Anda di halaman 1dari 13

Emotional Freedom Techniques dan Tingkat Kecemasan Pasien yang akan

Menjalani Percutaneous Coronary Intervention

Weni Widya Shari1, Suryani2, Etika Emaliyawati


1
PSIK Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, 2Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
E-mail: when2_ners@ymail.com

Abstrak

Kecemasan yang terjadi pada pasien yang akan dilakukan Percutaneous Coronary Intervention (PCI) dapat
memperparah kondisi penyakit, memengaruhi status hemodinamik, gangguan imunitas dan gangguan metabolisme
yang mengakibatkan suplai oksigen dan perfusi jaringan semakin terganggu. Emotional Freedom Techniques
(EFT) merupakan salah satu intervensi pilihan, karena berdasarkan beberapa literatur, EFT dapat menurunkan
kecemasan, mengatasi kecemasan langsung di bagian korteks serebri serta mengatasi kecemasan berdasarkan akar
permasalahannya. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi pengaruh intervensi EFT terhadap tingkat kecemasan
pasien yang akan menjalani PCI di RS. X. Peneliti menggunakan metode quasi experimental dengan rancangan
one group pretest dan postest. Jumlah sampel 30 orang dibagi menjadi kelompok intervensi dan kontrol dengan
menggunakan teknik concecutive sampling. Kelompok intervensi diberikan EFT selama 15 menit. Sebelum dan
sesudah intervensi diukur tingkat kecemasannya dengan menggunakan kuesioner state trait anxiety inventory
(STAI-S). Data dianalisis dengan uji t. Hasil menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antara tingkat
kecemasan sebelum dan sesudah intervensi EFT (p<0.05) dan terdapat perbedaan yang bermakna intensitas
kecemasan sesudah intervensi antara kelompok intervensi dan kontrol (p<0.05) . Kesimpulan penelitian yaitu EFT
dapat menurunkan tingkat kecemasan pada pasien yang akan menjalani PCI. Penggunaan EFT dalam mengatasi
kecemasan pasien di ranah kritis merupakan sesuatu yang perlu dipertimbangkan karena berdasarkan bukti empiris,
memberikan manfaat, menggunakan teknik yang sederhana, mudah digunakan oleh siapapun, serta tanpa efek samping.

Kata kunci: Emotional Freedom Techniques, kecemasan, komplementer, Intervensi Koroner Perkutan.

Emotional Freedom Techniques and Anxiety Level of Patients undergoing


Percutaneous Coronary Intervention

Abstract

Anxiety that happen before Percutaneous Coronary Intervention (PCI) can aggravate the condition of disease,
affecting hemodynamic status, immune disorders and metabolic disorders that result in tissue perfusion and oxygen
supply disruption, if. Emotional Freedom Techniques (EFT) is one of the preferred interventions, because based on
some literature, EFT can reduce anxiety, overcoming anxiety directly on the cerebral cortex and also address the
root causes of anxiety based. The objective of research to determine the effect of EFT intervention on level anxiety
of patients undergoing PCI in Hospital X. The research using quasi experimental method to design one group
pretest and posttest. 30 people were divided into intervention and control groups by using a concecutive sampling
technique. The intervention group received EFT for 15 minutes. Anxiety level is measured before and after
intervention using State Trait Anxiety Inventory questionnaire (STAI-S). Data were analyzed by t test. The result
showed there were significant differences between anxiety levels before and after the EFT intervention (p<0.05)
and significant difference intensity of anxiety after intervention between intervention and control groups (p<0.05).
The Conclusion of research is EFT can reduce anxiety levels on patients undergoing PCI. EFT is something
that needs to be considered as based on empirical evidence, provide benefits, easy and without side effects.

Key words: Emotional Freedom Techniques, anxiety, complementary, Percutaneous Coronary Intervention.

Volume 2 Nomor 3 Desember 2014 133


Weni WS: Emotional Freedom Techniques dan Tingkat Kecemasan Pasien

Pendahuluan 2009; Ruz, Lennie & Moser, 2011).


Intervensi untuk mengatasi kecemasan
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan pasien harus dilakukan secara terintegrasi yaitu
penyebab utama dari angka kematian di meliputi farmakologi dan nonfarmakologi.
Indonesia, yakni sebesar 26,4% (Depkes, Penatalaksanaan terapi yang dilakukan secara
2006). Hal ini juga sesuai dengan pendapat terintegrasi dapat menjadi lebih efektif dalam
Trotter, Gallagher dan Donoghue (2011), mengatasi kecemasan (Huffman, dkk., 2011).
yang menyatakan bahwa PJK merupakan Vural, Acer dan Akbar (2008) menyatakan
penyebab mortalitas dan morbiditas utama penatalaksanaan terapi yang tidak terintegrasi
serta memengaruhi kualitas hidup pasien. dapat menyebabkan serangan berulang,
Salah satu penatalaksanaan PJK adalah perawatan yang lebih lama, meningkatkan
dengan Percutaneous Coronary Intervention kecemasan, ketakutan sampai depresi berat.
(PCI). Alat PCI berfungsi untuk memperbaiki Perawat sebagai tenaga kesehatan, berperan
penyempitan dan sumbatan pada pembuluh untuk mengatasi kecemasan pada pasien PCI,
darah koroner di jantung, yang dilakukan salah satu caranya dengan intervensi non
dengan cara balonisasi dan atau pemasangan farmakologis.
ring (stent) (TIM UPF DI-INB PJNHK, 2010). Intervensi terapi non farmakologis yang
Di Kanada, pelaksanaan PCI meningkat 36% paling banyak digunakan di rumah sakit untuk
dari tahun 1994 sampai dengan 2001 (Hearth menurunkan kecemasan adalah emotional
& Stroke Foundation, 2003). Di Indonesia, freedom techniques (EFT) (Craig, 2011; Salas,
pelaksanaan PCI juga semakin meningkat, Brooks, & Rowe, 2011). EFT adalah terapi
pada tahun 2013 tercatat sebanyak 469 orang komplementer yang dikembangkan oleh Gary
yang menjalani PCI di Rumah Sakit X. Craig untuk manajemen stres dan kecemasan
Penerapan alat PCI dapat meningkatkan (Salas, dkk., 2011). EFT merupakan tindakan
kualitas hidup seseorang dan menurunkan non invasive yang menggunakan tapping di
risiko kekambuhan (Jamal, Shrive, Ghali, 16 titik di jalur energi meridian tubuh, yang
Knudtson, & Eisenberg, 2003) serta dapat akan mengirimkan sinyal peredam ketakutan
menurunkan kejadian infark, vaskularisasi langsung ke bagian amigdala (Iskandar,
menjadi membaik, dan komplikasi perdarahan 2010; Zainuddin, 2013).
menjadi berkurang (Patel, Kim, Karajgikar, Beberapa penelitian menyatakan bahwa
Kodali, Kaplish, Lee, dkk., 2010). Namun EFT efektif sebagai terapi perilaku kognitif
demikian, beberapa pasien menyatakan yang dapat mengurangi gejala kecemasan
cemas dengan prosedur ini. Menurut Trotter, (Church & Mahron, 2013). Intervensi
dkk. (2011) sekitar 24%–72% pasien yang EFT dapat dilakukan pada pasien dengan
akan dilakukan PCI mengalami kecemasan. gangguan psikologis berupa fobia, gangguan
Kecemasan yang terjadi meliputi perasaan kecemasan dan stres praujian serta pasien
takut, tegang atau panik, serta harapan bahwa dengan gangguan fisik, yakni pada pasien
sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi. nyeri akibat fibromyalgia dan cidera kepala.
Kondisi kecemasan ini harus segera diatasi, Penelitian Benor, Ledger, Toussaint, Hett,
karena dapat memperberat penyakit yang dan Zaccaro (2009) menunjukkan bahwa EFT
diderita, memengaruhi status hemodinamik, dapat menurunkan kadar kortisol saliva yang
gangguan imunitas tubuh dan gangguan berperan saat terjadinya stres, salah satunya
metabolisme yang mengakibatkan suplai kecemasan (Church, Yount & Brooks, 2012).
darah dan perfusi jaringan terganggu, padahal Intervensi EFT memenuhi aspek safety karena
suplai oksigen ke jantung mungkin sudah teknik ini dilakukan secara non-invasive dan
berkurang. Dengan demikian, penyembuhan tidak menggunakan jarum, bahan kimia atau
pasien akan terhambat sehingga lama rawat prosedur pembedahan.
menjadi lama (Sole, Klein &Moseley, 2012). Berdasarkan data yang terdapat di ruang
Selain itu, kecemasan akan menimbulkan rekam medis di RS. X, jumlah pasien yang
komplikasi berupa infark berulang, iskemia menjalani prosedur PCI pada bulan Januari
berkepanjangan, fibrilasi ventrikel, takikardi sampai bulan Desember 2013 sebanyak 469
ventrikel, aritmia bahkan kematian (Halm, pasien. Hasil wawancara pada dua orang

134 Volume 2 Nomor 3 Desember 2014


Weni WS: Emotional Freedom Techniques dan Tingkat Kecemasan Pasien

pasien menunjukkan bahwa pasien mengalami kecemasan pasien yang akan menjalani PCI
kecemasan terhadap suatu tindakan yang akan di RS. X.
dilakukan pada dirinya serta kesembuhan
penyakitnya. Pasien mengatakan jantungnya
sering terasa berdebar, gelisah, bingung dan Metode Penelitian
khawatir atas kondisinya setelah dilakukan
PCI. Perawat di ruangan tersebut biasanya Penelitian ini menggunakan metode quasi
memberikan pendidikan kesehatan berupa eksperimental, dengan desain pre dan post
informasi mengenai prosedur pada semua test dengan grup kontrol. Tujuan penelitian
pasien yang akan menjalani PCI. Akan tetapi, ini untuk mengukur pengaruh intervensi
informasi tersebut diberikan tanpa mengkaji EFT terhadap tingkat kecemasan pada pasien
secara mendalam sumber dari kecemasan yang akan menjalani prosedur percutaneous
pasien. Menurut Zarren dan Eimer (2002), coronary intervention (PCI) di RS. X.
walaupun alam sadar manusia (conscious) Kelompok intervensi pada penelitian ini
menerima informasi tersebut, namun jika adalah pasien yang akan menjalani prosedur
alam bawah sadar manusia (unconscious) PCI yang sedang mengalami kecemasan dan
dalam kondisi menolak informasi, maka mendapatkan intervensi EFT selama 15 menit.
mereka tidak bisa menerima informasi Sedangkan kelompok kontrol mendapatkan
tersebut. Hal ini terjadi karena hal tersebut terapi standar dari ruangan berupa informasi
dapat menyebabkan konflik antara keinginan kesehatan. Saat satu jam sebelum menjalani
alam sadar dan alam bawah sadar untuk PCI, pasien diukur terlebih dahulu tingkat
mengubah dan mengontrol perilaku. Konflik kecemasannya dan segera dilakukan kembali
ini menghasilkan stres dan ketidaknyamanan pengukuran tingkat kecemasan pada pasien
pada seseorang. Selain itu, dalam kondisi sesudah mendapatkan tindakan, baik pada
cemas, manusia pun tidak dapat mengolah kelompok intervensi maupun kontrol. Teknik
informasi yang ada karena kecemasan pengambilan sampel pada penelitian ini
sebagai salah satu faktor penghambat dalam yaitu menggunakan teknik non probability
belajar yang dapat mengganggu kinerja sampling dan metode consecutive sampling.
fungsi-fungsi kognitif seseorang, seperti Sampel pada penelitian adalah seluruh pasien
kesulitan dalam berkonsentrasi, kesulitan yang akan menjalani prosedur PCI di RSUP
mengingat, kesulitan dalam pembentukan dr. Hasan Sadikin Bandung, yang memenuhi
konsep, dan kesulitan untuk memecahkan kriteria inklusi dan bersedia ikut serta dalam
masalah (Spielberger, Gorsuch, & Lushene, penelitian dengan mengisi informed consent.
1970). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
Terapi emotional freedom techniques yaitu 15 sampel sebagai kelompok kontrol
(EFT) dapat mengatasi masalah kecemasan dan 15 sampel sebagai kelompok intervensi.
seseorang berdasarkan akar permasalahan Instrumen yang digunakan pada penelitian
utamanya melalui proses set up yang akan ini adalah untuk mengukur kecemasan yaitu
dilakukan serta dapat memengaruhi alam state trait anxiety inventory-state (STAI-S).
bawah sadar manusia dengan cara menyugesti Instrumen ini disusun oleh Spielberger,
diri sendiri. Sumber kecemasan tersebut Gorsuch, and Luschene pada tahun 1964 dan
itulah yang akan dijadikan kalimat afirmasi telah distandarisasi (Spielberger, Gorsuch
pada saat melakukan tapping. Dalam EFT & Lushene, 1970; McDowell, 2006). STAI
juga terdapat unsur teknik eye movement sudah diadaptasi kedalam 40 bahasa atau
desentizitation repatterning (EMDR) melalui lebih untuk berbagai macam studi di bidang
nine gamut procedure (gerakan mata) untuk penelitian kesehatan (McDowell, 2006).
mengendalikan emosi kecemasan. Teknik ini STAI juga sudah digunakan pada berbagai
untuk merangsang keseimbangan otak kiri pasien medis, bedah, neuro psychiatric, siswa,
dan otak kanan (Iskandar, 2010; Zainuddin, orang dewasa di komunitas, personil militer,
2013). Berdasarkan latar belakang di atas, dan bahkan narapidana (Spielberger, dkk.,
maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang 1970; McDowell, 2006). Penelitian Trotter,
pengaruh intervensi EFT terhadap tingkat dkk., 2011; McDowell, 2006; Tluczek,

Volume 2 Nomor 3 Desember 2014 135


Weni WS: Emotional Freedom Techniques dan Tingkat Kecemasan Pasien

Henriques, dan Brown, 2009 menunjukkan Karekteristik pekerjaan didapatkan data


instrumen STAI valid dan reliabel dalam bahwa sebagian besar responden tidak
menilai kecemasan. Instrumen ini juga sudah bekerja yaitu pada kelompok intervensi enam
digunakan untuk mengukur kecemasan pada (40.0%), sedangkan pada kelompok kontrol
pasien jantung (Rudini, 2013). sebagian besar bekerja sebagai pegawai negeri
sipil (PNS) atau tentara negara Indonesia
(TNI) atau polisi Republik Indonesia (Polri)
Hasil Penelitian yaitu enam orang (40.0%). Pada karekteristik
sumber kecemasan, sebagian besar responden
Hasil penelitian yang didapatkan di dalam mengatakan bahwa cemas karena komplikasi
penelitian ini yaitu yang pertama adalah penyakit yaitu pada kelompok intervensi lima
distribusi frekuensi responden dan uji beda (33,3%), sedangkan pada kelompok kontrol
pada kelompok intervensi dan kelompok sebagian besar mengatakan cemas karena
kontrol. Pada tabel 1 diketahui bahwa ancaman kematian yaitu sejumlah empat
sebagian besar responden berjenis kelamin orang (26,7%), sedangkan pada karekteristik
perempuan yaitu pada kelompok intervensi tingkat kecemasan sesorang, sebagian besar
sejumlah delapan orang (53,3%), sedangkan responden mengalami tingkat kecemasan
pada kelompok kontrol sebagian besar sedang baik kontrol maupun intervensi, yaitu
berjenis kelamin laki-laki yaitu 13 orang 12 orang (80.0%) pada kelompok intervensi
(86,7%). Berdasarkan usia, sebagian besar dan 13 orang (87,3%) pada kelompok kontrol.
responden berusia antara 56–65 tahun yaitu Hasil uji beda pada semua karekteristik
pada kelompok intervensi sejumlah enam responden pada tabel 1 tersebut didapatkan
orang (40.0%), sedangkan pada kelompok nilai p>0.05, artinya tidak terdapat perbedaan
kontrol sebagian besar berusia antara 45– yang bermakna antara karekteristik kelompok
55 tahun yaitu tujuh orang (46,7%). Pada intervensi dan kelompok kontrol.
karekteristik pendidikan didapatkan bahwa Hasil yang kedua yang didapatkan pada
sebagian besar responden berpendidikan penelitian ini adalah mengenai uji normalitas
sekolah menengah atas (SMA) atau sekolah tingkat kecemasan seseorang sebelum dan
lanjutan tingkat pertama (SLTA) yaitu pada sesudah intervensi pada kelompok kontrol
kelompok intervensi delapan orang (53,3%), dan kelompok Intervensi. Hal ini ditunjukkan
sedangkan pada kelompok kontrol sebagian pada tabel 2, tabel ini menunjukkan hasil uji
besar berpendidikan diploma atau lebih normalitas dengan menggunakan uji shapiro
tinggi lagi yaitu delapan orang (53,3%). wilk. Hasil uji normalitas menunjukkan
Tabel 1 Distribusi Frekeunsi Responden dan Uji Beda Karekteristik Responden pada
Kelompok Intervensi (n=15) dan Kelompok Kontrol (n=15)
Kelompok
Karekteristik Intervensi Kontrol X2 Nilai p
Frekuensi (%) Frekuensi (%)
Jenis Kelamin 3,750 0.53
Laki-laki 7 (46,7) 13 (86,7)
Perempuan 8 (53,3) 2 (13,3)
Usia (tahun) 1,409 0.49
45-55 4 (26,7) 7(46,7)
56-65 6 (40.0) 5 (33,3)
66-78 5 (33,3) 3 (20.0)
Pendidikan 4,359 0.36
Tidak sekolah 0 (0.0) 1 (6,7)
SD 1 (6,7) 0 (0.0)
SMP 2 (13,3) 1 (6,7)

136 Volume 2 Nomor 3 Desember 2014


Weni WS: Emotional Freedom Techniques dan Tingkat Kecemasan Pasien

Kelompok
Karekteristik Intervensi Kontrol X2 Nilai p
Frekuensi (%) Frekuensi (%)
SMA/SLTA 8 (53,3) 5 (33,3)
Diploma/lebih Tinggi 4 (26,7) 8 (53,3)
Pekerjaan 7,738 0.10
Tidak Bekerja 6 (40.0) 1 (6,7)
Pensiunan 3 (20.0) 5 (33,3)
Swasta 4 (26,7) 2 (13,3)
PNS/TNI/Polri 2 (13,3) 6 (40.0)
Petani 0 (0.0) 1 (6,7)
Sumber Kecemasan 1,643 0.89
Pengalaman nyeri 3 (20.0) 3 (20.0)
Lingkungan RS 0 (0.0) 1 (6,7)
Ancaman kematian 3 (20.0) 4 (26,7)
Perubahan konsep diri 1 (6,7) 1 (6,7)
Tidak tahu prosedur 3 (20.0) 3 (20.0)
Komplikasi penyakit 5 (33,3) 3 (20.0)

nilai p yaitu tingkat kecemasan sebelum dan Hasil yang keempat adalah perbedaan
sesudah intervensi pada kelompok kontrol rerata tingkat kecemasan antara sebelum
dan kelompok intervensi p>0.05, yang berarti dan sesudah pada kelompok intervensi.
bahwa data rata-rata tingkat kecemasan pada Hasil ini dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4
kelompok kontrol dan kelompok intervensi didapatkan nilai p<0.05, yang berarti bahwa
berdistribusi normal, sehingga uji statistik terdapat perbedaan rerata tingkat kecemasan
yang tepat untuk dilakukan adalah dengan antara sebelum dan sesudah pada kelompok
menggunakan statistik parametik yaitu uji t. intervensi. Interpretasi nilai CI 95% berarti
Hasil yang ketiga adalah mengenai bahwa dengan tingkat kepercayaan 95%
perbedaan rerata tingkat kecemasan sebelum diyakini selisih tingkat kecemasan sebelum
dan sesudah pada kelompok kontrol. Pada dan sesudah intervensi EFT didapatkan nilai
tabel 3 didapatkan nilai p<0.05, yang berarti sebesar 15,94 sampai 24,19.
terdapat perbedaan rerata tingkat kecemasan Hasil yang kelima pada penelitaan ini
sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol. adalah perbedaan rerata tingkat kecemasan
Interpretasi nilai CI 95% berarti bahwa sebelum intervensi pada kelompok kontrol
dengan tingkat kepercayaan 95% diyakini dan kelompok intervensi. Hal ini ditunjukkan
pengurangan tingkat kecemasan sebelum dan pada tabel 5. Tabel 5 menunjukkan nilai
sesudah intervensi pada kelompok kontrol p>0.05, yang berarti bahwa nilai varian data
adalah antara 3,18 sampai 7,22. dari kedua kelompok sebelum intervensi

Tabel 2 Hasil Uji Normalitas Tingkat Kecemasan Sebelum dan Sesudah Intervensi pada
Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi
Skala Waktu Kelompok Rerata SD Nilai p
Pengukuran
Kecemasan Sebelum Kontrol 49,00 6,59 0.16
Intervensi 49,93 7,17 0.31
Sesudah Kontrol 43,80 7,74 0.13
Intervensi 29,86 4,43 0.66

Volume 2 Nomor 3 Desember 2014 137


Weni WS: Emotional Freedom Techniques dan Tingkat Kecemasan Pasien

Tabel 3 Perbedaan Rerata Tingkat Kecemasan Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Kontrol
Skala Kelompok Rerata SD p CI 95%
Pengukuran
Kecemasan Sebelum 49,0000 6,89 0.000 3,18-7,22
Sesudah 43,8000 7,75

adalah sama, sehingga hal ini menunjukkan Penelitian American Heart Association
bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna. (AHA, 2008) menyatakan bahwa seseorang
Interpretasi nilai CI 95% berarti bahwa dengan dengan jenis kelamin laki-laki mempunyai
tingkat kepercayaan 95% diyakini bahwa risiko lebih besar menderita penyakit jantung
selisih tingkat kecemasan sebelum intervensi dibandingkan dengan sesorang yang berjenis
pada kelompok kontrol dan intervensi adalah kelamin perempuan serta mengalami serangan
sebesar 4,22 sampai dengan 6,09. jantung lebih awal dari kehidupannya. Selain
Hasil yang keenam adalah mengenai itu, penyakit jantung koroner lebih sering
perbedaan rerata tingkat kecemasan sesudah menyerang laki-laki dibandingkan dengan
intervensi pada kelompok kontrol dan perempuan. Jenis kelamin laki-laki memiliki
kelompok intervensi. Tabel 6 menunjukkan faktor risiko yang lebih besar. Gaya hidup
bahwa nilai p<0.05. Hasil tersebut berarti laki-laki menjadi faktor presipitasi seperti
bahwa nilai varian data kedua kelompok kebiasaan merokok, budaya dalam meminum
setelah dilakukan intervensi hasilnya tidak alkohol, serta mengonsumsi makanan tinggi
sama sehingga ada perbedaan yang bermakna. lemak (Corwin, 2009).
Interpretasi nilai IK 95% berarti bahwa Karekteristik kecemasan responden dan
dengan tingkat kepercayaan 95% diyakini sumber kecemasan responden didapatkan
selisih tingkat kecemasan setelah intervensi bahwa tingkat kecemasan yang dialami
pada kelompok kontrol dan intervensi adalah responden yaitu bahwa sebagian besar
antara 22,60 sampai dengan 13,94. responden baik kelompok kontrol sebesar
87,13% maupun intervensi sebesar 80.0%
mengalami tingkat kecemasan sedang. Hal ini
Pembahasan didukung oleh hasil penelitian Ikram (2012)
yang menyebutkan bahwa sebanyak 70–80%
Hasil penelitian ini mengenai karekteristik pasien jantung mengalami kecemasan pada
berdasarkan jenis kelamin dapat disimpulkan fase akut dan tingkat kecemasan pada pasien
bahwa jenis kelamin laki-laki lebih banyak yang menjalani PCI berada pada tingkat
menderita PJK dibandingkan dengan jenis kecemasan ringan sampai sedang.
kelamin perempuan. Hal ini sejalan dengan Saat penelitian ini berlangsung, peneliti
hasil penelitian Astin, Jones, Thompson, dan mengamati tentang reaksi fisiologis, kognitif,
David (2005) bahwa dari total 117 pasien dan afektif yang terjadi pada responden.
PTCA atau PCI yang akan diukur tingkat Beberapa pasien saat dipegang tubuhnya
kecemasan dan depresinya sebanyak 88 teraba dingin, wajah menjadi terlihat tegang,
orang (75%) adalah laki-laki dan 29 orang pasien menjadi mudah tersinggung, dan
(25%) adalah perempuan. Hasil penelitian sering beberapa kali pasien ke kamar mandi
lain juga menggambarkan bahwa sebanyak karena ingin buang air kecil (BAK). Pada
80 orang (80%) dari 100 orang yang akan saat diukur tingkat kecemasan, responden
menjalani PCI adalah berjenis kelamin laki- termasuk kategori cemas berat. Respon
laki (Trotter, dkk., 2011). tersebut merupakan respon tubuh terhadap
Tabel 4 Perbedaan Rerata Tingkat Kecemasan Sebelum dan Sesudah pada Kelompok
Intervensi
Skala Kelompok Rerata SD p CI 95%
Pengukuran
Kecemasan Sebelum 49,93 7,18 0.000 15,94-24,19
Sesudah 29,87 4,44

138 Volume 2 Nomor 3 Desember 2014


Weni WS: Emotional Freedom Techniques dan Tingkat Kecemasan Pasien

Tabel 5 Perbedaan Rerata Tingkat Kecemasan Sebelum Intervensi pada Kelompok Kontrol dan
Kelompok Intervensi
Skala Kelompok Rerata SD p Perbedaan
Pengukuran Rerata (CI
95%)
Kecemasan Kontrol 49,93 7,18 0.586 0.93 (4,22-6,09)
Intervensi 49,00 6,59

adanya rasa cemas terhadap sesuatu. Hal pengaruh intervensi EFT terhadap penurunan
ini sesuai dengan pendapat dari penelitian kecemasan pada pasien yang akan menjalani
Stuart and Suden (2006) yang menyatakan PCI. Pada kelompok kontrol yang tidak
bahwa reaksi fisiologis, perilaku, kognitif diberikan intervensi EFT tetapi hanya
dan afektif terhadap kecemasan diantaranya mendapatkan terapi standar dari ruangan,
adalah jantung terasa berdebar, nafas cepat, berupa informasi kesehatan juga mengalami
dangkal dan pendek, gelisah, wajah pucat, penurunan tingkat kecemasan. Perbedaan
tegang, tremor, bingung, tidak bisa menahan selisih tingkat kecemasan antara sebelum
kencing, ketakutan serta pasien dapat sampai dan sesudah intervensi EFT standar ruangan
melarikan diri. yaitu sebesar 3,17–7,22, hal ini tidak sebesar
Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian penurunan yang terjadi pada kelompok yang
besar kelompok intervensi mengatakan bahwa mendapatkan terapi EFT yaitu didapatkan
cemas yang dirasakan karena komplikasi sebesar 15,94–24,19. Hasil dari estimasi CI
penyakit, sedangkan pada kelompok kontrol diartikan bahwa dari tingkat kepercayaan
sebagian besar mengatakan merasa cemas 95% diyakini rata-rata penurunan tingkat
karena ancaman kematian. Hal ini sejalan kecemasan pada kelompok kontrol diantara
dengan teori Galagher, Trotter dan Donoghue 3,17 sampai dengan 7,22 sedangkan pada
(2010) dan Ruz, dkk., (2011) bahwa sumber kelompok intervensi rata-rata penurunan
kecemasan klien PJK yang akan menjalani tingkat kecemasannya antara 15,94 sampai
prosedur PCI bisa disebabkan oleh banyak 24,19.
faktor antara lain cemas terhadap perubahan Pengurangan tingkat kecemasan pada
lingkungan rumah sakit, pengalaman rasa kelompok kontrol yang tidak sebesar pada
nyeri, tidak mengetahui prosedur yang akan kelompok intervensi ini terjadi karena sejalan
dilaksanakan, perubahan konsep diri, cemas dengan teori yang dinyatakan oleh Zarren dan
tentang kondisi tubuh responden akibat dari Eimer (2002), walaupun alam bawah sadar
komplikasi penyakit, cemas terhadap hasil manusia (conscious) menerima informasi
akhir dari prosedur PCI, serta cemas karena mengenai kesehatan yang diberikan oleh
ancaman kematian. petugas kesehatan, hal ini tidak menurunkan
Perbedaan antara rerata tingkat kecemasan secara signifikan tingkat kecemasan. Hal ini
sesudah intervensi pada kelompok kontrol disebabkan karena dalam kondisi cemas,
dan kelompok intervensi didapatkan nilai manusia tidak bisa mengolah informasi yang
p<0.05. Hasil tersebut diartikan bahwa varian ada serta mengalami gangguan informasi
data kedua kelompok setelah intervensi dan daya ingat (Hawari, 2004). Pengalaman
tidak sama sehingga ada perbedaan yang kecemasan memiliki dua komponen yaitu
bermakna. Hal ini menunjukkan ada kesadaran akan sensasi fisiologis (seperti
Tabel 6 Perbedaan Rerata Tingkat Kecemasan Sesudah Intervensi pada Kelompok Kontrol dan
Kelompok Intervensi
Skala Kelompok Rerata SD p Perbedaan
Pengukuran Rerata (CI
95%)
Kecemasan Kontrol 25,60 2,19 0.02 18,20 (22,60-
13,94)
Intervensi 43,80 7,75

Volume 2 Nomor 3 Desember 2014 139


Weni WS: Emotional Freedom Techniques dan Tingkat Kecemasan Pasien

palpitasi dan berkeringat) serta kesadaran tingkat kecemasan ini terjadi karena pengaruh
bahwa merasa gugup atau ketakutan. Selain dari paduan unsur teknik yang terdapat pada
pengaruh viseral dan motorik, kecemasan EFT.
dapat juga memengaruhi pikiran, persepsi, Ranah keperawatan kritis mendefinisikan
dan pembelajaran. Kecemasan cenderung cemas merupakan suatu gejala psikologi yang
dapat menimbulkan kebingungan dan distorsi dialami pasien dalam keadaan sadar. Gejala
persepsi pada responden, tidak hanya persepsi cemas ini sering sulit dikaji karena banyak
waktu dan ruang tetapi juga orang dan arti pasien kritis tidak bisa mengomunikasikan
peristiwa. Distorsi ini juga dapat menganggu perasaan mereka secara adekuat. Selain
proses pembelajaran seseorang, yaitu dengan itu, kondisi fisik yang terjadi serta adanya
menurunkan konsentrasi pasien, mengurangi nafas buatan juga menjadi alasan tidak bisa
daya ingat, dan menganggu kemampuan mengomunikasikan perasaan mereka (Potter,
dalam menghubungkan satu hal dengan hal & Perry, 2005). Ketika rasa cemas pasien
lainnya yaitu membuat asosiasi (Sadock & dapat diidentifikasi, maka tujuan terapi akan
Sadock, 2010). jelas.
Penelitian oleh Spielberger, Gorsuch, dan Intervensi EFT memiliki paduan unsur
Lushene (1970) juga menyatakan bahwa teknik diantaranya adalah teknik neuro
kecemasan merupakan salah satu faktor linguistic program (NLP), psychoanalisa,
penghambat dalam proses belajar seseorang dan hypnosis yang dilakukan pada saat proses
yang dapat mengganggu kinerja fungsi- terapi. Teknik tersebut dapat membantu
fungsi kognitif seseorang, seperti kesulitan mengidentifikasi terhadap adanya kecemasan
berkonsentrasi, kesulitan dalam mengingat, serta dapat mengatasi kecemasan yang
kesulitan pembentukan konsep, dan kesulitan terjadi pada pasien berdasarkan pada akar
dalam pemecahan masalah. Selain itu, pada permasalahan utamanya melalui proses set up
penelitian Zaren dan Eimer (2002) juga yang dilakukan. Sumber kecemasan tersebut
mengungkapkan bahwa jika alam bawah itulah yang akan dijadikan kalimat afirmasi
sadar manusia (unconscious) dalam kondisi pada saat melakukan tapping.
menolak informasi, maka mereka tidak bisa Teknik NLP, psychoanalisa, dan hypnosis
menerima informasi tersebut. Hal ini terjadi yang terdapat pada EFT ini menerapkan
karena hal tersebut menyebabkan konflik prinsip komunikasi terapeutik yang ada pada
antara keinginan alam sadar dan alam bawah keperawatan. Terapi EFT ini menggunakan
sadar untuk mengubah dan mengontrol pendekatan teknik komunikasi terapeutik
perilaku. Konflik ini menghasilkan stres dan pada tahap persiapan dengan cara membina
ketidaknyamanan, sehingga menjadi faktor hubungan saling percaya dan hubungan saling
penghambat dalam pengolahan informasi. menghormati, sehingga masalah dan sumber
Hasil uji mengenai perbedaan rerata tingkat kecemasan pasien tersebut dapat diidentifikasi.
kecemasan sebelum intervensi EFT pada Teknik ini dapat menguntungkan perawat di
kelompok intervensi didapatkan bahwa nilai ranah kritis karena kecemasan sering tidak
p<0.05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat muncul di gejala fisik pada pasien kritis
perbedaan rerata tingkat kecemasan sebelum serta pengkajian dan evaluasi klinis yang
dan sesudah intervensi EFT pada kelompok dilakukan oleh perawat di ranah kritis masih
intervensi. Dengan tingkat kepercayaan 95% berdasarkan indikator perilaku dan fisiologis
menunjukkan bahwa selisih pengurangan (Trotter, dkk., 2011). Pengkajian kecemasan
tingkat kecemasan responden antara sebelum seharusnya masuk ke dalam komponen
dan sesudah intervensi EFT yaitu antara nilai tindakan yang harus dilakukan oleh perawat
15,94 sampai 24,19. di ranah kritis khususnya pada pasien yang
Pembahasan sebelumnya menunjukkan akan menjalani PCI. Pengkajian kecemasan
bahwa terjadi penurunan tingkat kecemasan memungkinkan perawat untuk membantu
responden setelah intervensi EFT. Rata-rata dalam mengontrol kecemasan pasien, atau
pasien yang mengalami tingkat kecemasan menyediakan tenaga untuk kesehatan mental
sedang–berat dapat menurun menjadi ringan dan manajemen stres (Trotter, dkk., 2011).
setelah diberikan intervensi EFT. Penurunan Teknik komunikasi terapeutik pada EFT

140 Volume 2 Nomor 3 Desember 2014


Weni WS: Emotional Freedom Techniques dan Tingkat Kecemasan Pasien

ini juga tidak hanya memberikan keuntungan Morton dan Fontaine (2009) tentang asuhan
bagi pasien tetapi juga bagi perawat karena keperawatan yang harus diterapkan di ranah
dengan menerapkan komunikasi terapeutik, kritis bahwa perawat di ranah keperawatan
perawat akan menjadi lebih mudah menjalin kritis harus melakukan asuhan keperawatan
hubungan saling percaya (trust) dengan klien secara komprehensif, tidak hanya mengatasi
sehingga akan menjadi lebih efektif dalam permasalahan fisik pasien saja. Asuhan
mencapai tujuan asuhan keperawatan yang keperawatan tersebut meliputi aspek bio,
telah diterapkan serta memberikan kepuasan psikososial, dan spiritual yang dilakukan
profesional dalam pelayanan keperawatan. melalui tindakan promotif, kuratif, dan
Hal ini juga dapat meningkatkan citra profesi rehabilitatif. Penelitian Morton dan Fontaine
perawat (Damaiyanti, 2010). juga mengungkapkan bahwa aspek fisik dan
Hasil observasi di ruangan, penanganan psikologis saling berkaitan satu sama lain
pada pasien yang akan menjalani PCI belum dan saling memengaruhi, sehingga apa yang
mengintegrasikan semua aspek baik aspek terjadi dengan kondisi fisik manusia akan
fisik, aspek psikologi, aspek sosial maupun memengaruhi pula kondisi psikologisnya.
aspek spiritual dan masih difokuskan pada Terapi EFT mempunyai unsur teknik
penanganan aspek fisik saja seperti pemberian eye movement desentizitation repatterning
obat dan tindakan invasif yang dilakukan (EMDR) melalui nine gamut procedure
oleh dokter. Penjelasan mengenai prosedur (gerakan mata). Teknik tersebut bertujuan
PCI juga belum dijelaskan secara optimal dan untuk mengendalikan emosi kecemasan,
selama masa menunggu tindakan PCI pasien di dalam gerakan tersebut pasien diminta
hanya ditampilkan video mengenai prosedur untuk memutar bola mata secara berlawanan
PCI yang ditayangkan secara berulang-ulang dan searah jarum jam, bersenandung selama
dan tanpa kehadiran perawat khusus untuk tiga detik dan berhitung dari satu sampai
mengkaji permasalahan psikologis pasien lima. Pada teknik psikoterapi kontemporer,
tersebut. Hal ini dapat menyebabkan respon gerakan ini mempunyai fungsi, yaitu untuk
psikologi dapat cemas terus-menerus terjadi merangsang bagian otak tertentu serta dapat
selama pasien menunggu prosedur PCI. menyeimbangkan antara otak kanan dan kiri
Permasalahan ini terlihat dari hasil penelitian (Iskandar, 2010; Zainuddin, 2013).
yang menggambarkan bahwa masih terdapat Terapi EFT juga mempunyai teknik yang
pasien yang menyatakan cemas karena disebut musclerelaxation, yang merupakan
tidak mengetahui prosedur PCI yaitu tiga salah satu intervensi yang bisa dipakai oleh
orang sebanyak 20.0% pada kelompok perawat untuk mengatasi kecemasan pasien di
kontrol, dan tiga orang sebanyak 20.0% ranah kritis (Chulay & Burns, 2006). Pada saat
pada kelompok intervensi. Penyakit yang melakukan tapping, pasien dalam keadaan
tiba-tiba atau trauma merupakan ancaman relaksasi. Dampak dari melakukan relaksasi
homeostatis. Penatalaksanaan pada pasien tersebut adalah dapat menurunkan aktivitas
jantung yang menitikberatkan hanya pada saraf simpatis yang dapat menyebabkan irama
aspek medik saja tanpa melibatkan aspek pernapasan menjadi lambat, tekanan darah
lainnya sebagai dampak dari penyakitnya menjadi turun, sehingga dapat menurunkan
itu sendiri atau tindakan medis, maka hal konsumsi oksigen jantung (Halm, 2009).
itu dapat menyebabkan serangan berulang, Keadaan relaksasi tersebut juga berpengaruh
perawatan yang lebih lama dan meningkatkan pada kondisi mental pasien serta menurunkan
kecemasan, serta ketakutan sampai kondisi ketegangan otot-otot karena terjadi interaksi
depresi berat (Vural, dkk., 2008). dari hormon psikoneuroendokrin dan dapat
Kehadiran perawat, sentuhan terapeutik, menurunkan produksi katekolamin, sehingga
supporting social, dan konsep spiritual menimbulkan suasana yang nyaman dan
dengan mengajak pasien untuk pasrah dan menurunkan perasaan cemas (Halm, 2009;
ikhlas kepada Tuhan terhadap sakit yang Haruyama, 2013). Efek relaksasi ini bisa
diederita juga digunakan dalam tahapan diamati langsung pada respon pasien setelah
intervensi EFT. Penerapan intervensi ini mendapatkan intervensi EFT. Berdasarkan
sesuai dengan teori yang disampaikan oleh hasil observasi sebelum dilakukan intervensi

Volume 2 Nomor 3 Desember 2014 141


Weni WS: Emotional Freedom Techniques dan Tingkat Kecemasan Pasien

EFT, beberapa pasien terlihat tegang, gelisah, GABA dibagian amigdala serta memerbaiki
bingung dan sering ke kamar mandi bahkan regulasi kortisol. Terapi neurochemical yang
ada yang sampai menitikan airmata dan dihasilkan tersebut mampu menurunkan
menangis saat dilakukan EFT. Namun pada nyeri, menurunkan heart rate, menurunkan
saat dilakukan evaluasi setelah EFT, beberapa kecemasan, memerbaiki fight atau flight atau
responden terlihat lebih tenang dan tampak freeze response, memerbaiki regulasi sistem
tersenyum serta terlihat lebih lega. saraf otonom dan memberikan perasaan yang
Menurut teori perubahan hormon, peranan nyaman (Lane, 2009; Karatzias, dkk., 2011;
hormon endorfin pada sinaps sel-sel saraf Bougea, dkk., 2013). Pengeluaran hormon
dapat mengakibatkan penurunan sensasi inilah yang menekan produksi glukokortikoid
nyeri serta gejala psikologis yaitu kecemasan sehingga hormon ini bisa membuat tapping
(Haruyama, 2013). Hormon endorfin yang dilakukan saat terapi EFT, sehingga
merupakan neurotransmiter yang menyerupai dapat menurunkan kecemasan pasien.
morfin yang dihasilkan oleh tubuh secara Hasil penelitian lain juga menunjukkan
alami serta mempunyai reseptor pengikatan bahwa terapi EFT adalah terapi yang efektif
yang spesifik dalam sel otak (Rokade, 2011). untuk mengatasi kecemasan, depresi, dan
Keberadaan hormon ini dapat meningkatkan gangguan psikologis lainnya (Feinstein,
fungsi kekebalan tubuh serta melindungi 2012). Menekan atau melakukan tapping
tubuh dari rasa cemas, hipertensi, depresi, pada titik-titik dengan akupuntur, hal ini
dan serangan jantung karena mengurangi efektif dalam mengobati berbagai gangguan
kerja sistem saraf simpatis (Haruyama, 2013; kecemasan tertentu (Temple & Mollon, 2011;
Rokade, 2011). Saat pasien distimulus untuk Darby & Hartung, 2012).
mencapai keadaan relaksasi, hormon endorfin
ini berikatan dengan reseptor opioid di neuron
yang menghambat pelepasan neurotransmitter Simpulan
dan pada akhirnya memblokir sinyal rasa
sakit ke otak. Hal ini yang dapat menurunkan Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
efek kecemasan pasien (Rokade, 2011). terapi EFT merupakan salah satu terapi
Beberapa literatur yang telah didapatkan, komplementer yang bisa dijadikan sebagai
menjelaskan bahwa produksi hormon endorfin salah satu intervensi keperawatan di ranah
yang terjadi pada proses EFT bisa dihasilkan kritis untuk mengatasi kecemasan pasien
dari efek relaksasi pasien yang ada dan juga yang akan menjalani PCI dengan tingkat
tapping yang dilakukan pada pasien. Kedua sedang sampai berat. Pemilihan terapi ini
hal diatas dapat memberikan kontribusi cocok sebagai intervensi untuk mengatasi
dalam pengeluaran hormon endorfin. Bouge, kecemasan pasien karena dari beberapa hasil
dkk.,.(2013) dan Karatzias, dkk., (2011) penelitian terapi ini sudah dibuktikan secara
menyebutkan bahwa menstimulasi secara empiris manfaat dan pengaruh positif, teknik
spesifik titik-titik akupuntur mempunyai yang sederhana, mudah digunakan oleh
pengaruh dalam pengeluaran β-endorphins. siapapun, tanpa efek samping penggunaannya,
Teori dasar terapi EFT mengungkapkan mengatasi kecemasan langsung di bagian
bahwa semua penyebab emosi negatif adalah korteks serebri serta mengatasi kecemasan
karena adanya gangguan dalam sistem energi dari akar permasalahannya. Diharapkan
meridian tubuh (Iskandar, 2010; Church, terapi EFT dapat dijadikan sebagai salah
2011; Hartmann, 2002). Sehingga tapping satu SOP di pelayanan rumah sakit untuk
yang dilakukan pada terapi EFT berfungsi mengatasi kecemasan pasien yang akan
untuk melancarkan aliran energi meridian menjalani terapi PCI, serta dijadikan salah
tubuh. satu materi ajar tentang terapi komplementer
Teknik tapping atau pemberian rangsangan di pendidikan. Bagi penelitian selanjutnya
yang dilakukan secara manual terhadap titik disarankan untuk melakukan penelitian
meridian pada tubuh mempunyai pengaruh dengan jumlah responden yang lebih banyak,
dalam mengatur aktivitas pada sistem limbik metode eksperimen yang digunakan adalah
dengan memproduksi opioid, serotonine dan metode murni, yaitu dengan membandingkan

142 Volume 2 Nomor 3 Desember 2014


Weni WS: Emotional Freedom Techniques dan Tingkat Kecemasan Pasien

efektifitas terapi farmakologi dan terapi EFT Mental Disease, 200(10), 891–896.
serta mengendalikan seluruh variabel perancu
dan waktu penelitian yang lebih lama. Corwin, E. J. (2009). Buku saku patofisiologi.
Jakarta: EGC.
Daftar Pustaka Craig, G. (2011). Emotional freedom
technique: The manual, (2nd ed.) Santa Rosa,
American Hearth Association (AHA). (2008). CA: Energy Psychology Press.
Hearth disease and stroke statistics update.
Dallas: American Hearth Association. Damaiyanti. (2010). Komunikasi terapeutik
dalam praktik keperawatan. Bandung: PT
Astin, F., Jones, K., Thompson, David R. Refika Aditama.
(2005). Prevalence and patterns of anxiety
and depression in patients undergoing Darby, D., & Hartung, J. (2012). Thought
elective percutaneous transluminal coronary field therapy for blood-injection-injury
angioplasty. Heart & Lung, 34(6):393–401. phobia: A pilot study. Energy Psychology:
www.heartandlung.org. Theory, Research, & Treatment, 4(1), 25–32.
Benor, D. J., Ledger, K., Toussaint, L., Hett, Departemen Kesehatan RI. (2006).
G., & Zaccaro, D. (2009). Pilot study of Pharmaceutical care untuk pasien penyakit
emotional freedom techniques, wholistic jantung koroner. Direktorat Bina Farmasi
hybrid derived from eye movement Komunitas dan Klinik. Ditjen Bina
desensitization and reprocessing and Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
emotional freedom technique and cognitive
behavioral therapy for treatment of test Feinstein D. (2012). Acupoint stimulation in
anxiety in university students. Explore: The treating psychological disorders: Evidence
Journal of Science and Healing, 5(6), 338– of efficacy. Review of General Psychology,
340. 16(4):364-380. doi:10.1037/a0028602.
Bougea, A. M., Spandideas, N., Alexopoulos, Frazier, S. K., Moser, D. K., Riegel, B.,
E. C., Thomaides, T., Chrousos, G. P., & McKinley, S., Blakely, W., Kim, K. A., &
Darviri, C. (2013). Effect of the emotional Garvin, B. J. (2002). Critical care nurses’
freedom technique on perceived stress, assessment of patients’ anxiety: Reliance on
quality of life, and cortisol salivary levels physiological and behavioral parameters.
in tension-type headache sufferers: A American Journal of Critical Care, 11(1),
randomized controlled trial. Explore: The 57–64.
Journal of Science and Healing, 9(2), 91–99.
Gallagher, R., Trotter, R., Donoghue, J.
Chulay, M., & Burns, S. M. (2006). American (2010). Pre procedural concerns and anxiety
association of critical care nurses (AACN) assesment in patients undergoing coronary
essentials of critical care nursing (1st ed.) angiography and percutaneous coronary
USA: The McGraw Hill Companies. interventionns. European Journal of
Cardiovascular Nursing, 9, 38–44.
Church, D., & Mahron S. (2013). Clinical
EFT handbook: A definitive resource for Halm, M. A. (2009). Relaxation: A self-care
practicioners, scholar, clinicians and healing modality reduces harmful effects of
researchers. USA Energy Psychology Press. anxiety. American Journal of Critical Care,
18(2), 169–172. doi: 10.4037/ajcc2009867.
Church, D., Yount, G. & Brooks, A. (2012).
The effect of emotional freedom technique Hartmann, S. (2002). Adventures in EFT;
(EFT) on stress biochemistry: A randomized foreward by garycraig. All Rigth Reserved,
controlled trial. Journal of Nervous and Special Ebook Edition. http://starfields.org.

Volume 2 Nomor 3 Desember 2014 143


Weni WS: Emotional Freedom Techniques dan Tingkat Kecemasan Pasien

Haruyama, S. (2013). The miracle of 1977). Excerpt from Ian McDowell,


endorphin: Sehat mudah dan praktis dengan "Measuring health: A guide to rating scales
hormon kebahagiaan. Bandung: Mizan. and questionnaires". Copyright © Oxford
University Press, New York, 2006.
Hawari, D. (2004). Penyakit jantung Koroner:
Dimensi psikoreligi. Jakarta: FK UI. Morton, P. G., & Fontaine, D. K. (2009).
Critical care nursing: A holistic approach,
Hearth & Stroke Foundation. (2003). The (9th ed.) Philadelphia: Lippincott Wiliams &
growing burden of hearth disease and stroke. Wilkins.
Canada: Solvay Pharma.
Patel, M. R., Smalling, R. W., Thiele, H.,
Huffman. (2011). Impact of depression Barnhart, H. X., Zhou, Y., Chandra, P., ... &
care management program for hospitalized Ohman, E. M. (2011). Intra-aortic balloon
cardiac patients. Journal of the American counterpulsation and infarct size in patients
Hearth Association, 4, 198–205. with acute anterior myocardial infarction
without shock: The CRISP AMI randomized
Ikram. (2012). Pengaruh health education trial. JAMA, 306(12), 1329–1337.
terhadap tingkat kecemasan pada pasien
yang akan menjalani percutaneous Potter, A. G., & Perry. P. A. (2005).
coronary interventions (PCI) di RSUP Fundamental Of Nursing (2nd ed.) Australia:
Dr. Hasan Sadikin Bandung. (Tesis tidak Elsevier.
dipublikasikan).
Rokade, P. B. (2011). Release of endomorphin
Iskandar, E. (2010). The miracle of touch: hormone and its effects on our body and
Panduan menerapkan keajaiban EFT moods: A review. International conference
(Emotional Freedom Techniques) untuk on chemical, biological, and environment
kesehatan, kesuksesan, dan kebahagiaan. sciences (ICCEBS'2011) Bangkok.
Bandung: Qanita.
Rudini, D. (2013). Hubungan dukungan
Jamal, S. M., Shrive, F. M., Ghali, W. A., sosial dengan tingkat kecemasan pada
Knudtson, M. L., Eisenberg, M. J. (2003). pasien yang menjalani prosedur intervensi
In hospital outcomes after percutaneous koroner perkutan di RSUP Dr. Hasan Sadikin
coronary intervention in Canada. Canadian Bandung. (Tesis tidak dipublikasikan).
Journal Cardiology, 19(7): 782–9.
Ruz, M. E. A., Lennie, T. A., & Moser, D.
Karatzias, T., Power, K., Brown, K., K. (2011). Effect of β- blockers and anxiety
McGoldrick, T., Begum, M., Young, J., & on complication rates after acute myocardial
Adams, S. (2011). A controlled comparison infarction. American Journal of Critical
of the effectiveness and efficiency of two Care, 20. 67–74.
psychological therapies for posttraumatic
stress disorder: Eye movement desensitization Sadock, B. J., & Sadock, V. A. (2010). Buku
and reprocessing vs. emotional freedom ajar psikiatri klinis. alih bahasa: Profitasari
techniques. Journal New Mental Disease, dkk. Jakarta: EGC.
199(6), 372–378.
Salas, M. M., Brooks, A., & Rowe, J.
Lane, J. R. (2009). The neurochemistry (2011). The immediate effect of a brief
of countercoditioning: Acupressure energy psychology intervention (Emotional
desensitization in pychotherapy. Energy Freedom Techniques) on specific phobias: A
Psychology, 1(1), 31–44. pilot study. Explore: The Journal of Science
and Healing, 7(3), 155–161.
McDowell, I. (2006). The state-trait
anxiety inventory (C.H. Spielberger, 1968, Sole, M. L., Klein, D. G., & Moseley, M. J.

144 Volume 2 Nomor 3 Desember 2014


Weni WS: Emotional Freedom Techniques dan Tingkat Kecemasan Pasien

(2012). Introduction to critical care nursing Nursing Measurement, 17(1), 19.


6: Introduction to critical care nursing.
Elsevier Health Sciences. Trotter, R., Gallagher, R., & Donoghue,
J. (2011) Anxiety in patients undergoing
Spielberger, C. D., Gorsuch, R. L., & percutaneous coronary interventions. Heart
Lushene, R. E. (1970). STAI manual: For the & Lung, 40(3), 185–192. doi:10.1016/j.
state trait anxiety inventory (self-evaluation hrtlng.2010.05.054.
quistionnaire). Florida: Consulting
Psychologists Press Inc. Vural, M., Acer, M., & Akbar, B. (2008). The
scores of hamilton, depression, anxiety, and
Stuart, G. W., & Sundeen, S. J. (2006). Buku panic agraphobia rating scale in patients with
saku keperawatan jiwa (Edisi ke-5). Jakarta: acute coronary syndrome. Anadolu Kardiyol
EGC. Derg, 8(1), 43–47.

Temple, G., & Mollon, P. (2011). Reducing WHO. (2011). Global atlas on cardiovascular
anxiety in dental patients using EFT: A pilot disease preventionand control.
study. Energy psychology: Theory, Research Diakses dari http;//whqlibdoc.who.int/
& Treatment, 3(2), 53–56. publications/2011/9789241564373_eng.pdf.
Tim UPF DI-INB PJNHK. (2010). Diagnostik Zainuddin, A. F. (2013). Spiritual emotional
invasif dan intervensi non-bedah di Pusat freedom technique (SEFT) for healing,
Jantung Nasional Harapan Kita. Diakses di succes, happiness, greatness, (Edisi Revisi
http://www.pjnhk.go.id . Total). Jakarta: Afzan Publishing.

Tluczek, A., Henriques, J. B., & Brown, R. L. Zarren, J. I., & Eimer, E. N. (2002). Brief
(2009). Support for the reliability and validity cognitive hypnosis: Facilitating the change
of a six-item state anxiety scale derived from of the functional behavior. United States:
the State-Trait Anxiety Inventory. Journal of Springer Publishing Company.

Volume 2 Nomor 3 Desember 2014 145

Anda mungkin juga menyukai