Anda di halaman 1dari 5

Perawatan Saluran Akar Gigi Terhadap Nekrosis Pulpa Pada Gigi

Penyakit pulpa yang paling kita temukan dalam dunia ilmu kedokteran gigi adalah
nekrosis pulpa. Nekrosis pulpa atau kematian pulpa merupakan proses lanjutan dari radang pulpa
baik akut maupun kronis atau trauma yang disebabkan terhentinya pada sirkulasi darah secara
tiba-tiba (Djuanda et al., 2019). Pada penyakit Nekrosis pulpa yaitu kematian pulpa yang
disebabkan oleh jaringan pulpa yang disertai dengan infeksi yang dapat disebabkan oleh
mikroorganisme yang bersifat saprofit maupun patogen. Sebagian besar nekrosis pulpa terjadi
karena komplikasi dari pulpitis akut dan kronik yang tidak mendapat perawatan yang baik
(Santoso and Kristanti, 2016). Penyebab pada nekrosis pulpa adalah adanya bakteri, trauma,
iritasi bahan restorasi gigi maupun inflamasi dari pulpa yang berlanjut pada beberapa kasus
(Triharsa and Mulyawati, 2013).

Nekrosis pulpa yang dapat ditangani dengan perawatan saluran akar merupakan salah
satu penyebab hilangnya gigi asli dalam rongga mulut. Kehilangan gigi ini dapat dicegah dengan
perawatan saluran akar untuk mempertahankan gigi selama mungkin dalam rongga mulu
(Djuanda et al., 2019). Penyebab utama dari salah satu penyakit pulpa khususnya pada nekrosis
gigi adalah iritan mikroba dari karies, yaitu bakteri S.mutans dan Lactobacillus spp (Yamin and
Natsir, 2014). Gigi yang telah mengalami nekrosis akan dilakukan perawatan saluran akar untuk
mencegah dan membersihkan ruang pulpa dari jaringan pulpa yang telah terinfeksi, serta
membentuk saluran akar supaya dapat diperoleh apical seal yang baik dan pengisian yang
hermetis (Santoso and Kristanti, 2016).

Perawatan saluran akar harus memerlukan pembuangan pada jaringan keras yang cukup
banyak sehingga dapat meninggalkan jaringan keras dan tidak dapat mendukung restorasi
dengan baik karena mudah terjadi keretakan atau fraktur (Triharsa and Mulyawati, 2013).
Perawatan saluran akar adalah salah satu prosedur dalam ilmu kedokteran gigi yang bertujuan
untuk gigi yang mengalami kerusakan tetap berfungsi dengan baik dan tidak perlu dicabut
(Djuanda et al., 2019). bakteri yang telah teridentifikasi dari saluran akar gigi yang nekrosis
sebanyak tujuh jenis bakteri yang teridentifikasi (Yamin and Natsir, 2014).
Pada perawatan saluran akar dibagi menjadi 3 tahap, yaitu tahap preparasi biomekanis
saluran akar, tahap sterilisasi, dan tahap pengisian saluran akar(Santoso and Kristanti, 2016).
Tujuan dari perawatan saluran akar satu kali kunjungan yaitu untuk mencegah terjadinya
perluasan penyakit pulpa ke dalam jaringan periapikal yang akan mengembalikan jaringan
periapikal kembali normal (Rachmawati et al., 2011).

Pada nekrosis pulpa pada gigi perlu dilakukannya perawatan saluran akar dengan tujuan
untuk menghilangkan penyakit pulpa, penyakit periapikal, mempercepat penyembuhan, dan
memperbaiki jaringan yang sakit tersebut pada gigi tersebut (Santoso and Kristanti, 2016).
Nekrosis pulpa terdiri dari dua jenis antara lain, nekrosis koagulasi (pengentalan) dan nekrosis
likuefaksi (pencairan)(Rachmawati et al., 2011). Pada penyakit nekrosis pulpa yang terjadi pada
gigi dapat dilakukan dengan Perawatan saluran akar satu kunjungan adalah perawatan saluran
akar yang hanya dapat diselesaikan dalam satu kunjungan yang kemudian meliputi pembersihan
saluran akar, sterilisasi dan obturasi (Triharsa and Mulyawati, 2013).

Mikroorganisme yang banyak ditemukan pada saluran akar pada nekrosis pulpa yang
telah terinfeksi antara lain Enterococcus faecalis, Streptococcus anginosus, Bacteroides gracilis,
dan Fusobacterium nucleatum (Djuanda et al., 2019). Pulpa nekrosis adalah matinya pulpa baik
sebagian atau seluruhnya yang dapat terjadi karena inflamasi maupun rangsangan traumatik
(Triharsa and Mulyawati, 2013). Pada penyakit nekrosis pulpa yang terjadi pada gigi mengalami
jaringan pulpa tertutup oleh email dan dentin yang kaku sehingga tidak memiliki sirkulasi darah
kolatera (Santoso and Kristanti, 2016).

Nekrosis pulpa pada gigi nekrosis mengalami kematian pulpa yang disebabkan oleh
adanya iskemik jaringan pulpa dan disertai dengan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme
yang bersifat saprofit maupun pathogen, nekrosis pulpa dapat dilakukan dengan perawatan
saluran akar, Gigi yang sudah mengalami nekrosis perlu dilakukannya perawatan saluran akar
untuk dapat membersihkan ruang pulpa dari suatu jaringan pulpa yang telah terinfeksi (Santoso
and Kristanti, 2016).
Daftar Pustaka

Djuanda, R. et al. (2019) ‘Potensi Herbal Antibakteri Cuka Sari Apel terhadap
Enterococcus faecalis sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar’, Sonde (Sound of
Dentistry), 4(2), pp. 26-27.

Rachmawati, M. et al. (2011) ‘Perawatan saluran akar satu kali kunjungan pada
gigi insisivus dengan One visit endodontic on incisive with pulp necrosis without
periapical lesion ( case’, 10(3), pp 176-177.

Santoso, L. and Kristanti, Y. (2016) ‘Perawatan Saluran Akar Satu Kunjungan Gigi
Molar Kedua Kiri Mandibula Nekrosis Pulpa dan Lesi Periapikal’, Mkgk, 2, pp.
66-67.

Triharsa, S. and Mulyawati, E. (2013) ‘Perawatan Saluran Akar Satu Kunjungan


Pada Pulpa Nekrosis Disertai Restorasi Mahkota Jaket Porselin Fusi Metal dengan
Pasak Fiber Reinforced Composit (Kasus Gigi Insisivus Sentralis Kanan Maksila)’,
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia, 20(1), pp 72-73.

Yamin, I. F. and Natsir, N. (2014) ‘Bakteri dominan di dalamsaluran akar gigi


nekrosis (Dominant bacteria in root canal of necrotic teeth)’, Journal of
Dentomaxillofacial Science, 13(2), pp 113-115.
https://journal.maranatha.edu/index.php/sod/article/view/2141/1432

https://www.jdmfs.org/index.php/jdmfs/article/viewFile/280/279

https://jurnal.ugm.ac.id/mkgk/article/download/31986/19329&ved=2ahUKEwizq62ruujg
AhXETn0KHRPeBgMQFjACegQIAxAB&usg=AOvVaw3Ckp4rEYPkdeSSyWbRXHu_

https://jurnal.ugm.ac.id/mkgi/article/view/8383/6477

https://www.jdmfs.org/index.php/jdmfs/article/viewFile/280/279

https://www.google.com/

Rachmawati, M., Fadil, M. R., Sukartini, E., Armilia, M., Khusus, S., & Mulut, G (2011)
‘Perawatan saluran akar satu kali kunjungan pada gigi insisivus dengan One visit endodontic on
incisive with pulp necrosis without periapical lesion ( case’, 10(3), pp 176-177.

Djuanda, R., Helmika, V. A., Christabella, F., Praata, N., & Sugiaman, V. K. (2019) ‘Potensi

Herbal Antibakteri Cuka Sari Apel terhadap Enterococcus faecalis sebagai Bahan
Irigasi Saluran Akar’, Sonde (Sound of Dentistry), 4(2), pp. 26-27

Anda mungkin juga menyukai