Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Premenopause

a. Pengertian Premenopause

Fase premenopaause adalah sebagai permulaan transisi

klimakterik, yang dimulai beberapa (2–5) tahun sebelum

menopause (Proverawati, 2010). Sedangkan menurut Kasdu

(2004), fase premenopause adalah masa sebelum berlangsungnya

perimenopause, yaitu mulai sejak masa reproduksinya mulai

menurun sampai timbulnya keluhan atau tanda-tanda menopause.

b. Tanda-Tanda Premenopause

Menurut Kasdu (2004), wanita - wanita memasuki dewasa madya

yang usianya bekisar 40-45 tahun memasuki babak baru dalam

rentang kehidupannya. Tanda-tanda dari premenopause adalah

terjadinya perubahan, baik berupa fisik maupun perubahan pisikis

yang disebabkan oleh penurunan produksi hormon estrogen.

Perubahan fisik meliputi ketidakteraturan siklus haid, haid yang

sangat banyak atau sedikit, perasaan panas, berkeringat di malam

harian tidak ada hentinya, kerapuhan tulang, badan menjadi gemuk

dan muncul gejala penyakit. Sedangkan perubahan pisikis

meliputi adanya kecemasan, ingatan menurun, mundah

12
tersinggung, stres dan depresi.

c. Gejala-Gejala Premenopause

Menurut Proverawati (2010), gejala premenopause adalah sebagai

berikut :

1) Hot flush (perasaan panas dari dada hingga wajah), wajah

dan leher menjadi berkeringant. Kulit menjadi kemerahan

muncul di dada dan lengan terasa panas (hot flushes) terjadi

beberapa bulan atau beberapa tahun sebelum dan sesudah

berhenti nya menstruasi. Perasaan panas terjadi akibat

peningkatan aliran darah di dalam pembuluh darah

wajah,leher dada dan punggung.

2) Night sweat (keringat di malam hari)

Keringat dingin dan gemetaran juga dapat terjadi selama 30

detik sapai dengan 5 menit.

3) Dryness vaginal (kekeringan pada vagina)

Area genital yang kering dan biasa sebagai bahan

perubahan kadar estrogen. Kekeringan ini dapat membuat

area genital. Infeksi veginal dapat menjadi lebih umum.

4) Penurunan daya ingat dan mudah tersinggung

Produksi endorfin pada masa pre menopause mengalami

penurunan / hal ini terjadi karena penurunan kadar endorfin

dopamin dan serotonin tersebut mengakibat kan gangguan

13
yang berupa menurunya daya ingat dan suasan hati yang

sering berubah atau mudah tersinggung.

5) Insomnia (susah tidur)

Susah tidur disebabkan keringat di malam hari wajah

memerah dan perubahan lainnya. Selain itu kesulitan tidur

dapat di sebabkan karenan rendahnya kadar serotonin pada

masa premenopause. Kadar serotonin dipengaruhi oleh

kadar endorfin.

6) Gejala akibat kelainan metabolik

Meliputi kelainan metabolisme lemak di hati. Penurunan

kadar estrogen menyebabkan meningkatnya kadar kolestrol

LDL (low density lipoprotein) dan menurunnya kadar

jolesterol HDL (hight density lipoprotein).

7) Depresi (rasa cemas)

Depresi ataupun stress sering terjadi pada wanita yang

berada pada masa pre menopause. Hal ini terkait dengan

penurunan hormon estrogen sehingga menyebabkan wanita

mengalami depresi ataupun stress.

8) Fatigue (mudah lelah)

Rasa lelah sering kali muncul ketika menjelang masa

premenopause karena terjadi perubahan hormonal pada

wanita yaitu terutama hormon estrogen.

14
9) Penurunan libido

Faktor-faktor yang berkaitan denangan penurunan libido

pada wanita usia pertengahan begitu kompleks, termasuk

depresi, gangguan tidur dan keringat malam hari. Keringat

malam dapat menggangu tidur dan kekurangan tidur

mengurangi energi untuk yang lain, termasuk aktivitas seks.

Hal tersebut terjadi karena terjadi perubahan pada vagina,

seperti kekeringan, yang membuat area genetal sakit dan

selain itu terjadi perubahan hormonal sehingga dapat

menurukan gairah seks.

10) Drypareunia (rasa sakit ketika berhubungan seksual)

Hal ini terjadi karena vagina menjadi pendek menyempit

hilang elastisitas, epitelnya tipis dan mudah trauma karena

kurang lubrikasi.

11) Inkontinensia urin ( beser)

Beberapa wanita menemukan bahwa kebocoran air seni

selama latihan bersin, batuk, batuk, tertawa, ataupun

berjalan. Sehingga kesulitan untuk menampung air seni

yang cukup lama sehingga dapat ke kamar mandi.

12) Ketidak teraturan siklus haid

Gangguan siklus haid seperti polymenorrhoea,

olygomenorrhoea, amenorrhoea dan metrorragia, hal ini

terjadi karena kadar estrogen menurun saat premenopause.

15
13) Gejala kelainan metabolisme mineral

Mudah terjadi fraktur pada tulang, akibat ketidak

seimbangan absorpi dan resorbsi meneral terutama kalsium.

Bila hal ini berlangsung lama dapat mengakibatkan

osteoporosis.

2. Menopause

a. Pengertian Menopause

Menopause merupakan sebuah kata yang mempunyai banyak arti

yang terdiri dari kata “men” dan “pauseis” yang berasal dari bahasa

Yunani yang pertama kali digunakan untuk menggambarkan

berhentinya haid. Ini merupakan suatu akhir proses biologis dari

siklus menstruasi yang terjadi karena penurunan produksi hormon

estrogen yang dihasilkan ovarium (indung telur) (Joseph dan

Nugroho, 2010). Penurunan kadar estrogen, menyebabkan periode

menstruasi yang tidak teratur, dan ini dapat dijadikan petunjuk

terjadinya menopause. Menurut Joseph & Nugroho (2010), ada

tiga periode menopause, yaitu :

1) Klimaterium, yaitu merupakan masa peralihan antara masa

reproduksi dan masa senium. Biasanya masa ini disebut

juga dengan pramenopause, antara usia 40 tahun, ditandai

dengan siklus haid yang tidak teratur, dengan perdarahan

haid yang memanjang dan relatif banyak.

16
2) Menopause, yaitu saat haid terakhir atau berhentinya

menstruasi, dan bila sesudah menopause disebut pasca

menopause bila telah mengalami menopause 12 bulan

sampai menuju ke senium umumnya terjadi pada usia 50-an

tahun.

3) Senium adalah periode sesudah pasca menopause, yaitu

ketika individu telah mampu menyesuaikan dengan

kondisinya, sehingga tidak mengalami gangguan fisik

antara usia 65 tahun.

Menopause terjadi pada usia yang bervariatif. Hal ini sangat

tergantung ada berbagai faktor yang mempengaruhinya. Namun,

apabila diambil rata-ratanya, umumnya seorang wanita akan

mengalami menopause sekitar usia 45-50 tahun (Kasdu, 2004).

b. Tahap-Tahap Dalam Menopause

Menurut Joseph dan Nugroho (2010), menopause di bagi dalam

beberapa tahapan yaitu sebagai berikut :

1) Pra Menopause

Fase antara usia 40 tahun dan dimulainya fase klimakterik.

Geajala – gejala yang timbul :

a) Siklus haid yang tidak teratur.

b) Perdarahan haid yang memanjang.

c) Jumlah darah haid yang banyak.

17
d) Nyeri haid.

2) Peri Menopause

Fase peralihan antara pra menopause dan pasca menopause.

Gejala- gejala yang timbul :

a) Siklus haid yang tidak teratur

b) Siklus haid yang panjang.

3) Menopause

Haid alami terakhir akibat menurunnya fungsi estrogen

dalam tubuh. Menurut Luciana (2005), keluhan-keluhan

yang timbul pada menopause :

a) Keringat malam hari

b) Mudah marah

c) Sulit tidur

d) Haid tidak teratur

e) Gangguan fungsi seksual

f) Kekeringan vagina

g) Gelisah

h) Rasa khawatir

i) Sulit konsentrasi

j) Mudah lupa

k) Sering tidak dapat menahan kencing

l) Nyeri otot sendi

m) Depresi

18
d. Perubahan yang Terjadi pada Menopause

Menurut Joseph dan Nugroho (2010), perubahan terjadi selama

menopause adalah:

1) Perubahan Organ Reproduksi.

Akibat berhentinya haid, berbagai reproduksi akan

mengalami perubahan.

2) Perubahan Hormon

Sesuatu yang berlebihan atau kurang, tentu mengakibatkan

timbulnya suatu reaksi pada kondisi menopause reaksi yang

nyata adalah perubahan hormon estrogen yang menjadi

berkurang. Meski perubahan terjadi juga pada hormon

lainnya, seperti progesteron, tetapi perubahan yang

mempengaruhi langsung kondisi fisik tubuh maupun organ

reproduksi, juga psikis adalah perubahan hormon estrogen.

Menurunnya kadar hormon ini menyebabkan terjadi

perubahan haid menjadi sedikit, jarang, bahkan siklus

haidnya mulai terganggu, hal ini disebabkan tidak

tumbuhnya selaput lendir rahim akibat rendahnya hormon

estrogen.

3) Perubahan Fisik

Akibat perubahan organ reproduksi maupun hormon tubuh

pada saat menopause mempengaruhi berbagai keadaan fisik

tubuh seorang wanita, keadaan ini berupa keluhan ketidak

19
nyamanan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.

4) Perubahan Emosi

Selain fisik perubahan psikis juga sangat mempengaruhi

kualitas hidup seorang wanita dalam menjalani masa

menopause sangat tergantung pada masing-masing

individu, pengaruh ini sangat tergantung pada pandangan

masing-masing wanita terhadap menopause, termasuk

pengetahuannya tentang menopause.

e. Dampak Kesehatan Baik Fisik Maupun Psikis

Ketika seseorang memasuki masa menopause, fisik mengalami

ketidaknyamanan seperti rasa kaku dan linu yang dapat terjadi

secara tiba-tiba di sekujur tubuh, misalnya pada kepala, leher dan

dada bagian atas. Kadang-kadang rasa kaku ini dapat diikuti

dengan rasa panas dan dingin, pening, kelelahan, jengkel, resah,

cepat marah, dan berdebar- debar (Sibagariang, 2010).

Menurut Nirmala (2003), beberapa keluhan psikologis yang

merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu :

1) Ingatan Menurun

Sebelum menopause wanita dapat mengingat dengan

mudah, namun sesudah mengalami menopause terjadi

kemunduran dalam mengingat.

20
2) Kecemasan

Kecemasan yang timbul sering di hubungkan dengan

adanya kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang

sebelumnya tidak pernah di khawatirkan.

3) Mudah tersinggung

Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan kecemasan.

Wanita lebih mudah tersinggung dan marah terhadap

sesuatu yang sebelumnya dianggap tidak mengganggu ini

mungkin disebabkan dengan datangnya menopause maka

wanita menjadi sangat menyadari proses mana yang sedang

berlangsung dalam dirinya.

4) Stress

Tidak ada yang bisa lepas sama sekali dari rasa was-was

dan cemas, termasuk para lansia menopause. Di tingkat

psikologis, respon orang terhadap sumber stress tidak bisa

diramalkan, sebagaimana perbedaan suasana hati dan

emosi.

5) Depresi

Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih,

karena kehilangan kemampuan untuk bereproduksi, sedih

karena kehilangan kesempatan untuk memiliki anak, sedih

karena kehilangan daya tarik. Wanita merasa tertekan

karena kehilangan seluruh perannya sebagai wanita dan

21
harus menghadapi masa tuanya.

f. Upaya-Upaya Menghadapi Menopause

Menurut Kasdu (2010), upaya-upaya yang dapat dilakukan wanita

dalam menghadapi masa menopause diantaranya sebagai berikut :

1) Terapi Hormon

Terapi sulih hormon atau HRT (Hormon Replacement

Therapi) merupakan pilihan untuk mengurangi keluhan

pada wanita dengan kuluhan atau sindroma menopause.

Terapi sulih hormon juga berguna untuk mencegah

berbagai keluhan yang muncul akibat menopause, vagina

kering, dan gangguan pada seluruh kandung kemih.

Penggunaan terapi sulih hormon juga dapat mencegah

perkembangan penyakit akibat dari kehilangan hormon

estrogen seperi osteoporosis dan jantung korone. Melalui

pemberian terapi sulih hormon, kualitas hidupnya dapat

ditingkatkan sehingga memberikan kesempatan untuk dapat

hidup nyaman, secara fisiologis maupun psikologi.

2) Olahraga

Banyak wanita lanjut usia enggan melakukan olahraga

dengan alasan ketuaan. Biasanya, keengganan ini berawal

karena kebiasaan olahraga tidak menjadi bagian dari pola

hidupnya. Padahal bukan rahasia lagi, olahraga akan

meningkatkan kebugaran dan kesehatan seseorang. Dimasa

22
menopause, kebiasaan ini juga membawa dampak yang

positif.

3) Nutrisi

Bertambahnya usia menyebabkan beberapa organ tidak

melakukan proses perbaikan diri lagi. Semakin tua,

aktivitas gerak yang dilakukan juga tidak sekuat dulu

sehingga kalori yang dikeluarkan juga berkurang. Dengan

demikian, asupan makanan yang dibutuhkan akan

berkurang. Meskipun demikian, setiap orang tetap

membutuhkan makanan bergizi seimbang yang

mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan

mineral.

4) Gaya Hidup

Gaya hidup seseorang menentukan kesehatan dimasa akan

datang. Gaya hidup, mungkin tidak memberikan dampak

langsung sekarang, tetapi beberapa tahun kemudian,

bahkan mungkin puluhan tahun kemudian.

5) Pemeriksaan Kesehatan

Semakin bertambahnya usia, perhatian akan kesehatan diri

harus lebih diprioitaskan. Sebaiknya setiap wanita dimasa

menopause tetap melaksanakan deteksi dini terhadap

berbagai kemungkinan menderita penyakit tertentu.

23
3. Kecemasan

a. Pengertian Kecemasan

Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar

yang berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak bahaya.

Kecemasan berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian

intelektual terhadap bahaya (Stuart, 2007). Sedangkan menurut

Videbeck (2008), kecemasan adalah perasaan takut yang tidak

jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas,

seseorang merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki

firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti

mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi. Dan menurut

Stuart & Laraia (2005), kecemasan adalah kekhawatiran yang

tidak jelas menyebar di alam dan terkait dengan perasaan ketidak

pastian dan ketidak berdayaan.

b. Tingkat Kecemasan

Menurut Stuart (2007), tingkat kecemasan sebagai berikut:

1) Kecemasan ringan

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-

hari. Kekecewaan ini menyebabkan individu menjadi

waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Kecemasan

ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan

24
pertumbuhanserta kreatifitas.

2) Kecemasan Sedang

Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang

penting dan mengesampingkan yang lain. Kecemasan ini

mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian

individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun

dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk

melakukannya.

3) Kecemasan Berat

Sangat mempengaruhi lapang persepsi individu. Individu

cenderung berfokus pada suatu yang rinci dan spesifik seta

tidak berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukkkan

untuk menguragi ketegangan. Individu tersebut

memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.

4) Tingkat Panik

Ketakutan yang berhubungan dengan terperangah,

ketakutan dan teror. Hal yang rinci terhadap dari

proporsinya karena mengalami hilang kendali, individu

yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu

walaupun dengan arahan. Panik merupakan disorganisasi

dan menimbulkan peningkatan aktifitas motorik,

menurunya kemampuan untuk berhubungan dengan orang

lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran

25
yang rasional, tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan

kehidupan, jika berlangsung terus dalam waktu yang lama,

dapat terjadi kelelahan dan kematian.

c. Faktor Predisposisi

Menurut Stuart (2007), berbagai teori dikembangkan untuk

menjelaskan asal kecemasan adalah :

1) Menurut pandangan psikoanalitis, kecemasan adalah

konflik emosional yang terjadi antara dua elemen

kepribadian id dan super ego. Ide mewakili dorongan

insting dan impuls primitif, sedangkan super ego

mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh budaya.

Ego atau aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua

elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi kecemasan

adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

2) Menurut pandangan interpersonal, kecemasan timbul dari

perasaaan takut terhadap ketidak setujuan dan penolakan

interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan

perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan,

yang menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan

harga diri rendah terutama rentan mengalami kecemasan

yang berat.

3) Menurut pandangan perilaku, kecemasan merupakan

produk fruktuasi yaitu segala sesuatu yang menggangu

26
kemampuan individu untuk mencapai keinginan yang

diinginkan. Ahli teori lain menggangap kecemasan

merupakan suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan

keinginan diri untuk menghindari kepedihan.

4) Kajian keluarga menunjukan bahwa gangguan kecemasan

biasanya terjadi dalam keluarga. Gangguan kecemasan juga

tumbang tindih antara gangguan kecemasan dengan

depresi.

5) Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung

reseptor khusus untuk benzodeazepin, obat-obatan yang

mengakibatkan neoregulator inhibisi asam Gama Amino

Butyic Acid (GABA), yang berperan penting dalam

mekanisme biologis yang berhubungan dengan kecemasan.

d. Stresor Predisposisi

Menurut Suliswati dkk (2005), stresor predisposisi adalah

semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat menyebabkan

timbunya kecemasan. Ketegangan dalam kehidupan tersebut

dapat berupa:

1) Peristiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya

kecemasan berkaitan dengan krisis yang dialami individu

baik krisis perkembangan atau situasional.

2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak

terselesaikan dengan baik. Konflik antara ide dan super

27
ego atau trauma keinginan dan kenyataan dan dapat

menimbulkan kecemasan pada individu.

3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidak

kemampuan individu berfikir secara realitas sehingga

menimbulkan kecemasan.

4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk

mengambil keputusan yang berdampak ego.

5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena

merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat

mempengaruhi konsep diri individu.

6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga

menangani stres akan mempengaruhi individu dalam

berespon terhadap konflik yang dialami karena pola

mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam

keluarga.

7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga

mempengaruhi respon individu dalam berespon terhadap

konflik dan mengatasi kecemasannya.

8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah

pengobatan yangmengandung benzodizepin, karena

bonzodizepin dapat menekan neurotransmiter Gamma

Amino Butyic Acid (GABA) yang mengontrol aktivitas

neuron diotak yang brtanggung jawab menghasilkan

28
kecemasan.

e. Stresor Presipitasi

Menurut Suliswati dkk (2005), faktor presipitasi adalah semua

ketegangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan timbulnya

kecemasan. Fakto presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi

dua bagian:

1) Ancaman terhadap integritas fisik, ketegangan yang

mengancam integritas fisik meliputi:

a) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme

fisiologis normal.

b) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi

virus dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan,

kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya adekuatnya

tempat tinggal.

2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan

eksternal.

3) Sumber internal: kesulitan dalam berhubungan

interpersonal dirumah dan ditempat kerja, penyesuaian

terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas

fisik juga dapat mengancam harga diri.

4) Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai,

perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok,

sosial budaya.

29
f. Respon Kecemasan

1) Respon psikologis

Menurut Stuart (2007), respon fisiologis terhadap

kecemasan antara lain adalah:

a) Kardiovaskuler: palpitasi, jantung berdebar, tekanan

darah meningkat, rasa ingin pingsan, pingsan,

tekanan darah menurun.

b) Pernafasan: nafas cepat, sesak napas, tekanan pada

dada, napas dangkal, pembengkakan pada

tenggorokan, sensasi tercekik dan terengah-engah.

c) Neuro muskuler: reflek meningkat, reaksi terkejut,

mata berkedap kedip, insomnia, tremor, rigidias,

gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, tungkai

lemah dan gerakan yang janggal.

d) Gastrointestinal: kehilangan nafsu makan, menolak

makanan, rasa tidak nyaman pada abdomen, nyeri

abdomen, mual, nyeri ulu hati dan diare.

e) Saluran perkemihan: tidak dapat menahan kencing

dan sering berkemih.

f) Kulit: wajah kemerahan, berkeringat setempat

(telapak tangan), gatal, rasa panas dan dingin pada

kulit, wajah pucat dan berkeringan seluruh tubuh.

2) Respon Perilaku

30
a) Perilaku: gelisah, ketegangan fisik, tremor, reaksi

terkejut, bicara cepat kurang koordinasi, cenderung

mengalami cedera, menarik diri dari hubungan

interpersonal, inhibisi, melarikan diri dari masalah,

menghindar, hiperventilasi dan sangat waspada.

b) Kogninif: perhatian terganggu, konsentrasi buruk,

pelupa, salah dalam memberikan penilaian,

preokupasi, hambatan berfikir, lapang persepsi

menurun, kreatifitas menurun, bingung, sangat

waspada, kesadaran diri, kehilangan obyaktivitas

dan takut kehilangan kendali.

c) Kognitif-lanjutan: takut pada gambaran visual, takut

cedera atau kamatian, kilas balik dan mimpi buruk.

d) Afektif: mudah terganggu, tidak sabar, gelisah,

tegang, gugup, ketakutan, waspada, kengerian,

kekhawatiaran, kecemasan, mati rasa, rasa bersalah

dan malu.

4. Pendidikan Kesehatan

a. Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan adalah suatu proses intervensi terhadap 3 (tiga)

unsur pendidikan yaitu pengetahuan, sikap dan praktik atau perilaku.

Selain itu, dari beberapa hasil studi dan termasuk yang dilakukan oleh

31
organisasi kesehatan dunia (WHO), terungkap bahwa meskipun

pengetahuan masyarakat tentang kesehatan telah tinggi, namun

praktik atau tindakannya tentang kesehatan masih dinilai rendah

[CITATION SJA18 \l 1033 ].

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang

dinamis bukan hanya proses pemindahan materi dari individu ke

orang lain dan bukan seperangkat prosedur yang akan dilaksanakan

ataupun hasil yang akan dicapai (Nyswander dan Maulana, 2009

dalam Induniasih & Ratna, 2018). Hal ini dikarenakan individu dapat

menerima atau menolak keterangan baru, sikap baru, dan perilaku

baru yang berhubungan dengan tujuan hidup, tentunya proses

perkembangan perilaku juga akan selalu berubah secara dinamis.

Pendidikan kesehatan sebagai proses yang mencakup dimensi

dan kegiatan-kegiatan intelektual, psikologi, dan social yang

diperlukan untuk meningkatkan kemampuan individu dalam

mengambil keputusan secara sadar dan yang mempengaruhi

kesejahteraan diri, keluarga, dan masyarakat. Proses tersebut

rupanya didasarkan pada prinsip – prinsip ilmu pengetahuan yang

memberi kemudahan untuk belajar dan perubahan perilaku, baik bagi

tenaga kesehatan maupun bagi pemakai jasa pelayanan, termasuk

anak–anak dan remaja (Maulana, 2009 dalam Induniasih & Ratna,

2018 ).

32
Pendidikan kesehatan adalah upaya untuk memberikan

informasi dan keterampilan yang berkaitan dengan kesehatan kepada

individu, kelompok, dan masyarakat. Jadi, pendidikan kesehatan ini

berarti semua usaha untuk mendidik, memberikan informasi,

pengetahuan, keterampilan untuk meningkatkan kualitas kesehatan,

baik ditingkat individu, kelompok, maupun masyarakat. Harapannya

adalah masyarakat menjadi masyarakat yang peduli dan melek

dengan kesehatan lingkungan, kesehatan fisik, dan kesehatan sosial

mereka.

b. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Maulana 2009 dalam induniasih & ratna (2018) menyebutkan

tiga tujuan pendidikan kesehatan tersebut, yaitu:

1) Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai dimasyarakat.

Oleh karena itu, pendidik kesehatan harus bertanggung jawab

mengarahkan cara–cara hidup sehat sehingga menjadi kebiasaan

hidup masyarakat sehari–hari

2) Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok

mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat

3) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana

pelayanan kesehatan yang telah ada. Kadang kala pemanfaatan

sarana pelayanan yang ada dilakukan secara berlebihan dan bahkan

justru sebaliknya, seperti saat kondisi sakit tetapi tidak

menggunakan sarana kesehatan yang ada dengan semestinya.

33
b. Sasaran dan Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Ruang lingkup pendidikan kesehatan, baik sebagai ilmu

maupun seni, sangatlah luas karena mencakup segi kehidupan

masyarakat. Maulana 2009 dalam induniasih & ratna (2018)

menyebutkan bahwa ruang lingkup pendidikan kesehatan

berdasarkan beberapa hal, yaitu aspek kesehatan, tatanan atau

tempat pelaksanaan, dan tingkat pelayana. Berikut adalah

penjelasan lebih lanjut untuk topik ruang lingkup pendidikan

kesehatan.

1) Berdasarkan Aspek Kesehatan

Berdasarkan aspek kesehatan, terdapat dua aspek lagi

didalamnya, yaitu (a) aspek promotif serta (b) aspek

pencegahan dan penyembuhan.

Pertama, aspek promotif menjadikan kelompok orang

sehat atau sekitar 80 – 85 % populasi menjadi sasaran

pendidikan kesehatan. Derajat kesehatan dinilai cukup dinamis

walaupun dalam kondisi sehat tetapi perlu ditingkatkan dan

dibina kesehatannya.

Kedua, aspek pencegahan dan penyembuhan.

Dalam aspek ini, upaya pendidikan kesehatan mencakup tiga

upaya atau kegiatan, yaitu pencegahan tingkat pertama

(primer), pencegahan tingkat kedua (sekunder), dan

34
pencegahan tingkat ketiga (tersier).

Dipencegahan tingkat pertama, sasaran pendidikan

adalah kelompok yang memiliki risiko tinggi, seperti ibu hamil

dan menyusui, perokok, obesitas, dan pekerja seks. Tujuan

upaya pendidikan ini adalah untuk menghindarkan mereka dari

penyakit dan tidak jatuh sakit. Sasaran pencegahan tingkat

kedua adalah penderita penyakit kronis seperti asma, DM, dan

TBC. Tujuannya adalah agar penderita penyakit tersebut

mempunyai kemampuan mencegah penyakit yang dideritanya

semakin bertambah parah.

Pencegahan tingkat ketiga menempatkan kelompok

pasien yang baru sembuh sebagai sasaran pendidikan.

Tujuannya adalah agar dapat memungkinkan penderita segera

pulih kembali dan mengurangi kecacatan seminimal mungkin.

2) Berdasarkan Tatanan Atau Tempat Pelaksanaan

Ruang lingkup berdasarkan tatanan atau tempat

pelaksanaan dibagi menjadi lima, yaitu tatanan keluarga,

sekolah, tempat kerja, tempat umum, dan fasilitas pelayanan

kesehatan. Ditatanan keluarga, sasaran utamanya adalah orang

tua. Tatanan sekolah menjadikan guru sebagai sasaran utama.

Di tatanan tempat kerja, pemilik, pemimpin, atau manajer

menjadi sasaran pendidikan kesehatan. Di tatanan tempat

umum, para pengelola tempat umum menjadi sasaran

35
utamanya. Terakhir, difasilitas pelayanan kesehatan, sasaran

utamanya adalah pimpinan fasilitas kesehatan.

3) Berdasarkan Tingkat Pelayanan

Ruang lingkup dan sasaran pendidikan kesehatan

berdasarkan tingkat pelayanan sesuai dengan konsep five levels

of prevention (maulana, 2009 dalam [ CITATION ind18 \l 1033 ].

Kelima hal tersebut adalah health promotion (peningkatan

kesehatan), specific protection (perlindungan khusuS), early

diagnosis and prompttreatment (diagnosis dini dan pengobatan

segera), disability limitation (pembatasan kemungkinan cacat),

dan rehabilition (rehabilitasi).

c. Tahap–Tahap Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan

kegiatan pendidikan kesehatan dilaksanakan secara ilmiah

melalui beberapa tahap kegiatan, yaitu tahap sensitisasi, publisitas,

edukasi, dan motivasi (maulana 2009 dalam[ CITATION ind18 \l 1033 ].

Berikut adalah penjelasan kelima tahap tersebut:

1) Tahap pertama atau tahap sensitisasi

Kegiatan ditahap ini adalah pemberian informasi untuk

menumbuhkan kesadaran pada masyarakat terhadap adanya

hal–hal penting yang berkaitan dengan kesehatan, seperti

kesadaran terhadap adanya pelayanan kesehatan, fasilitas

kesehatan, dan kegiatan imunisasi. Kegiatan ditahap ini

tidaklah dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan

36
tidak mengarah pada perubahan sikap serta tidak atau belum

bermaksud untuk mengubah perilaku tertentu. Kegiatan

ditahap ini hanya sebatas pemberian informasi tertentu untuk

merangsang masyarakat terhadap perilaku kesehatan dan

bentuk kegiatannya adalah radio spot, poster, selebaran, dan

lain-lain.

2) Tahap kedua atau tahap publisitas

Tahap ini menjadi kelanjutan dari tahap sensitisasi yang

memiliki tujuan untuk menjelaskan lebih lanjut tentang jenis

pelayanan kesehatan difasilitas pelayanan kesehatan seperti

dipuskesmas, posyandu, polindes, dan pustu.

3) Tahap ketiga atau tahap edukasi

Tahap edukasi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,

mengubah sikap, dan mengarahkan perilaku yang diinginkan

oleh kegiatan tersebut. Cara yang digunakan di tahap ini

adalah dengan kegiatan belajar mengajar. Pada tahap ini,

penting dilakukan peragaan ataupun demonstrasi perilaku

kesehatan.

4) Tahap terakhir atau tahap motivasi

Tahap ini memiliki makna bahwa setelah mengikuti

pendidikan kesehatan, baik individu maupun masyarakat,

harus mampu mengubah perilaku sehari–hari sesuai dengan

perilaku yang dianjurkan. Kegiatan–kegiatan di atas dilakukan

37
secara berurutan dan bertahap. Oleh sebab itulah, pendidik

kesehatan harus menguasai ilmu komunikasi untuk tahap

sensitisasi dan publisitas serta menguasai ilmu belajar

mengajar untuk melaksanakan pendidikan kesehatan pada

tahap edukasi dan motivasi.

d. Peran Perawat Dalam Pendidikan Kesehatan

1) Advokat

2) Pemberi Perawatan (Care Giver)

3) Manager Kasus

4) Konsultan

5) Culture Broker

6) Pendidik

a) Mengenali Dimensi Dari Pilihan – Pilihan Kesehatan

b) Mempromosikan Perawatan Kesehatan

c) Mengetahui Sumber Daya Yang Tersedia

d) Memfasilitasi Perilaku Kesehatan

e) Perantara Informasi

7) Innovator

8) Mediator

9) Negosiator

10) Analisa Kebijakan

11) Promotor Atau Collaborative Partnership

12) Tokoh Panutan (Role Model)

38
13) Sensitizer

14) Aktivis Sosial

B. Kerangka Teori

Wanita Pre Dampak Menopause


Tingkat Kecemasan
Meopause 1. Fisik
a. Rambut rontok
b. Sering berkeringat
c. Dada terasa panas
d. Vagina terasa kering
Faktor yang Mempengaruhi
e. Kulit mulai ada flek
Premenopause :
hitam dan keriput
1. Usia Haid pertama
f. Badan pegal
2. Jumlah anak
3. Faktor psikis
2. Psikologis
4. Wanita dengan
a. Gairah seks menurun
histrektomi
b. Mudah tersinggung
5. Pemakaian
c. Insomnia
kontrasepsi
d. Percaya diri menurun
6. Merokok
e. Stres
7. Status ekonomi dan
f. depresi
sosial
(Stuart, 2007) (Sibagariang, 2010)

39
Upaya-Upaya Menghadapi
Menopause :
C. Penelitian Terkait

Berdasarkan pengetahuan peneliti, belum pernah ada penelitian sejenis dari

beberapa jurnal publikasi. Adapun penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah :

1. Hermawati, Dewi (2010) tentang Hubungan Karakteristik Wanita Premenopause

Dengan Tingkat Kecemasan dalam Menghadapi Menopause di Banda Aceh.

Berdasarkan hasil penelitian, peningkatan wawasan tentang perubahan yang terjadi

menjelang menopause menjadi sangat penting untuk di terapkan pada wanita

pramenopause. Hal ini dapat menurunkan kecemasan terhadap menopauase serta

dapat meningkatkan penerimaan terhadap menopause menjadi lebih baik. Desain

penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional dengan

populasi berumur 40-50 tahun dan belum mengalami menopause. Teknik

pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling pada 63 sampel.

Data dianalisis dengan menggunakan statistikmChi-square dengan confidence

interval 95% dan alpha (α) 0,05. Pengujian hipotesa jika p-value > nilai α maka

hipotesa null (Ho) diterima. Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan antara umur dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi menopause

(P=0,145, P>α), dan tidak ada hubungan antara status perkawinan dengan tingkat

kecemasan dalam menghadapi menopause (nilai P=1,000, P>α).

2. Nurpatminingsih (2016) tentang Hubungan Antara Kesiapan Menopause Dengan

Kecemasan Menghadapi Menopause Pada Ibu PKK di Desa Gentan Kecamatan

Bondosari Kabupaten Sukoharjo. Hasil penelitian diperoleh 2 hitung 15,832 (p-

value = 0,000), sehingga H0 ditolak. Kesimpulan penelitian terdapat hubungan

Kesiapan menopause dengan kecemasan menghadapi menopause pada ibu PKK di

Desa Gentan, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini

merupakan penelitian deskriptif dengan studi korelasi dan rancangan cross

40
sectional. Sample penelitian adalah perempuan usia 40 – 50 tahun yang akan

memasuki masa menopause yakni sebanyak 54 responden dengan teknik simple

random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang dianaliswas

menggunakan uji chi square.

41

Anda mungkin juga menyukai