Dibuat untuk memenuhi tugas praktik klinik mata kuliah Komunikasi dalam
keperawatan dan keperawatan maternitas
Disusun oleh:
NIM : 201902030023
Kelas/semester : C/ 3
2. Memotong dan Merawat Tali Pusat Tali pusat dipotong sebelum atau
sesudah plasenta lahir tidak begitu menentukan dan tidak akan mempengaruhi
bayi, kecuali pada bayi kurang bulan. Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding
perut bayi dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril. Apabila masih
terjadi perdarahan dapat dibuat ikatan baru. Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat
dengan alkohol 70% atau povidon iodin 10% serta dibalut kasa steril.
Pembalut tersebut diganti setiap hari dan atau setiap tali basah / kotor. Sebelum
memotong tali pusat, pastikan bahwa tali pusat telah diklem dengan baik, untuk
mencegah terjadinya perdarahan.
3. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu
mengatur tetap suhu badannya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk
membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus hangat.
4. Memberi Vitamin K Untuk mencegah terjadinya perdarahan, semua bayi baru lahir
normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3
hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan
dosis 0,5 1 mg I.M
5. Memberi Obat Tetes / Salep Mata Di beberapa negara perawatan mata bayi baru
lahir secara hukum diharuskan untuk mencegah terjadinya oplitalmic
neonatorum. Di daerah dimana prevalensi gonorhoe tinggi, setiap bayi baru lahir
perlu diberi salep mata sesudah 5 jam bayi lahir. Pemberian obat mata
eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata
karena klamidia (penyakit menular seksual).
6. Identifikasi Bayi
a) Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat
penerimaan pasien, di kamar bersalin dan di ruang rawat bayi.
b) Alat yang digunakan hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus tidak
mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas.
c) Pada alat/gelang identifikasi harus tercantum : nama (bayi,
nyonya) tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama
lengkap ibu. d. Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan
mencantumkan nama, tanggal lahir, nomor identifikasi.
7. Pemantauan Bayi Baru Lahir Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk
mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah
kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan
penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan. Pemantauan 2
jam pertama sesudah lahir meliputi :
a) Kemampuan menghisap kuat atau lemah
b) Bayi tampak aktif atau lunglai
c) Bayi kemerahan atau biru
2. Diagnosa 2 : hipotermia
Intervensi :
- Pantau suhu paling sedikit setiap 2 jam, sesuai
kebutuhan
- Pantau suhu bayi lahir sampai stabil
- Ajarkan indikasi hipotermia dan tindakan
kedaruratan yang diperlukan sesuai kebutuhan
- Selimuti bayi segera setelah dilahirkan
- Gunakan tutup kepala bayi baru lahir
- Tempatkan bayi baru lahir dalam inkubator atau
dibawah penghangat sesuai kebutuhan
3. Diagnosa 3 : resiko infeksi
Intervensi :
- Pantau tanda ( gejala infeksi ( misal : suhu tubuh,
denyut jantung, pembuangan, penampilan luka,
sekresi, penampilan luka, sekresi, penampilan urin,
suhu kulit, lesi kulit, keletihan, malaise).
- Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi
( misal : usia l, tanggap imun rendah dan
malnutrisi )
- Ajarkan keluarga BBL teknik mencuci tangan yang
benar
- Ajarkan kepada keluarga BBL tanda / gejala nfeksi
dan kapan harus melaporkannya ke pusat kesehatan
- Berikan terapi antibiotik bila perlu
F. Fokus Intervensi
1. Resiko tinggi perubahan suhu
a. Menjaga suhu bayi dengan menutup pintu.
b. Jaga bayi agar tetap kering.
c. Tutp bayi agar tetap hangat dengan selimut kering.
d. Tempatkan topi/penutup kepala bayi.
e. Tempatkan bayi dengan kontak kulit ke kulit pada orang tua dan
selimut hangat menutupi ibu dan bayi.
f. Monitor suhu sesuai protokol tiap RS.
g. Beritahu dokter/perawat praktisi jika suhu neonatus masih rendah
atau sudah naik.
2. Resiko infeksi
a. Pantau kulit apakah terjadi kerusakan jaringan.
b. Monitor suhu sesuai protokol RS.
c. Jaga kulit bersih dan kering.
d. Instruksikan orangtua dan pengunjung yang tepat.
e. Cuci tangan sebelum menyentuh neonatus
f. Instruksikan orang tua untuk cuci tangan setelah mengganti popok
g. Beritahu dokter/perawat praktisi jika neonatus yang letargi/lemah,
suhu meningkat atau lesi pada kulit
3. Resiko gangguan pertukaran gas
a. Monitor pernafasan dan fungsi jantung sesuai protokol RS.
b. Auskultasi suara pernafasan.
c. Kaji adanya dan lokasi sianosis
d. Hisap mulut dan hidung
e. Berikan oksigfen sesuai protokol/order
f. Laporkan tanda-tanda disstress pernafasan kepada dokter/perawat
praktisi
4. Resiko defisit volume cairan
a. Monitoring intake dan output
b. Monitoring tanda-tanda dehidrasi yaitu fontanel cekung, turgor
kulit buruk, membran mukosa kering.
c. Berikan pemberian cairan untuk makanan secara oral
G. Daftar Pustaka
Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan
Anak Balita. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Arief,Weni Kristiyanasari. 2009. Neonatus dan Asuhan Keperawatan
Anak. Yogyakarta: Nuha Medika
Marmi dan Kukuh Rahardjo. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan
Anak Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Meyering, jenifer.2014. catatan ringkas maternal- neonatal disertai contoh
kasus klinik. Tangerang : binarupa aksara publisher.
Maryanti Dwi.2011. Buku Ajar Neonatus, bayi dan balita.Jakarta:Salemba
Medika
Nanny Vivian.2010.Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Jakarta:Salemba Medika
Yeyeh, A, 2013. Asuhan neonatus bayi dan anak balita. Jakarta. Trans
info media.
Mitayani,2011.Asuhan keperawatan maternitas. Jakarta. Salemba Medika
https://www.ichrc.org/36-tanda-bahaya-pada-bayi-baru-lahir-dan-bayi-
muda
https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/kenali-tanda-tanda-bahaya-pada-
bayi-baru-lahir-75
https://wolipop.detik.com/home/d-4935066/42-peralatan-bayi-baru-lahir-
yang-harus-disiapkan