Anda di halaman 1dari 13

RESUME OP AMP

ELEKTRONIKA KOMUNIKASI (P)

SEMESTER III

Akita Hasna Mayanti (1903421012)

Annisa Hadita (1903421024)

BM3B

PROGRAM STUDI BROADBAND MULTIMEDIA

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

2020/2021
A. Hasil Percobaan

1. Example 16-7
• Frekuensi 1 KHz
• Frekuensi 1 MHz
2. Example 16-8

3. Example 16-10
• Rf= 3,9kΩ, R1 = 100Ω
• Rf= 3,9kΩ, R1 = 200Ω
• Rf= 5kΩ, R1 = 200Ω
4. Example 16-12
B. Hasil Perhitungan Teoritis
C. Analisis
Pada praktikum kali ini, kami menguji rangkaian Operational Amplifier.
Rangkaian Operational Amplifier atau lebih dikenal dengan istilah Op-Amp adalah
salah satu dari bentuk IC Linear yang berfungsi sebagai Penguat Sinyal listrik. Sebuah
rangkaian Op-Amp memiliki dua input (masukan) yaitu satu Input Inverting dan satu
Input Non-inverting serta memiliki satu Output (keluaran). Sebuah Op-Amp juga
memiliki dua koneksi catu daya yaitu satu untuk catu daya positif dan satu lagi untuk
catu daya negatif. Salah satu tipe IC Op-Amp yang populer adalah IC741 seperti yang
kami gunakan pada praktikum kali ini.

Rangkaian pertama yang kami uji yaitu rangkaian 16-7, didapatkan nilai
tegangan output (Voutput) sebesar 497 mV sedangkan pada perhitungan teoritis
didapatkan nilai tegangan ouput (Voutput) sebesar -500 mV dengan frekuensi 1 KHz.
Kemudian pada frekuensi 1 didapatkan nilai tegangan output (Voutput) sebesar 6,81
mV sedangkan pada perhitungan teoritis didapatkan nilai tegangan ouput (Voutput)
sebesar -10 mV. Tanda negative pada hasil perhitungan mengindikasikan adanya beda
fasa 180º pada hasil gelombang antara input dan output. Pada bode plotter ketika
frekuensi 1KHz menghasilkan decibel equivalen sebesar 34 dB dan ketika frekuensi
1MHz menghasilkan decibel equivalen sebesar -3 dB.
Rangkaian kedua yang kami uji yaitu rangkaian 16-8, ketika kami simulasikan
terjadi tegangan output error pada rangkaian. Kami menghitung tegangan error dan
didapatkan Verror sebesar 107 mV.
Rangkaian ketiga yang kami uji yaitu rangkaian 16-10 yang terbagi menjadi 3
kondisi. Pada kondisi pertama yaitu Rf = 3,9 KOhm dan R1 = 100 Ohm didapatkan
nilai tegangan output (Voutput) sebesar 268 mVp-p sedangkan pada perhitungan
teoritis didapatkan nilai tegangan ouput (Voutput) sebesar 200 mVp-p. Pada kondisi
kedua yaitu Rf = 3,9 KOhm dan R1 = 200 Ohm didapatkan nilai tegangan output
(Voutput) sebesar 272 mVp-p sedangkan pada perhitungan teoritis didapatkan nilai
tegangan ouput (Voutput) sebesar 195 mVp-p. Pada kondisi ketiga yaitu Rf = 5 KOhm
dan R1 = 200 Ohm didapatkan nilai tegangan output (Voutput) sebesar 273 mVp-p
sedangkan pada perhitungan teoritis didapatkan nilai tegangan ouput (Voutput) sebesar
197,5 mVp-p. Hasil tegangan output pada pengukuran tidak jauh berbeda, hal itu
dikarenakan adanya tengangan error pada rangkaian yang diuji.

Rangkaian keempat yang kami uji yaitu rangkaian 16-12, didapatkan nilai
tegangan output (Voutput) memiliki hasil yang sama pada pengukuran dan perhitungan
teoritis yaitu sebesar 3.1 Vp-p. Tanda negative pada hasil perhitungan karena adanya
beda fasa 180º pada hasil gelombang antara input dan output. Rangkaian ini disebut
sebagai the summing amplifier karena memiliki input lebih dari satu.
D. Kesimpulan

Pada praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa sebuah rangkaian Op-Amp memiliki
dua input (masukan) yaitu satu Input Inverting dan satu Input Non-inverting serta memiliki
satu Output (keluaran) dan termasuk bentuk IC Linear yang berfungsi sebagai Penguat
Sinyal listrik. Tanda negative pada hasil perhitungan mengindikasikan adanya beda fasa
180 º pada hasil gelombang antara input dan output. Rangkaian ini dapat disebut sebagai
the summing amplifier karena memiliki input lebih dari satu.

Anda mungkin juga menyukai