Anda di halaman 1dari 11

ARITMATIKA

PERHITUNGAN KEUANGAN
PERBANKAN

DOSEN PENGAMPU :
Dra. TOYBAH, M.Pd
VINA AMALIA SUGANDA, M.Pd

DISUSUN OLEH :
ADEN NOPRIYAN DENI
(06131382025068)

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


DAFTAR ISI

Halaman

A. PERHITUNGAN BUNGA TUNGGAL…………………………….. 3


B. PERHITUNGAN BUNGA MEJEMUK ……………………………. 12

Daftar Pustaka………………………………………………………… 14
A. PERHITUNGAN BUNGA TUNGGAL

Tingkat suku bunga adalah harga yang harus dibayar oleh peminjam untuk
memperoleh dana dari pemberi pinjaman untuk jangka waktu yang disepakati.
Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang
berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya.
Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang
memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang
memperoleh pinjaman).
Menurut Kamus lengkap ekonomi, suku bunga (interest rate) adalah kompensasi
yang dibayar peminjam dana kepada yang meminjam. Suku bunga merupakan salah satu
variabel dalam perekonomian yang senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya
yang luas dan mempengaruhi secara langsung kehidupan masyarakat keseharian serta
mempunyai dampak penting terhadap kesehatan perekonomian. Biasanya suku bunga
diekspresikan sebagai persentase pertahun yang dibebankan atas uang yang dipinjam.
Bila kita meminjam uang sebanyak Rp.10.000.000,00 dari bank, maka dalam
pengembaliannya kita tidak hanya mengembalikan uang sebesar itu, tetapi kita harus
memberikan tambahan atau kelebihannya yang disebut bunga atau jasa.
Apabila bunganya Rp. 1.000.000,00 tiap tahun, maka:
1) Dalam jangka waktu satu tahun setelah pinjaman kita harus membayar bunga
Rp.1.000.000,00 sehingga pada akhir jangka waktu peminjaman kita harus
mengembalikan uang sebesar Rp 10.000.000,00 + Rp. 1.000.000,00 =
Rp. 11.000.000,00
2) Apabila kita meminjam uang tersebut dalam jangka waktu 2 tahun maka kita harus
membayar bunga sebesar 2 x Rp 1.000.000,00 = Rp 2.000.000,00, sehingga pada akhir
jangka waktu peminjaman kita harus mengembalikan uang sebesar Rp 10.000.000,00 +
Rp 2.000.000,00 = Rp. 12.000.000,00
3) Pak Dahlan adalah seorang pengusaha percetakan dan berniat menabungkan sebagian
keuntungannya di bank. Ia menyimpan uangnya sebesar Rp. 10.000.000,00 dengan
suku bunga 12% per tahun dengan bunga tunggal.
a. Berapakan jumlah tabungan Pak Dahlan setelah 1 tahun?
b. Berapakan jumlah tabungan Pak Dahlan setelah 3 tahun?
Penyelesaian:

a. Modal awal Pak Dahlan besarnya adalah Rp. 10.000.000,00 dengan suku bunga 12% per
tahun, maka bunga yang diterima Pak Dahlan dalam 1 tahun besarnya adalah:
12
12% x Rp 10.000.000,00 = × Rp 10.000.000,00
100
= Rp 1.200.000,00
Jadi, jumlah tabungan Pak Dahlan setelah 1 tahun besarnya adalah Rp 10.000.000,00 + Rp
1.200.000,00 = Rp 11.200.000,00.

b. Dalam jangka waktu 3 tahun, besar bunga tabungan yang diterima Pak Dahlan adalah:
12
12% x 3 x Rp 10.000.000,00 = x 3 x Rp 10.000.000,00
100
= Rp 3.600.000,00
Jadi jumlah tabungan Pak Dahlan setelah 3 tahun adalah Rp 10.000.000,00 + Rp
3.600.000,00 = Rp. 13.600.000,00
Bunga yang diperhitungkan seperti di atas dinamakan Bunga Tunggal.

Beberapa istilah yang perlu dikenal:


a. Modal adalah besarnya uang yang dipinjamkan. Dalam contoh di atas besarnya modal
adalah Rp. 10.000.000,00
b. Suku Bunga ialah perbandingan (rasio) antara bunga dengan modal untuk satuan waktu
tertentu. Satuan waktu tertentu itu boleh satu bulan, satu tahun. Suku bunga dinyatakan
dengan % (dibaca persen) dan dalam pecahan desimal. Jadi pada contoh di atas, suku

1.000.000
bunga itu ialah x 100% = 10% . Suku bunga atau sering disebut bunga,
10.000.000
biasanya dilambangka dengan p.
c. Periode Bunga
Dalam contoh di atas lamanya periode bunga adalah 1 tahun. Apabila dikatakan “suku
bunga p% sebulan, berarti besarnya suku bunga adalah p% dan periode bunga adalah 1
bulan artinya, setiap bulan modal M berbunga sebesar p% x M.
d. Periode pinjaman (masa pinjaman), adalah lamanya waktu suatu modal dipinjam atau
dipinjamkan.
e. Waktu eksak dan waktu pendekatan (rata-rata)
Untuk menghitung banyaknya hari dari antara dua tunggal, dalam menghitung bunga, ada 2
cara. Cara pertama disebut waktu eksak sedangkan cara ke dua disebut waktu pendekatan
(rata-rata).
Waktu eksak dapat dihitung dengan 2 cara :
1) Banyaknya hari yang dicari sama dengan banyaknya hari bulan-bulan berikutnya
ditambah hari bulan terakhir yang dinyatakan dengan tanggalnya.
2) Dengan menggunakan tabel (lihat tabel ”waktu eksak”).

Pada perhitungan waktu eksak, satu tahun dihitung 365 hari (untuk tahun kabisat),
sedangkan rata-rata dihitung berdasarkan kepada kesepakatan bahwa satu bulan itu terdiri
atas 30 hari, satu tahun dihitung 360 hari. Perhitungan seperti ini disebut perhitungan
biasa/pendekatan.
Contoh:

Carilah waktu eksak dan waktu rata-rata masing-masing dari tangga1 17 April
sampai dengan 16 Juni 2004.
Penyelesaian:
1) Berdasarkan waktu eksak, dihitung sebagai berikut:
Dalam bulan April = (30 – 17) hari = 13 hari Dalam
bulan Mei = 31 hari Dalam
bulan Juni = 16 hari + Jadi
waktu eksak = 60 hari

2) Berdasarkan waktu rata-rata dihitung sebagai berikut:


16 Juni 2004 kita tulis 2004 6 16
17 April 2004 kita tulis 2004 4 17 _
0 1 29

Angka yang tertulis paling bawah menunjukkan bahwa dari tanggal 17 April sampai
dengan 16 Juni 2004 itu terdiri atas 0 tahun, 1 bulan, 29 hari, sehingga perhitungannya
adalah: (0 x 360) + (1 x 30) + 29 = 59 hari. Dari jawaban tampak bahwa ada sedikit
perbedaan tentang jumlah hari yang diperoleh jika dihitung dengan perhitungan eksak
dibandingkan perhitungan biasa/pendekatan.

Dikenal ada 2 jenis bunga tunggal, yaitu yang disebut interest tunggal dan diskonto
tunggal. Perhatikan contoh berikut.
(1) A meminjam uang sebesar Rp. 100.000,00 setelah satu tahun A membayar hutang
beserta bunganya sebesar Rp. 104.000,00. Bunga yang besarnya Rp. 4.000,00 seperti
yang diperhitungkan pada akhir masa pinjaman disebut Interest. Dalam keadaan
sehari-hari istilah interest jarang dipakai, sedangkan yang sering dipakai adalah
istilah bunga. Untuk selanjtnya istilah interest tunggal kita sebut bunga tunggal.

(2) A akan meminjam uang sebesar Rp. 100.000,00 dengan bunga Rp. 4.000,00 setahun.
Pada waktu A menerima pinjaman bunganya telah dibayar lebih dulu (dibayarkan
pada awal peminjaman uang). Jadi ia menerima uang Rp. 96.000,00 dan akan
mengembalikan Rp. 100.000,00 setelah satu tahun. Dalam hal ini tetap berlaku
besarnya modal atau pokok pinjaman adalah Rp. 100.000,00. Bunga yang dibayar di
muka seperti ini disebut diskonto. Hubungan antara jumlah uang yang dipinjamkan
pada dibitur ( M 0 ), besar diskonto (D), dan jumlah uang yang diterima dibitur (M)
dapat dinyatakan dengan persamaan M 0 = M + (D x M 0 )

Contoh:
1. Ibu Rani meminjam uang di bank sebesar Rp 6.000.000,00 dengan diskonto 10% dalam
jangka waktu satu tahun. Tentukan besar uang yang diterima Ibu Rani?
Jawab: Besar Diskonto = 10 % per tahun
Besar bunga dalam satu tahun adalah 10% x Rp 6.000.000,00 = Rp 600.000,00
Jadi besar uang diterima Ibu Rani adalah Rp 6.000.000,00 – Rp 600.000,00 = Rp
5.400.000,00
2. Pak Arman menerima pinjaman dari bank dengan diskonto 25% per tahun. Uang yang
diterima Pak Arman besarnya Rp 15.000.000,00. tentukan besar pinjaman Pak Arman?
Jawab:
Besar diskonto = 25% per tahun
Uang yang diterima Pak Arman = M = Rp 15.000.000,00
Jika besar pinjaman Pak Arman = M 0 maka :
M 0 = M + (D × M 0 )
= Rp 15.000.000,00 + ( 25% × M 0 ) M 0 - 25% M 0 = Rp 15.000.000,00
75% M 0 = Rp 15.000.000,00
M 0 = Rp 15.000.000,00 : 75%
100
M 0 = Rp 15.000.000,00 ×
75
M 0 = Rp 20.000.000,00
Jadi besar uang yang di pinjam Pak Arman adalah Rp 20.000.000,00

Catatan:
Ada kesamaan penegrtian antara istilah diskon dan diskonto. Keduanya
menunjukkan adanya potongan (discount).

Perhitungan-perhitungan Dalam Bunga Tunggal


Dalam perhitungan bunga tunggal biasa dipakai simbul-simbul seperti berikut:
M= Modal / Pokok pinjaman
B = Besar bunga
p = Suku bunga, dalam % untuk 1 tahun
w = periode pinjaman
Jika modal sebesar M dibungakan dengan p % setahun, maka:
(a) Sesudah w tahun besar bunga adalah :
M× p×w
B=
100
.........Rumus 1

(b) Sesudah w bulan besarnya bunga adalah:


M× p×w
B=
1200
.........Rumus 2
(c) Sesudah w hari besarnya bunga adalah:
M× p×w
B=
3600
.........Rumus 3

Pada perhitungan bunga tunggal eksak ada sedikit perbedaan dengan rumus- rumus
di atas, Rumus I dan II tetap sedangkan rumus III angka 36.000 diganti 36.500.
Dari rumus I kita dapt mengubahnya menjadi bentuk rumus lain yang ekuivalen
untuk menentukan besarnya modal, suku bunga dan periode pinjaman seperti berikut:
100 × B 100 × B 100× B
M=
p×w
; p=
M×w
; w=
M×P
;

Dengan cara sama rumus II dan rumus III juga dapat diubah seperti cara di atas.
Contoh 1:
Seorang tukang sayur meminjam uang sebesar Rp.500.000,00 dari Pak Amat untuk
selama 1 tahun dengan bunga 20%. Jelaskan maksud soal itu dan tentukan besar
modalnya serta apakah ini bunga tunggal?

Penyelesaian :
Paling Lama dalam waktu 1 tahun setelah pinjaman itu diterima, tukang sayur itu harus
mengembalikan modalnya ditambah bunganya.
Modalnya Rp.500.000,00
20
Bunganya 20% dari Rp.500.000,00 = 100 × Rp.500.000,00

= Rp. 100.000,00
Jadi ia harus mengembalikan = Rp. 500.000,00 + Rp. 100.000,00
= Rp. 600.000,00
Ini adalah bunga tunggal sebab tukang sayur itu melakukan pembayarannya pada
saat selesainya perjanjian dengan pembayangan bunga sekali gus persatuan waktu.

Contoh 2:
Uang sebesar Rp. 15.000.000,00 dibungakan dengan bunga tunggal 5% setahun.
Carilah besar bunga apabila modal tersebut dibungakan selama:
a. 2 tahun
b. 6 bulan
c. 10 hari
d. 2 tahun 6 bulan 10 hari

Penyelesaian :
M = 15.000.000 . p = 5
a). w = 2 tahun
M × p × w 15.000 .000× 5 ×2
Rumus I ; B= = =1.500 .000
100 100

Jadi besar bunga dalam 2 tahun Rp. 1.500.000,00

b). w = 6 bulan
M × p × w 15.000 .000× 5 ×2
Rumus II ; B= = =375.000
1200 1200
Jadi besar bunga dalam 6 bulan Rp 375.000,00

c). w = 10 hari
M × p × w 15.000 .000× 5 ×2
Rumus I ; B= = =20.883
3600 3600
Jadi besar bunga dalam 10 hari Rp 20.833

d). Besar bungs selama 2 tahun 6 bulan 10 hari = Rp. 1.895.833,00


B. PERHITUNGAN BUNGA MAJEMUK

Seseorang meminjam uang sebesar Rp. 10.000.000,00 dalam jangka waktu peminjaman
3 tahun. Apabila dasar perhitungannya menggunakan bunga tunggal, dengan bunga 4%
setahun, maka setelah berakhir jangka waktu peminjaman ia akan mengembalikan uang

4
sebesar Rp. 10.000.000,00 + (3 x ×10.000.000,00) = Rp. 10.000.000,00 + Rp.
100
1.200.000,00 = Rp. 11.200.000,00.

Tetapi tidak demikian halnya apabila dasar perhitungannya menggunakan bunga


majemuk atau bunga berganda. Banyak bank yang menawarkan produk bank dengan
menggunakan bunga majemuk ini bahkan kita pernah mendengar ada istilah bunga harian.
Apabila dasar perhitungannya bunga majemuk, maka pinjaman tersebut akan dihitung
seperti berikut:

a. Pada akhir tahun pertama, modal menjadi:


4
Rp. 10.000.000,00 + ( × 10.000.000,00) = Rp. 10.400.000,00
100
Uang Rp. 10.400.000,00 ini dianggap sebagai modal baru untuk tahun kedua.

b. Pada akhir tahun kedua, modal menjadi:


4
Rp. 10.400.000,00 + ( × 10.400.000,00) = Rp. 10.816.000,00
100
Uang Rp. 10.816.000,00 ini dianggap sebagai modal baru untuk tahun ketiga.

c. Sehingga pada akhir tahun ketiga, modal menjadi:


4
Rp. 10.816.000,00 + ( × 10.816.000,00) = Rp. 11.248.640,00
100
Sistem bunga majemuk di atas dapat digambarkan seperti berikut:
Awal tahun I Akhir tahun I Akhir tahun II Akhir tahun II
10.000.000 10.000.000 + 400.000 10.400.000 + 416.000 10.816.000 + 423.000
M0 (M 0  B 1 ) (M 1 + B 2 ) (M 2 + B 3 )
10.400.000 10.816.000 11.248.640
M1 M2 M3

Keterangan :
M 0 = Modal awal tahun I

M 1 = Modal akhir tahun I = M 0  B 1


(Modal awal tahun I + Bunga akhir tahun I)
M 2 = Modal akhir tahun II = M 1 + B 2
(Modal akhir tahun I + Bunga akhir tahun II)
M 3 = Modal akhir tahun III = M 2 + B 3
(Modal akhir tahun II + Bunga akhir tahun III)
Jika M = Modal awal ; p = suku bunga majemuk ; n = perioda pinjaman, maka
M n (model setelah n perioda) dapat dirumuskan sebagai
n
p
(
M n=M 0 1+
100 )

Anda mungkin juga menyukai