Anda di halaman 1dari 4

NAMA : IIS IDAM SARI

KELAS : XII IPA 2

MAPEL : FIQIH

SOAL IJTIHAD

1.jelaskan pengertiàn ijtihat menurut istilah

2. Sebutkan syarat" menjadi mujtahid

3. Sebutkan macam" ijtihad disertai penjelasan singkat

4. Bagaimana kedudukan dan peran ijtihad berikan penjelasan.

JAWABAN

1. Menurut istilah pengertian ijtihad adalah mencurahkan tenaga (memeras pikiran) untuk
menemukan hukum agama (syara’) melalui salah satu dalil syara’ dan dengan cara-cara
tertentu (istinbath) dari Al-Quran dan Hadits.
2. Meninjau syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang mujtahid,
Wahbah az-Zuhaili menyimpulkan ada delapan kriteria syarat yang harus
dimiliki dan di penuhi oleh mujtahid :
a. Mengerti dengan makna-makna ayat ahkam yang terdapat di dalam al-Qur’an.
Memahami kandungan ayat ahkam baik secara bahasa maupun secara istilah.
Seorang mujtahid mengerti tentang lafal-lafal yang mengandung: mantuq (makna
tersurat), mafhum muwafaqah (makna tersirat), mafhum muhkalafah (mkna
kebalikan dari makna tersurat), serta paham tentang lafal-lafal yang mengandung
segi jumlah seperti lafal-lafal umm (umum) dan khas (khusus), dan cara
menyamakan illah (sebab) dengan menyatukan lafal-lafal yang di anggap sejalan
dalam sesuatu lafal-lafal perintah maupun lafal-lafal yang mengandung larangan.
b. Mengatahui hadist-hadist hukum baik secara bahasa maupun secara pemakaian
syara’. Menjadi seorang mujtahid sangat penting untuk mengerti dengan seluruh
hadist-hadist hukum yang terdapat di dalam kitab induk hadist yang diakui, seperti:
al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Daud, at-Tarmidzi, an-Nasay, Ibnu Majah dan lain-lain.
c. Mengatahui ayat-ayat ahkam ataupun hadist-hadist ahkam yang sudah di mansukh
(di hapus atau dinyatakan oleh Allah dan Rasulnya tidak berlaku dan di ganti dengan
dalil lain ), serta mengatahui ayat-ayat ahkam maupun hadist-hadist ahkam yang
menggantikan atau lafadz nasikh.
d. Mempunyai pengatahuan tentang masalah-masalah yang sudah mempunyai sifat
hukum syara’ melalui dari hasil ijtima’para ulama.
e. Mengatahui tentang seluk-beluk qiyas, seperti: syarat-syarat qiyas, rukun-rukunya,
tentang illah hukum dan cara menemukan illah itu dari ayat maupun hadist.
f. Menguasai bahasa arab serta ilmu-ilmu yang berhubungan dengannya.
g. Menguasai ilmu ushul fiqh baik dari ilmu qaidah maupun ushulnya.
h. Mampu membuat rumusan yang berkaitan dengan tujuan syariat (maqasid al-
Syari’ah) dalam membuat ketetapan hukum.

3. MACAM-MACAM IJTIHAD
a. Ijma
Ijma adalah dari arti kesepakatan yakni para kesepakatan para ulama dan
untuk menetapkan pada suatu hukum dalam agama yang berdasarkan di dalam
AL Qur’an dan Hadist, dalam suatu perkara yang akan terjadi. Ini merupakan
keputusan bersama yang dilakukan oleh para ulama dengan cara ijtihad untuk
dirundingkan dengan disepakati.
Hasil dari ijma adalah salah satu fatwa yaitu dengan keputusan bersama
oleh para ulama dan ahli agam yang cocok untuk berwenang untuk diikuti kepada
seluruh umat.
b. Qiyas
Qiyas adalah salah satu yang menggabungkan atau menyamnkan arti dari
menetapkan suatu hukum atau suatu perkara yang baru dan belum ada belum ada
pada masa yang sebelumnya, akan tetapi mempunyai kesamaan dalam sebab, dan
manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara yang terdahulu sehingga di
hukumi sama dalam islam.
c. Istihsan
Berikut ini definisi dari istihsan:
•Fatwa yang dikeluarkan seorang fiqih, dia hanya merasa hal yang seperti itu di
anggap sudah benar.
•Argumentasi merupakan dalam pikiran seorang fiqih tanpa bisa diekspresikan
dengan secara lisan.
•Untuk mengganti argumen melalui fakta yang dapat untuk di terima. Karena ini
digunakan dengan orang banyak.
•Tindakan ini memutuskan suatu perkara yang mencegah kemudharatan.
•Tindakan ini menganalogikan pada suatu perkara di masyarakat terhadap perkara
yang ada sebelumnya.
d. Maslahah Murshalah
Maslahah Murshalah adalah salah satu tindakan yang memutuskan
padamasalah yang tidak ada naskahnya dengan pertimbangan kepentingan
terhadap hidup manusia berdasarkan prinsip atau manfaat dan menghindari dari
kemudharatan.
Penggunaan kata Maslahah Murshalah adalah ijtihad yang paling subur
hanya untuk menetapkan hukum yang tidak ada nasnya dan jumhur ulama
menganggap Maslahah Murshalah sebagai hujjah syariat:
•Karena semakin tumbuh dan bertambah hajat manusia terhadap kemaslahatan,
jika hukum tidak tidak manampung untuk kemaslahatan terhadap manusia yang
dapat diterima dan kurang sempurna dari syariat masih kurang beku.
•Untuk para sahabat dan para tabi’in untuk menetapkan hukum secara berdasarkan
kemaslahatan seperti abu bakar, untuk menyuruh dan mengumpulkan mushaf Al
Qur’an dan kemaslahatan umat.
e. Sududz Dzariah
Sududz Dzariah adalah salah satu tindakan yang memutuskan suatu yang
mubah menjadi yang makruh atau bisa juga masuk yang haram demi kepentingan
sesama umat.
Sududz Dzariah terdiri atas dua perkara yaitu saddu dan dzari’ah. Saddu
merupakan salah satu penghalang sumbatan sedangkan dzari’ah adalah
menghambat atau menyambut pada semua jalan untuk menuju kepada kerusakan
atau maksiat.
f. Istishab
Istishab adalah salah satu tindakan yang menetapkan pada suatu alasan
yang bisa mengubah. Misalkan jika ada pertanyaan seperti ini, bolehkah seorang
wanita yang menikah lagi apabila untuk bersangkutan dan ditinggal suaminya
bekerja di perantauan dan tidak jelas kabarnya?
Maka dalam hal tersebut yang berlaku merupakan keadaan semula bahwa
wanita tersebut statusnya adalah istri seorang sehingga tidak akan boleh menikah
lagi kecuali sudah jelas kematian suaminya atau sangat jelas perceraian nya
terhadap kedua.
g. ‘Urf
‘Urf adalah salah satu etimologi bahasa yang berasal dari kata arafa
ya’rufu bisanya sering diartikan seperti almaruf, dengan arti sesuatu yang dikenal.
Pengertian dikenal ini akan lebih dekat kepada pengertian yang diakui oleh orang
lain. Dan sesuatu yang dipandang baik dan diterima oleh dengan akal sehat.
‘Urf merupakan salah satu istilah dari islam yang memakai sebagai adat
kebiasaan. ‘urf terbagi menjadi ucapan dan perbuatan yang kita lihat dari segi
objeknya, akan menjadi umum dan khusus dari segi cakupan nya. Dan menjadi
sah atau rusak dari segi keabsahan menurut syariat.

4. Kedudukan ijtihad merupakan sumber hukum yang ketiga setelah Al – Qur’an dan As-
Sunah. Berijtihad itu sangat berguna sekali untuk mendapatkan hukum syara’ yang
dalilnya tidak terdapat dalam Al – Qur’an maupun hadits dengan tegas.
Ditinjau dari fungsi ijtihad, ijtihad itu perlu dilaksanakan :
a. Pada suatu peristiwa yang waktunya terbatas, sedangkan hukum syara’ yang
mengenai peristiwa sangat diperlukan, dan juga tidak segera ditentukan
hukumnya, maka dikhawatirkan kesempatan menentukan hukum itu akan hilang .
b. Pada suatu peristiwa diperlukan hukum syara’ di suatu daerah yang terdapat
banyak para ahli ijtihad, sedang waktu peristiwa itu tidak mendesak maka hal
yang semacam itu perlu adanya ijtihad, karena dikhawatirkan akan terlepas dari
waktu yang ditentukan.
c. Terhadap masalah-masalah yang belum terjadi yang akan kemungkinan nanti
akan diminta tentang hukum masalah-masalah tersebut, maka untuk ini diperlukan
ijtihad

Anda mungkin juga menyukai