JAMALLUDIN
(433131490120085)
Tugas Mahasiswa:
1. Baca kasus dibawah ini
Pasien Nn. Tania, usia 25 tahun, dengan nyeri abdomen, dirawat di ruang Cempaka,
mengeluh nyeri pada area abdomen kanan bawah. Dilakukan pemeriksaan
Appendikogram dengan hasil Appendisitis. Pasien mengatakan satu bulan SMRS nyeri
dirasakan hilang timbul dan saat ini dirasakan menetap, wajah tampak meringis saat
aktifitas, tangan memegang perut kanan bawah, skala nyeri 7. Pasien direncanakan
operasi (APPENDIKTOMI). Infus terpasang NaCl, observasi TD 130/80 mmHg,
frekeunsi Nadi 90x/menit, frekuensi Nafas 20x/menit, Suhu 38C. Diberikan obat extra
Paracetamol tablet dan diberi kompres hangat. Pasien merasa cemas menghadapi operasi
yang akan dilakukan.
Persiapan tindakan operasi pada pasien Nn. Tania, dilakukan persiapan fisik,
administrasi dan mental pasien. Pada pasca operasi hari kedua, pasien mengalami
kembung, belum bisa flatus dan hasil elektrolit Kalium 2,4 mEq/L (nilai normal 3,5 – 5
mEq/L), pasien mendapatkan terapi KCL 10cc
a. Identitas Pasien
Nama : Nn. Tania
Usia : 25 Tahun
Alamat : Jakarta
Diagnosa Medis : Appendisitis.
b. Analisa Data
DO :
- wajah tampak
meringis saat
aktifitas
- tangan memegang
perut kanan bawah
- Infus terpasang
NaCl
- observasi TD
130/80 mmHg,
frekeunsi Nadi
90x/menit,
frekuensi Nafas
20x/menit, Suhu
38C
DS : Krisis situasional Ansietas
- Pasien merasa
cemas menghadapi
operasi yang akan
dilakukan
- Pasien merasa
khawatir dengan
akibat dari kondisi
yang dihadapi
DO :
- Persiapan tindakan
operasi pada pasien
Nn. Tania,
dilakukan persiapan
fisik, administrasi
dan mental pasien
- (Tampak tegang)
- (Tampak gelisah )
c. Diagnosa Keperawatan
- Nyeri Akut
- Ansietas
Pemberian Analgesik
Tindakan
Observasi :
- Identifikasi karakteristik
nyeri ( mis. Pencetus , pereda
, kualitas, lokasi, intensitas,
frekuensi durasi )
- Identifikasi riwayat alegi
obat
- Identifikasi kesesuaian jenis
analgesik ( mis. Narkotika,
non narkotik, atau NSAID , )
dengan tingkat keparahan
nyeri
- Monitor tanda tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian anlgesik
- Monitor efektifitas analgesik
Terapeutik
- Diskusikan jenis aanalgesik
yang disukai untuk mencapai
analgesik optimal, jika perlu
- Pertimbangkan penggunaan
infus kontinu, atau bolus
opoioid untuk
mempertahankan keadaan
dalam serum
- Tetapkan target efektifitas
analgesik untuk
mengoptimalkan respons
pasien
- Dokumentasikan respons
terhadap efek analgesik dan
efek yang tidak diinginkan
Edukasi
- Jelaskan efek terapi dan efek
samping obat kolaborasi
- Kolaorasi pemberian dosis
dan jenias anal gesik , sesuai
indikasi
Ansietas Setelah dilakukan Reduksi Ansietas
intervensi Observasi
keperawatan selama - Monitor tanda-tanda ansietas
1x24 jam maka (verbal dan nonverbal
tingkat ansietas Terapeutik
teratasi dengan kritria - Pahami situasi yang
hasil : membuat ansietas
- Verbalisasi - Dengarkan dengan penuh
khawatir perhatian
akibat kondisi - Gunakan pendekatan yang
yang dihadapi tenang dan meyakinkan
dari 2 cukup Edukasi
meningkat - Anjurkan keluarga untuk
menjadi 3 tetap bersama pasien, jika
sedang perlu
- Perilaku
gelisah dari 2
cukyup
meningkat
menjadi 3
sedang
b. Apakah bisa diberi langsung bolus melalui Intra Vena? Jelaskan! Tidak bisa
Pemberian cairan KCl ini tidak langsung disuntikkan secara cepat dalam dosis yang
besar ke dalam aliran darah (bolus). Ketika terjadi peningkatan kadar kalium secara
cepat dalam darah maka efek letal yang terjadi. Peningkatan secara cepat ini akan
menyebabkan gangguan irama jantung dan kejang pada otot dimana secara cepat
akan menyebabkan gagal nafas dan henti jantung dan orang akan meninggal dunia
secara cepat.
Pemberian cairan KCl yang dimasukkan ke dalam cairan infus dan harus diberikan
dengan hitungan yang cermat sesuai kebutuhan kalium yang diperlukan.
c. Apakah obat KCl bisa disimpan sebagai obat persediaan di ruang perawatan umum?
Jelaskan! Tidak
Karena obat KCl termasuk kedalam High Alert Medication, yaitu obat-obat yang
memerlukan pengawasan khusus sejak proses pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian sampai pada pemberian obat kepada pasien karena
sering menyebabkan terjadinya kesalahan serius (sentinel event) dan berisiko tinggi
menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD).
1) Lokasi Penyimpanan
Lokasi penyimpanan obat yang perlu diwaspadai berada di logistik
farmasi dan pelayanan farmasi, khusus untuk elektrolit konsentrasi
tinggi terdapat juga di unit pelayanan, yaitu ICU dan kamar bersalin
(VK) dalam jumlah yang terbatas. Obat disimpan sesuai dengan
kriteria penyimpanan perbekalan farmasi, utamanya dengan
memperhatikan jenis sediaan obat (rak/kotak penyimpanan, lemari
pendingin), sistem FIFO dan FEFO sertaditempatkan sesuai ketentuan
obat“High Alert”.
2) Penyimpanan Elektrolit Konsentrasi Tinggi
Asisten apoteker (logistik farmasi / pelayanan farmasi) yang menerima
obatsegera memisahkan obat yang termasuk kelompok obat yang
“High Alert”sesuai Daftar Obat High Alert
Tempelkan stiker bertuliskan “High Alert” pada setiap kemasan obat high
alert.
Obat high alert disimpan terpisah dari obat lain
Menurut studi yang dilakukan pada salah satu rumah sakit umum di Melbourne,
Australia pada awal tahun 2014; ada 6984 peluang untuk terjadinya insiden
penyalahgunaan HAM di lima unit pelayanan rumah sakit tersebut yang meliputi IGD,
ICU, Instalasi Jantung, Instalasi Kanker, dan Instalasi Pasca Bedah. Selain itu pada lima
unit pelayanan ini juga terjadi 1176 insiden peresepan dan 758 insiden pemberian obat.
Insiden ini terus meningkat seiring dengan bertambahnya pasien yang dirawat pada unit
pelayanan tersebut. Untuk mengurangi tingkat kejadian insiden tersebut diperlukan
hubungan yang kompleks antara tenaga medis dan kefarmasian dalam pengelolaan obat
high alert (Manias et al., 2014).
Hal serupa juga ditemukan pada rumah sakit di Taijin, China; berdasarkan survei yang
dilakukan menunjukkan bahwa pengetahuan staf medis tentang HAM masih sangat
rendah. Hasil survei juga mengatakan untuk meningkatkan kewaspadaan staf medis
terhadap HAM di rumah sakit tersebut diperlukan adanya aturan administrasi tertulis dari
pihak rumah sakit, pelatihan bertarget, dan seminar farmasis klinis (Tang et al., 2015).
Banyak kesalahan obat yang mungkin tidak menimbulkan kerugian yang cukup serius
bagi pasien dan hanya beberapa obat saja yang dikenal sebagai pembawa resiko lebih
tinggi atau berbahaya daripada obat lain. Obat- obat ini dapat disebut sebagai high alert
medication (HAM) dan memerlukan pertimbangan pertimbangan khusus (Suzanne et al.,
2008).
High alert medication (HAM) atau obat-obatan yang perlu diwaspadai adalah obat yang
sering menyebabkan terjadinya kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), obat yang
beresiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) seperti
obat/-obat yang terlihat mirip atau kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan
Mirip / NORUM, Look Alike Sound Alike/LASA) (Permenkes, 2011).
High alert juga didefinisikan oleh The Institute For Healthcare Improvement (IHI)
sebagai obat yang kemungkinan besar menyebabkan bahaya ketika digunakan. The Joint
Commission menggambarkan high alert sebagai obat yang memiliki resiko tinggi
menyebabkan bahaya ketika misuse. Resiko yang tinggi dari obat high alert ini dapat
menyebabkan komplikasi, efek samping, atau bahaya. Hal ini dikarenakan adanya dosis
terapeutik dan keamanan yang sempit sehingga menyebabkan insiden yang tinggi untuk
terjadi kesalahan (John Dempsey Hospital, 2008).
Obat-obatan yang disebutkan dalam isu keselamatan pasien itu salah satunya adalah
pemberian elektrolit konsentrat secara tidak sengaja (kalium klorida 2 meq/ml atau yang
lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida yang lebih pekat dari 0,9%, dan magnesium
sulfat yang lebih pekat dari 50%). Carayang paling efektif untuk mengurangi dan
mengeliminasi terjadinya kejadian tersebut yaitu dengan meningkatkan proses
pengelolaan obat-obatan yang perlu diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit
konsentrat dari unit pelayanan pasien ke farmasi. Rumah sakit dapat secara kolaboratif
untuk mengembangkan suatu kebijakan untuk membuat daftar obat yang perlu
diwaspadai berdasarkan data rumah sakit. Kebijakan ini juga dapat mengidentifikasi
daerah mana saja yang membutuhkan elktrolit konsentrat, seperti Instalasi Gawat Darurat
(IGD) atau kamar operasi, serta pemberian label secara benar pada elektrolit dan
bagaimana penyimpanannya di area tersebut sehingga dapat membatasi akses untuk
mencegah pemberian yang tidak sengaja/kurang hati-hati (DepKes, 2008).
c. Insulin
NPSA menerima laporan setidaknya terdapat 2 orang meninggal dan 6 orang
menderita kerugian parah antara Januari 2005 sampai Juni 2006 terkait insiden
insulin yang sebenarnya masih dapat dicegah. Insiden yang diakibatkan insulin
ini dilaporkan memberi gambaran tentang pentingnya hubungan antara dosis
insulin dengan makanan dan terapi lain yang sedang dijalankan serta akurasi
dosis yang diberikan (Donihi et al., 2006).
d. Sedatif
Sebagai contoh overdosis dapat terjadi jika pasien menggunakan injeksi
midazolam untuk sedasi sadar. Sediaan ampul midazolam 10 mg, 2 ml, dan 10
mg dalam 5 ml; melebihi dosis yang dibutuhkan untuk kebanyakan pasien.
Adanya resiko yang timbul jika seluruh isi ampul ditarik ke jarum suntuk dan
diberikan secara tidak sengaja pada pasien ketika hanya sebagian kecil dari dosis
ini yang diperlukan.