Anda di halaman 1dari 18

PANDUAN REKRUTMEN, EVALUASI

KOMPETENSI DAN PENGANGKATAN STAF


(PNS)

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN


DINAS KESEHATAN
UPT. RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH IBU DAN ANAK PERTIWI
Jln. Jenderal Sudirman No. 14 Telepon ( 0411 ) 3616134 Fax. 3612242
MAKASSAR 90113
BAB I
PENGERTIAN

Dalam peraturan ini, yang dimaksud dengan :


1. Formasi PNS adalah jumlah PNS yang menduduki jenis dan jenjang jabatan
tertentu yang diperlukan oleh instansi pemerintah untuk melaksanakan tugas
secara efektif dan efisien.
2. Pengadaan CPNS adalah kegiatan untuk mengisi kebutuhan Jabatan
Administrasi dan/ atau Jabatan Fungsional dalam suatu instansi pemerintah.
3. Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan
melaksanakan proses pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian
pegawai Aparatur Sipil Negara ( ASN ) sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yaitu: Sekretaris Jenderal, Sekretaris Menteri,
Sekretaris Utama, Sekretaris Lembaga Nonstruktural, Sekretaris Daerah
Propinsi Dan Kabupaten/Kota.
4. Pejabat Pembina Kepegawaian adalah pejabat yang mempunyai
kewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian
Pegawai ASN dan pembinaan Manajemen ASN di instansi pemerintah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan yaitu:
a. Menteri di Kementerian;
b. Pimpinan Lembaga di Lembaga Pemerintah NonKementerian;
c. Sekretaris Jenderal di Sekretariat Lembaga Negara dan Lembaga
Nonstruktural;
d. Gubernur di Propinsi; dan
e. Bupati/Walikota di Kabupaten/Kota.
5. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
dibidang pendayagunaan aparatur negara.
6. Instansi Pemerintah adalah Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
7. Instansi Pusat adalah Kementerian, Lembaga Pemerintah NonKementerian,
Kesekretariatan Lembaga Negara, dan Kesekretariatan Lembaga
NonStruktural.

1
8. Instansi Daerah adalah perangkat daerah propinsi dan perangkat daerah
Kabupaten/Kota yang meliputi Sekretariat Daerah, Sekretariat Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, Dinas Daerah, danLembaga Teknis Daerah.
9. Pejabat Pembina Kepegawaian adalah Menteri di Kementerian, Pimpinan
Lembaga di Lembaga Pemerintah NonKementerian, Sekretaris Jenderal di
Sekretariat Lembaga Negara dan Lembaga NonStruktural, Gubernur di
Propinsi, dan Bupati/Walikota di Kabupaten/Kota.
10. Kompetensi Dasar PNS adalah kemampuan dan karakteristik dalam diri
seseorang yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang
menjadi ciri-ciri seorang Pegawai Negeri Sipil Republik Indonesia.
11. Kompetensi Bidang adalah kemampuan dan karakteristik dalam diri
seseorang yang berupa pengetahuan, keterampilan, perilaku yang diperlukan
dalam pelaksanaan tugas jabatannya sehingga individu mampu menampilkan
unjuk kerja yang tinggi dalam suatu jabatan tertentu.
12. Pengadaan CPNS melalui sistem Computer Assisted Test (CAT) adalah
suatu metode dengan menggunakan alat bantu komputer.
13. Daftar Nilai adalah nominatif atau listing yang memuat nama peserta, kode
jabatan, kode pendidikan, kode instansi, nomor peserta ujian, nilai dan daftar
peringkat hasil tes peserta.
14. Passing Grade adalah nilai ambang batas kelulusan tes kompetensi dasar
dari seorang peserta seleksi CPNS.
15. Panitia Pengadaan CPNS Nasional yang selanjutnya disebut Panitia Nasional
adalah Panitia yang dibentuk oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi untuk menyiapkan dan menyelenggarakan seleksi
CPNS secara nasional.

2
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup Pedoman Pelaksanaan Pengadaan CPNS, meliputi:


1. Pengadaan CPNS umum
2. pengangkatan tenaga honorer yang dibiayai APBN/APBD menjadi CPNS.
3. pengangkatan tenaga honorer yang tidak dibiayai APBN/APBD menjadi
CPNS.
4. pengangkatan tenaga dokter menjadi CPNS.
5. pengangkatan tenaga ahli tertentu/khusus menjadi CPNS.
6. tata cara pengangkatan tenaga honorer menjadi CPNS.
7. pengawasan dan pengendalian.
8. pembiayaan.
9. evaluasi.

3
BAB III
TATA LAKSANA

A. PENGADAAN CPNS UMUM

1. Persyaratan administrasi, pengumuman, dan pendaftaran


a. Instansi wajib mengumumkan formasi yang lowong baik nama jabatan,
kualifikasi pendidikan, jumlah lowongan dan unit kerja penempatan
berdasarkan formasi yang telah mendapatkan penetapan/persetujuan tertulis
dari Menteri PAN-RB.
b. Persyaratan administrasi pelamaran untuk jabatan tertentu yang sumberdaya
pelamarnya relatif banyak di Daerah yangbersangkutan dapat mengutamakan
putera/puteri dari daerah setempat sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan sebagai bentuk proteksi terhadap
Putera/Puteri Daerah yang bersangkutan.
c. Administrasi pendaftaran seleksi formasi CPNS menggunakan aplikasi
pendaftaran secara online yang dimiliki Badan Kepegawaian Negara
(sscn.bkn.go.id).
d. Publikasi dan pendaftaran peserta seleksi CPNS secara online melalui
website portal pendaftaran seleksi secara nasional
(http://panselnas.menpan.go.id).
e. Peserta hanya dapat mengikuti seleksi pada 1 (satu) instansi dan dapat
memilih tiga jabatan dengan kualifikasi pendidikan yang sama pada instansi
yang bersangkutan.
f. Peserta seleksi dari Daerah yang melamar formasi pada
Kementerian/Lembaga Pusat yang tidak mempunyai instansi vertical/unit
pelaksana teknis (UPT) di daerah dapat mengikuti seleksi yang dilaksanakan
di ibukota Propinsi (KANREG BKN atau LPMP Kem.Dikbud) serta dapat
memilih tiga formasi jabatan dengan kualifikasi pendidikan yang sama pada
instansi yang bersangkutan.
g. Verifikasi administrasi kelengkapan dokumen dilakukan oleh panitia
pengadaan CPNS instansi.

4
2. Penyusunan soal Tes Kompetensi Dasar dan Tes Kompetensi Bidang:
a. Penyusunan soal Tes Kompetensi Dasar
b. Penyusunan soal Tes Kompetensi Bidang
Penyusunan materi soal tes kompetensi bidang untuk tes tertulis, praktek, tes
psikologi lanjutan dan wawancara adalah tanggungjawab instansi masing-
masing dan berkoordinasi dengan Instansi Pembina Jabatan Fungsional yang
bersangkutan.
3. Pelaksanaan tes dan pengolahan hasil Tes Kompetensi Dasar
Seleksi menggunakan sistem Computer Assisted Test (CAT) dilakukan dengan
tahap sebagai berikut:
a. Pelaksanaan tes kompetensi dasar;
b. Instansi berkoordinasi dengan Badan Kepegawaian Negara di Pusat atau
Kantor Regional BKN atau Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Propinsi;
c. Panitia penyelenggara seleksi memberikan daftar nilai hasil Tes Kompetensi
Dasar untuk setiap formasi jabatan kepada Panitia Nasional
(PANSELNAS); dan
d. Penetapan Keputusan kelulusan oleh PPK dan pengumuman.
e. Pejabat Pembina Kepegawaian menetapkan kelulusan dan mengumumkan
peserta yang lulus TKD sesuai dengan hasil pengolahan nilai yang
disampaikan oleh Panitia Nasional.
4. Pelaksanaan tes dan pengolahan hasil Tes Kompetensi Bidang
a. Substansi Tes Kompetensi Bidang diserahkan sepenuhnya kepada masing-
masing Instansi (seperti : performance test, tes psikologi lanjutan, tes potensi
akademik, tes toefl, dan wawancara)
b. Peserta seleksi yang dapat mengikuti Tes Kompetensi Bidang adalah peserta
yang telah memenuhi nilai ambang batas/passing grade Tes Kompetensi
Dasar.
c. Jumlah minimal peserta yang lulus Tes Kompetensi Dasar untuk mengikuti
Tes Kompetensi Bidang sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali formasi dari peserta
yang memenuhi nilai ambang batas/passing grade Tes Kompetensi Dasar.
d. Apabila jumlah peserta yang memenuhi nilai passing grade Tes Kompetensi
Dasar lebih sedikit dari jumlah formasi, tidak harus dilakukan Tes
Kompetensi Bidang.
5
e. Instansi dapat menggugurkan peserta TKB yang diyatakan tidak memenuhi
syarat kesehatan berdasarkan rekomendasi dari rumah sakit dan peserta
yang tidak direkomendasikan sesuai hasil psikotes dari penyelenggara
psikotes.
f. Penyelenggara seleksi wajib menyampaikan hasil TKB dalam bentuk angka
(0 s/d 100) kepada PANSELNAS untuk dilak pengolahan/diintegrasikan
dengan nilai TKD.
5. Prinsip kelulusan CPNS
a. Prinsip penentuan kelulusan didasarkan pada nilai ambang batas kelulusan
(passing grade);
b. Nilai ambang batas kelulusan (passing grade) untuk wilayah tertentu dan
jabatan spesifik/langka dan tidak diminati dapat diberikan afirmasi, antara lain
seperti : Instruktur Penerbang, Rescuer, Anak Buah Kapal, Pengamat
Gunung Api, dan Penjaga Menara Suar;
c. Dalam hal jumlah peserta yang memenuhi nilai ambang batas kelulusan
(passing grade) melebihi jumlah formasi jabatan yang elah ditetapkan, maka
penetapan kelulusan berdasarkan urutan nilai tertinggi secara berurutan
sesuai dengan jumlah formasi masing-masing jabatan;
d. Bagi Instansi yang hanya melaksanakan Tes Kompetensi Dasar maka kriteria
penentuan kelulusan peserta sebagai berikut :
1) Berdasarkan pemenuhan nilai ambang batas (passing grade),dan apabila
peserta yang memenuhi nilai passing grade melebihi jumlah formasi pada
suatu jabatan maka penentuan kelulusan didasarkan pada urutan nilai
tertinggi secara berurutan dalam batas jumlah formasi;
2) Apabila dalam batas jumlah formasi terdapat peserta yang memiliki jumlah
nilai yang sama maka penentuan kelulusan didasarkan pada nilai yang
lebih tinggi pada nilai tes karakteristik pribadi, tes intelegensia umum dan
tes wawasan kebangsaan secara berurutan;
3) Terhadap peserta seleksi yang mempunyai nilai MP yang pilihan
penempatan/penugasannya pada satuan kerja/unit pelaksana teknis,
dan/atau di Daerah terpencil/tidak diminati sebagai pilihan pertama
diprioritaskan kelulusannya meskipun mempunyai nilai MP lebih rendah
dari peserta lain;

6
e. Bagi Instansi yang melaksanakan Tes Kompetensi Dasar dan Tes Kompetensi
Bidang maka kriteria penentuan kelulusan peserta tes sebagai berikut:
1) Berdasarkan peringkat nilai (ranking) tertinggi dari nilai gabungan antara
nilai Tes Kompetensi Dasar dengan bobot 60% dan nilai Tes Kompetensi
Bidang dengan bobot 40% dalam batas jumlah formasi. Khusus untuk
formasi jabatan Dosen memperhatikan pertimbangan dari Menteri yang
bersangkutan;
2) Apabila dalam batas jumlah alokasi formasi pada suatu jabatan terdapat
peserta yang memiliki jumlah nilai yang sama, maka penentuan kelulusan
didasarkan pada nilai yang lebih tinggi pada nilai Tes Kompetensi Dasar.
3) Apabila nilai Tes Kompetensi Dasar peserta memiliki nilai yang sama,
maka penentuan kelulusan didasarkan pada nilai yang lebih tinggi pada
nilai tes karakteristik pribadi, tes intelegensia umum dan tes wawasan
kebangsaan secara berurutan.
4) Terhadap peserta seleksi yang mempunyai nilai MP yang pilihan
penempatan/penugasannya pada satuan kerja/unit pelaksana teknis,
dan/atau di Daerah terpencil/tidak diminati sebagai pilihan pertama
diprioritaskan kelulusannya meskipun mempunyai nilai MP lebih rendah
dari peserta lain;
5) Penetapan dan pengumuman hasil seleksi
6) Penetapan dan pengumuman hasil seleksi bagi peserta harus sesuai
dengan formasi jabatan, kualifikasi pendidikan dan tidak melebihi jumlah
setiap formasi jabatan yang telah ditetapkan/ disetujui oleh Menteri PAN-
RB;

B. PENGANGKATAN TENAGA HONORER YANG DIBIAYAI APBN/APBD


MENJADI CPNS
1. Persyaratan
Persyaratan tenaga honorer untuk dapat diangkat menjadi CPNS meliputi:
a. usia paling tinggi 46 (empat puluh enam) tahun dan paling rendah 19
(sembilan belas) tahun pada 1 Januari 2006;
b. mempunyai masa kerja sebagai tenaga honorer paling sedikit 1 (satu)
tahun pada 31 Desember 2005 dan sampai saat pengangkatan CPNS
masih bekerja secara terus-menerus;
7
c. penghasilannya dibiayai dari APBN/APBD;
d. dinyatakan memenuhi kriteria (MK) berdasarkan hasil verifikasi dan
validasi yang dilakukan oleh Tim Verifikasi dan Validasi yang dibentuk
oleh Kepala Badan Kepegawaian Negara; dan
e. syarat lain yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan

1. Pelaksanaan
a. Tim Verifikasi dan Validasi Nasional yang dibentuk oleh Kepala Badan
Kepegawaian Negara melakukan verifikasi dan validasi terhadap tenaga
honorer yang dibiayai APBN/APBD.
b. Kepala Badan Kepegawaian Negara atau pejabat lain yang ditunjuk
mengumumkan daftar nama tenaga honorer yang telah diverifikasi dan
divalidasi oleh Tim Verifikasi dan Validasi Nasional yang dibentuk oleh Kepala
Badan Kepegawaian Negara dan dinyatakan memenuhi criteria (MK) melalui
website www.bkn.go.id.
c. Kepala Badan Kepegawaian Negara atau pejabat lain yang ditunjuk
menyampaikan daftar nama tenaga honorer sebagaimana dimaksud pada
angka 2 kepada PPK Pusat/Daerah untuk diumumkan.
d. PPK Pusat/Daerah mengumumkan tenaga honorer yang memenuhi kriteria
(MK) melalui papan pengumuman, media cetak lokal, dan media online
selama 14 (empat belas) hari kalender kepada publik.
e. PPK Pusat/Daerah melakukan penelitian kembali terhadap dokumen tenaga
honorer yang memenuhi kriteria (MK), terutama apabila terdapat
pengaduan/sanggahan/keberatan dari masyarakat.
f. PPK Pusat/Daerah melaporkan hasil pengumuman dan penelitian terhadap
tenaga honorer yang dibiayai APBN/APBD yang memenuhi kriteria (MK) dan
ditandatangani oleh PPK atau paling rendah Sekretaris Jenderal/Sekretaris
Kementerian/Sekretaris Utama dan Sekretaris Daerah kepada Kepala Badan
Kepegawaian Negara dan tembusan kepada Menteri PAN dan RB.
g. Tenaga honorer yang dalam penelitian dan pemeriksaan karena adanya
pengaduan/sanggahan/keberatan dari masyarakat, dilakukan:

8
a). Desk audit oleh Badan Kepegawaian Negara dan Badan Pengawas
Keuangan dan Pembangunan, antara lain dalam hal terjadi
kekurangan/perbedaan kelengkapan dokumen/berkas persyaratan; atau
b). Audit untuk tujuan tertentu oleh Menteri PAN dan RB dan Badan
Pengawas Keuangan dan Pembangunan, antara lain dalam hal terjadi
dugaan rekayasa/pemalsuan dokumen/berkas maupun terjadi dugaan
tindak pidana dan dilakukan melalui investigasi lapangan.
h. PPK Pusat/Daerah mengusulkan formasi kepada Menteri PAN dan RB serta
tembusannya kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara.
i. Kepala Badan Kepegawaian Negara menetapkan pertimbangan teknis
formasi bagi :
a) Tenaga honorer yang sudah selesai dilakukan desk audit/audit untuk
tujuan tertentu; dan
b) Tenaga honorer yang setelah diumumkan tidak terdapat
pengaduan/sanggahan/keberatan dari masyarakat.
j. Kepala Badan Kepegawaian Negara menyampaikan pertimbangan teknis
formasi yang diusulkan oleh PPK Pusat/Daerah kepada Menteri PAN dan RB.
k. Menteri PAN dan RB menetapkan formasi berdasarkan pertimbangan teknis
Kepala Badan Kepegawaian Negara dan menyampaikannya kepada PPK
Pusat/Daerah.
l. Pengangkatan tenaga honorer yang dibiayai APBN/APBD menjadi CPNS
untuk mengisi formasi Tahun Anggaran 2012 dan ditetapkan pada tahun
anggaran berjalan.
m. Apabila di kemudian hari ditemukan data tenaga honorer yang
direkayasa/palsu, maka dokumennya tidak dapat diproses sebagai dasar
pengangkatan menjadi CPNS dan apabila yang bersangkutan telah diangkat
menjadi CPNS/PNS, maka diberhentikan sebagai CPNS/PNS sesuai
peraturan perundang-undangan.

9
B. PENGANGKATAN TENAGA HONORER YANG TIDAK DIBIAYAI APBN/APBD
MENJADI CPNS
1. Persyaratan
Persyaratan tenaga honorer untuk dapat diangkat menjadi CPNS meliputi:
a. usia paling tinggi 46 (empat puluh enam) tahun dan paling rendah 19
(sembilan belas) tahun pada 1 Januari 2006;
b. mempunyai masa kerja sebagai tenaga honorer paling sedikit 1 (satu)
tahun pada 31 Desember 2005 dan sampai saat pengangkatan CPNS
masih bekerja secara terus-menerus;
c. penghasilannya tidak dibiayai dari APBN/APBD;
d. bekerja pada instansi pemerintah;
e. dinyatakan lulus seleksi Tes Kompetensi Dasar (TKD) dan Tes
Kompetensi Bidang (TKB); dan
f. syarat lain yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan

2. Pelaksanaan
a. Kepala Badan Kepegawaian Negara atau pejabat lain yang ditunjuk
mengumumkan daftar nama tenaga honorer yang penghasilannya tidak
dibiayai APBN/APBD melalui website www.bkn.go.id.
b. Kepala Badan Kepegawaian Negara atau pejabat lain yang ditunjuk
menyampaikan daftar nama tenaga honorer kepada PPK Pusat/ Daerah
untuk diumumkan.
c. PPK Pusat/Daerah mengumumkan tenaga honorer melalui papan
pengumuman, media cetak lokal, dan media online paling lambat 7 (tujuh)
hari kalender setelah menerima daftar nama tenaga honorer.
d. Pengumuman oleh PPK Pusat/Daerah sebagaimana dimaksud pada angka 3
dilakukan selama 21 (dua puluh satu) hari kalender kepada publik.
e. PPK Pusat/Daerah melakukan penelitian dan pemeriksaan kembali terutama
apabila terdapat pengaduan/sanggahan/keberatan dari masyarakat.
f. PPK Pusat/Daerah menyampaikan hasil pemeriksaan dan tanggapan atas
pengaduan atau keberatan tersebut kepada Kepala Badan Kepegawaian
Negara dan tembusannya disampaikan kepada Menteri PAN dan RB paling
lambat 45 (empat puluh lima) hari kalender sejak pengumuman oleh PPK.

10
g. Kepala Badan Kepegawaian Negara menyusun dan menetapkan daftar nama
(listing) tenaga honorer yang tidak ada pengaduan atau keberatan setelah
dilakukan uji publik dan menyampaikan kembali kepada PPK Pusat/Daerah.
h. Menteri PAN dan RB dan Kepala Badan Kepegawaian Negara
menyelesaikan dan memutuskan pengaduan/sanggahan/keberatan setelah
dilakukan pengumuman dan uji publik oleh PPK Pusat/Daerah.
i. Kepala Badan Kepegawaian Negara menyusun dan menetapkan daftar nama
(listing) tenaga honorer yang telah diselesaikan dan diputuskan atas
pengaduan atau keberatannya serta menyampaikan kembali kepada PPK
Pusat/Daerah.
j. Peserta seleksi adalah tenaga honorer yang penghasilannya tidak dibiayai
APBN/APBD yang tercantum dalam daftar nama (listing) tenaga honorer
sebagaimana dimaksud pada angka 7 dan angka 9.
k. Materi seleksi ujian tertulis sesama tenaga honorer meliputi Tes Kompetensi
Dasar (TKD) dan Tes Kompetensi Bidang (TKB).
l. Materi seleksi ujian tertulis TKD berdasarkan kisi-kisi yang ditetapkan oleh
pemerintah.
m. TKD dilaksanakan 1 (satu) kali secara nasional yang waktu pelaksanaannya
ditetapkan oleh Menteri PAN dan RB.
n. Pembuatan soal dan pengolahan hasil ujian TKD bagi tenaga honorer
dilakukan oleh Konsorsium Perguruan Tinggi Negeri, yang dibentuk oleh
Menteri PAN dan RB bersama dengan Mendikbud.
o. Pelaksanaan TKD pada instansi Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/ Kota
dilaksanakan oleh masing-masing PPK, sedangkan untuk Kabupaten/ Kota
dikoordinasikan oleh Gubernur selaku Wakil Pemerintah.
p. Penentuan kelulusan TKD ditetapkan berdasarkan nilai ambang batas
kelulusan (passing grade) yang ditetapkan oleh Menteri PAN dan RB atas
pertimbangan Mendikbud dengan memperhatikan pendapat dari Konsorsium
PTN.
q. Pengumuman kelulusan TKD dilakukan oleh Menteri PAN dan RB
berdasarkan nilai hasil ujian yang diolah oleh Konsorsium Perguruan Tinggi
Negeri dengan mempertimbangkan masa pengabdian sebagai tenaga
honorer.

11
r. Tenaga honorer yang dinyatakan lulus TKD, wajib mengikuti TKB dengan
mempertimbangkan dedikasi yang ditetapkan oleh masingmasing instansi
berdasarkan materi ujian dari instansi Pembina Jabatan Fungsional.
s. Waktu pelaksanaan TKB ditetapkan oleh masing-masing PPK, sedangkan
untuk Kabupaten/Kota dikoordinasikan oleh Gubernur selaku Wakil
Pemerintah.
2. Tes
Tes terdiri dari :
a. Tes Kompetensi Dasar ( TKD ) dengan materi Tes wawasan kebangsaan.
Tes Intelegensi umum, dan karateristik pribadi.
b. Tes Kompetensi Bidang ( TKB )materinya disesuaikan dengan formasi
jabatan atau pekerjaan.
3. Penetapan kelulusan
4. Pengumuman hasil seleksi

C. PENGANGKATAN DOKTER MENJADI CPNS


1. Persyaratan
a. Dokter yang telah selesai atau sedang melaksanakan tugas sebagai
Pegawai Tidak Tetap (PTT) atau sebagai tenaga honorer pada fasilitas
pelayanan kesehatan milik pemerintah, dapat diangkat menjad CPNS
setelah melalui pemeriksaan kelengkapan administrasi.
b. Persyaratan pengangkatan Dokter menjadi CPNS dilakukan setelahmelalui
pemeriksaan kelengkapan administrasi dan tanpamemperhatikan masa
bakti sebagai Pegawai Tidak Tetap (PTT) ataumasa kerja sebagai tenaga
honorer, dengan ketentuan sebagaiberikut:
1) Berusia paling tinggi 46 (empat puluh enam) tahun pada 1 Januari
2006; dan
2) Bersedia bekerja pada fasilitas pelayanan kesehatan di daerah
terpencil, daerah tertinggal, perbatasan atau tempat yang tidak
diminati paling singkat 5 (lima) tahun.
c. Fasilitas pelayanan kesehatan didaerah terpencil, tertinggal, perbatasan, atau
yang tidak diminati ditetapkan oleh Gubernur, Bupati/Walikota setempat
berdasarkan kriteria yang diatur oleh Menteri Kesehatan.

12
2. Pelaksanaan
a. PPK Pusat/Daerah mengajukan permohonan alokasi formasi khusus
tenaga Dokter kepada Menteri PAN dan RB yang tembusannya
disampaikan kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara.
b. Dalam pengajuan permohonan sebagaimana dimaksud pada angka 1,
paling kurang memuat:
1) Nama, tempat, dan tipe fasilitas pelayanan kesehatan milik
pemerintah;
2) Jumlah tenaga Dokter yang ada; dan
3) Jumlah tenaga Dokter yang dibutuhkan.
c. Menteri PAN dan RB menetapkan alokasi formasi khusus kebutuhan
Dokter, setelah mendapat pertimbangan teknis secara tertulis dari Kepala
Badan Kepegawaian Negara.
d. Pengajuan permohonan sebagaimana dimaksud pada angka 1 dengan
melampirkan formulir yang dibuat menurut contoh sebagaimana tercantum
dalam Anak Lampiran I-j yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara ini.
e. Gubernur, Bupati/Walikota, atau pejabat lain yang ditunjuk melakukan
seleksi administrasi tenaga Dokter yang memenuhi persyaratan.

D. PENGANGKATAN TENAGA AHLI TERTENTU/KHUSUS MENJADI CPNS


1. Tenaga ahli tertentu/khusus yang dibutuhkan oleh Negara tetapi tidak tersedia
atau tersedia tetapi jumlahnya sangat terbatas di kalangan PNS dapat
diangkat menjadi CPNS oleh Presiden, dengan kriteria:
a. usia paling tinggi 46 (empat puluh enam) tahun; dan
b. telah mengabdi kepada negara paling kurang 1 (satu) tahun pada
Januari 2006.
2. Pengangkatan tenaga ahli tertentu/khusus tersebut ditetapkan dengan
Keputusan Presiden atas persetujuan prinsip Menteri PAN dan RB setelah
mendapat pertimbangan teknis Kepala Badan Kepegawaian Negara.
3. Pengangkatan tenaga ahli tertentu/khusus tersebut dilakukan sampai dengan
Tahun Anggaran 2014.

13
4. PPK mengusulkan kepada Presiden untuk tenaga ahli tertentu/khusus yang
akan diangkat menjadi CPNS dan tembusannya disampaikan kepada Menteri
PAN dan RB dan Kepala Badan Kepegawaian Negara.
5. Dalam usulan PPK sebagaimana dimaksud pada angka 4, paling kurang
memuat:
a. nama jabatan yang akan diduduki oleh tenaga ahli tertentu/ khusus;
b. kualifikasi keahlian yang dibutuhkan untuk menduduki jabatan tersebut;
c. pengalaman yang dimiliki oleh tenaga ahli tertentu/khusus tersebut;
dan
d. pernyataan bahwa tidak tersedia atau tersedia tetapi jumlahnya sangat
terbatas dikalangan PNS untuk menduduki jabatan tersebut.
6. Berdasarkan usulan PPK Pusat sebagaimana dimaksud pada angka 5,
maka :
a. Kepala Badan Kepegawaian Negara memberikan pertimbangan teknis
kepada Menteri PAN dan RB, yang menyebutkan, bahwa berdasarkan
data kepegawaian yang ada di Badan Kepegawaian Negara, tenaga ahli
tertentu/khusus yang diusulkan tidak tersedia atau tersedia tetapi
jumlahnya masih sangat terbatas di kalangan PNS;
b. Menteri PAN dan RB menentukan persetujuan prinsip didasarkan pada
pertimbangan bahwa tenaga ahli tertentu/khusus yang diusulkan
memenuhi kriteria sebagai tenaga ahli tertentu/khusus yang dibutuhkan
oleh negara;
c. Dalam persetujuan prinsip sebagaimana dimaksud pada huruf b, telah
disiapkan formasi tenaga ahli tertentu/khusus, apabila Presiden
menyetujui pengangkatan yang bersangkutan menjadi CPNS;
d. Kepala Badan Kepegawaian Negara menetapkan NIP tenaga ahli
tertentu/khusus, apabila Presiden menyetujui pengangkatan yang
bersangkutan menjadi CPNS; dan
e. Presiden menetapkan keputusan pengangkatan tenaga ahli tertentu/
khusus menjadi CPNS

14
E. TATA CARA PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CPNS
1. Pemanggilan
2. Persyaratan Administrasi
3. Pemeriksaan Kelengkapan
4. Penyampaian Usul Penetapan NIP
5. Penetapan NIP
6. Keputusan Pengangkatan Sebagai CPNS
7. Penugasan/Penempatan
8. Penugasan/Penempatan

F. PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN


Pengawasan dan pengendalian dilakukan melalui pengawasan/ pemantauan
terhadap:
a. Rencana dan persiapan, meliputi kegiatan:
1) Melakukan pengawasan terhadap penetapan nama-nama tenaga honorer
yang akan diangkat menjadi CPNS berdasarkan masa kerja dan usia
dalam database;
2) Mengawasi/memantau pengumuman penerimaan CPNS; dan
3) Mengawasi/memantau kesiapan penyediaan soal ujian, formulir LJK,
pendistribusian soal, dan pengamanannya.
b. Seleksi, meliputi kegiatan:
1) Melakukan pengawasan/pemantauan terhadap pelaksanaan seleksi
administrasi;
2) Melakukan pengawasan/pemantauan terhadap pelaksanaan TKD dan
TKB;
3) Mengawasi/memantau distribusi soal dan formulir LJK dari Panitia Seleksi
kepada pengawas ujian;
4) Mengawasi/memantau penyampaian kembali jumlah LJK hasil ujian dan
mencocokkan dengan daftar hadir peserta ujian;
5) Mengawasi/memantau penyimpanan dan pengamanan sisa soal ujian
dan formulir LJK yang tidak digunakan serta pemusnahan sisa soal ujian
dan soal yang telah dipergunakan; dan
6) Mengawasi/memantau pengolahan LJK hasil ujian

15
c. Penetapan kelulusan dan pengumuman hasil seleksi, meliputi kegiatan:
1) Mengawasi/memantau LJK hasil ujian dan pengamanannya;
2) Mengawasi/memantau prosedur dan mekanisme pemeriksaan LJK hasil
ujian; dan
3) Evaluasi kesesuaian hasil pemeriksaan LJK hasil ujian dengan keputusan
penetapan kelulusan peserta ujian.
d. Penetapan NIP, meliputi kegiatan mengawasi/memantau penyampaian nota
persetujuan penetapan NIP kepada PPK.
e. Pengangkatan CPNS, meliputi pemantauan penetapan keputusan CPNS dan
penyerahannya kepada yang bersangkutan.
f. Informasi atau reaksi/pengaduan resmi masyarakat terhadap pelaksanaan
seleksi penerimaan CPNS.
g. Melakukan tindakan administratif, apabila terjadi penyimpangan dalam proses
pelaksanaan pengangkatan tenaga honorer menjadi CPNS.

G. PEMBIAYAAN PELAKSANAAN PENGADAAN CPNS


1. Biaya penyelenggaraan pengadaan CPNS :
a. Seluruh biaya pengadaan CPNS dibebankan pada masing-masing
instansi;
b. Biaya penyusunan soal Tes Kompetensi Dasar dengan sistem CAT
dibebankan pada DIPA Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun
2014.
2. Biaya penyelenggaraan koordinasi pengadaan CPNS nasional tahun 2014
dibebankan pada DIPA Kementerian PANRB tahun 2014

H. Evaluasi
1. Instansi Pusat dan Daerah membuat laporan tentang perencanaan,
pengumuman, pelamaran, penyaringan, penetapan kelulusan, penetapan
NIP, pengangkatan dan penempatan CPNS kepada Kepala Badan
Kepegawaian Negara.
2. Evaluasi terhadap pelaksanaan pengadaan CPNS hasilnya menjadi bahan
masukan dalam penyempurnaan pedoman pelaksanaan pengadaan CPNS.

16
BAB IV
DOKUMENTASI

1. SK tentang panitia rekruitmen


2. SPO rekruitmen/ penerimaan staf

17

Anda mungkin juga menyukai