Anda di halaman 1dari 18

PERSEPSI

Dosen Pembimbing

Nama Kelompok 2:

1. Bunga Nur Haniva (2020008) 6. Dwi ayu nastiti (2020013)


2. Debby Ainun Fadlilah (2020009) 7. Elfira Annisa Prastikno (2020014)
3. Destya Ayu Rahmadani (2020010) 8. Ersa Arfinia Putri (2020015)
4. Dhanny ranchman (2020011) 9. Khofifah nur rochmah (1920022)
5. Dito Tri Wibowo (2020012) 10. Rizqi Sa'diyyah (1920036)

PROGRAM STUDY DIII-KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
Tahun Ajaran 2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Manusia adalah makhluk yang dilahirkan paling sempurna. Manusia memiliki


kemampuan kognitif untuk memproses informasi yang diperoleh dari lingkungan di
sekelilingnya melalui indera yang dimilikinya, membuat persepsi terhadap apa-apa yang
dilihat atau dirabanya, serta berfikir untuk memutuskan aksi apa yang hendak dilakukan
untuk mengatasi keadaan yang dihadapinya. Hal-hal yang dapat mempengaruhi
kemampuan kognitif pada manusia meliputi tingkat intelejensi,kondisi fisik, serta
kecepatan sistem pemrosesan informasi pada manusia. Bila kecepatan sistem pemrosesan
informasi terganggu, maka akan berpengaruh pada reaksi manusia dalam mengatasi
berbagai kondisi yang dihadapi.
           Keterbatasan kognitif terjadi apabila terdapat masalah atau gangguan pada
kemampuan kognitif. Masalah yang dialami bisa terjadi sejak lahir, atau terjadi perubahan
pada tubuh manusia seperti terluka, terserang penyakit, mengalami kecelakaan yang dapat
menyebabkan kerusakan salah satu indera, fisik atau juga mental. Akibat dari adanya
keterbatasan kognitif ini, manusia menjadi tidak mampu untuk memproses informasi
dengan sempurna. Dengan ketidaksempurnaan ini maka manusia yang memiliki
keterbatasan kognitif mengalami masalah dalam meraba, mempelajari atau berfikir untuk
bereaksi terhadap keadaan yang dihadapinya. Selama masa awal anak-anak, seorang anak
mengalami peningkatan yang dramatis pada keterampilan motorik kasar. Anak-anak
menjadi lebih berani ketika keterampilan motorik kasar mereka meningkat. Selain itu, hal
ini dipengaruhi oleh pertumbuhan fisik yang cepat yang menyebabkan anak semakin
tinggi dan semakin besar, maka kemampuan fisik merekapun meningkat. Beberapa
macam kemampuan fisik yang cukup nyata perkembangannya pada masa ini adalah:
kekuatan, keseimbangan, dan koordinasi. Oleh karenanya kehidupan anak-anak sangat
aktif, lebih aktif dari pada titik lain manapun pada siklus kehidupan. Selain berkembang
secara motorik dan fisik, anak-anak juga akan selalu mengalami perkembangan kognitif.
           Persepsi dalam arti sempit melibatkan pengalaman kita tapi secara psikis
pengertian itu tidaklah tepat. Tetapi lebih tepatnya persepsi merupakan proses yang
menggabungkan dan mengorganisir data-data indera kita ( penginderaan) untuk
dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita,
termasuk sadar dengan diri kita sendiri. Dan didalam mempersepsi keadaan sekitar maka
kita harus melibatkan indra kita maka akan lahir sebuah argumen yang berasal dari
informasi yang dikumpulkan dan diterima oleh alat reseptor sensorik kita sehingga kita
dapat menggabungkan atau mengelompokkan data yang telah kita terima sebelumnya
melalui pengalaman awal kita.

1.2 Rumusan masalah


1. Apakah definisi persepsi?
2. Bagaimana tahap terbentuknya persepsi?
3. Bagaimana perkembangan perseptual?
4. Apa saja sifat-sifat?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi?

1.3 Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang
persepsi, faktor-faktor yang mempengaruhi yang dapat bermanfaat bagi kita semua
Mempelajari lebih dalam tentang persepsi supaya dapat bermanfaat dalam proses
pembelajaran selanjutnya

1.4 Manfaat
bagi penulis diharapkan makalah ini dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang
persepsi. Pemahaman yang lebih mendalam tentang persepsi yang terjadi pada seseorang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hukum persepsi


1. Hukum kedekatan : menggunakan pola pengelompokan objek sehingga dalam
pengamatan ada objek yang saling mendekat dan ada yang berdiri sendiri.
2. Hukum Kesamaan : persepsi yang menggunakan pola pengelompokan objek terhadap
hal-hal yang sama.
3. Hukum Kontinuitas : persepsi yang menggunakan pola berkelanjutan sesuai dengan
simbol yang sudah dimiliki
4. Hukum kelengkapan/ketertutupan : persepsi yang menggunakan pola untuk melengkai
bagian-bagian yang kurang atau hilang.

2.2 Pola perbedaan persepsi


Objek yang sama dipersepsikan berbeda oleh dua atau lebih individu. Perbedaan
persepsi disebabkan oleh:
1. Perhatian : perbedaan fokus objek yang diamati
2. Set : harapan individu terhadap rangsang yang terjadi
3. Kebutuhan : Terjadi karena adanya perbedaan kebutuhan masing-masing individu
4. Sistem nilai : Terjadi karena perbedaan nilai-nilai yang dianut masyarakat.
5. Ciri kepribadian :Terjadi karena perbedaan kepribadian pada masing-masing individu
6. Gangguan kejiwaan : pada umumnya timbul halusinasi berupa pendengaran atau
penglihatan

2.3 Bentuk-bentuk Motivasi

Dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan
adanya hasrat dan minat untuk melakukan kegiatan, dorongan dan kebutuhan untuk
melakukan kegiatan, harapan dan cita-cita, penghargaan dan penghormatan atas diri,
Bentuk-bentuk Motivasi:

1. Motivasi Intrinsik: (Dari dalam diri sendiri) Biasanya timbul dari perilaku yang dapat
memenuhi kebutuhan sehingga manusia menjadi puas
2. Motivasi Ekstrinsik: (dari luar diri atau pengaruh dari orang lain) Perilaku yang
dilakukan dengan motivasi ekstrinsik biasanya penuh dengan kekhawatiran dan
kesangsian apabila tidak tercapai kebutuhan
3. Motivasi Terdesak: Motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit dan munculnya
serentak cepat sekali pada perilaku seseorang
4. Motivasi yang berhubungan dengan ideologi: Bentuk motivasi yang paling menonjol
adalah motivasi sosial karena individu memang makhluk social

Cara-cara Memotivasi

1. Dengan Kekerasan Cara memotivasi dengan menggunakan ancaman hukuman atau


kekerasan agar yang dimotivasi dapat melakukan apa yang harus dilakukan.
2. Dengan Bujukan Cara memotivasi dengan memberikan bujukan atau memberi hadiah
agar melakukan sesuatu sesuai harapan yang memberi motivasi
3. Dengan identifikasi Cara memotivasi dengan menanamkan kesadaran sehingga
individu berbuat sesuatu karena adanya keinginan yang timbul dari dalam dirinya
sendiri dalam mencapai sesuatu.

Pelaksanaan Pemberian Motivasi

1. Teknik Verbal Berbicara untuk membangkitkan semangat, pendekatan pribadi,


diskusi dan sebagainya
2. Teknik Tingkah Laku Meniru, mencoba dan menerapkan
3. Teknik Intensif Dengan cara mengambil kaidah yang ada
4. Supertisi dan kepercayaan akan sesuatu secara logis, namun membawa
keberuntungan
5. Citra atau Image Imajinasi atau daya khayal yang tinggi, maka individu akan
termotivasi

2.4 Klasifikasi Emosi


perasaan yang disertai gejala fisiologik, karena ada peristiwa yang menimpanya.
Positive Affectivity (PA): emosi positif (senang, bahagia, senang, tertawa)
Negative Affectivity (NA): bernada negative (cemas, marah, bersalah, sedih takut)
Perubahan Fisik Atas Reaksi Emosi

Perubahan sebagian fungsi fisiologi (Denyut nadi menjadi lebih cepat, tekanan darah
meningkat atau menurun, dan frekuensi pernafasan bertambah cepat)
Perubahan fisik dalam bentuk ekspresi Perubahan mimik, perubahan dalam bentuk
anggota badan, dan perubahan nada suara

Perubahan fungsi psikis lain Seperti orang pada saat ketakutan tidak mampu
menggunakan daya pikirnya atau pasa saat marah maka daya pikirnya terhenti dan tidak
berfungsi

1. Latency: dari waktu stimulus ke waktu ekspresi di mulai


2. Onset: periode latency ke tingkat maksimum ekspresi
3. Apex periode: dimana ekspresi dipertahankan pada kekuatan maksimal
4. Offset: mencerminkan kedalaman dan kekuatan dari pengalaman merasa
5. Intensitas: dari puncak sampai ekspresi menghilang.

2.5 Struktur sikap


Kecenderungan bertindak terhadap objek di lingkungan tertentu
1. Komponen kognitif Terbentuk dari keyakinan (belief) yang dimiliki atau dipegang
oleh individu terhadap suatu objek
2. Komponen Afektif Terdiri atas perasaan (emotional feelings) yang distimulasi oleh
objek yang sedang dipikirkan
3. Komponen Perilaku Terdiri atas predisposisi atau kecenderungan untuk bertindak
sesuai dengan cara yang diyakini untuk merespon terhadap suatu objek yang
dipikirkan

2.6 Fungsi dan tingkat sikap


1. Fungsi Instrumen Sikap: Sikap dikaitkan dengan alasan praktis atau manfaat dan
menggambarkan keadaan keinginan, sehingga sikap menjadi sarana untuk mencapai
suatu tujuan
2. Fungsi Pertahanan Ego: Sikap digunakan untuk melindungi diri dari kecemasan atau
ancaman harga dirinya
3. Fungsi Nilai Ekspresi: Sikap mengekspresikan nilai yang ada pada diri individu
4. Fungsi Pengetahuan: Sikap membantu individu memahami dunia, yang membawa
keteraturan terhadap bermacam-macam informasi dalam kehidupan sehari-hari. Setiap
individu memiliki motif ingin tahu, ingin mengerti, ingin banyak pengalaman dan
pengetahuan
5. Fungsi Penyesuaian Sosial: Sikap ini membantu individu menjadi bagian dari
masyarakat

Tingkatan sikap

1. Menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan


stimulus (objek) yang diberikan
2. Menghargai (Valuing) Sikap individu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah
3. Merespon (responding) Individu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan
dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Terlepas pekerjaan itu benar atau salah,
berarti orang menerima ide tersebut
4. Bertanggung jawab (responsible) Sikap individu untuk bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko

Ciri-ciri sikap
Sikap tidak dibawa sejak lahir, sikap dapat berubah-ubah, Sikap tidak berdiri sendiri,
Objek sikap,

Pembentukan dan pengubahan sikap


Pengalaman pribadi, Kebudayaan, Media massa, Orang lain yang dianggap penting
(significant othersi), .Institusi / lembaga pendidikan agama, Faktor emosional.
Sikap perawat dalam merawat pasien (Cepat, Tepat, Aman, Ramah tamah, Nyaman)

2.7 Pengukuran Sikap


Pengukuran Langsung: Pengukuran langsung dilakukan pada subyek secara langsung, 2
jenis; Pengukuran langsung terstruktur pengukuran dengan menggunakan pertanyaan,
Pengukuran Langsung tidak terstruktur mengukur sikap dengan wawancara bebas
Pengukuran Tidak Langsung: Pengukuran sikap dilakukan dengan menggunakan tes.
Metode pengukuran sikap:
Observasi perilaku, Pertanyaan langsung, Pengungkapan langsung, Skala sikap,
Pengukuran terselubung,
Observasi perilaku : sikap seseorang dapat diperhatikan melalui perilakunya.Pertanyaan
langsung : metode ini paling valid hanya jika situasi dan kondisinya memungkinkan
kebebasan bependapat tanpa tekanan psikologis maupun fisik.
Pengungkapan langsung : dapat dilakukan dengan item tunggal maupun dengan
menggunakan item ganda
Skala sikap : berupa kumpulan pernyataan mengenai suatu objek sikap. Salah satu sifat
skala sikap adalah isi pernyataannya dapat berupa pernyataan langsung yang jelas tujuan
pengukurannya akan tetapi dapat pula berupa pernyataan tidak langsung yang tampak
kurang jelas tujuan pengukurannya bagi responden.
Pengukuran terselubung : Objek Pengamatan bukan lagi perilaku yang tampak didasari
atau sengaja dilakkan oleh seseorang melainkan reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi di
luar kendali orang yang bersangkutan.
BAB III

HASIL PENELITIAN

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten yang ada di provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY). Tepatnya berada disebelah selatan provinsi DIY.
Kabupaten Bantul berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman di
sebelah utara, Kabupaten Gunung Kidul di sebelah timur, Kabupaten Kulonprogo di
sebelah barat dan berbatasan langsung dengan samudera Hindia di sebelah selatan.
Secara detail, Kabupaten Bantul terletak pada koordinat 07° 44' 04" - 08° 00' 27"
LS dan 110° 12' 34" - 110° 31' 08" BT. Kabupaten Bantul memiliki luas wilayah 506,86
km2, (15,90 % dari Luas wilayah Propinsi DIY) dengan topografi sebagai dataran
rendah 140% dan lebih dari separonya (60%) daerah perbukitan yang kurang subur,
secara garis besar terdiri dari :
1. Bagian Barat, adalah daerah landai yang kurang serta perbukitan yang membujur dari
Utara ke Selatan seluas 89,86 km2 (17,73 % dari seluruh wilayah)
2. Bagian Tengah, adalah daerah datar dan landai merupakan daerah pertanian yang
subur seluas 210.94 km2 (41,62 %).
3. Bagian Timur, adalah daerah yang landai, miring dan terjal yang keadaannya masih
lebih baik dari daerah bagian Barat, seluas 206,05 km2 (40,65%).
4. Bagian Selatan, adalah sebenarnya merupakan bagian dari daerah bagian Tengah
dengan keadaan alamnya yang berpasir dan sedikir berlagun, terbentang di Pantai
Selatan dari Kecamatan Srandakan, Sanden dan Kretek.

Jumlah penduduk Kabupaten Bantul pada hasil registrasi peduduk awal tahun 2011
sebanyak 1.035.635 jiwa terdiri dari 311.934 kepala keluarga (KK). Jumlah penduduk
laki-laki 511.665 jiwa (49.40%), Perempuan 523.970 jiwa (50.60 %), Penduduk Dewasa
702.394 jiwa (77,14 %), Penduduk Anak-Anak 208.178 jiwa (22.86 %) yang terbagi
dalam 17 kecamatan, 75 desa/kelurahan dan 933 dusun.

Kabupaten Bantul terdiri dari 17 kecamatan yang dijadikan lokasi penelitian yaitu:
Kecamatan Bantul, Bambanglipuro, Banguntapan, Dlingo, Imogiri, Jetis, Kasihan,
Kretek, Pandak, Pajangan, Piyungan, Pleret, Pundong, Sanden, Sedayu, Sewon, dan
Srandakan. Bagian Tata Pemerintahan Setkab Bantul menjelaskan bahwa jarak kota-kota
kecamatan terhadap desa terjauh, ibukota kabupaten, dan ibukota propinsi adalah
Kecamatan Dlingo, sedangkan jarak Kecamatan terdekat dengan ibukota kabupaten
adalah Kecamatan Bantul dan jarak Kecamatan terdekat dengan ibukota propinsi adalah
Kecamatan Sewon dan Kasihan.
Untuk mewujudkan tujuan pembangunan Kabupaten Bantul ditetapkan visi daerah,
yaitu : "BANTUL PROJOTAMANSARI SEJAHTERA, DEMOKRATIS, DAN
AGAMIS" Visi tersebut mengandung pengertian bahwa kondisi Kabupaten Bantul yang
ingin diwujudkan di masa yang akan datang adalah Bantul yang projotamansari
(produktif profesional, ijo royo-royo, tertib, aman, sehat dan asri, sejahtera, dan
demokratis) yang semuanya itu akan diwujudkan melalui misi
Misi merupakan pernyataan tentang tujuan operasional organisasi (Pemerintah)
yang diwujudkan dalam produk dan pelayanan, sehingga dapat mengikuti irama
perubahan zaman bagi pihak-pihak yang
berkepintingan bagi masa mendatang. Sebagai penjabaran dari Visi yang
ditetapkan diatas, pernyataan misi mencerminkan tentang segala sesuatu yang akan
dilaksanakan untuk pencapaian Visi tersebut. Dengan adanya pernyataan Misi
organisasi, maka akan dapat dijelaskan mengapa organisasi eksis dan apa maknanya
pada masa yang akan datang. Adapun misi Kabupaten Bantul adalah sebagai berikut :
1. Mewujudkan kesejahteraan dengan prioritas mencerdaskan dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang didasarkan kepada keimanan dan ketaqwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mewujudkan penyelenggaraan pemerintah yang baik dan bertanggung jawab.
3. Mewujudkan demokratisasi dalam segala aspek kehidupan, menghormati hak asasi
manusia, dan menjamin tegaknya supremasi hukum.
Mewujudkan peningkatan produksi, produktivitas, dan nilai tambah hasil-hasil
potensi daerah yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Definisi persepsi dari beberapa sumber buku:


1. Menurut Kotler (2009), persepsi adalah proses seorang individu memilih,
mengorganisasikan dan menafsirkan masukan-masukan informasi untuk menciptakan
suatu gambaran yang bermakna tentang dunia.
2. Menurut Sugihartono (2007), persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan
stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera
manusia.
3. Menurut Asrori (2009), persepsi adalah proses individu dalam menginterprestasikan,
mengorganisasikan dan memberi makna terhadap stimulus yang berasal dari
lingkungan di mana individu itu berada yang merupakan hasil dari proses belajar dan
pengalaman.
4. Menurut Thoha (1999), persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang
dalam memahami setiap informasi tentang lingkungannya baik melalui penglihatan,
pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman.
5. Menurut Fadila dan Lestari (2013), persepsi adalah segala proses pemilihan,
pengorganisasian dan penginterprestasian masukan informasi, sensasi yang diterima
melalui penglihatan, perasaan, pendengaran, penciuman dan sentuhan untuk
menghasilkan makna.

4.2 Proses Terjadinya Persepsi


Menurut Walgito (1989), terbentuknya persepsi melalui suatu alur proses, yaitu
berawal dari objek yang menimbulkan rangsangan dan rangsangan tersebut mengenai alat
indra atau reseptor. dinamakan proses kealaman (fisik). Kemudian rangsangan yang
diterima oleh alat indra dilanjutkan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini dinamakan
proses fisiologis. Selanjutnya terjadilah suatu proses di otak, sehingga individu dapat
menyadari apa yang ia terima dengan reseptor itu, sebagai suatu rangsangan yang
diterimanya. Proses yang terjadi dalam otak/pusat kesadaran itulah dinamakan dengan
proses psikologis. Pada taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari
tentang apa yang diterima melalui alat indra (reseptor).Terdapat beberapa proses dalam
persepsi yang dapat digunakan sebagai bukti bahwa sifat persepsi itu merupakan hal yang
komplek dan interaktif. proses-proses terjadinya persepsi sebagai berikut:
1. Stimulus atau situasi yang hadir. Awal terjadinya persepsi diawali ketika seseorang
dihadapkan dengan suatu situasi atau stimulasi. Situasi yang dihadapi itu mungkin
bisa berupa stimulasi penginderaan dekat dan langsung atau berupa bentuk
lingkungan sosiokultur dan fisik yang menyeluruh.
2. Registrasi. Proses selanjutnya adalah registrasi. Dalam masa ini suatu gejala yang
nampak ialah mekanismen fisik yang berupa penginderaan dan syaraf seseorang
mempengaruhi persepsi.
3. Interprestasi. Proses ini merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang amat
penting. Proses interpretasi ini tergantung pada cara pendalaman (learning), motivasi,
dan kepribadian seseorang. Pendalaman, motivasi dan kepribadian seseorang akan
berbeda dengan orang lain. Oleh karena itu, interpretasi terhadap suatu informasi yang
sama, akan berbeda antara satu orang dengan orang lain.
4. Umpan balik (feedback). Proses ini dapat mempengaruhi persepsi seseorang. Sebagai
contoh, seseorang karyawan yang melaporkan hasil kerjanya kepada atasannya,
kemudian mendapat umpan balik dengan melihat raut muka atasannya.

Menurut Twentinio (2013), seseorang dapat memiliki persepsi yang berbeda atas
objek yang sama karena tiga proses persepsi, yaitu sebagai berikut:

1. Perhatian Selektif. Orang mengalami sangat bayak rangsangan setiap hari,


kebanyakan orang dapat dibanjiri oleh lebih dari 1.500 iklan per hari.
2. Distorsi Selektif. Kecenderungan menafsirkan informasi sehingga sesuai dengan
prakonsepsi kita. Konsumen akan sering memelintir informasi sehingga menjadi
konsisten dengan keyakinan awal mereka atas merek dan produk (pandangan
mengenai produk).
3. Ingatan Selektif. Orang akan melupakan banyak hal yang mereka pelajari, tapi karena
adanya ingatan selektif, orang akan cenderung mengingat hal-hal baik yang
disebutkan tentang produk pesaing.

4.3 Jenis-jenis Persepsi


Menurut Parek (1984), berdasarkan indra sebagai penerima stimulus, terdapat beberapa
jenis persepsi, yaitu:
1. Persepsi visual. Persepsi visual dari indera penglihatan yaitu mata. Persepsi ini adalah
persepsi yang paling awal berkembang pada bayi dan memengaruhi bayi dan balita
untuk memahami dunianya. Persepsi visual adalah hasil dari apa yang kita lihat, baik
sebelum kita melihat atau masih membayangkan serta sesudah melakukan pada objek
yang dituju.
2. Persepsi auditoria atau pendengaran. Persepsi auditoria merupakan persepsi yang
didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga. Seseorang dapat mempersepsikan
sesuatu dari apa yang didengarnya.
3. Persepsi perabaan. Persepsi perabaan merupakan persepsi yang didapatkan dari indera
perabaan yaitu kulit. Seseorang dapat mempersepsikan sesuatu dari apa yang
disentuhnya atau akibat persentuhan sesuatu dengan kulitnya.
4. Persepsi penciuman. Persepsi penciuman merupakan persepsi yang didapatkan dari
indera penciuman yaitu hidung. Seseorang dapat mempersepsikan sesuatu dari apa
yang di cium.
5. Persepsi pengecapan. Persepsi pengecapan atau rasa merupakan jenis persepsi yang
didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah. Seseorang dapat mempersepsikan
sesuatu dari apa yang diecap atau rasakan.

4.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dibagi menjadi 2, yaitu


1. Faktor Internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam
diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain: Fisiologis. Informasi masuk
melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan
melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya.Kapasitas
indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi
terhadap lingkungan juga dapat berbeda.Perhatian. Individu memerlukan sejumlah
energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik
dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek.Energi tiap orang berbeda-beda
sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan
mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.Minat. Faktor ini dapat dilihat dari
bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat
memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.Pengalaman dan ingatan. Pengalaman
dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat
mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam
pengertian luas.Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang,
mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat
mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.
2. Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari
linkungan dan obyek-obyek yang terlibat di dalamnya.Elemen-elemen tersebut dapat
mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi
bagaimana seseoarang merasakannya atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor
eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah: Ukuran dan penempatan dari obyek
atau stimulus. Faktor ini menyatakan bahwa semakin besrnya hubungan suatu obyek,
maka semakin mudah untuk dipahami.

Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran
suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk
persepsi.Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak

1. Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempengaruhi cahaya lebih banyak,


akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.
2. Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya dengan latar
belakang dan sekelilingnya yang sama sekali diluar sangkaan individu yang lain akan
banyak menarik perhatian.
3. Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna lebih
sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari
stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.
4. Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek
yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang
diam.

4.5 Macam Persepsi


1. External perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang
datang dari luar diri individu
2. Self-perception,yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang berasal dari
dalam individu. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah dirinya sendiri ( Sunaryo,
2004 ).

4.6 Proses Terjadinya Persepsi


Menurut Hamka proses terjadinya persepsi melalui tahap-tahap sebagi berikut:
1. Tahap pertama merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses kealaman atau
proses fisik yaitu proses ditangkapnya suatu stimulus “objek” oleh panca indera.
2. Tahap kedua merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis yaitu proses
diteruskannya stimulus atau objek yang telah diterima alat indera melalui syaraf-
syaraf sensoris ke otak.
3. Tahap ketiga merupakan proses yang dikenal dengan nama proses psikologis yaitu
proses dalam otak, sehingga individu mengerti, menyadari, menafsirkan dan menilai
objek tersebut.
4. Tahap keempat merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu berupa
tanggapan, gambaran atau kesan.

4.7 Macam-macam gangguan persepsi :


1. Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indera
seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun dasarnya mungkin
organic, fungsional, psikotik ataupun histerik.
2. Ilusi adalah interpretasi atau penilaian yang salam tentang pencerapan yang sungguh
terjadi karena rangsang pada panca indera. Umpamanya : bunyi angin didengarnya
seperti dipaggil namanya, bayangan daun dilihat seperti seorang penjahat. Adapun
ilusi itu sangat dipengaruhi oleh emosi pada suatu waktu tertentu dan biasanya yang
bersangkutan dapat mengoreksi sesudahnya. Ilusi itu dibedakan dari “halusinasi”, dari
“pikiran hubungan“ dan dari “disorientasi”.
3. Depersonalisasi adalah perasaan aneh tentang dirinya atau perasaan bahwa pribadinya
sudah tidak seperti biasa lagi/tidak menurutkenyataan. Umpamanya : rasanya seperti
sudah diluar badannya (misalnya pengalaman diluar tubuh) atau sesuatu di bagian
tubuhnya sudah bukan kepunyaannya lagi. Ini dibedakan dari waham “hipnokhodrik”
dan dari disorientasi terhadap dirinya. Depersonalisasi itu adakalanya ditemukan juga
pada sindroma lobus parietalis.
4. Derealisasi adalah perasaan aneh tentang lingkungannya dan tidak menurut
kenyataan, umpamanya segala sesuatu yang dialaminya seperti dalam impiannya. Ini
dibedakan dari “kesadaran yang berubah”.

Gangguan somatosensorik pada reaksi konversi : sering secara simbolik menggambarkan


suatu konflik emosional, dibedakan dari gangguan psikofisiologik (bagian yang terkena
disarafi oleh susunan saraf vegetatif), dari penipuan atau stimulasi (dilakukan secara
sadar) dan dari gangguan neurologik (tanda-tandanya sesuai dengan anatomi susunan
saraf).

Gangguan psikofisiologik ialah gejala atau gangguan apada bagian tubuh yang disarafi
oleh susunan saraf vegetative dan yang disebabkan oleh gangguan emosi. Peruerubahan
fisiologik ini biasanya menyertai keadaan emosi tertentu; pada umumnya reversible dan
biasanya tidak mengakibatkan kerusakan jaringan yang permanent

Agnosia : ketidakmampuan untuk mengenal dan mengartikan pencerapan, sebagai akibat


kerusakan otak.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dengan ketidaksempurnaan ini maka manusia yang memiliki keterbatasan kognitif


mengalami masalah dalam meraba, mempelajari atau berfikir untuk bereaksi terhadap
keadaan yang dihadapinya. Selama masa awal anak-anak, seorang anak mengalami
peningkatan yang dramatis pada keterampilan motorik kasar. Anak-anak menjadi lebih berani
ketika keterampilan motorik kasar mereka meningkat. Selain itu, hal ini dipengaruhi oleh
pertumbuhan fisik yang cepat yang menyebabkan anak semakin tinggi dan semakin besar,
maka kemampuan fisik merekapun meningkat. Beberapa macam kemampuan fisik yang
cukup nyata perkembangannya pada masa ini adalah: kekuatan, keseimbangan, dan
koordinasi. Oleh karenanya kehidupan anak-anak sangat aktif, lebih aktif dari pada titik lain
manapun pada siklus kehidupan. Selain berkembang secara motorik dan fisik, anak-anak juga
akan selalu mengalami perkembangan kognitif.

5.2 Saran

Persepsi dalam arti sempit melibatkan pengalaman kita tapi secara psikis pengertian itu
tidaklah tepat. Tetapi lebih tepatnya persepsi merupakan proses yang menggabungkan
dan mengorganisir data-data indera kita ( penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian
rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar dengan diri kita
sendiri. Dan didalam mempersepsi keadaan sekitar maka kita harus melibatkan indra kita
maka akan lahir sebuah argumen yang berasal dari informasi yang dikumpulkan dan
diterima oleh alat reseptor sensorik kita sehingga kita dapat menggabungkan atau
mengelompokkan data yang telah kita terima sebelumnya melalui pengalaman awal kita.
Daftar pustaka

https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-persepsi/

https://husnulliutik.blogspot.com/2014/03/makalah-psikologi-tentang-persepsi.html

https://www.google.com/search?client=firefox-b-d&q=jenis+jenis+gangguan+persepsi

https://psikiatri.forumid.net/t237-gangguan-persepsi

Anda mungkin juga menyukai