Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN

INKONTINENSIA URINE

JAMALLUDIN
(433131490120085)

PRODI STUDI PROFESI NERS


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Kharisma Karawang
Jalan Pangkal Perjuangan KM 1 (By Pass), Kabupaten Karawang,
Jawa Barat 413116, Indonesia
2020/2021
Resume asuhan keperawatan
Kasus 2 :
Seorang wanita usia 72 tahun tinggal di RPSTW. Saat perawat mengunjunginya tercium
bau pesing, klien mengatakan ia sekarang tinggal sendirian di kamar ini karena teman
sekamarnya sudah pindah "Mungkin karena saya ngompol terus ya suster? dia jadi
kebauan" tatapannya menunduk. Klien mengatakan malu dengan keadaannya. Tapi
merasa tidak berdaya karena ia sudah menahan BAK tetapi tetep aja ngompol. " Gak
terasa, suster. Tau-tau basah aja" Kulit sekitar genetalia terlihat kemerahan
Pengkajian
A. Identitas klien
Nama : Ny.K
Usia : 72 Tahun

B. Riwayat Kesehatan sekarang :


Klien mengatakan malu dengan keadaannya. Tapi merasa tidak berdaya karena ia
sudah menahan BAK tetapi tetep aja ngompol. " Gak terasa, suster. Tau-tau basah
aja" Kulit sekitar genetalia terlihat kemerahan

C. Pemenuhan kebutuhan ADL


Gangguan eliminasi urine : inkontinensia urine

D. Pengkajian status fungsional :


Klien merasa tidak berdaya karena ia sudah menahan BAK tetapi tetep aja ngompol

E. Pemeriksaan fisik :
Kulit sekitar genetalia terlihat kemerahan

F. Analisa Data
Data Fokus Masalah Etiologi
Keperawatan
Gejala dan Tanda Mayor Inkontinensia urin Adanya obstruktif
Subjektif : fungsional kandung kemih,
 klien mengatakan penurunan otot
ia sekarang detrusor, otot sfingter
tinggal sendirian uretra melemah,
di kamar ini kehilangan fungsi
karena teman kognitif
sekamarnya sudah
pindah "Mungkin
karena saya Tekanan kandung
ngompol terus ya kemih > uretra
suster? dia jadi
kebauan"
tatapannya Tidak dapat
menunduk. mengontrol keluaran
urin
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
 tidak mampu ke Inkontinensia urin
toilet untuk fungsional
eliminasi urin
(mengompol)
Gejala dan Tanda Mayor Harga diri rendah Inkontinensi urin
Subjektif : situasional fungsional
 klien mengatakan
malu dengan
keadaannya. Tapi Genetalia eksterna
merasa tidak basah
berdaya karena ia
sudah menahan
BAK tetapi tetep Urin tersisa di tempat
aja ngompol. tidur
Objektif :
 klien mengatakan
ia sekarang Tubuh berbau peusing
tinggal sendirian
di kamar ini
karena teman Harga diri rendah
sekamarnya sudah situasional
pindah "Mungkin
karena saya
ngompol terus ya
suster? dia jadi
kebauan"
tatapannya
menunduk.

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif: -
Objektif: -

G. Diagnosa keperawatan :
Inkontinensia urin fungsional (D.0044)
Harga diri rendah situasional (D.0087)

H. Intervensi Keperawatan :
Diagnosa Kriteria hasil Intervensi
Keperawatan
Inkontinensia urin Setelah dilakukan Perawatan inkontinensia
fungsional (D.0044) asuhan keperawatan urine
selma 3x24 jam Definisi
diharapkan kontinensia Mengidentifikasi dan
urine membaik dengan merawat pasie yang
kiteria hasil : mengalami pengeluaran
 Sensasi berkemih urine secara invoulunter
membaik 5 (tidak disaadari)
 Kemampuan Tindakan
berkemih Observasi
meningkat 5 - Identivikasi
 Frekuensi penyebab
berkemih inkontinensia urine
membaik 5 - Identifikasi perasaan
dan persepsi pasien
terhadap
inkontinensia urine
yang dialaminya
Terapeutik
- Bersihkan genital
dan kulit sekitar
secara rutin
- Berikan pujian atas
kebersihan mencegah
inkontinensia
- Buat jadwal
konsultasi obat-
obatan diuretic
Edukasi
- Jelaskan definisi,
jenis inkontinensia,
penyebb
inkontinensia urine
- Jelaskan jenis
pakaian dan
lingkungan yang
mendukung proses
berkemih
- Anjurkan membatasi
konsumsi cairan 2-3
jam menjelang tidur
- Ajarkan memantau
cairan keluar dan
masuk serta pola
eliminasi urine
- Anjurkan minum
minimal 1500 cc/hari
- Anjurkan
menghindari kopi,
minum bersoda, teh
dan cokelat
- Anjurkan konsumsi
buah dan sayuran
untk menghindari
konstipasi
Kolaborasi
- Rujuk ke ahli
inkontinensia, jika
perlu

Latih perkemihan
Defnisi
Mengajarkan suatu
kemampuan melakukan
eliminasi urine
Tindakan
Observasi
- Periksa kembali
penyebab gangguan
berkemih (mis.
Kognitif, kehilangan
ekstremitas,
kehilangan
pengelihatan)
- Monitor pola dan
kemampuan
berkemih
Terapeutik
- Hindari penggunaan
kateter indwelling
- Siapkan area toilet
yang aman
- Sediakan peralatan
yang dibutuhkan
dekat dan mudah
dijangkau
Edukasi
- Anjurkan eliminasi
normal dengan
beraktivitas dan
olahraga sesuai
kemampuan

Harga diri rendah Setelah dilakukan Promosi Harga Diri


situasional (D.0087) tindakan keperawatan Definisi
selama 3x24 jam, Meningkatkan penilaian
diharapkan masalah perasaan/persepsi terhadap
hargadiri rendah dapat diri sendiri atau kemampuan
teratasi dengan kriteria diri.
hasil: Tindakan
Kriteria hasil: Observasi
 Penilaian diri - monitor verbalisasi
positif (5) yang merendahkan
 Perasaan diri sendiri
memiliki - monitir tingkat harga
kelebihan atau diri setiap waktu,
kemampuan sesuai kebutuhan
positif (5) terapeutik
 Penerimaan - motivasi terlibat
penilaian positif dalam verbalisasi
terhadap diri positif untuk diri
sendiri (5) sendiri
 Kontak mata (5) - diskusikan
 Percaya diri pernyataan tentang
berbicara (5) hargadiri
- diskusikan perasaan
negatif diri
- diskusikan alasan
mengkritik diri dan
rasa bersalah
- berikan umpan baik
positif atas
peningkatan
mencapai tujuan
- fasilitasi lingkungan
dan aktivitas yang
meningkakan harga
diri
Edukasi
- anjurkan
mengidentifikasi
kekuatan yang
dimiliki
- anjurkan untuk
kontak mata saat
berbicara dengan
orang lain
- anjurkan membuka
diri terhadap kritik
negatif
- latih cara berfikir dan
berperilaku positif

-Melatih pasien
sesuai kemampuan
yang dimiliki
pasien
- Memberikan pujian
yang wajar
terhadap
keberhasilan pasien
- Menganjurkan
pasien
memasukkan
kedalam jadwal
harian
Edukasi:
- Informasikan
keluarga bahwa
keluarga sebagai
dasar
pembentukan
kognitif

I. Evaluasi
Diagnosa 1 :
S : Pasien mengatakan BAK tak tertahankan, sudah menahan BAK tapi tetap saja
mengompol
O: Saat masuk kamar tercium bau pesing, kulit sekitar genetalia terlihat kemerahan
A : Inkontinensia urin
P : Teruskan Intervensi
I : Meneruskan intervensi : perawatan inkontinensia urin dan latih
perkemihan dengan cara melakukan senam kegel
E : Klien mulai memahami cara perawatan inkontinensia urin dan latihan berkemih

Diagnosa 2 :
S : Pasien merasa malu dengan keadaannya yang sering mengompol dan tidak bisa nahan
BAK nya
O : Saat berbicara pasien menunduk
A : Harga diri rendah situasional
P : Teruskan Intervensi
I : Meneruskan intervensi : promosi harga diri
E : Klien mulai memahami cara meningkatkan penilaian perasaan/persepsi terhadap diri
sendiri atau kemampuan diri.

EVIDENCE BASE PRACTICE dan ANALISIS PICOT

Judul jurnal PENGARUH SENAM KEGEL TERHADAP FREKUENSI


BAK PADA LANSIA DENGAN INKONTINENSIA URINE
Penulis
Milya Novera 2017
Metode penelitian dan Desian pada penelitian ini adalahQuasy eksperiment dengan
uji hipotesis rancangan one group pretest-postest design yaitu tidak ada
kelompok pembanding atau (kontrol), Sebelum diberikan teknik
senam kegel akan dilakukan pengukuran awal (pre-test), kemudian
setelah diberikan perlakuan akan dilakukan pengukuran lagi (post-
test) untuk mengetahui perubahan pada inkontinensia urine dari
perlakuan tersebut. Penelitian dilaksanakan di Panti Sosial Tresna
Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin Kabupaten Padang Pariaman,
pada bulan Januari - Agustus 2015, populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh lansia di Panti Sosial Tresna Werda Sabai Nan
Aluih Sicincin.
Sampel pada penelitian ini adalah lansia yang menderita
inkontinensia urine yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha
Sabai Nan Aluih Sicincin yaitu sebanyak 12 orang.Teknik
pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling yang
memenuhi kriteria inklusi; berumur 60-85 tahun, menderita
inkontinensia urine, mobilitas dan status sosial mental yang cukup
baik, bersedia diberikan intervensi senam kegel.Pasien yang
mengalami penyakit diabetes mellitus, gangguan pendengaran,
diensia berat dan depresidikeluarkan pada penelitian ini. Untuk Uji
hipotesis peneliti melakukan uji normalitas data menggunakan Uji
shapiro wilk dengan jumlah responden sebanyak 12 orang.
Hasil interprestasi kemaknaan adalah 2,49 (p> 0,05) maka data
berdistribusi normal dan uji hipotesis yang digunakan adalah uji
Parametrik yaitu menggunakan uji T-test dependent.
Problem, population - Problem
and patient Saat ini, di seluruh Dunia, jumlah lanjut usia diperkirakan
lebih dari 629 juta jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari
60 tahun), negara maju lebih siap mengahadapi pertambahan
populasi/penduduk lanjut usia dengan aneka tantangannya,
namun saat ini negara berkembang pun mulai menghadapi
masalah yang sama yang akan mengalami perkembangan
populasi lanjut usia, termasuk Indonesia(Nugroho, 2008).
Fenomena ini jelas mendatangkan sejumlah konsukuensi,
antara lain timbulnya masalah fisik, mental dan sosial pada
lansia Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukan bahwa
jumlah penduduk lanjut usia Indonesia adalah 18,52 juta jiwa,
meningkat sekitar 7,93% dari tahun 2000 yang sebanyak
14,44 juta jiwa. Di Sumatra Barat jumlah penduduk lanjut usia
sebanyak 12,443 jiwa, Diperkirakan jumlah penduduk lansia
di Indonesia akan terus bertambah sekitar 450.000 jiwa per
tahun (Junita, 2013).
Masalah inkontinensia adalah salah satu masalah yang meluas
dan merugikan, Penyakit ini merupakan salah satu faktor
utama yang membuat banyak keluarga menempatkan manula
tersebut di panti jompo untuk mendapatkan perawatan yang
layak. Biaya untuk perawatan di panti atau rumah sakit
merupakan implikasi ekonomis yang sangat bervariasi (Agoes,
2010).

Inkontinensia urine mempunyai kemungkinan besar untuk


disembuhkan, terutama pada penderita dengan mobilitas dan
status sosial mental yang cukup baik.Bahkan bila dapat diobati
sempurna, inkontinensia urine selalu dapat diupayakan lebih
baik, sehingga kualitas hidup penderita meningkat dan
meringankan beban yang merawat. Lansia tidak menyadari
bahwa ada pilihan lain dalam penanganan inkontinensia urine
dengan terapi non farmakoligis, salah satu nya terapi non
farmakoligis yaitu dengan teknik/latihan prilaku mengontrol
kandung kemih dan otototot sfingter dengan latihan otot dasar
panggul (senam kegel) (Darmojo, 2011). Senam kegel adalah
senam untuk menguatkan otot panggul atau senam yang
bertujuan untuk memperkuat otot-otot dasar panggul terutama
otot pubococcygeal sehingga seorang wanita dapat
memperkuat otot-otot saluran kemih. Senam kegel juga dapat
menyembuhkan ketidakmampuan menahan kencing
(inkontinensia urine) dan dapat mengencangkan dan
memulihkan otot di daerah alat genital dan anus (Yuliana,
2011).

- Population
Sampel pada penelitian ini adalah lansia yang menderita
inkontinensia urine yang berada di Panti Sosial Tresna
Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin yaitu sebanyak 12 orang.
- Patient
kriteria inklusi; berumur 60-85 tahun, menderita inkontinensia
urine, mobilitas dan status sosial mental yang cukup baik,
bersedia diberikan intervensi senam kegel.
Intervention Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada
penelitian ini adalah dengan :
- lembar checklist
- SOP senam kegel

Latihan ini dilakukan dengan cara pada setiap posisi yang


dianggap nyaman, paling baik duduk atau ditempat tidur
dengan catatan posisi antara kedua kaki sedikit renggang,
kontraksikan otot dasar panggul seperti menahan defekasi
dan berkemih, otot panggul di kencangkan untuk menutup
sfingter kandung kemih, tahan dengan kuat selama
mungkin 3-10 detik, tetap bernafas normal selama
kontraksi ini. Relaks dan istirahat selama 3-10 detik dan
ulangi secara perlahan sebanyak 3-4 kali setiap hari
(Junita, 2013). Selama 4-6 minggu melakukan latihan ini
dengan teratur akan terasa berkurangnya kebocoran urin
(Agoes, 2010).
Sebelum diberikan teknik senam kegel akan dilakukan pengukuran
awal (pre-test), kemudian setelah diberikan perlakuan akan
dilakukan pengukuran lagi (post-test) untuk mengetahui perubahan
pada inkontinensia urine dari perlakuan tersebut.
Comparation Hasil Penelitian yang dilkukan oleh Junita (2010) menyatakan
bahwa sebelum dilakukan senam kegel memilki rerata frekuensi
inkontinensia urine 12 kali/24 jam dengan standar deviasi 1,73
sedangkan frekuensi inkontinensia urine setelah dilakukan senam
kegel memilki rerata 10 kali/24 jam dengan standar deviasi 1,55.
Dalam penelitian ini terlihat bahwa terjadi penurunan frekuensi
buang air kecil rata-rata 1-5 kali dalam 24 jam setelah dilakukan
senam kegel pada lansia selama 4 minggu.
Outcome Hasil penelitian didapatkan bahwa frekuensi bak inkontinensia
urine pada lansia sebelum dilakukan senam kegel memiliki rerata
10.58, sesudah dilakukan senam kegel memiliki rerata 8.00 dan
terdapat pengaruh inkontinensia urine sebelum dan sesudah
dilakukan senam kegel pada lansia.Senam kegel dapat mengurangi
inkontinensia urine disarankan agar dapat diterapkan sebagai
kegiatan harian yang dilakukan di panti.
Pada penelitian ini penurunan frekuensi buang air kecil disebabkan
karena keteraturan dalam melakukan senam kegel secara rutin.
Inkontinensia urine mempunyai kemungkinan besar untuk
disembuhkan, terutama pada penderita dengan mobilitas dan status
sosial mental yang cukup baik. Bahkan bila dapat diobati
sempurna, inkontinensia urine selalu dapat diupayakan lebih baik,
sehingga kualitas hidup penderita meningkat. Lansia mengatakan
senam kegel bukan lah suatu senam yang susah untuk dilakukan
karena tanpa orang lain tahu sudah bisa untuk melakukan senam
kegel dimana pun dan kapan pun dan saat melakukan apapun dapat
dilakukan.
Time Diberikan intervensi selama 4 minggu dengan latihan 3 – 4 kali
dalam sehari.

Lampiran Jurnal

Anda mungkin juga menyukai