Anda di halaman 1dari 64

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Indonesia mengalami transisi epidemiologi penyakit dan kematian yang

disebabkan oleh gaya hidup, meningkatnya sosial ekonomi dan

bertambahnya harapan hidup. Pada awalnya, penyakit didominasi oleh

penyakit menular namun saat ini penyakit tidak menular (PTM) terus

mengalami peningkatan dan melebihi penyakit menular. Hipertensi

merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang sangat berbahaya

(silent killer). Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah

secara menetap. Umumnya, seseorang dikatakan mengalami hipertensi jika

tekanan darah berada di atas 140/90 mmHg. Tingkat prevalensi hipertensi

diketahui meningkat seiring dengan peningkatan usia dan prevalensi tersebut

cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah

atau masyarakat yang tidak bekerja (Depkes, 2013).

Satu dari sepuluh orang dewasa di dunia memiliki tekanan darah tinggi,

atau istilah medisnya hipertensi. Amerika serikat menjadi Negara dengan

angka hipertensi paling tinggi, sekitar 25.000 kematian dan lebih dari 1,5 juta

serangan jantung dan stroke terjadi setiap tahunya (Carlson, 2016) .Menurut

data WHO, di seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% orang

diseluruh dunia mengidap hipertensi, angka ini kemungkinan akan meningkat

menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta

1
berada di Negara maju dan 639 sisanya berada di Negara berkembang,

termasuk Indonesia (Yonata, 2016).

Riskesdes 2018 menunjukan prevalensi Penyakit Tidak menular

mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdes 2013. Berdasarkan

pemeriksaan gula darah, diabetes melitus naik 6,9% menjadi 8,5% , dan hasil

pengukuran darah hipertensi naik dari 25,8 menjadi 34,1 (Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia, 2018). Prevalensi penyakit hipertensi di kota

Palembang tahun 2013 sebesar 49,61 per 10.000 penduduk (5.534 kasus),

dan tahun 2014 sebesar 39,17 per 10.000 penduduk (4.552 kasus) hipertensi

(Sartik, Tjekyan, dan Zulkarnain, 2017).

Berdasarkan profil kesehatan kota Sumatera Selatan tahun 2016 di

dapatkan kasus PTM terbanyak adalah hipertensi dengan jumlah kasus

47.090 kasus, kedua tertinggi adalah cedera akibat kecelakaan lalu lintas

yaitu 9.777 kasus. Berdasarkan data dari Dinkes Kota Palembang, penyakit

hipertensi pada Januari 2017 menempati urutan ke-2 sebagai 10 penyakit

terbesar dengan jumlah sebanyak 3.981 kunjungan (Kemenkes RI, 2017).

Hampir 70% orang tidak mengetahui dirinya mengalami Hipertensi dan

mendapatkan pertolongan. Namun hampir separuh tidak mengontrol dengan

baik. Padahal jika tekanan darah terkontrol dengan stabil maka akan

memberikan hasil terbaik untuk mencegah pasien terkena komplikasi.

Penyakit Hipertensi mencetuskan timbulnya plak aterosklerotik di ateri

serebral dan ateriol yang dapat menyebabkan oklusi atreri, cedera iskemik

dan stroke sebagai komplikasi jangka panjang (Yonata,2016). Komplikasi

2
hipertensi menyebabkan sekitar 9,4 kematian di seluruh dunia setiap

tahunnya. Hipertensi menyebabkan setidaknya 45% kematian karena

penyakit jantung dan 51% karena stroke. Kematian yang disebabkan oleh

penyakit kardiovaskuler, terutama penyakit jantung koroner dan stroke

diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta kematian pada tahun

2030 ( DEPKES RI, 2014).

Upaya-Upaya yang dapat dilakukan untuk menghambat atau mengurangi

tekanan darah tinggi yaitu bisa dengan cara farmakologi (pengobatan medik)

atau dengan cara non farmakologi. Terapi non farmakologis terbukti dapat

mengontrol dan mempertahankan tekanan darah agar tidak semakin

meningkat (Carlson, 2016). Terapi non farmakologi yang dapat dilakukan

dengan cara (Penurunan berat badan, adopsi pola makan DASH (Dietary

Approaches to Stop Hypertension), restriksi garam, pembatasan konsumsi

alkohol, berhenti merokok, aktifitas fisik : Senam ergonomik) (Muhadi,

2016). Senam ergonomik merupakan senam yang bermanfaat untuk

memelihara Kesehatan.

Wiratsongko (2014) mendefinisikan senam ergonomik sebagai suatu

metode yang praktis, efektif, efisien, dan logis dalam memelihara kesehatan

tubuh manusia. Gerakan senam ergonomik dapat langsung membuka,

membersihkan dan mengaktifkan seluruh sistem-sistem tubuh, seperti sistem

kardiovaskuler, perkemihan, dan reproduksi.

Gerakan senam ergonomik ini diinspirasi dari gerakan-gerakan shalat

seperti berdiri dan mengangkat tangan, rukuk, duduk dan sujud. Manfaat dari

3
gerakan senam ergonomik adalah dapat meningkatkan, mempertahankan

suplai darah dan oksigenasi otak secara maksimal (Wiratsongko, 2014).

Senam ergonomik dapat mengembalikan dan membetulkan posisi dan

kelenturan sistem saraf dan aliran darah, serta memaksimalkan suplai oksigen

ke otak. Keuntungan dari gerakan senam ergonomik adalah gerakan yang

sangat efektif, efesien, dan logis dapat dilakukan dengan keadaan duduk

ataupun berdiri, simpel, dan tidak berbahaya sehingga dapat dilakukan oleh

semua orang dari anak-anak sampai orang tua. (Wiratsongko, 2014).

Wiratsongko (2014), pencipta senam ergonomik, dari Indonesia Ergonomi

Gymand Health Care, senam ini bermanfaat mencegah dan menyembuhkan

berbagai macam penyakit. Untuk mendapatkan hasil memuaskan, akan lebih

baik jika senam ini dilakukan secara berkelanjutan, kurang lebih dilakukan 2-

3 kali dalam seminggu ± 20 menit jika semua gerakan dilakukan dengan

sempurna.

Penelitian yang dilakukan oleh Triwibowo (2015) didapatkan hasil bahwa,

senam ergonomik berpengaruh terhadap tekanan darah pada penderita

hipertensi sebelum dilakukan senam ergonomik menunjukkan penurunan

kategori pada tekanan darah. Sebelum perlakuan hipertensi sebanyak 5

responden (25%) menjadi 2 responden (10%), hipertensi ringan 13

responden (65%) menjadi 8 responden (40%) setelah perlakuan dan kategori

normal tinggi sebelum perlakuan sebanyak 2 responden (10%) menjadi

(5%). Dalam penelitian ini hanya dilakukan 3 kali dalam 3 hari dengan

melakukan senam ergonomik di pagi hari. Melakukan senam ergonomik

4
dengan tepat akan membuat tubuh menjadi rileks dan berdampak pada

vasodilatasi pembuluh darah, hal ini menyebabkan aliran darah dan suplai

oksigen menjadi lancar dan menurunkan kontraktilitas otot pembuluh darah

di seluruh tubuh. Jika dilakukan secara teratur dan tetap menjaga gaya hidup

sehat akan mengontrol darah untuk tetap dalam batas normal.

Berdasarkan data laporan tahunan RS Muhammadiyah Palembang (2015)

bahwa jumlah pasien hipertensi selama tahun 2014 sampai dengan 30

September 2015, ada 367 orang rawat jalan dan 71 orang rawat inap.

Sedangkan berdasarkan wawancara terhadap 2 orang yang mengalami

hipertensi yang sedang melakukan pemeriksaan di Poli penyakit dalam

Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang menyatakan bahwa responden

belum mengenal terapi secara non farmakolgi yang dapat membantu

responden menurukan tekanan darah selain dengan minum obat.

Dilihat dari Penjelasan diatas peneliti ingin mengetahui lebih jauh tentang

gambaran tekanan darah pada pasien yang mengalami hipertensi sebelum dan

sesudah melakukan senam ergonomik di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit

Muhammadiyah Palembang.

B Rumusan Masalah

Belum diketahuinya pengaruh senam ergonomik terhadap penurunan tekanan

darah pada pasien hipertensi di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit

Muhammadiyah Palembang.

5
C Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh senam ergonomik terhadap penurunan tekanan

darah pada pasien hipertensi di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit

Muhammadiyah Palembang.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi karakteristik responden (usia, jenis kelamin,

riwayat keluarga dengan hipertensi, kebiasaan merokok) pada pasien

hipertensi di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Muhammadiyah

Palembang.

b. Untuk mengidentifikasi tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan

senam ergonomik pada kelompok intervensi pasien hipertensi di Poli

Penyakit Dalam Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang

c. Untuk mengidentifikasi tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan

senam ergonomik pada kelompok kontrol pasien hipertensi di Poli

Penyakit Dalam Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.

d. Untuk mengidentifikasi perbedaan rata-rata tekanan darah sebelum dan

setelah diberikan senam ergonomik pada kelompok intervensi pasien

hipertensi di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Muhammadiyah

Palembang.

e. Untuk mengidentifikasi perbedaan rata-rata tekanan darah sebelum dan

setelah diberikan senam ergonomik pada kelompok kontrol pasien

6
hipertensi di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Muhammadiyah

Palembang.

D Ruang Lingkup

Penelitian ini termasuk dalam area keperawatan medikal bedah. Penelitian ini

dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh senam ergonomik terhadap tekanan

darah pada pasien hipertensi di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit

Muhammadiyah Palembang. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini

adalah yaitu spigmomanometer. Responden penelitian ini adalah pasien

hipertensi di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Muhammadiyah Paelmbang

dengan rentang usia 30-55 tahun. Sebagai sampel penelitian dipilih pada usia

tersebut yang menderita hipertensi ringan dan sedang sebanyak 36

responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling.

Desain penelitian ini adalah quasi exsperimental dengan menggunakan

rancangan . pretest posttest one group design with non equivalent control

group.

E Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dapat

memberikan wacana baru dalam pengembangan ilmu pengetahuan, dan

riset keperawatan khususnya ilmu keperawatan memberikan intervensi

mandiri keperawatan untuk menurunkan tekanan darah pasien hipertensi

7
dengan senam ergonomik sebagai alternative perawatan pasien hipertensi .

Sehingga dapat dijadikan indikator dalam pelayanan kesehatan serta

memberi masukan dan bahan referensi untuk dimasa yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

Dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam upaya peningkatan

pelayanan khususnya keterampilan tenaga keperawatan dalam menangani

kasus pasien hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dengan senam

ergonomik, sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan

wahana keilmuan Keperawatan Medikal Bedah.

a. Bagi institusi rumah sakit

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada perawat di

Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang untuk

melakukan tindakan mandiri keperawatan berupa pelaksanaan senam

ergonomik untuk menurunkan tekanan darah pasien hipertensi.

b. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa

dan riset keperawatan tentang pengaruh senam ergonomik terhadap

penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di Poli Penyakit Dalam

Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.

c. Bagi penelitian lain

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

dalam tindakan keperawatan terutama pengaruh pengaruh senam

8
ergonomik terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di

Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.

F. Keaslian Skripsi

Penelitian ini mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian hipertensi di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Muhammadiyah

Palembang tahun 2019. Berdasarkan pengetahuan peneliti, sudah pernah ada

penelitian sejenis dari beberapa jurnal publikasi. Adapun penelitian yang

pernah dilakukan antara lain

1. Penelitian yang dilakukan oleh Syahfitri, Safri,dan Jumaini, (2015) tentang

Efektifitas Senam jantung Sehat dan Senam ergonomik Kombinasi Relaksasi

Nafas Dalam terhadap Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi Primer.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasy eksperiment.

Populasi penelitian ini berjumlah 32 responden dengan kriteria inklusi yaitu

berada pada rentang usia 30-55 tahun, mempunyai tekanan darah ≥140/90

mmHg, IMT ≤25, dan berat badan ≤65.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Triwibowo, Frilasari, Hapsari, (2015) tentang

Pengaruh Senam Ergonimik Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita

Hipertensi.. Metode dari penelitian ini merupakan salah satu kelompok pre

test - post test design. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive

sampling, dengan populasi pasien hipertensi di Desa Sumber Agung Jatirejo

Kabupaten Mojokerto dan jumlah sampel adalah 20 responden sesuai

dengan kriteria.

9
3. Penelitian yang dilakukan oleh Hanik, Rosyidah dan Rahmawati, (2018)

tentang Pengaruh Senam Organomik Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia

Yang Mengalami Hipertensi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

Pra-eksperimental One group pre-post test design. Populasi semua lansia

yang mengalami hipertensi di Posyandu Lansia Desa Jabon sejumlah 33

responden dan jumlah sampel sebanyak 30 responden yang diambil

menggunakan teknik purposive sampling.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A Konsep Hipertensi

1. Definisi

Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan

kronis yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah pada dinding

pembuluh darah arteri, keadaan tersebut mengakibatkan jantung bekerja lebih

keras untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah,

hal ini dapat mengganggu aliran darah dan dapat merusak pembuluh darah

bahkan menyebabkan penyakit degeneratif hingga kematian (Medika, 2017).

Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang ditandai adanya tekanan

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg

(Mujahidullah, 2012).

Menurut WHO, batasan tekanan darah yang masih dianggap normal

adalah <130/85 mmHg, sedangkan <140/90 mmHg dinyatakan sebagai

hipertensi, dan diantara nilai tersebut disebut sebagai normal-tinggi (batasan

tersebut diperuntukan bagi individu dewasa di atas 18 tahun). Batas tekanan

darah yang masih dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg.

Sebetulnya batas antara tekanan darah normal dan tingginya tekanan darah

yang mengakibatkan peningkatan resiko penyakit jantung dan pembuluh

15
darah (Triyanto, 2014).

Dengan betambahnya umur, maka tekanan darah juga akan meningkat.

Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan yang

disebabkan oleh penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga

pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku (Bianti,

2015).

2. Klasifikasi Hipertensi

Menurut (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2014), Adapun

klasifikasi hipertensi terbagi menjadi

1. Berdasarkan penyebab

a. Hipertensi Primer/ Hipertensi Esensial

Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun

dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup ,seperti kurang gerak

dan pola makan. Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi.

b. Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial

Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10% penderita

hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-

2%,penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat

tertentu (misalnya pil KB).

16
2. Berdasarkan bentuk Hipertensi

Hipertensi diastolik (diastolic hypertension), Hipertensi campuran (sistol

dan diastol yang meninggi), Hipertensi sistolik (isolated systolic

hypertension).

Tabel 1 Klasifikasi AHA


Tingkat Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

I 140-159 90-99

II 160-179 100-109

III 180-209 110-119

IV >210 >120

Sumber : (Guideline AHA 2017)

Tabel 2 Klasifikasi WHO

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal < 120 <80

Meningkat 120-129 <80

Hipertensi

Stage I 130-139 80-90

Stage II >140 >90

Sumber : Hipertension Clasification (2011)

3. Etiologi

17
1. Hipertensi Primer

Hipertensi primer adalah hipertensi essensial atau hipertensi yang 90%

tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga berkaitan

dengan berkembangnya hipertensi esensial diantaranya

a. Genetik ; individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan

hipertensi, beresiko lebih tinggi untuk mendapatkan penyakit ini

ketimbang mereka yang tidak.

b. Jenis kelamin dan usia ; laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita pasca

menepouse beresiko untuk mengalami hipertensi.

c. Diet ; konsumsi diet tinggi garam atau kandungan lemak, secara

langsung berkaitan dengan berkembangnya penyakit hipertensi.

d. Berat badan/ obesitas; 25% lebih berat diatas berat badan ideal.

e. Gaya hidup merokok dan konsumsi alcohol dapat meningkatkan

tekanan darah apabila gaya hidup tidak sehat (Ardiansyah, 2012).

2. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang penyebabnya diketahui.

Beberapa gejala atau penyakit yang menyebabkan hipertensi jenis ini

antara lain:

a. Coarctation aorta, yaitu penyempitan aorta congenital , penyempitan

ini menghambat peningkatan tekanan darah di atas area kontriksi.

b. Penyakit parenkim dan vaskuler ginjal. Penyakit ni merupakan

18
penyebab utama penyakit hipertensi sekunder. Hpertensi renovaskular

berhubungan dengan penyempitan satu atau lebih arteri besar yang

membawa darah ke ginjal.

c. Penggunaan kontrasepsi hormonal (esterogen). Menyebabkan hipertensi

melalui mekanisme renin-aldosteron-mediate volume expansion.

Dengan penghentian oral kontrasepsi tekanan darah akan kembali

normal dalam beberapa bulan.

d. Kegemukan dan gaya hidup yang tidak aktif berolahraga.

e. Stress, yang cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah

sementara waktu.

f. Kehamilan.

g. Luka bakar.

h. Peningkatan volume intravaskuler.

i. Merokok, nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin

yang mengakibatkan iritabiltas miokardial, peningkatan denyut jantung,

yang menyebabkan vasokontriksi kemudian meningkatkan tekanan

darah. (Ardiansyah, 2012)

4. Patofisiologi Hipertensi

Patofisiologi hipertensi menurut (Bianti, 2015), ialah: Tekanan darah

19
dipengaruhi oleh volume sekuncup dan total peripheral resistan. Apabila

terjadi peningkatan salah satunya yang tidak terkompensasi maka dapat

menyebabkan timbulnya hipertensi. Tubuh memiliki sistem yang berfungsi

mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh

gangguan sirkulasi dan mempertahankan stabilitas tekanan darah dalam

jangka panjang. Sistem pengendalian tekanan darah sangat kompleks.

Pengendalian dimulai dari sistem reaksi cepat seperti refleks kardiovaskuler

melalui sistem saraf, refleks kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf

pusat yang berasal dari atrium, dan arteri pulmonalis otot polos.Sedangkan

sistem pengendalian reaksi lambat melalui perpindahan cairan antara sirkulasi

kapiler dan rongga intertisial yang dikontrol oleh hormon angiotensin dan

vasopresin.

Kemudian dilanjutkan sistem poten dan berlangsung dalam jangka

panjang yang dipertahankan oleh sistem pengaturan jumlah cairan tubuh yang

melibatkan berbagai organ. Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui

terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin converting

enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur

tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati.

Selanjutnya oleh hormon renin akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE

yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II.

Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan

darah melalui dua aksi utama.

20
5. Manifestasi Klinik

Manifetasi klinik menurut Triyanto (2014), gejala yang dialami oleh para

penderita hipertensi biasa berupa : pusing, mudah marah, telinga berdengung,

suka tidur, sesak nafas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-

kunang, dan mimisan. Individu yang menderita hipertensi kadang tidak

menampakan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan

adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ

yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.

6. Komplikasi

Menurut Medika (2017) hipertensi dapat memicu timbulnya penyakit lain

diantaranya :

1. Penyakit Jantung

Jantung dapat bekerja dengan baik karena adanya suplai oksigen, cadangan

energi dan nutrisi, serta pembuangan produk yang berbahaya. Jika salah

satu dari ketiga syarat tersebut terganggu maka jantung akan kehilangan

fungsinya untuk memompa darah secara efektif. Serangan jantung

misalnya, dapat terjadi jika ada gangguan pada suplai oksigen ke

jantung ,karena tekanan darah tinggi membuat otot jantung bekerja keras

21
untuk memompa darah. Kerja keras tersebut menyebabkan pembesaran

ukuran jantung sehinggasuplai oksigen tidak cukup memenuhinya. Hal

tersebut menyebabkan gangguan aliran oksigen dan terjadinya serangan

jantung bahkan gagal jantung.

2. Stroke

Stroke adalah kondisi ketika terjadi akibat putusnya pasokan darah ke otak

yang disebabkan oleh penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah.

Penyumbatan dan pecahnya pembuluh darah tersebut dapat disebabkan

oleh berbagai hal seperti aterosklerosis dan hipertensi yang tidak

terkontrol. Stroke biasanya terjadi secara mendadak dan dapat

menyebabkan kerusakan otak.

3. Penyakit Ginjal

Kerusakan bagian dalam arteri atau pembekuan darah yang terjadi pada

ginjal akibat hipertensi dapat menyebabkan penurunan bahkan kegagalan

fungsi pada ginjal. Tekanan darah tinggi dapat mengakibatkan kerusakan

progresif pada kapiler dan glomerulus mengakibatkan darah mengalir ke

unit fungsional ginjal. Hal tersebut menyebabkan terganggunya nefron dan

terjadi hipoksia, bahkan kematian ginjal.

4. Kerusakan Mata

Kerusakan mata hingga kebutan juga dapat terjadi akibat hipertensi. Dalam

hal ini tekana darah yang tinggi atau hipertensi yang berkepanjangan dapat

merusak bagian dalam arteri pada area mata dan memungkinkan untuk

22
terjadinya pembekuan darah. Jika hal ini terjadi pada retina mata akan

menyebabkan kerusakan mata atau retinopati hingga kebutaan.

5. Diabetes

Hipertensi dan diabetes biasanya saling terkait dan terjadi bersamaan.

Penderita diabetes biasanya juga mengalamu hipertensi dan sebaliknya.

Dalam hal ini, faktor pemicu atau faktor resiko hipertensi biasanya turut

andil dalam perkembangan penyakit diabetes. Hipertensi dapat membuat

diabetes lebih berbahaya, sedangkan diabtes dapat membuat hipertensi

sulit untuk diatasi.

6. Penyakit Asam Urat

Hipertensi juga memiliki kaitannya dengan penyakit asam urat. Penyakit

asam urat adalah penyakit radang sendi akibat pneumoukan asam urat

dalam darah sehingga membentuk kristal-kristal di area sendi dan

pembuluh darah kapiler. Akibatnya persendian akan terasa nyeri jika

digerakan.

7. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi

Menurut Aspiani (2014) pemeriksaan penunjang pada penderita hipertensi

adalah sebagai berikut :

1) Laboratorium.

a) Albumunuria pada hipertensi kelainan penyakit parenkin ginjal.

23
b) Kreatinin serum BUN meningkat vpada hipertensi karena parenkin

ginjal dengan gagal ginjal akut.

c) Darah perifer lengkap.

d) Kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa).

2) EKG.

a) Hipertropi ventrikel kiri.

b) Iskemi/infark miokard.

c) Peningkatan gelombang P.

d) Gangguan konduksi.

3) Rontgen Foto.

a) Bentuk dan dasar jantung Nooing dari igkwartasio dari aorta.

b) Pembendungan lebarnya paru.

c) Hipertropi parenkin ginjal.

d) Hipertropi vaskular ginjal.

8. Penatalaksanaan dan pencegahan Hipertensi

Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan risiko

penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan.

Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik dibawah

140 mmHg dan tekanan diastolik di bawah 90 mmHg dan mengontrol faktor

risiko (Aspiani, 2014). Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan

24
mengguakan obat- obatan ataupun dengan cara modifikasi gaya hidup

(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2014).

a. Terapi Farmakologis menurut JNC 8

ACE inhibitors (captopril, enalapril, lisinopril), angiotensin receptor

blokers (eprosartan, candesartan, losartan, valsartan, irbesartan), 𝛽-

Blokers (atenolol, metoprolol), calcium channel blokers (amlodipine,

diltiazem extended release, nitrendipine), thiazide-type diuretics

(bendroflumethiazide,chlorthalidone,hydrochlorothiazide, indapamide).

b. Terapi Non Farmakologis

Berikut hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah faktor risiko

dengan cara modifikasi gaya hidup menurut JNC 8 dalam (Muhadi,

2016), antara lain:

1) Penurunan berat badan

Penurunan berat badan dapat mengurangi tekanan darah sistolik 5- 20

mmHg/penurunan 10 kg. Rekomendasi penurunan berat badan

meliputi nasihat mengurangi asupan kalori dan juga meningkatkan

aktivitas fisik.

2) Adopsi pola makan DASH (Dietary Approaches to Stop

Hypertension)

Pola makan ini dapat menurunkan tekanan darah sistolik 8-14 mmHg.

Lebih banyak makan buah, sayur-sayuran, dan produk susu rendah

25
lemak dengan kandungan lemak jenuh dan total lebih sedikit, kaya

akan pottasium dan calcium.

3) Retriksi garam

Retriksi garam harian dapat menurunkan tekanan darah sistolik 2-8

mmHg. Konsumsi sodium chloride ≤6 g/hari (100 mmol sodium/hari).

Rekomendasikan makanan rendah garam sebagai bagian pola makan

sehat (Lingga, 2012)

4) Aktivitas fisik

Aktivitas fisik dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4-9 mmHg.

Lakukan aktivitas fisik intensitas sedang pada kebanyakan, atau setiap

hari pada 1 minggu.

5) Pembatasan konsumsi alkohol

Cara ini dapat menurunkan tekanan darah sistolik 2-4 mmHg.

Maksimum 2 minuman standar/hari.

6) Berhenti merokok untuk mengurangi risiko kardiovaskuler.

26
B. Konsep Tekanan Darah

1. Definisi Tekanan Darah

Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah mengalir di dalam

pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia. Tekanan

darah sistolik adalah tekanan darah pada waktu jantung menguncup (sistole)

(Gunawan, 2007). Tekanan darah diukur dalam millimeter air raksa (mmHg)

dan catat dua nilai yang berbeda yaitu tekanan darah sistolik dan tekanan darah

diastolik. Tekanan darah sistolik terjadi ketika ventrikel berkontraksi dan

mengeluarkan darah ke arteri sedangkan tekanan darah diastolik terjadi ketika

ventrikel berelaksasi dan terisi dengan darah atrium (Barbau, 2004).

2. Pengukuran Tekanan Darah

Tekanan darah selalu diukur dalam milimeter (mmHg) karena manometer air

raksa merupakan standar manometer yang dipakai dalam pengukuran tekanan

darah. Tekanan darah dapat diukur dengan 2 cara (Nurrahmani, 2012).

a. Cara langsung

Cara ini biasanya digunakan untuk mengukur tekanan darah pada hewan

dan tidak diterapkan pada manusia. Caranya dengan memasukkan kanula

atau jarum steril intra arteri sehingga perubahan tekanan dapat diukur

secara langsung dengan manonemter merkuri atau dengan oskilografi yang

27
hasilnya dapat dibaca grafik yang tercatat di kertas.

b. Cara tidak langsung

Manometer air raksa atau yang lebih dikenal dengan nama

sphygmomanometer atau tensimeter ditemukan oleh Riva-Rocci pada

tahun 1896. Pada tahun 1905 Korotkoff menemukan cara untuk

menentukan tekanan sistol dan diastol. Atas dasar suara yang timbul

(sound of Korotkoff). Suara ini ditimbulkan oleh adanya turbulensi sebagai

akibat pembuluh darah yang menyempit karena ditekan oleh manset

3. Letak Tempat Pengukuran

Untuk mengukur tekanan darah yang akurat dibutuhkan posisi lengan atas yang

sejajar dengan jantung untuk menhindari efek dari tekanan hidrostatik.

Terdapat peningkatan tekanan sekitar 5-6 mmHg ketika lengan diturunkan dari

posisi vertikal dan horizontal. Untuk menghindari kesalahan pembacaan, maka

posisi lengan atas harus sejajar dengan jantung. Pada setiap 2,5 cm di atas atau

di bawah tingkat jantung akan memberikan perbedaan pembacaan sekitar 1-2

mmHg. Posisi lengan yang lebih rendah dari tingkat jantung akan

menghasilkan nilai sistolik dan diastolik yang tinggi (Nurrahmani, 2012).

28
4. Mengukur Tekanan Darah

Prinsip pengukuran darah yaitu arteri (biasanya di lengan atas/ arteri brakhialis)

dibendung oleh manset yang dipompa kemudian tekananya diukur oleh

manometer . ketika balon dikempiskan perlahan-lahan terdengar denyut nadi

melalui stetoskop, itu berarti tekanan terhadap arteri pada saat jantung

kontraksi (systole). Besarnya tekanan bias dilihat pada manometer, misalnya

120. Bila balon terus dikempiskan bunyi nadi perlahan-lahan akan hilang. Pada

saat bunyi hilang, itu adalah tekanan dinding arteri pada saat jantung relaksasi

(diastole). Besarnya tekanan bias dilihat pada manometer, misalnya

menunjukkan angka 80 maka tekanan darahnya ditulis 120/80 mmHg

(millimeter air raksa) (Nurrahmani, 2012).

Teknik mengukur tekanan darah (Nurrahmani, 2012).

1. Yang diperiksa duduk santai dengan lengan rileks di atas meja. Telapak

tangan menghadap ke atas dan otot lengan tidak boleh meneggang.

2. Letakkan perangkat tensimeter di dekat lengan yang diperiksa dengan

kepala menghadap ke pemeriksa. Pemeriksa bias duduk atau berdiri di

hadapan yang diperiksa.

3. Pasang kain pembalut (cuff) tensimeter di lengan atas, dengan bagian

bawah pembalutnya berada sekitar 3 cm di atas lipat siku. Ketetapan posisi

pemasangan ini mempengaruhi hasil. Bebatan hendaknya tidak terlampau

29
ketat, tidak juga longgar.

4. Letakkan ujung stetoskop pada lipat siku tempat denyut nadi paling keras

teraba dengan tangan kiri. Pasangkan stetoskop ujung satunya di kedua

liang telinga.

5. Peggang bola karet tensimeter dengan tangan kanan. Putar katup di

pangkal bola pompa dengan jempol dan telunjuk jarum jam untuk menutup

selang. Sambil stetoskop di tangan kiri tetap menekan , lalu pompakan

bola karetnya sehingga tampak air raksa berangsur-angsur naik sehingga

bunyi detak jantung masih terdengar di telinga. Stop memompa setelah

bunyi detak jantung menghilang. Naikkan pemopaan 30 milimeter air

raksa di atas sejak bunyi detak jantung menghilang.

6. Perlahan-lahan putar balik pemutar katup kebalikkan arah jarum jam

setelah selesai memompa. Atur pengenduran katup pemuatr, agar laju

turunnya air raksa sekitar 3 milimeter per detik. Perhatikan turunnya air

raksa pada skala saat pertama kali bunyi detak jantung mulai terdengar.

Saat itulah yang ditetapkan sebagai nilai tekanan atas atau sistolik.

7. Apabila gagal mendengar bunyi degup pertama, ulangi sekali lagi. Akan

tetapi, pastikan dulu skala air raksa sudah menunjukkan ketinggian

dibawah angka nol sebelum kembali mulai memompa ulang.

8. Nilai tensi diangap sejati bila dilakukan saat baru bangun tidur pagi hari.

30
Bila tensi diukur setelah melakukan aktivitas harian, tunggu duduk atau

berbaring tenang lima menit sebelum diukur.

9. Kesalahan yang sering terjadi dalam melakukan pengukuran tensi darah:

a. Pasien tidak senang sehingga hasilnya lebih tinggi dari seharusnya.

Tenangkan pasien sekitar 3 menit, tanpa makan, minum, atau merokok.

b. Mengikat cuff terlalu ketat sehingga saat bunyi jantung mengilang tak bias

terdengar. Kendurkan balutan cuff, dan ulangi mengukurnya beberapa

menit kemudian.

c. Balutan cuff terlalu kendur sehingga saat bunyi jantung menghilang juga

tak terdengar.

d. Setelah dikendurkan katup penutup selang, skala tidak menunjukan angka

nol sehingga hasilnya bukan yang paling akurat. Tensimeter perlu di

kalibrasi ulang

e. Terlalu cepat membuka pemutar katup sehingga telinga tidak bias

mengamati bunyi detak jantung pertama dan terakhir.

5. Faktor Mempengaruhi Tekanan Darah

1. Keturunan (genetik)

Faktor genetik juga berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam dan

31
renin membran sel. Bila kedua orangtuanya menderita hipertensi maka sekitar

45% akan turun ke anak-anaknya dan bila salah satu orang tuanya menderita

hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke anak-anaknya (Lingga, 2012).

2. Usia

Tekanan datah sistolik dan diastolik meningkat 2 mmHg setiap bertambahnya

umur. Penelitian yang dilakukan oleh (Artiyaningrum, 2016), menunjukkan

bahwa ada hubungan signifikan antara umur dengan kejadian hipertensi. Dari

hasil analisis OR=2,5956, artinya penderita yang memiliki umur >40 tahun

memiliki resiko 2,956 kali mengalami tekanan darah.

3. Jenis kelamin

Ditinjau dari perbandingan antara laki-laki dan perempuan, ternyata

perempuan lebih cenderung terkena hipertensi. Salah faktor pendorong adalah

pemberian kontrasepsi oral, dan perempuan cenderung mengalami

kegemukan saat menua (Kurniadi dan Nurrahmani, 2015).

4. Kebiasaan merokok

Merokok dapat menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat

dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko

terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami aterosklerosis. Dalam

penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and

Women’s Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang awalnya

tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan

32
perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang perhari dan 8% subyek

yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan dalam

median waktu 9,8 tahun. Dalam penelitian ini kejadian hipertnsi terbanyak

pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang

perhari (Bianti, 2015).

33
C. Senam Ergonomik

1. Pengertian Senam Ergonomik

Istilah Ergonomik merupakan istilah yang sering digunakan dalam teknik

pengamatan waktu, gerakan, dan produktivitas kerja. Senam ergonomik

adalah senam yang bermanfaat untuk memelihara kesehatan tubuh. Dengan

senam ergonomik kita dapat mengembalikan dan membetulkan posisi dan

kelenturan sistem saraf dan aliran darah, memaksimalkan suplai oksigen ke

otak , dan lain-lainya (Wiratsongko, 2014). Senam ergonomik adalah senam

yang gerakannya diinspirasi dari gerakan dalam shalat, seperti berdiri dan

mengangkat tangan, rukuk, duduk dan sujud.

2. Manfaat Senam Ergonomik

Menurut Wiratsongko (2014),Senam Ergonomik bermanfaat untuk :

1. Meningkatkan atau mengoptimalkan pasokan darah dan oksigen kekepala

dan sumsum tulang belakang.

2. Mengembalikan atau membetulkan posisi dan kelenturan system saraf dan

aliran darah.

3. Merawat semua system tubuh.

4. Meningkatkan kinerja otak.

34
5. Menurunkan tekanan darah, setelah senam terjadi peningkatan saraf

parasimpatis yang memproduksi hormone erdoorphin sehingga dapat

menurunkan tekanan darah

3. Indikasi Senam Ergonomik

Indikasi pada senam ergonomik menurut Wiratsongko (2014), meliputi:

1. Migrain

2. Vertigo

3. Sakit kepala

4. Strain pada mata, leher, punggung dan pinggang, bahu

5. Nyeri pada pergelangan tangan.

4. Waktu Senam Ergonomik

Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, akan lebih baik jika senam ini

dilakukan secara berkelanjutan, sekurang-kurangnya 2-3 kali seminggu ± 20

menit jika semua gerakan dilakukan dengan sempurna (Sagiran, 2012).

Melakukan senam ergonomik dengan tepat akan membuat tubuh menjadi

rileks dan berdampak pada vasodilatasi pembuluh darah, hal ini menyebabkan

aliran darah dan suplai oksigen menjadi lancar dan menurunkan kontraktilitas

otot pembuluh darah di seluruh tubuh (Triwibowo, 2015).

35
5. Gerakan-Gerakan Senam Ergonomik

Gerakan-gerakan senam ergonomik menurut Wiratsongko (2014), meliputi:

1. Gerakan pembuka : Berdiri sempurna

a. Cara: berdiri tegak, pandangan lurus kedepan, tubuh rileks, tangan di

depan dada, telapak tangan kanan di atas telapak tangan kiri

menempel di dada, dengan jair-jari sedikit meregang. Posisi kaki

meregang sehingga mengangkang kira-kira selebar bahu, telapak dan

jari-jari kaki mengarah lurus ke depan.

Gambar 1

b. Pernafasan: diatur serileks mungkin sehingga tidak terlalu dalam dan

cepat. Bila baru selesai dari suatu kegiatan atau pekerjaan, maka

dengan posisi ini nafas diatur sampai benar-benar rileks, jantung

juga tidak berdegup kencang, baru kemudian memulai senam dengan

gerakan-gerakan berikutnya.

c. Frekuensi: bagi pemula mungkin agak lama sekitar 2-3 menit. Akan

36
tetapi jika sudah terbiasa cukup 30-60 detik. Gerakan ini yang

penting sudah mengantarkan ke kondisi yang rileks.

d. Manfaat: Posisi demikian akan membuat punggung lurus, sehingga

akan memperbaiki bentuk tubuh, jantung bekerja normal, begitu juga

dengan paru-paru, punggung dan tulang punggung lurus dan seluruh

organ dalam keadaan normal. Postur yang salah pada saat aktivitas

sehari-hari akan diperbaiki pada saat melakukan gerakan ini.

2. Gerakan Lapang Dada

a. Cara: dari posisi berdiri sempurna, kedua tangan menjuntai ke

bawah, kemudian dimulai dengan gerakan memutar lengan. Tangan

diangkat lurus kedepan, lalu keatas, terus ke belakang, dan kembali

menjuntai kebawah. Satu putaran, disambung dengan putaran

berikutnya sehingga seperti baling-baling. Posisi kaki dijinjitkan-

diturunkan, mengikuti irama gerakan tangan.

Gambar 2

b. Pernafasan: pola nafas dengan sendirinya akan mengikuti gerakan

putaran lengan. Pada saat tangan di atas, tulang-tulang rusuk saling

37
meregang, ikut terangkat bagian depannya sehingga rongga dada

akan berada dalam ukuran paling lebar, tekanan udara nafas di dalam

menjadi negatif, udara segar dari luar mengalir masuk. Sedangkan

pada saat tangan bergerak ke belakang dan turun, rongga dada

kembali mengecil, udara akan keluar.

c. Frekuensi: untuk senam, gerakan ini dilakukan 40 kali putaran. Satu

gerakan butuh waktu 4 detik, sebagai gerakan aerobik. Keseluruhan

40 kali putaran akan selesai dalam waktu 4 menit.

d. Akan mengaktifkan fungsi organ, karena sekuruh sistem saraf

menarik titik-titik kesehatan yang tersebar di seluruh tubuh. sehingga

tubuh akan terasa segar dan adanya tambahan energi.

3. Gerakan Tunduk Syukur

a. Cara : dimulai dengan mengangkat tangan lurus ke atas, kemudian

tangan membungkuk, tangan kemudian meraih mata kaki, dipegang

kuat, tarik, cengkeram seakan-akan mau mengangkat tubuh. Posisi

kaki tetap seperti semula. Pada saat itu kepala mendongak dan

pandangan diarahkan ke depan. Setelah itu kembali ke posisi berdiri

dengan lengan menjuntai.

b. Pernafasan : Nafas di tahan di dada, lalu dibuang saat kembali ke

posisi berdiri. Segera ambil nafas baru 3-4 kali sebelum melanjutkan

38
gerakan.

Gambar 3

c. Frekuensi: gerakan kedua ini dilakukan 5 kali. Umumnya 1 kali

gerakan selesai dalam 35 detik ditambah 10 detik untuk jeda nafas.

Keseluruhan 5 kali gerakan dalam waktu 4 menit.

d. Manfaat: gerakan ini adalah gerakan memasok oksigen ke kepala

dan mengembalikan posisi tulang punggung supaya tegak. Gerakan

ini akan melonggarkan otot-otot punggung bagian bawah, paha, dan

betis.

4. Duduk Perkasa

a. Cara: jatuhkan kedua lutut ke lantai, posisi kedua telapak kaki tegak

berdiri, jari-jari kaki tertekuk mengarah ke depan. Tangan

mencengkeram pergelangan kaki. Mulai gerakan seperti mau sujud

tetapi kepala mendongak, pandangan kedepan, jadi dagu hampir

menyentuh lantai. Setelah beberapa saat (satu tahanan nafas)

39
kemudian kembali ke posisi duduk perkasa.

Gambar 4

b. Pernafasan: sesaat sebelum melakukan gerakan sujud, ambil nafas

dalam-dalam. Saat mulai membungkukkan badan, buang nafas

sedikit-sedikit, hingga saat dagu hampir menyentuh lantai, masih

menyimpan kira-kira separuh nafas. Pada posisi terakhir ini nafas

ditahan di dada, selama mungkin. Jangan coba bernafas normal pada

posisi ini, karena akan ada rasa nyeri di sekat rongga badan. Nafas

dibuang saat kembali ke posisi duduk. Segera ambil nafas baru 3-4

kali sebelum melanjutkan gerakan.

c. Frekuensi: gerakan ini dilakukan 5 kali. Umumnya 1 kali gerakan

selesai dalam waktu 35 detik ditambah 10 detik untuk nafas jeda.

Keseluruhan 5 kali gerakan akan selesai dalam waktu 4 menit.

d. Manfaat : gerakan saat sujud ini akan membuat otot dada dan sela

iga menjadi kuat , sehingga rongga dada menjadi lebih besar dan

paru-paru akan berkembang dengan baik dan dapat menghirup

oksigen lebih banyak. Menambah aliran darah ke bagian atas tubuh,

terutama kepala, mata, telinga, hidung serta paru-paru.

40
5. Gerakan Duduk Membakar

a. Cara: dari posisi sebelumnya, kedua telapak kaki dihamparkan ke

belakang, sehingga kita duduk beralaskan telapak kaki (bersimpuh;

duduk sinden). Tangan berada di pinggang. Mulai gerakan seperti

akan sujud tetapi kepala mendongak, pandangan ke depan, dan dagu

hampir menyentuh lantai. Setelah beberapa saat (satu tahanan nafas).

Gambar 5

b. Pernafasan: sesaat sebelum memulai gerakan akan sujud, ambil nafa

dalam-dalam. Saat mulai membungkukkan badan, buang nafas

sedikit-sedikit, hingga saat dagu hampir menyentuh lantai kita

masihmenyimpan kira-kira separuh nafas. Pada posisi terakhir ini

nafas ditahan di dada sekuatnya. Nafas dibuang saat kembali ke

posisi duduk. Segera ambil nafas baru 3-4 kali sebelum melanjutkan

gerakan.

c. Frekuensi: gerakan ini dilakukan 5 kali. Umumnya 1 kali gerakan

41
selesai dalam waktu 35 detik ditambah 10 detik untuk nafas jeda.

Keseluruhan 5 kali gerakan akan selesai dalam waktu 4 menit.

d. Manfaat: gerakan ini untuk memperkuat otot pinggang dan

memperkuat ginjal, sujud dengan posisi duduk pembakaran atau

dengan alas punggung kaki akan membakar lemak dan racun dalam

tubuh.

6. Gerakan Berbaring Pasrah

a. Cara: dari posisi duduk pembakaran, rebahkan tubuh ke belakang.Ini

gerakan paling berat meskipun terlihat sepele. Berbaring pada

tungkai pada posisi menekuk di lutut. Ini harus hati-hati, mungkin

harus dengan cara bertahap. Jika sudah rebah, tangan diluruskan ke

atas kepala, ke samping kanan-kiri maupun ke bawah menempel

badan. Pada saat itu tangan memegang betis, tarik seperti mau

bangun, dengan rileks, kepala bisa didongakkan dan digerak-

gerakkan ke kanan-kiri.. Gerakkan ini cukup satu kali tetapi

dipertahankan selama beberapa menit sekuatnya.

42
Gambar 6

b. Pernafasan: nafas dibiarkan mengalir dengan sendirinya, karena ini

gerakan relaksasi terakhir, sekaligus memaksimalkan kelenturan

tubuh.

c. Frekuensi: gerekan ini sebaiknya dilakukan minimal 5 menit. Sudah

termasuk gerakan kepala dan leher serta ayunan tangan ke atas,

samping maupun bawah. Sekali lagi, jangan terlalu memaksakan

diri, baik rebahnya maupun bangunnya.

d. Manfaat: gerakan ini bermanfaat untuk memperkuat otot-otot bagian

bawah dan bermanfaat untuk diet.

5. Waktu Pengukuran Tekanan Darah Senam Ergonomis

Pengukuran tekanan darah dilakukan sebelum dan sesudah senam ergonomis.

Setelah selesai senam, akan didapatkan tekanan darah selama minimal 30

menit. Maka dari itu lakukan pengukuran tekanan darah 30 menit sebelum

dan sesudah senam ergonomik (Marliani & Tantan, 2007). Terjadi kontrol

terintegrasi pada tekanan darah selama senam. Tekanan darah dikendalikan

secara refleks oleh sistem saraf otonom, yang disebut refleks baroreseptor

yang berlokasi di aortic arch dan arteri karotid (Kenney, 2011). Fungsi dari

baroreseptor adalah sebagai pengontrol pada perubahan akut tekanan darah

(Brown, 2006).

43
6. Hal hal yang tidak boleh di lakukan pada saat senam ergonomik

Hal yang perlu diperhatikan selama latihan :

1. Lakukan pemeriksaan terlebih dahulu sebelum latihan.

2. Program latihan cukup bermanfaat, aman dan sesuai kebutuhan

3. Hindari latihan saat tidak sehat.

4. Latihan tidak dilakukan setelah 2 – 3 jam makan, cuaca panas dan

kelembabab tinggi, cukup minum.

5. Hindari minuman keras dan alkohol

6. Jangan segera duduk setelah latihan.

7. Jangan mandi dingin setelah latihan

8. Pakaian latihan : hendaknya tidak ketat, cukup ventilasi, mudah

menyerap keringat, rapi, bahan katun murni, dan sepatu datar.

44
D Penelitian Terkait

1. Penelitian yang dilakukan oleh (Syahfitri, Safri,dan Jumaini, 2015) tentang

Efektifitas Senam jantung Sehat dan Senam Ergonomik Kombinasi Relaksasi

Nafas Dalam terhadap Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi Primer.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh efektifitas senam jantung

sehat dan senam ergonomik kombinasi relkasasi nafas dalam terhadap

tekanan darah penderita hipertensi primer. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah quasy eksperiment. Populasi penelitian ini berjumlah 32

responden dengan kriteria inklusi yaitu berada pada rentang usia 30-55 tahun,

mempunyai tekanan darah ≥140/90 mmHg, IMT ≤25, dan berat badan ≤65.

Dari hasil penelitian ini didapatkan nilai rata-rata tekanan darah sistolik dan

diastolik sebelum dilakukan senam ergonomik kombinasi nafas dalam yaitu

162,13 mmHg dan 97,5 mmHg. Setelah dilakukan senam ergonomik

kombinasi nafas dalam yaitu 14s5,25 mmHg dan 84,81 mmHg. Sedangkan

tekanan darah yang sebelum dilakukan senam jantung sehat 157,38.mmHg

dan 94,25 mmHg. Setelah diberikan senam jantung sehat yaitu 147,19 mmhg

dan 85,94 mmHg.

2. Penelitian yang dilakukan oleh (Triwibowo, Frilasari, Hapsari, 2015) tentang

Pengaruh Senam Ergonimik Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita

Hipertensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak latihan

ergonomik terhadap tekanan darah penderita hipertensi di Desa Sumber

45
Agung Jatirejo Kabupaten Mojokerto. Metode dari penelitian ini merupakan

salah satu kelompok pre test - post test design. Teknik pengambilan sampel

menggunakan purposive sampling, dengan populasi pasien hipertensi di Desa

Sumber Agung Jatirejo Kabupaten Mojokerto dan jumlah sampel adalah 20

responden sesuai dengan kriteria. Data dikumpulkan menggunakan skala

ordinal dan instrumen yang digunakan adalah kertas observasi. Hal ini

diketahui dari hasil Wilcoxon Signed Ranks Test menggunakan SPSS versi

16.0 yang nilai ρ Value (0,001) <α (0,05) .

3. Penelitian yang dilakukan oleh (Hanik, Rosyidah dan Rahmawati, 2018)

tentang Pengaruh Senam Erganomik Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia

Yang Mengalami Hipertensi. Tujuan penelitian ini menganalisis pengaruh

senam ergonomik terhadap penurunan tekanan darah pada lansia. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini Pra-eksperimental One group pre-post

test design. Populasi semua lansia yang mengalami hipertensi di Posyandu

Lansia Desa Jabon sejumlah 33 responden dan jumlah sampel sebanyak 30

responden yang diambil menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen

penelitian senam ergonomik menggunakan lembar observasi dan pengukuran

tekanan darah menggunakan spigmanometer manual raksa, pengelolaan data

editing, coding, scoring, dan tabulating, analisa data dengan uji wilcoxon.

Nilai uji statistik didapatkanhasil p = 0,000 jika α = 0,05 makap<α dan H 1

diterima. Ada pengaruh senam ergonomik terhadap penurunan tekanan darah

46
pada lansia yang mengalami hipertensi.

47
E. Kerangka Teori

Factor Hipertensi sekunder


(Ardiansyah,2012)

Factor Hipertensi primer : 1. Coarctation aorta


(Ardiansyah,2012 2. Penyakit parenkim dan
vaskuler
1. Genetik Tekanan darah 3. Penggunaan kontraspesi
Pusing, vertigo, nyeri
2. Jenis Kelamin dan meningkat hormonal hebat setengah/seluruh
Usia 4. Gangguan endokrinkepala, pegal tengkuk,
3. Konsumsi Diet Tinggi 5. Obesitas mual, muntah,
Garam pandangan kabur, kaki
6. Stress
4. Obesitas 7. Kehamilan
5. Gaya Hidup 8. Luka bakar bengkak, mimisan,
nafas
9. Peningkatan volume
intravaskuler
Kemati 10.Merokok
Komplikasi Hipertensi
an

Penatalaksanaan farmakologi (Aspiani, 2015): Penatalaksanaan non-farmakologi


(Muhadi,2016) :
Terapi oksigen, pemantauan hemodinamik,
pemantauan jantung, obat-obatan (diuretik,
penyekat saluran kalsium, penghambat enzim  Penurunan berat badan
pengubah angiotensin II, Antagonis  Adopsi pola makan DASH
(penyekat), reseptor beta (𝛽-bloker),
Antagonis reseptor alfa (𝛼-bloker),vasodilator  Retriksi garam
arteriol
 Pembatasan konsumsi alcohol

 Berhenti merokok

 Aktifitas Fisik : Senam Ergonomis

Senam menimbulkan efek beta


Perubahan bloker yang dapat menenangkan
tekanan sistem saraf simpatik, dimana bila
darah terjadi penurunan aktivitas simpatik
pada pembuluh darah perifer dapat
menjadi petunjuk penurunan
tekanan darah.

Bagan 2.1 Kerangka Teori (Aspiani, 2015), (Ardiansyah,2012), (Muhadi,


2016) (Bianti Nuraini, 2015)

52
BAB IV

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN

HIPOTESIS

A Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara

konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti.

Kerangka konsep ini digunakan untuk menghubungkan atau menjelaskan

secara luas tentang suatu topik yang akan dibahas (Setiadi,2007). Sesuai

dengan tujuan dan pemikiran peneliti yaitu mendapatkan gambaran tentang

Pengaruh Senam Ergonomik Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada

Pasien Hipertensi di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Muhammadiyah

Palembang. Maka peneliti membatasi pengamatan ini pada beberapa faktor

yang memberikan kontribusi terhadap tekanan darah pasien hipertensi.

Variabel adalah karakteristik yang diamati yang mempunyai variasi nilai dan

merupakan opersionalisasi dari suatu konsep (Setiadi,2007).

Pada penelitian ini terdapat variabel-variabel yang ingin peneliti

ketahui, yaitu Senam Ergonomik sebagai variabel bebas (independent) dan

Tekanan Darah sebagai variabel terikat (dependent). Pada penelitian ini

terdapat variabel penggangu (confounding) yaitu usia, jenis kelamin, riwayat

keluarga dengan hipertensi, kebiasaan merokok yang dianggap dapat

mempengaruhi hasil penelitian ini. Berikut ini bagan mengenai kerangka

53
konsep yang akan dilakukan oleh peneliti.

Variabel Dependen
Variabel Independen

Senam Ergonomik Tekanan Darah

Variabel Confounding

1. Usia

2. Jenis kelamin

3. Riwayat keluarga

dengan hipertensi

4. Kebiasaan merokok

Skema 3. 1 Kerangka Konsep

54
B Definisi Operasional

Definisi operasional adalah variabel penelitian dimasudkan akan

memahami arti setiap variabel penelitian sebelum dilakukan

analisis (Sujarweni,2014) Definisi operasional pada penelitian

ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3. 1 Definisi Operasional

Varibel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala


Independen
Senam Gerakan Observasi Lembar 0.Tidak Ordin

Ergonom kombinasi dari observasi dilakukan al

ik gerakan otot yang 1.Dilakukan

dan teknik berjumlah

pernafasan. enam gerakan

Terdiri dari

enam gerakan.
Dependen
Tekanan Keadaan Pengukura Menggunakan Hasil pengukuran Interv

Darah diaman tekanan n tekanan alat pengukur tekanan darah al

darah sistolik darah tekanan darah yang dinyatakan

dan diastolic spigmomano dalam mmHg

lebih dari meter

140/90 mmHg.
Karakteristik responden
Usia Lamanya hidup Wawancar Lembar 1. Dewasa Awal = Ordin

responden a observasi 26-35 tahun al

sampai dengan 2. Dewasa Akhir =

ulang tahun 36-45 tahun

terakhirnya. 3.Lansia Awal =


52
46-55 tahun

(Depkes RI,2009)
Jenis Karakteristik Wawancar Lembar 1.Laki-laki Nomi

Kelamin biologis yang a observasi 2.Perempuan nal

didapat sejak

lahir
Kebiasaa Perilaku Wawancar kuiesioner 1.Perokok berat Ordin

n merokok a >15 batang/hari al

Merokok responden yang 2. Perokok sedang

diukur melalu 5-14 batang/hari

jumlah batang 3.Perokok ringan

rokok yang 1-4 batang/hari

dihisap. 4. Tidak merokok


Riwayat Data riwayat Wawancar kuiesioner 1.Ada riwayat Nomi

Hiperten hipertensi a 2.Tidak ada nal

si dalam riawayat

keluarga.

C Hipotesis penelitian

Ha = Ha diterima apabila nilai P < 0,05

Ho = Ho ditolak apabila nilai P > 0,05

53
Hipotesis penelitian ini adalah ada pengaruh senam ergonomik terhadap

tekanan darah pada pasien dengan hipertensi di Poli Penyakit Dalam Rumah

Sakit Muhammadiyah Palembang.

54
BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan

desain penelitian Quasy Experimental, sedangkan rancangan yang

digunakan adalah rancangan pretest posttest one group design with non

equivalent control group . Penelitian ini memiliki dua yaitu kelompok

intervensi sebelum dan setelah perlakuan dan pretest posttest pada

kelompok kontrol.

Tabel 4 1

Pretest Perlakuan Posttest


01 X 02
01 02

Keterangan :

01: Pengukuran tekanan darah sebelum dilakukan senam ergonomik

pada kelompok intervensi

X: Perlakuan pemberian senam ergonomik kelompok intervensi

60
02: Pengukuran tekanan darah setelah dilakukan senam ergonomik

pada kelompok intervensi

01: Pengukuran tekanan darah sebelum pada kelompok kontrol

02: Pengukuran tekanan darah setelah pada kelompok kontrol

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang tediri atas obyek atau subyek

yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti dan kemudian ditarik kesimpulanya (Sujarweni, 2014). Populasi

penelitian adalah pasien hipertensi di Poi Penyakit Dalam Rumah Sakit

Muhammadiyah Palembang Tahun 2019.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh

populasi yang digunakan untuk penelitian (Sujarweni, 2014).

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode

purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu (Sujarweni, 2014).

61
Untuk menentukan jumlah sampel dari populasi perhitungan

maupun acuan tabel yang dikembangkan para ahli maka secara umum,

untuk penelitian korelasional jumlah sampel minimal untuk memperoleh

hasil yang baik adalah 30 sampel, sedangkan dalam penelitian

eksperimen jumlah sampel minimum adalah 15 sampel dari masing-

masing kelompok. (Notoatmodjo, 2010). Penentuan jumlah sampel ini

menggunakan rumus berikut (Nursalam, 2016).

Rumus : n =N. Z2. p. q

Keterangan :

n = Perkiraan besar sampel

N = Perkiraan besar populasi

Z = Nilai standar normal untuk α= 0,05

p = Perkiraan proporsi jika tidak diketahui dianggap 50%

q = 1-p (100%-p)

D = Alpha (0,05) atau sampling error = 5%

Jadi , n = 107. (1,96)2. 0,05. (1-0,5)

(0,05)2.(107-1) + (1,96)2.0,5.(1-0,05)

62
= 107. 3,4. 0,03

0,0025. 106 +3,84. 0,03

= 12,33

0,27 + 0,12

= 12, 33

0,39

= 31,6 = 32

10% drop out = 3

32 +3 = 36

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka besar sampel

penelitian adalah 36 responden. Jadi peneliti akan melakukan penelitian

di Rumah Sakit Muhammadiyah tahun 2019 sebanyak 36 responden

dimana, 18 responden kelompok intervensi dan 18 responden kelompok

kontrol.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode pengambilan sampel

purposive sampling diperlukan kriteria sampel. Kriteria sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah :

63
a. Kriteria inklusi:

1) Usia 30-55 tahun

2) Bersedia menjadi responden

3) Menderita hipertensi ringan-sedang

4) Tidak mengalami gangguan muskuloskletal

5) Mengkonsumsi obat anti hipertensi sekurang-kurangnya 6 jam

sebelum melakukan senam ergonomik

6) Jarang melakukan senam

b. Kriteria eksklusi:

1) Menolak menjadi responden

2) Menderita hipertensi berat

3) Mempunyai penyakit penyerta (asma, cacat fisik, penyakit

jantung, psikotik)

4) Menderita osteoporosis

5) Memiliki kelemahan fisik

6) Tidak kooperatif yaitu yang tidak mengikuti kegiatan secara

64
penuh.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian direncanakan akan dilaksanakan di Poli Penyakit Dalam RS

Muhammadiyah Palembang Tahun 2019 pada …. 2019.

D. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber Data

a. Data primer

Data primer diambil dengan cara observasi tekanan darah

menggunakan spigmomanometer pada responden, dimana

dilakukan pengukuran tekanan darah sebelum dilakukan

senam ergonomik dengan pengukuran setelah dilakukan

senam ergonomik.

b. Data sekunder

Data sekunder diperoleh melalui Rekam Medik Rumah Sakit

Muhammadiyah Palembang yang digunakan sebagai bagian

untuk melengkapi data penelitian yang dilakukan.

2. Teknik Pengumpulan Data

Adapun langkah-langkah dalam teknik pengumpulan data adalah

sebgai berikut :

1. Pemohonan izin dari institusi pendidikan pada RS

Muhammadiyah Palembang.

65
2. Meminta kerjasama dari pegawai Rumah Sakit

Muhammadiyah selama penelitian berlangsung dan

memberikan penjelasan mengenai hal- hal yang berkaitan

dengan penelitian, serta meminta izin disediakan ruangan

untuk pelaksanaan senam ergonomik.

3. Mengkaji dan menentukan pasien hipertensi

4. Melakukan pemeriksaan tekanan darah (pretest) dengan

menggunakan alat spimomanometer calon responden serta

menyesuaikan inklusi dan eksklusi pada kelompok intervensi.

5. Melakukan intervensi Senam ergonomik pada pasien dengan

hipertensi selama 20 menit.

6. Selanjutnya akan diukur kembali dengan menggunakan alat

spigmomanometer intervensi (post-test) 30 menit setelah

senam pada kelompok intervensi.

7. Mengukur tekanan darah dengan menggunakan alat

spimomanometer sebelum dan sesudah pada pasien post stroke

kelompok kontrol

8. Hasil pemeriksaan tekanan darah tersebut akan dicatat pada

lembar observasi tekanan darah.

9. Mengumpulkan data dan untuk selanjutnya data diolah dan

dianalisis.

66
E. Instrumen dan Bahan Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Menggunakan alat ukur Tekanan Darah yaitu Spigmomanometer.

2. Standar operasional senam ergonomik

3. Lembar Observasi pelaksaan senam ergonomic

4. Lembar observasi hasil pengukuran tekanan darah untuk mencatat hasil

pengukuran sebelum dan sesudah dilakukan intervensi.

F. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Uji validitas adalah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap

isi dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan

instrument yang digunakan dalam suatu penelitian (Sujarweni, 2014).

Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah yaitu

spigmomanometer . Spigmomanometer dikalibrasi terlebih dahulu,

agar pada saat pengukuran tekanan darah dapat digunakan dan

mendapatkan hasil yang maksimal dan memiliki akurasi yang sangat

tepat untuk mengetahui tekanan darah.

2. Reabilitas

Uji reabilitas adalah proses pengukuran terhadap ketepatan (konsisten)

dari suatu instrumen. Pengujian ini dimaksudkan untuk menjamin

instumen yang digunakan merupakan sebuah instrumen yang handal,

konsistensi, stabil dan dependibalitas, sehingga bila digunakan berkali-

67
kali dapat menghasilkan data yang sama (Sujarweni, 2014). Uji

reabilitas pada penelitian ini sudah menggunakan alat

spgimomanometer yang valid dan sudah terdaftar oleh KEMENKES

RI, untuk mendapatkan hasil penelitian dan apabila digunakan berkali-

kali akan tetap mendapatkan hasil yang sama.

G. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Persiapan

a. Peneliti mengajukan surat izin kepada institusi Poltekkes

Kemenkes Palembang Prodi D.IV Keperawatan dan mengajukan

izin penelitian kepada Kepala Rumah Sakit Muhammadiyah

Palembang.

b. Peneliti memilih sampel sesuai dengan kriteria inklusi yang telah

ditetapkan.

c. Setelah mendapatkan responden sesuai dengan kriteria inklusi,

peneliti menjelaskan tentang tujuan penelitian kepada responden

serta memberikan kertas inform consent untuk ditanda tangani.

d. Menyiapkan semua perlengkapan yang digunakan meliputi alat

spigmomanometer, standar operasional senam ergonomik, lembar

observasi senam ergonomik dan lembar observasi hasil pengukuran

tekanan darah

68
e. Peneliti memberikan penjelasan kepada calon responden tentang

penelitian dan memberikan lembar inform consent untuk menjadi

responden

f. Peneliti melakukan observasi terhadap pasien hipertensi di poli

penyakit dalam.

g. Peneliti melakukan pengukuran tekanan darah dengan menggunakan

alat spigmomanometer pada kelompok intervensi dan kelompok

kontrol.

h. Peneliti mengajarkan gerakan senam pada responden pada pasien

kelompok intervensi.

i. Setelah mengajarkan senam ergonomik dilakukan pengukuran

tekanan darah kembali pada kelompok intervensi.

j. Tahap terakhir peneliti membuat laporan hasil penelitian dengan

melalui pengolahan data.

H. Manajemen Data

Tahapan dalam pengolahan data meliputi editing, coding, memasukan

data/pemprosesan (data entry) dan pembersihan data (cleaning).

(Notoatmodjo, 2010).

1. Editing

Hasil wawancara, angket atau pengamatan dari lapangan harus di

lakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing

69
adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau

kuisioner.

2. Coding

Setelah data di edit, selanjutnya dilakukanan pengkodean atau coding,

yakni merubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka

atau bilangan

3. Memasukan data (data entry)

Peneliti memasukkan atau meng-entry data dari kuesioner ke paket

program komputer.

4. Pembersihan data (cleaning)

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di-entry

apakah ada kesalahan atau tidak

Dalam hal perhitungan statistik dan uji statistik. Analisa data pada

penelitian ini membedakan menjadi univariat dan bivariat.

a. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk mengetahui frekuensi dan

gambaran karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin,

data yang terkumpul selanjutnya akan dilakukan analisis

menggunakan proporsi dan tendency central. Hasil analisis dari

data numerik menunjukkan nilai mean, median, standar deviasi

sedangkan data kategorik menggunakan frekuensi dan poporsi

masing- masing. Analisis proporsi dilakukan pada data-data jenis

70
kategorik yang meliputi data tentang jenis kelamin, riwayat

keluarga dengan hipertensi, dan riwayat merokok. Sedangkan data-

data yang berjenis numerik meliputi usia, tekanan darah, yang

akan di analisis dengan tendency central.

b. Analisis Bivariat

Analisis pada penelitian ini menggunakan uji beda yang

sebelumnya sudah dilakukan uji normalitas data dengan melihat

histogram miring ke kanan, hasil dari skewness dan kurtosis

dikatakan normal jika -2 s/d 2. Uji beda untuk membuktikan

adanya pengaruh senam Ergonomik terhadap tekanan darah pada

pasien hipertensi di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit

Muhammadiyah Palembang. Penggunaan paired t-test untuk

menguji hasil dari dua hasil pengukuran (pre-test dan post-test)

melihat apakah terjadi perubahan yang signifikan. Berdasarkan uji

tersebut baru bisa dilihat kesimpulannya, apakah Ho ditolak atau

gagal untuk ditolak, Ho ditolak jika nilai P > 0,05 dan Ho gagal

ditolak jika nilai P < 0,05. Sedangkan uji regresi linier digunakan

untuk melihat berapa rata-rata selisih penurunan tekanan darah

responden. Menilai seberapa besar pengaruh intervensinya.

Apabila menggunakan metode tersebut berdistribusi tidak normal,

maka uji yang digunakan sebagai alternatif ialah uji Wilcoxon.

71
I. Etika Penelitian

Etika dalam penelitian menunjukan pada prinsip-prinsip etis yang

diterapkan dalam kegiatan penelitian, dari proposal penelitian sampai

dengan publikasi hasil penelitian. Etika penelitian dalam penelitian ini

antara lain Notoatmodjo (2010):

1. Inform Concent ( lembar persetujuan)

Peneliti perlu mempertimbangkan hak—hak subjek penelitian untuk

mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian

tersebut. Lembar persetujuan ini di berikan kepada responden untuk di

tanda- tangani (Notoatmodjo, 2010).

2. Anonimity ( kerahasiaan inentitas )

Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan

kebebasan individu dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak

untuk memberikan apa yang di ketahuinya kepada orang lain. Oleh

karena itu, identitas responden hanya di ketahui peneliti (Notoatmodjo,

2010).

3. Confidentiality ( kerahasiaan informasi )

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya

kelompok data tertentu yang akan di laporkan sebagai hasill penelitian

(Notoatmodjo, 2010).

4. Respect for justice ( keadilan dan keterbukaan )

72
Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua subjek penelitian

memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan

gender, agama, etnis dan sebagainya.

5. Beneficience ( manfaat )

Peneliti hendaknya memberikan manfaat semaksimal mungkin bagi

masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada khususnya

(Notoatmodjo, 2011).

73
74

Anda mungkin juga menyukai