat besar kontribusinya terhadap sangat berdampak pada status
siklus terjadinya penurunan ekonomi keluarga dan kemudahan
perkembangan dan pertumbuhan. untuk mendapatkan pelayanan
Salah satu tanda-tanda kurang gizi kesehatan, demikian pula dengan
adalah lambatnya pertumbuhan yang akses untuk memperolah pangan
dicirikan dengan kehilangan lemak yang baik dari segi kuantitas maupun
tubuh dalam jumlah berlebihan, baik kualitasnya. Hasil kajian Muller and

Gambaran Karakteristik Anak Dan Karakteristik Keluarga Anak Malnutrisi... (Hidayati, dkk.) 13
Crawinkel (2005) menyebutkan sampel semuanya adalah 80 anak.
bahwa pengenalan awal terhadap Pemilihan lokasi penelitian di
makanan pertama yang rendah Kelurahan Semanggi dan Sangkrah,
kulaitas dan kuantitasnya, rendahnya Kecamatan Pasar Kliwon, Kota
pemberian ASI eksklusif dan Surakarta. Alat ukur yang digunakan
tingginya frekuensi penyakit pada untuk pengumpulan data
masa awal bayi merupakan alasan- antropometri berupa timbangan
alasan sebab terjadinya lambatnya dacin untuk mengukur berat badan
pertumbuhan. anak, microtoise yang merupakan
Pemilihan anak usia dini di alat pengukur tinggi badan anak yang
wilayah Surakarta sebagai subjek berusia di atas 2 tahun, dengan cara
dalam penelitian ini, didasarkan pada mengukur anak dalam keadaan
penelitian sebelumnya bahwa tingkat berdiri. Baby board/wooden height
konsumsi zat gizi Fe, vitamin C dan board digunakan untuk mengukur
vitamin B1, dan Zn masih rendah panjang badan anak yang berumur
yaitu dibawah 80% dari Angka kurang dari 2 tahun, yaitu dengan
Kecukupan Gizi (AKG) yang cara anak berbaring. Semua alat
dianjurkan. Selain itu jumlah anak mempunyai ketelitian 0.1.
yang mengalami malnutrisi dengan Pada penelitian ini wawancara
kategori stunted sebesar 57,61%, akan dilakukan dengan instrumen
underweight 46,74%, wasted 9,78%. kuesioner. Kuesioner yang telah
Tujuan penelitian ini adalah untuk dibuat diujicobakan terlebih dahulu
mengetahui gambaran karakteristik sebelum digunakan untuk mengambil
anak dan karakteristik keluarga anak data penelitian yang sebenarnya.
malnutrisi di kecamatan Pasar Data sosial ekonomi yang akan
Kliwon Kota Surakarta. dikumpulkan meliputi: data
METODE PENELITIAN pendapatan keluarga, umur ayah
umur ibu dan jumlah anak. Data ini
Jenis penelitian ini adalah diperoleh melalui wawancara dari
penelitian observasional dengan rumah ke rumah dengan
pendekatan crossectional. Penentuan menggunakan pedoman pertanyaan
populasi dilakukan secara purposive atau kuesioner. Data Kadar Hb Anak
dengan kriteria inklusi yaitu anak diperoleh berdasarkan pengukuran
mengalami malnutrisi atau beresiko hemoglobin dengan menggunakan
malnutrisi : berat badan kurang metode cyanmethemoglobin.
menurut umur, berdasarkan kriteria Pembacaan kadar Hb dilakukan
dari WHO-NCHS, anak tidak cacat dengan menggunakan alat
secara fisik, tidak ada kelainan Hemolyzer. Data Status Besi dan
kongenital serta ada pernyataan Vitamin A Anak. Status Fe diperoleh
kesediaan dari responden untuk melalui pengukuran kadar serum
menjalani pemeriksaan atau ferritin dalam darah dengan metode
wawancara selama penelitian ELISA. Status vitamin A diperoleh
berlangsung. Kriteria eksklusi melalui metode penentuan serum
ditetapkan bila terdapat tanda-tanda retinol dengan cara HPLC (High
yang berkaitan dengan mata pada Performance Liquid
xerophthalmia, kadar Hb<7,5mg/dL, Chromatography).
mengalami sakit kronis, anak
Data Morbiditas Anak yang
meninggal atau pindah. Jumlah
meliputi data tentang penyakit batu,

14 Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 13, No. 1, April 2012: 11 - 20
pilek dan batuk pilek. Data 121 m di atas permukaan laut dengan
dikumpulkan melalui metode luas wilayah 1.923 Ha. Jarak dari
wawancara terstruktur.. ibukota kecamatan ke ibukota
Pengumpulan data ini akan dilakukan Kabupaten Sukoharjo kurang lebih 23
oleh peneliti dari rumah ke rumah. Km. Kecamatan Pasar Kliwon terbagi
Data Pertumbuhan (Status Gizi) Anak menjadi 9 Kelurahan, yaitu : Gajahan,
diperoleh melalui pengukuran berat Kedung Lumbu, Semanggi, Sangkrah,
badan dan tinggi badan pada saat Buluwarti, Pasar Kliwon, Kauman,
awal penelitian. Timbangan yang Kampung Baru, dan Joyosuran
digunakan untuk menimbang anak Jumlah penduduk di Kelurahan
adalah timbangan injak digital Semanggi pada Tahun 2009 sebanyak
dengan ketelitian 0.1 kg, sedangkan 33.572 jiwa, terdiri dari 16.727
untuk pengukuran panjang badan (49,8%) jiwa laki-laki dan 16.845
anak usia 1-2 tahun digunakan (50,2%) jiwa perempuan. Jumlah
babyboard dengan ketelitian 0,1 cm Kepala Keluarga (KK) sebanyak
dan untuk anak yang berusia >2-3 8.567 KK, dengan rata-rata per KK
tahun digunakan alat microtoise terdiri dari 4 jiwa. Kelompok umur
dengan ketelitian 0.1 cm. Data terbesar adalah umur 0-4 tahun
Psikomotor Anak. diukur dengan sebanyak 3.906 jiwa dan terkecil
menggunakan test Denver II yang adalah umur 50-59 tahun sebanyak
dilakukan oleh peneliti Kemampuan 2.847 jiwa. Mata pencaharian
perkembangan diukur berdasarkan penduduk sebagian besar adalah
kemampuan motorik kasar, motorik sebagai pedagang 25,6%, diikuti
halus dan perkembangan bahasa. dengan pensiunan sejumlah 19,3%
dan buruh bangunan 16,8%.
Hasil survei konsumsi makanan
Karakteristik Keluarga
dengan metode multiple 24 hour
recall diolah dengan program Karakteristik keluarga pada
Nutrisurvey, kemudian dikonversikan penelitian ini meliputi data
ke dalam unsur kalori dan zat gizi pendapatan keluarga, umur ayah,
baik zat gizi makro maupun zat gizi umur ibu dan jumlah anak. Secara
mikro. Untuk menilai tingkat umum tingkat sosial ekonomi
konsumsi, data asupan ini keluarga subjek penelitian berada
dibandingkan dengan RDA pada tingkat menengah kebawah.
(Recommended Dietary Allowances). Banyak warga yang mencari nafkah di
luar kota Surakarta. Beberapa subjek
HASIL DAN PEMBAHASAN tinggal bersama nenek atau berasal
Gambaran Umum Wilayah dari keluarga yang sudah tidak utuh
Penelitian lagi karena alasan perceraian atau
Kecamatan Pasar Kliwon pernikahan lebih dari satu. Secara
merupakan sebuah kecamatan di lengkap karakteristik keluarga subjek
wilayah Kota Surakarta yang terletak dapat dilihat pada Tabel 1.

Gambaran Karakteristik Anak Dan Karakteristik Keluarga Anak Malnutrisi... (Hidayati, dkk.) 15
Tabel 1.
Diskripsi Karakteristik Keluarga
Variabel Minimal Maksimal Rata-rata Standar Deviasi
Pendapatan Keluarga (Rp) 400.000,00 2000.000,00 861.337,50 381.124,35
Umur Ibu (tahun) 19,00 53,00 31,34 6,78
Umur Ayah (tahun) 20,00 60,00 34,36 7,41
Status Gizi Ibu (IMT) 14.95 34,48 23,42 4,70
Jumlah Anak 1 7 2,56 1,34
Jumlah keluarga 3 12 5,58 1,93

Tabel 1 menunjukkan bahwa


Karakteristik Anak Malnutrisi
rata-rata pendapatan keluarga subjek
penelitian adalah Rp 816.333,50, nilai Malnutrisi merupakan akibat
ini masih dibawah nilai Upah dari multifaktor. Menurut Pongou, et
Minimal Regional (UMR) Kota al. (2006), kebijakan ekonomi makro
Surakarta yaitu Rp 915.900,- . Hal ini tentang pangan merupakan faktor
berarti tingkat ekonomi subjek mendasar penyebab malnutrisi pada
penelitian yaitu anak-anak malnutrisi anak. Hal yang sama terjadi di
di Kecamatan Pasar Kliwon berada negara Indonesia, krisis ekonomi
pada tingkat ekonomi yang rendah. yang terjadi beberapa tahun yang lalu
Apabila dilihat dari karakreristik sangat berdampak pada status
umur ayah dan ibu serta jumlah anak, ekonomi keluarga dan kemudahan
menunjukkan bahwa usia rata-rata untuk mendapatkan pelayanan
mereka berada pada kisaran usia kesehatan, demikian pula dengan
produktif dan tergolong usia dewasa akses untuk memperolah pangan
dengan rata-rata jumlah anak antara yang baik dari segi kuantitas maupun
2 sampai 3. Tabel 1 juga kualitasnya.
menunjukkan bahwa wilayah ini Subjek dalam penelitian ini
merupakan wilayah padat adalah anak yang berumur 1-3 tahun
penduduk,hal ini terlihat dari jumlah yang mengalami malnutrisi dan
keluaraga rata-rata 5 – 6 orang dalam beresiko malnutrisi dengan indeks
satu rumah. Apabila dilihat dari BB/U (Zscore kurang dari -1,0 SD.
status gizi ibu tampak bahwa rata- Gambaran karakteristik anak
rata ibu mempunyai status gizi yang malnutrisi secara lengkap dapat
normal. dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2.
Diskripsi Karakteristik Anak Malnutrisi
Variabel Minimal Maksimal Rata-rata Standar Deviasi
Umur anak (bulan) 12,85 36,30 25,23 7,02
Berat Badan Lahir Kg) 1,25 4,00 2,90 0,47
Frekuensi makan (kali) 1 5 2,76 0,66
Usia mendapatkan MPASI (bulan) 0 28,00 4,47 3,99
Usia Berhenti minum ASI (bulan) 0 30,00 15,90 9,57

Apabila dilihat dari Tabel 2, penelitian adalah 25,23 bulan dengan


tampak bahwa umur rata-rata subjek rata-rata berat badan lahir 2,90 kg.
yang mengalami malnutrisi di lokasi Apabila dilihat dari pola makan dan

16 Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 13, No. 1, April 2012: 11 - 20
pola asuh terlihat bahwa frekuensi tinggal bersama orang tua angkat,
makan subjek rata-rata 2,76 kali faktor-faktor ini secara signifikan
sehari. Angka ini masih kurang dapat meningkatkan risiko stunting.
apabila dibandingkan dengan Hasil penelitian Deolalikar (2005)
frekuensi makan yang seharusnya menemukan bahwa ada perbedaan
untuk anak balita yaitu 3-5 kali yang cukup besar tentang kejadian
sehari. Usia mendapatkan Makanan malnutrisi pada anak berdasarkan
Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) gender, wilayah geografis dan status
juga relatif lebih awal yaitu pada usia ekonomi, sedangkan hasil kajian Gur,
4,47 bulan dari usia yang seharusnya et al (2006) beberapa faktor yang
6 bulan. Selain itu usia dihentikannya berhubungan dengan kejadian
pemberian ASI juga relative lebih malnutrisi di Istanbul adalah yaitu
awal yaitu pada usia anak 15,90 bulan faktor umur, jumlah anggota
dari usia yang seharusnya yaitu 24 keluarga, pendapatan keluarga.
bulan.
Hasil ini menunjukkan bahwa
Tingkat Konsumsi Zat Gizi Anak
pola makan dan pola asuh ibu Malnutrisi
terhadap anak masih kurang baik,
sehingga memerlukan beberapa Gizi kurang adalah bentuk dari
upaya untuk memperbaikinya malnutrisi sebagai akibat kekurangan
diantaranya dengan pemberian ketersediaan zat gizi yang dibutuhkan
pendidikan gizi. Penelitian ini oleh jaringan tubuh (WHO, 2004).
memberikan indikasi bahwa pola Tubuh membutuhkan mikronutrien
makan anak dan pola asuh ibu dari makanan karena tubuh tidak
terhadap anak mempunyai peran dapat membuat seluruh mikronutrien
dalam terjadinya malnutrisi di lokasi ini untuk kenormalan fungsi tubuh.
ini. Hasil kajian Muller and Mikronutrien ini termasuk vitamin A,
Crawinkel (2005) menyebutkan vitamin B, vitamin C, folat, seng,
bahwa pengenalan awal terhadap kalsium, iodium dan besi.
makanan pertama yang rendah Tingkat asupan energi dan
kulaitas dan kuantitasnya, rendahnya protein dikatakan asupan baik jika
pemberian ASI eksklusif dan prosentasenya adalah 90% – 119 %
tingginya frekuensi penyakit pada AKG dan asupan tidak baik jika
masa awal bayi merupakan alasan- prosentasenya adalah <90% atau
alasan sebab terjadinya lambatnya >119% AKG. Untuk asupan besi dan
pertumbuhan. seng dikatakan asupan cukup jika
Bloss, et al., (2004) menyatakan prosentasenya adalah ≥ 65 % AKG
bahwa di Kenya, prevalensi anak dan dikatakan asupan kurang jika
yang malnutrisi: stunting 47%, prosentasenya adalah < 65 % AKG
undernutrition 30% dan wasting 7%, (Hardinsyah dkk, 2004). Pada
dan faktor-faktor yang menjadi penelitian ini tingkat kecukupan zat
prediktor bagi terjadinya malnutrisi gizi zat yang dinilai adalah energi,
di Kenya adalah pemberian makanan protein, vitamin A, vitamin C, Fe dan
yang lebih awal pada saat bayi, Zn.
vaksinasi memproteksi stunting,

Gambaran Karakteristik Anak Dan Karakteristik Keluarga Anak Malnutrisi... (Hidayati, dkk.) 17
Tabel 3.
Deskripsi Tingkat Konsumsi Zat Gizi Anak Malnutrisi
Variabel Minimal Maksimal Rata-rata Standar Deviasi
Tingkat konsumsi energi (%) 24,38 227,89 86,09 29,55
Tingkat konsumsi protein (%) 22,80 252,00 101,80 43,23
Tingkat konsumsi Vitamin A (%) 9,63 297,77 122,66 75,72
Tingkat konsumsi Vitamin C (%) 2,75 218,25 63,41 48,21
Tingkat konsumsi Besi (%) 5,00 175,00 60,27 42,37
Tingkat konsumsi Seng (%) 6,10 91,46 37,66 22,36

Tabel 3 menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa 25 % anak


rata-rata tingkat konsumsi energi, malnutrisi menderita anemia.
vitamin C, besi dan seng anak tidak Selain kadar Hb, indikator untuk
baik, sedangkan tingkat konsumsi menentukan status besi adalah
protein dan vitamin A anak sudah melihat kadar feritin dalam plasma
baik. atau serum. Penentuan kadar feritin
merupakan indikator awal yang
Gambaran Status Besi Dan Vitamin A cukup memuaskan dalam
Pada Subjek memberikan gambaran cadangan zat
besi dalam tubuh. Bila cadangan
Pada penelitian ini status besi besi dalam darah menurun, maka
dinilai melalui pemeriksaan kadar dapat dipastikan kadar Hb akan
hemoglobin dan kadar feritin darah berkurang, karena ada dugaan
subjek, sedangkan status vitamin A hubungan bahwa ada hubungan yang
dinilai melalui pemeriksaan kadar erat antara kadar Hb dan kadar
retinol darah. Hasil pemeriksaan Hb feritin (Franchini, et al., 2007).

Tabel 4.
Gambaran Status Besi dan Vitamin Subjek
Variabel Minimal Maksimal Rata-rata Standar Deviasi
Kadar Hemoglobin (mg/dL) 9,00 13,50 11,50 0,93
Kadar Feritin (umol/dL) 1,91 54,49 17,19 10.89
Kadar Retinol (umol/dL) 0,49 2,51 1,61 0,47

Hubungan antara anemia eritropoiesis (Neumann, et al., 2003;


dengan status vitamin A/retinol juga Ramakrishnan, et al.,2004, Thurlow,
telah diungkapkan oleh beberapa et al., 2005).
kajian penelitian. Hasil kajian Gambaran Tingkat Morbiditas
tersebut menunjukkan bahwa anemia Subjek
dapat disebabkan oleh karena
kekurangan vitamin A, yang dalam Morbiditas merupakan tingkat
hal ini vitamin A berperan dalam kesakitan atau menurunnya
modulasi eritropoiesis. Vitamin A kesehatan yang dialami anak. Pada
berperan menstimulasi transkripsi penelitian ini tingkat morbiditas
eritropoietin yaitu hormon yang dilihat dari lamanya sakit batuk, pilek
berperan merangsang eritropoiesis dan batuk pilek. Pada penelitian ini
dengan meningkatkan jumlah sel tingkat morbiditas dilihat dari
progenitor yang terikat untuk

18 Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 13, No. 1, April 2012: 11 - 20
lamanya sakit batuk, pilek dan batuk pilek

Tabel 5.
Diskripsi Lama Sakit Anak Malnutrisi
Variabel Minimal Maksimal Rata-rata Standar Deviasi
Batuk (hari) 0,00 11,00 0,80 1,95
Pilek (hari) 0,00 21,00 4,35 5,17
Batuk pilek (hari) 0.00 17,00 5,06 4,82

Hasil penelitian ini fisik, konsumsi zat gizi, jarak


menunjukkan bahwa frekuensi sakit kelahiran anak. Selain itu tingkat
pada anak malnutrisi masih sering pendiidkan orangtua dan perawatan
terutama frekuensi batuk pilek. balita juga berpengaruh terhadap
Menurut Victora et al. (1999) tingkat morbiditas balita (Rahayu,
menyatakan bahwa kurang gizi pada 2009; Citra, 2003).
anak menurunkan sistem imun yang
akhirnya akan meningkatkan risiko SIMPULAN DAN SARAN
terjadinya penyakit infeksi. Keadaan
kurang gizi mempunyai efek terhadap Wilayah penelitian merupakan
mekanisme pertahanan terhadap wilayah padat penduduk dengan
antigen, serta berpengaruh juga tingkat ekonomi berada pada tingkat
terhadap respon imun yang lebih ekonomi yang rendah. Pola makan
khusus. Penurunan respon seperti dan pola asuh ibu terhadap anak di
itulah yang menyebabkan virus wilayah ini masih kurang baik.. Selain
dengan mudah menginfeksi dan itu rata-rata tingkat konsumsi
bereplikasi, sehingga timbullah energi, vitamin C, besi dan seng anak
penyakit infeksi pada anak tersebut. tidak baik, sedangkan tingkat
Kaitan penyakit infeksi dengan konsumsi protein dan vitamin A anak
keadaan gizi kurang merupakan sudah baik. Hasil pemeriksaan
hubungan timbal balik, yaitu menunjukkan 25 % anak malnutrisi
hubungan sebab akibat. Penyakit menderita anemia.dan frekuensi
infeksi dapat memperburuk keadaan sakit pada anak malnutrisi masih
gizi, dan keadaan gizi yang jelek sering terutama frekuensi batuk
dapat mempermudah terkena infeksi pilek.
(Supariasa, 2001). Pernyataan Dari hasil penelitian ini
tersebut sejalan dengan penelitian peneliti memberikan saran untuk
yang dilakukan oleh Yoon et al. tindak lanjut dari penelitian
(1997) yang menyatakan bahwa diantaranya dengan melakukan
penurunan berat badan (berdasarkan beberapa upaya pencegahan dampak
indeks berat badan menurut umur) yang lebih berbahaya dari malnutrisi
meningkatkan risiko terkena ISPA dan anemia seperti pemberian
sebesar 1,7 kali. suplementasi mikronutrien atau
Beberapa faktor lain yang pemberian pendidikan gizi pada
diduga berpengaruh terhadap tingkat subjek.
morbiditas balita adalah tingkat
pendapatan orang tua, lingkungan

Gambaran Karakteristik Anak Dan Karakteristik Keluarga Anak Malnutrisi... (Hidayati, dkk.) 19
DAFTAR PUSTAKA

Bloss, E., Wainaina, F., Bailey, RC. Prevalence and Predictors of Underweight,
Stunting, and Wasting among Children Aged 5 and Under in Western
Kenya. Journal of Tropical Pediatrics; 50(5):260-270.

Citra,P; Yusuf, IM; Facthan,ACH. 2003. Faktor-faktor yang mempengaruhi


tingkat morbiditas balita di wilayah kelurahan Jodipan Kecamatan
Blimbing Kota Malang, Skripsi. Universitas Negeri Malang.

Deolalikar, AB. 2005. Poverty and Child Malnutrition in Bangladesh . Journal


of Developing Societies, Vol. 21, No. 1-2, 55-90

Franchini, M., Salvagno, GL., Montagnana, M., Lippi, G., 2007. Serum ferritin
levels correlate with haemoglobin concentration: a report on 589
outpatients from a single centre. Blood Transfus ; 5:244-245

Hardinsyah, Dodik, B., Retnaningsih, Tin, H. 2004. Modul Pelatihan Ketahanan


Pangan ”Analisis Kebutuhan Konsumsi Pangan”. Pusat Studi Kebijakan
Pangan dan Gizi. Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat
Institut Pertanian Bogor.

Gibson. 2005. Only A Small Proportion Of Anemia In Northeast Thai


Schoolchildren Is Associated With Iron Deficiency. Am. J. Clin. Nutr.;
82: 380 - 387.

Gür, E., Can, G., Akku, S., Ercan, G., Arvas, A., Güzelöz, S., and Çifçili , S.
2006. Undernutrition a Problem among Turkish School Children?:
Which Factors have an Influence on It? Journal of Tropical Pediatrics;
52(6):421-426.

Kaur, PRD ;Garg,B.S. 2006. Epidemiological correlates of nutritional anemia in


adolescent girls in rural wardha. Indian Journal of Community
Medicine. (Serial online) 31(4): 155-8

Khan, AA., Bano, N.,Salam, A. 2007. Child Malnutrition in South Asia, A


comparative Perspective. South Asian Survey; 14(1): 129-145.

Müller, O., Krawinkel, M. 2005. Malnutrition and health in developing


countries. Can. Med. Assoc. J., 173: 279 - 286.

Neumann, CG., NO.Bwibo, SP. Murphy,M Sigman, 2003. Animal Source Foods
Improve Dietary Quality, Micronutrient Status,Growth and Cognitive
Function in Kenyan School Children: Background, Study Design and
Baseline Findings J. Nutr. 133: 3941S–3949S.

Pongou, R. Salomon, JA., Ezzati, M. 2006. Health impacts of macroeconomic


crises and policies: determinants of variation in childhood malnutrition

20 Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 13, No. 1, April 2012: 11 - 20
trends in Cameroon. International Journal of Epidemiology , 35:648–
656

Rahayu,R. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi Tingkat Morbiditas Balita


di Wilayah Desa Pagerjo Kecamatan Ngadirojo kabupaten Malang.
Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial UM.

Ramakrishnan, U., Nancy Aburto, George McCabe, and Reynaldo Martorell.


2004. Multimicronutrient Interventions but Not Vitamin A or Iron
Interventions Alone Improve Child Growth: Results of 3 Meta-
Analyses. J. Nutr. 134: 2592–2602.

Ramakrishnan, U., Neufeld, LM., Flores, R., Rivera,J., Martorell, R. 2009.


Multiple micronutrient supplementation during early chilhood increase
child sizeat2 y of age among high compliers. Am J Clin Nutr;89:1125-
31.

Supariasa, IDN; Bakri, B; Fajar, I. 2001. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta.

Tarleton, JL., Haque, R., Mondal, D., Shu, J., Farr, BM., Petri, WA. 2006.
Cognitive Effects Of Diarrhea, Malnutrition, And EntamoebaHistolytica
Infection On School Age Children InDhaka, Bangladesh. Am. J. Trop.
Med. Hyg., 74(3): 475–481.

Thurlow, RA., Pattanee Winichagoon, Timothy Green, Emorn Wasantwisut,


Tippawan Pongcharoen, Karl B Bailey, And Rosalind S

UNS/SCN. 2005. 2005. Crisis Situations Report n° 6 – Summary. United


Nations System Standing Committee on Nutrition. Geneva.

UNICEF. 2004. Micronutrient Initiative: Vitamin and Mineral Deficiency. A


Global Progress Report. Ottawa.

Victora, CG; Kirkwood, BR; Ashworth, A; Black, RE; Rogers, S; Sazawal, S;


Campbell, H; and Gove, S. 1999. Potential interventions for the
prevention of childhood pneumonia in developing countries: improving
nutrition. American Journal of Clinical Nutrition. 70: 309-320.

WHO. 2004. Malnutrition: The Global Picture. WHO. Geneva.

Yoon, PW; Black, RE; Moulton, LH and Becker, S. 1997. The Effect of
Malnutrition on the Risk of Diarrheal and Respiratory Mortality in
Children < 2 Y Of Age In Cebu, Philippines. American Journal of
Clinical Nutrition. 65: 1070-1077.

Zulaekah, S., Purwanto, S., Hidayati, L. 2011. Perkembangan Motorik, Status


Gizi dan Kadar Hb Anak Malnutrisi di Kota Surakarta. Laporan
Penelitian Reguler Kompetitif UMS. Surakarta.

Gambaran Karakteristik Anak Dan Karakteristik Keluarga Anak Malnutrisi... (Hidayati, dkk.) 21

Anda mungkin juga menyukai