Anda di halaman 1dari 12

RESUME KASUS PATIENT SAFETY DENGAN SASARAN KESELAMATAN

PASIEN (PENGURANGAN RISIKO INFEKSI)

JAMALLUDIN
(433131490120085)

PRODI STUDI PROFESI NERS


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Kharisma Karawang
Jalan Pangkal Perjuangan KM 1 (By Pass), Kabupaten Karawang,
Jawa Barat 413116, Indonesia
2020/2021
Tugas Mahasiswa:
1. Baca kasus dibawah ini
Pasien Tn. Ridho, usia 54 tahun dirawat dengan DM type 2, pasien mengalami nyeri
daerah kaki, terasa kebas pada kedua tungkai bawah. Mengeluh mata kurang jelas untuk
melihat dan terasa buram. Riwayat luka di telapak kaki kanan karena tidak menggunakan
alas kaki dan sudah sembuh. Hasil pengkajian TTV (TD 150/95 mmHg, frekuensi Nadi
92 x/menit, frekuensi Nafas 20x/menit, Suhu 37C). Nilai Laboratorium Hb 10,2g/dL,
Hematokrit 37vol%, GDS 350g/dL, Lekosit 8700/uL. Riwayat DM sudah 4 tahun yang
lalu, kontrol tidak teratur. Infus terpasang NaCl di tangan kanan, terlihat bengkak dan
agak nyeri disekitar pemasangan infus.
Perawat jaga melakukan pengkajian risiko jatuh pada pasien Tn. Ridho dengan Skala
Morse dan hasil 50 (risiko tinggi jatuh). Pada saat ronde ke kamar pasien, didapatkan
area pemasangan infus agak bengkak, kemerahan dan rasa nyeri. Tidak ada penulisan
tanggal pemasangan. Perawat menyiapkan kembali peralatan untuk pemasangan infus.

Pengkajian :
a. Identitas
Nama : Tn. Ridho
Usia : 54 Tahun
Alamat : Jakarta
Diagnosa Medis : DM Type 2

b. Analisa data

Data Etiologi Masalah


DS : Perubahan kadar Risiko Jatuh
- Pasien Tn. Ridho, glukosa darah
usia 54 tahun
dirawat dengan DM
type 2, pasien
mengalami nyeri
daerah kaki, terasa
kebas pada kedua
tungkai bawah
DO :
- Perawat jaga
melakukan
pengkajian risiko
jatuh pada pasien
Tn. Ridho dengan
Skala Morse dan
hasil 50 (risiko
tinggi jatuh). Pada
saat ronde ke kamar
pasien, didapatkan
area pemasangan
infus agak bengkak,
kemerahan dan rasa
nyeri.
DS : Disfungsi pankreas Ketidakstabilan kadar
- Pasien Tn. Ridho, glukosa darah
usia 54 tahun
dirawat dengan DM
type 2, pasien
mengalami nyeri
daerah kaki, terasa
kebas pada kedua
tungkai bawah.
Mengeluh mata
kurang jelas untuk
melihat dan terasa
buram. Riwayat
luka di telapak kaki
kanan karena tidak
menggunakan alas
kaki dan sudah
sembuh
DO :
- Hasil pengkajian
TTV (TD 150/95
mmHg, frekuensi
Nadi 92 x/menit,
frekuensi Nafas
20x/menit, Suhu
37C). Nilai
Laboratorium Hb
10,2g/dL,
Hematokrit 37vol
%, GDS 350g/dL,
Lekosit 8700/uL

c. Diagnosa keperawatan
a. Risiko Jatuh
b. Ketidakdrabilan kadar glukosa darah

d. Intervensi dan tujuan kriteria hasil

Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi


Keperawatan hasil
Risiko jatuh Setelah dilakukan Pencegahan Jatuh
intervensi Tindakan
keperawatan Observasi
selama 1 x 24 jam - Identifikasi faktor risiko
maka tingkat jatuh jatuh
teratasi dengan - Identifikasi risiko jatuh
kriteria hasil : setiap shift atau sesuai
- Jatuh saat dengan kebijakan
berjalan institusi
dari 4 - Identifikasi faktor
cukup lingkungan yang
meningkat meningkatkan risiko
menjadi 3 jatuh (mis lantai licin,
sedang penerangan)
- Jatuh saat - Hitung risiko jatuh
dikamar menggunakan skala
mandi dari morse pada dewasa
5 Terapeutik
meningkat - Orientasikan ruangan
menjadi 3 pada pasien dan
sedang keluarga
- Pasang handrail tempat
tidur
- Ataur tempat tidur
dengan mekanis pada
posisi terendah
- Tempatkan pasien
berisiko tinggi jatuhg
dekat dengan pantauan
perawat dari nurse
station
- Dekatkan bel dalam
jangkauan pasien
Edukasi
- Anjurkan memanggil
perawat jika
membutukan b antuan
untuk berpindah
- Anjurkan menggunakan
alas kaki yang tidak licin
- Anjurkan berkonsentrasi
untuk menjaga
keseimbangan tubuh
- Ajarkan cara
menggunakan bel untuk
memanggil perawat
Ketidakstabilan Setelah dilakukan Manajemen Hiperglikemia
kadar glukosa intervensi Tindakan
darah keperawsatan Observasi
selama 1x24 jam - Identifikasi
maka kestabilan kemungkinan penyebab
kadar glukosa hiperglikemia
darah teratasi - Identifikasi situasi yang
dengan kriteria menyebabkan kebutuhan
hasil : insulin meningkat (mis.
- Kadar Penyakit kekambuhan)
glukosa - Monitor kadar glukosa
dalam darah
darah: - Monitor tanda dan gejala
cukup hiperglikemia (mis.
membaik Polyuria, polydipsia,
(4) pliofagia, kelemahan,
malaise, pandangan
kabur, sakit kepala)
- Monitor intake dan
outcut cairan
- Monitor keton urin,
kadar analisa gas darah,
elektrolit, tekanan darah
ortostatik dan frekuensi
nadi
Terapeutik
- berikan asupan cairan
oral
- konsultasi dengan tim
medis jika tanda dan
gejala hiperglikemia
tetap ada atau
memburuk
Edukasi
- Anjurkan monitor kadar
glukosa darah secara
mandiri
- Anjurkan kepatuhan
Terhadap diet dan
olahraga
- Ajarkan indikasi dan
pentingnya pengujian
keton urine, jika perlu
- Ajarkan pengelolaan
diabetes (mis.
Penggunaan insulin,
obat oral, monitor
asupan cairan,
penggantian karbohidrat,
dan bantuan professional
kesehatan)
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
insulin
- Kolaborasi pemberian
cairan IV

2. Jelaskan prosedur pemasangan infus meliputi persiapan alat, tindakan insersi,


jumlah hari pemasangan infus
Pengertian :
Pemasangan infus adalah salah satu cara atau bagian dari pengobatan untuk memasukkan
obat atau vitamin ke dalam tubuh pasien (Darmawan, 2008).
Sementara itu menurut Lukman (2007), terapi intravena adalah memasukkan jarum atau
kanula ke dalam vena (pembuluh balik) untuk dilewati cairan infus / pengobatan, dengan
tujuan agar sejumlah cairan atau obat dapat masuk ke dalam tubuh melalui vena dalam
jangka waktu tertentu.

Tujuan :
Menurut Hidayat (2008), tujuan utama terapi intravena adalah mempertahankan atau
mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak dan
kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral, mengoreksi dan mencegah gangguan
cairan dan elektrolit, memperbaiki keseimbangan asam basa, memberikan tranfusi darah,
menyediakan medium untuk pemberian obat intravena, dan membantu pemberian nutrisi
parenteral.

Indikasi Pemasangan Infus


Secara garis besar, indikasi pemasangan infus terdiri dari 4 situasi yaitu ; Kebutuhan
pemberian obat intravena, hidrasi intravena, transfusi darah atau komponen darah dan
situasi lain di mana akses langsung ke aliran darah diperlukan. Sebagai contoh :

a. Kondisi emergency (misalnya ketika tindakan RJP), yg memungkinkan untuk


pemberian obat secara langsung ke dalam pembuluh darah Intra Vena
b. Untuk dapat memberikan respon yg cepat terhadap pemberian obat (seperti
furosemid, digoxin)
c. Pasien yg mendapat terapi obat dalam jumlah dosis besar secara terus-menerus
melalui pembuluh darah Intra vena
d. Pasien yg membutuhkan pencegahan gangguan cairan & elektrolit
e. Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kepentingan dgn
injeksi intramuskuler.
f. Pasien yg mendapatkan tranfusi darah
g. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (contohnya pada operasi
besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan
seandainya berlangsung syok, juga untuk memudahkan pemberian obat)
h. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yg tidak stabil, contohnya syok (meneror
nyawa) & risiko dehidrasi (kekurangan cairan) , sebelum pembuluh darah kolaps
(tak teraba), maka tak mampu dipasang pemasangan infus.

Alat dan bahan


a. Standar infus
b. Cairan infus sesuai kebutuhan
c. IV Catheter / Wings Needle/ Abocath sesuai kebutuhan
d. Perlak
e. Tourniquet
f. Plester
g. Guntung
h. Bengkok
i. Sarung tangan bersih
j. Kassa steril
k. Kapal alkohol / Alkohol swab
SOP Pemasangan Infus
Standar Operasional Prosedur (SOP) memasang selang infus yang digunakan oleh
fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia adalah sebagai berikut :
a. Cuci tangan
b. Dekatkan alat
c. Jelaskan kepada klien tentang prosedur dan sensasi yang akan dirasakan selama
pemasangan infus
d. Atur posisi pasien / berbaring
e. Siapkan cairan dengan menyambung botol cairan dengan selang infus dan
gantungkan pada standar infus
f. Menentukan area vena yang akan ditusuk
g. Pasang alas
h. Pasang tourniket pembendung ± 15 cm diatas vena yang akan ditusuk
i. Pakai sarung tangan
j. Desinfeksi area yang akan ditusuk dengan diameter 5-10 cm
k. Tusukan IV catheter ke vena dengan jarum menghadap ke jantung
l. Pastikan jarum IV masuk ke vena
m. Sambungkan jarum IV dengan selang infus
n. Lakukan fiksasi ujung jarum IV ditempat insersi
o. Tutup area insersi dengan kasa kering kemudian plester
p. Atur tetesan infus sesuai program medis
q. Lepas sarung tangan
r. Pasang label pelaksanaan tindakan yang berisi : nama pelaksana, tanggal dan jam
pelaksanaan
s. Bereskan alat
t. Cuci tangan
u. Observasi dan evaluasi respon pasien, catat pada dokumentasi keperawatan
Pencegahan pada Komplikasi Pemasangan Infus
Menurut Hidayat (2008), selama proses pemasangan infus perlu memperhatikan hal-hal
untuk mencegah komplikasi yaitu :
a. Ganti lokasi tusukan setiap 48-72 jam dan gunakan set infus baru
b. Ganti kasa steril penutup luka setiap 24-48 jam dan evaluasi tanda infeksi
c. Observasi tanda / reaksi alergi terhadap infus atau komplikasi lain
d. Jika infus tidak diperlukan lagi, buka fiksasi pada lokasi penusukan
e. Kencangkan klem infus sehingga tidak mengalir
f. Tekan lokasi penusukan menggunakan kasa steril, lalu cabut jarum infus perlahan,
periksa ujung kateter terhadap adanya embolus
g. Bersihkan lokasi penusukan dengan anti septik. Bekas-bekas plester dibersihkan
memakai kapas alkohol atau bensin (jika perlu)
h. Gunakan alat-alat yang steril saat pemasangan, dan gunakan tehnik sterilisasi dalam
pemasangan infus
i. Hindarkan memasang infus pada daerah-daerah yang infeksi, vena yang telah rusak,
vena pada daerah fleksi dan vena yang tidak stabil
j. Mengatur ketepatan aliran dan regulasi infus dengan tepat.
k. Penghitungan cairan yang sering digunakan adalah penghitungan millimeter perjam
(ml/h) dan penghitungan tetes permenit.

3. Perawat wajib menerapkan cuci tangan untuk tindakan tersebut,


a. Jelaskan tujuan mencuci tangan
Tujuan mencuci tangan menurut WHO adalah:
 Melindungi diri dari berbagai macam infeksi dan penyakit berbahaya
 Mencegah penyebaran bakteri dan virus ke orang lain melalui tangan
Menurut Susiati (2008), tujuan dilakukan cuci tangan yaitu untuk:
 menghilangkan mikroorganisme yang ada di tangan
 mencegah infeksi silang (cross infection),
 menjaga kondisi steril,
 melindungi diri dan pasien dari infeksi,
 memberikan perasaan segar dan bersih.

b. Perbedaan antara handwash dan handscrub


Handrub (teknik mencuci tangan menggunakan alkohol) dilakukan selama 20-30
detik sedangkan handwash (teknik mencuci tangan menggunakan air mengalir) 40-
60 detik.
6 langkah cuci tangan yang benar menurut WHO yaitu :
1) Tuang cairan handrub pada telapak tangan kemudian usap dan gosok kedua
telapak tangan secara lembut dengan arah memutar.
2) Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian
3) Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih
4) Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci
5) Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
6) Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan

Menurut Endang, alkohol handrub merupakan fasilitas cuci tangan inadekuat yang
cepat dan aman untuk menurunkan flora kulit. Namun, ia menekankan bahwasanya
alkohol handrub bukanlah pengganti cuci tangan. Boleh saja menggunakan handrub
hingga 5-6 kali, tapi selepas itu tetap harus mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir (bukan air di dalam waskom).

c. Jelaskan FIVE MOMENT


Lima momen cuci tangan wajib dilakukan oleh tenaga medis yang ada di Rumah
Sakit, sebagai upaya meminimalkan infeksi yang terjadi di rumah sakit atau
Healthcare Associated Infection (HAIs).
1) Sebelum menyentuh pasien
2) Sebelum melakukan tindakan
3) Setelah menyentuh cairan tubuh seperti darah, urin dan lainnya
4) Setelah menyentuh pasien
5) Setelah menyentuh lingkungan pasien seperti tempat tidur pasien dan lainnya

4. Perawat membuang jarum ke sharp container, namun sudah penuh dan tampak
sebagian dari spuit atau disposable berada diluar kotak tersebut:
a. Jelaskan penatalaksanaan dari penggunaan sharp container
Tempat sampah ini didesain khusus untuk melindungi dari bahaya sampah yang ada
didalamnya, sekaligus melindungi sampah yang ada didalamnya agar tidak
menimbulkan infeksi dan bahaya wadah safety box ini harus digunakan sekali pakai
tidak boleh didaur ulang atau digunakan kembali. Safety box terbuat dari bahan
kardus tebal , tidak tembus tusukan jarum dan tahan air, memiliki ukuran 5-12 liter.

b. Jelaskan prinsip penggunaan jarum suntik/dysposible


1) Menarik Cairan Masuk
Untuk menarik cairan masuk ke dalam jarum suntik, piston pada jarum suntik
ditarik ke atas sehingga tekanan dalam silinder jarum suntik menurun, udara
menekan permukaan air sehingga cairan terdorong untuk masuk ke dalam
silinder jarum suntik melalui nozzle/jarum suntik.
2) Mengeluarkan Cairan
Untuk mengeluarkan cairan dari jarum suntik, piston pada jarum suntik ditekan
sehingga tekanan dalam silinder jarum suntik meningkat, karena tekanan dalam
jarum suntik meningkat dan tekanan di luar jarum suntik lebih kecil maka cairan
yang terdapat dalam jarum suntik terdorong keluar melalui nozzle/ jarum suntik.

Jarum suntik disposible hanya boleh digunakan untuk sekali pakai. Setelah dipakai
langsung dibuang ke safety box atau box khusus untuk benda tajam medis. Safety
box adalah tempat sampah untuk limbah medis seperti membuang jarum suntik
yang telah dipakai oleh pasien. Safety box standar rumah sakit untuk menampung
sementaralimbah medis untuk kemudian dipindahkan ke tempat sampah akhir.

Anda mungkin juga menyukai