Anda di halaman 1dari 5

Nama : Adriansyah Nurrahman

Kelas : XII MIPA 2


No Absen: 1

Tanaman Jambu
Kerajaan : Plantae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Subfamili : Myrtoideae
Bangsa : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spesies : P. guajava

Jambu tanjung barat

Jambu tanjung barat memiliki dua varian: berdaging buah putih dan merah. Yang berdaging
putih, dikenal sebagai jambu 'susu putih', lebih digemari karena rasanya manis, daging buahnya
agak tebal, dan teksturnya lembut. Yang berdaging buah merah kurang disukai karena buahnya
cepat membusuk dan rasanya kurang manis. Kulit buahnya tipis berwarna hijau kekuningan bila
masak. Bentuk buahnya agak lonjong dengan bagian ujung membulat, sedangkan bagian
pangkal meruncing. Jambu tanjung barat ini lebih dikenal sebagai jambu pasarminggu dan
merupakan ras lokal.

Sejarah

Menurut sejarahnya, jambu biji berasal dari Amerika Tengah, tepatnya Brasil. Dari sana
menyebar ke Thailand kemudian ke negara Asia lainnya, termasuk Indonesia. Di banyak negara,
jambu biji merupakan tanaman terpenting bagi penduduk aslinya. Saat ini jambu biji ditanam di
seluruh dunia, terutama di negara tropis.   Di Indonesia, sentra produksi utama jambu biji
adalah DKI Jakarta (Jakarta Selatan), Jawa Barat (Cirebon dan Karawang), Jawa Tengah
(Pekalongan, Grobogan, Kudus, Jepara, Gombong, Purbalingga, Purworejo, Sukoharjo,
Semarang, Wonogiri, dan Cilacap), Daerah Istimewa Yogyakarta (Sleman, Gunung Kidul, Kulon
Progo), Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sumatera, dan Kalimantan.

Pengertian

JAMBU biji, buah ajaib yang akrab dalam kehidupan kita, punya multimanfaat bagi kesehatan.
Buah ini sangat kaya vitamin C dan beberapa jenis mineral yang mampu menangkal berbagai
jenis penyakit degeneratif, serta menjaga  kebugaran tubuh. Daun dan kulit batangnya
mengandung zat antibakteri, yang dapat menyembuhkan beberapa jenis penyakit.

Jambu biji secara taksonomi tergolong ke dalam famili Myrtaceae, genus Psidium, spesies
guajava. Karena itu, dalam bahasa Latin disebut Psidium guajava. Dalam bahasa Inggris jambu
biji dikenal sebagai guava, sedangkan di Indonesia disebut juga jambu batu, jambu klutuk, atau
jambu siki.
Tanaman jambu biji termasuk tanaman perdu (tinggi dapat mencapai 10 meter) yang cepat
beradaptasi dengan lingkungan dan memiliki daya regenerasi yang baik. Jambu biji dapat
tumbuh di segala macam iklim dan lahan pada ketinggian antara 5-1200 meter dari permukaan
laut.  

Menurut sejarahnya, jambu biji berasal dari Amerika Tengah, tepatnya Brasil. Dari sana
menyebar ke Thailand kemudian ke negara Asia lainnya, termasuk Indonesia. Di banyak negara,
jambu biji merupakan tanaman terpenting bagi penduduk aslinya. Saat ini jambu biji ditanam di
seluruh dunia, terutama di negara tropis.  

Di Indonesia, sentra produksi utama jambu biji adalah DKI Jakarta (Jakarta Selatan), Jawa Barat
(Cirebon dan Karawang), Jawa Tengah (Pekalongan, Grobogan, Kudus, Jepara, Gombong,
Purbalingga, Purworejo, Sukoharjo, Semarang, Wonogiri, dan Cilacap), Daerah Istimewa
Yogyakarta (Sleman, Gunung Kidul, Kulon Progo), Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat,
Sumatera, dan Kalimantan.

Tanaman serbaguna

Pohon jambu biji merupakan tanaman perdu bercabang banyak. Bagian dari tanaman ini yang
sering digunakan untuk berbagai keperluan manusia adalah kulit batang, daun, dan buahnya.

Pemanfaatan kulit batang dan daun dalam bidang kesehatan memiliki sejarah yang cukup
panjang dan masih terus berlangsung sampai saat ini. Daun jambu seringkali digunakan untuk
pengobatan diare, gastroenteritis, dan keluhan-keluhan lain yang berhubungan dengan
pencernaan.
Daun jambu kaya akan senyawa flavonoid, khususnya quercetin. Senyawa inilah yang memiliki
aktivitas antibakteri dan yang berkontribusi terhadap efek antidiare. Polifenol yang ditemukan
pada daun diketahui memiliki aktivitas sebagai antioksidan.

Seperti halnya daun jambu, kulit batang tanaman ini juga memiliki aktivitas antibakteri. Ekstrak
dari kedua bagian tanaman ini secara in vitro bersifat toksik terhadap beberapa bakteri
penyebab diare, seperti Staphylococcus, Salmonella, Shigella, Bacillus, Escherichia coli,
Clostridium, dan Pseudomonas.

Bagian terpenting dari tanaman jambu biji adalah buahnya. Buah jambu dapat dikonsumsi
dalam bentuk segarnya atau diolah menjadi berbagai macam produk seperti selai, jeli, pasta,
dodol, dan jus.

Jenis jambu biji

Bentuk buah jambu biji sangat bervariasi dari bulat hingga lonjong seperti buah pir, serta
beraroma wangi. Rasa buah manis, manis asam, atau asam. Rasa dan aroma jambu biji yang
sangat khas disebabkan oleh senyawa eugenol. Kulit buah tipis berwarna hijau sampai hijau
kekuningan. Bijinya bervariasi dari sangat sedikit hingga sekitar 500 biji dalam buah yang
beratnya sekitar 150 gram. Panen buahnya dapat dilakukan sepanjang tahun (tidak mengenal
musim).

Buah jambu biji besarnya cukup bervariasi, dari yang berdiameter 2,5 cm sampai dengan lebih
dari 10 cm. Jambu yang disukai oleh masyarakat umumnya adalah yang berdaging lunak dan
tebal, rasanya manis, berbiji sedikit, dan buahnya berukuran besar.

Jenis jambu biji di seluruh dunia ada sekitar 150. Di Indonesia yang banyak ditanam adalah jenis
jambu sukun, jambu susu putih, jambu apel, jambu australia, jambu palembang, jambu
kamboja, jambu pasar minggu, jambu merah getas, jambu harum manis, jambu sari, dan jambu
tukan.   

Vitamin C terbaik

Jambu biji dikatakan buah yang sangat istimewa karena memiliki kandungan zat gizinya yang
tinggi, seperti vitamin C, potasium, dan besi. Selain itu, juga kaya zat nongizi, seperti serat
pangan, komponen karotenoid, dan polifenol. Buah jambu biji bebas dari asam lemak jenuh dan
sodium, rendah lemak dan energi, tetapi tinggi akan serat pangan.  

Kandungan vitamin C buah jambu biji sekitar 87 mg, dua kali lipat dari jeruk manis (49 mg/100
g), lima kali lipat dari orange, serta delapan kali lipat dari lemon (10,5 mg/100 g). Dibandingkan
jambu air dan jambu bol, kadar vitamin C pada jambu biji jauh lebih besar, yaitu 17 kali lipat
dari jambu air (5 mg/100 g) dan empat kali lipat dari jambu bol (22 mg/100 g).
Disamping berfungsi sebagai antioksidan, vitamin C memiliki fungsi menjaga dan memacu
kesehatan pembuluh kapiler; mencegah anemia gizi, sariawan, gusi yang bengkak dan berdarah
(penyakit skorbut); serta mencegah tanggalnya gigi. Vitamin C dosis tinggi dapat meningkatkan
sistem kekebalan tubuh dalam melawan berbagai infeksi. Dengan demikian, kita tidak mudah
menjadi sakit, seperti flu, batuk, demam, dan lain-lain.

Vitamin C membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi nitrosamin, suatu
zat pemicu kanker. Vitamin C juga berperan untuk pembentukan kolagen yang sangat
bermanfaat untuk penyembuhan luka. Ketersediaan vitamin C yang cukup dalam darah dapat
mendorong kerja selenium dalam menghambat sel kanker, terutama kanker paru-paru, prostat,
payudara, usus besar, empedu, dan otak.

Pada intinya, jambu biji dapat dijadikan sebagi sumber utama bagi kebutuhan vitamin C tubuh.
Konsumsi jambu biji seberat 90 gram setiap hari sudah mampu memenuhi kebutuhan vitamin
harian orang dewasa, sehingga mampu menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh.

Kandungan vitamin C pada jambu biji mencapai puncaknya menjelang matang. Sebagian besar
vitamin C jambu biji terkonsentrasi pada bagian kulit serta daging bagian luarnya yang lunak
dan tebal. Karena itu, jambu biji sebaiknya dikonsumsi beserta kulitnya.  

Sumber potasium dan serat

Jambu biji juga mengandung potasium sekitar 14 mg/100 gram buah. Potasium berfungsi
meningkatkan keteraturan denyut jantung, mengaktifkan kontraksi otot, mengatur pengiriman
zat-zat gizi lainnya ke sel-sel tubuh, mengendalikan keseimbangan cairan pada jaringan sel
tubuh, serta menurunkan tekanan darah tinggi (hipertensi).

Cara kerja potasium di dalam tubuh adalah kebalikan dengan natrium (pemicu hipertensi).
Karena itu, di dalam menu harian sangat dianjurkan untuk mengonsumsi natrium dan kalium
dalam rasio 1:1. Proses pengolahan makanan dengan menggunakan garam cenderung untuk
menaikkan natrium jauh melebihi kalium.

Jambu biji juga merupakan sumber serat pangan (dietary fiber). Serat pangan bermanfaat untuk
mencegah berbagai penyakit degeneratif, seperti kanker usus besar (kanker kolon),
divertikulosis, aterosklerosis, gangguan jantung, diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit batu
ginjal.
Konsumsi serat pangan masyarakat Indonesia saat ini masih sangat rendah, yaitu sekitar 10
gram/orang/hari. Padahal, konsumsi serat pangan yang dianjurkan adalah 20-30
gram/orang/hari.  
Jambu biji mengandung serat pangan sekitar 5,6 gram per 100 gram daging buah. Jenis serat
yang cukup banyak terkandung di dalam jambu biji adalah pektin, yang merupakan jenis serat
yang bersifat larut di dalam air. Serat yang bersifat larut di dalam air memiliki peran besar
dalam menurunkan kadar kolesterol, yaitu mengikat kolesterol dan asam empedu dalam tubuh,
serta membantu pengeluarannya melalui proses buang air besar. Dengan demikian, serat yang
bersifat larut di dalam air berguna untuk mencegah aterosklerosis (penyumbatan pembuluh
darah penyebab terjadinya penyakit jantung koroner dan stroke). Serat sejenis itu juga
berperan dalam menurunkan kadar glukosa darah, sehingga sangat berperan dalam mencegah
penyakit diabetes melitus.

Anda mungkin juga menyukai