Anda di halaman 1dari 77

Humaniora

Pengertian Etika
- Menurut Kamus Besar Bhs. Indonesia (1995) Etika adalah Nilai mengenai benar dan salah
yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
- Etika adalah Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral.
- Menurut Maryani & Ludigdo (2001) “Etika adalah Seperangkat aturan atau norma atau
pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus
ditinggalkan yang di anut oleh sekelompok atau segolongan masyarakat atau profesi”
- Etika berasal dari dari kata Yunani ‘Ethos’ (jamak – ta etha), berarti adat istiadat.
- Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun pada
suatu masyarakat.
- Etika berkaitan dengan nilai-nilai, tatacara hidup yg baik, aturan hidup yg baik dan segala
kebiasaan yg dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang yang lain atau dari satu
generasi ke generasi yg lain
Etika tidak sama dengan moral

Pengertian moral
Ajaran tentang apa yang dilarang dan apa yang wajib dilakukan oleh manusia supaya bisa menjadi
baik.

Pengertian etis
Tindakan yang berhubungan dengan tanggungjawab moral.
Misalnya: Perbuatannya tidak etis atau perbuatannya etis.
Ethics & ethiquette
• Etika (ethics) : Moral (absolut)
misal : jangan membunuh, hormati aturan dan jangan melanggarnya
• Etiket (Ethiquette) : Sopan santun (non absolut)
misal : Berperilaku baik pada orang tua/orang lain, berpakaian pantas.
Kalau di dalam kamar seorang diri ?

Contoh :
Pernikahan
Etika – kesetiaan
Moral – bercerai, tidak bercerai
- Etika disebut juga filsafat moral adalah cabang filsafat yang berbicara tentang praxis
(tindakan) manusia.
- Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana
manusia harus bertindak.
- Tindakan manusia ini ditentukan oleh bermacam-macam norma. Norma ini masih dibagi
lagi menjadi norma hukum, norma agama, norma moral dan norma sopan santun.
Perbedaan etika dan moral
Etika : bersifat kecakapan teoritis
Moral : bersifat perintah langsung
Etika dan etiket
- Etika berarti moral sedangkan etiket berarti sopan santun. Dalam bahasa Inggris
dikenal sebagai ethics dan etiquette.
- Antara etika dengan etiket terdapat persamaan yaitu:
- Etika dan etiket menyangkut perilaku manusia. Istilah tersebut dipakai mengenai
manusia tidak mengenai binatang karena binatang tidak mengenal etika maupun etiket.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelanggaran etika
- Kebutuhan Individu
- Tidak Ada Pedoman
- Perilaku dan Kebiasaan Individu Yang Terakumulasi dan Tak Dikoreksi
- Lingkungan Yang Tidak Etis
- Perilaku Dari Komunitas
Sanksi pelanggaran etika
1. Sanksi Sosial
• Skala relatif kecil, dipahami sebagai kesalahan yangdapat ‘dimaafkan’
2. Sanksi Hukum
• Skala besar, merugikan hak pihak lain.

Jenis-jenis etika
1. Etika dasar yang berisi prinsip serta moral dasar
2. Etika khusus atau etika terapan yang berlaku khusus.
- etika individual
- etika sosial.

Etika Khusus (Terapan)


Membahas penerapan teori etika dasar kedalam bidang kehidupan umat manusia,
antara lain
1. Bioetika:
a. umum (manusia, binatang, tetumbuhan,
biosphere, dll).
b. medis (biomedical ethics):
- etika profesi medis.
- etika klinik (clinical ethics).
2. Etika Sosial.
3. Etika Etika Hukum.

4. Etika Bisnis, dll.

Etika profesi medis


Mengatur bagaimana seharusnya para anggota profesi medis bersikap dan bertindak dalam
melaksanakan profesinya
Ethical values relating to:
1. People who require medical care.
Ketika ada pesakit datang hendak berobat.
2. Patients (clients).
Ketika pesakit sudah menjadi pasien dokter
3. Health care team (co-workers)
Kewajiban thd anggota tim yang menangani
4. Society (social context).
Tanggung-jawab dokter terhadap masyarakat.
5. Profession.
Tanggung jawab Dr terhadap profesi (disiplin medis).
Clinical ethics
Clinical ethics is a practical discipline that provide a structured approach for identifying,
analyzing, and resolving ethical issues in clinical medicine. (jonsen, siegler dan winslade,
2006)
Acuan penerapan etika klinik
1. Medical Indication (indikasi medis).
2. Patient Preferences (keinginan ps); mis DNR.
3. Quality of Life (mutu hidup setelah pengobatan).
4. Contextual Features (faktor-faktor kontekstual).
(Jonsen, Siegler, Winslade, 2006)
Topik-topik tersebut harus selalu menjadi pertimbangan Dr dalam menyelesaikan ethical issues
dalam kedokteran klinik. Pada hakekatnya, acuan tersebut diatas merupakan penjabaran dari ke-
empat prinsip dasar moral agar lebih operasional.

Fungsi etika
• Etika bukan ajaran moral juga bukan tambahan ajaran moral.
• Etika tidak langsung membuat manusia menjadi baik. Itu tugas ajaran moral.
• Etika adalah sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan berbagai
moralitas
• Sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan pelbagai moralitas yang
membingungkan.
• Etika ingin menampilkan ketrampilan intelektual yaitu ketrampilan untuk berargumentasi
secara rasional dan kritis.
• Orientasi etis ini diperlukan dalam mengabil sikap yang wajar dalam suasana pluralisme

Tujuan etika
Kritis terhadap diri sendiri

Hedonisme
 Kata hedonism ini diambil dari Bahasa Yunani ‘hēdonismos’ yang memiliki arti
‘kesenangan’.
 Paham ini juga berusaha menjelaskan yang sangat baik apa yang memuaskan keinginan
manusia dan juga apa yang meningkatkan kuantitas kesenangan itu sendiri.
 Teori ini menekankan pada pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan
kenikmatan materi adalah tujuan utama dari hidup.
 Kesenangan adalah kesenangan masa kini, bukan kesenangan dari masa lampau dan
kesenangan di masa mendatang.
Ciri khas hedonisme adalah kebahagiaan diperoleh dengan mencari perasaan-perasaan
menyenangkan dan sedapat mungkin menghindari perasaan - perasaan yang tidak enak.

Filsuf teori hedonisme


1. Aristippos (433-355 SM)
- Tokoh utama dari pencetus hedonisme yaitu Aristippos dari Kyrene (433 – 355 SM),
“Apa yang menjadi hal yang terbaik bagi manusia?” Para hedonis menjawab: kesenangan
(hedone)
- Sudah sejak masa kecil manusia tertarik terhadap kesenangan
- Bila telah tercapai, ia tidak mencari yang lain lagi
Aristippos juga memandang kesenangan dalam bentuk gerakan (kesenangan badani), menurutnya
ada tiga jenis gerakan, yaitu sebagai berikut ini :
1. Gerakan kasar, yaitu gerakan yang menyebabkan ketidaksenangan dan menimbulkan rasa
sakit.
2. Gerakan halus, yaitu gerakan yang membuat kesenangan.
3. Tiada gerak, yaitu keadaan netral, contohnya saat sedang tidur.
2. Epikuros (341 – 270 s.M.)
- Tokoh kedua adalah Epikuros yang menyatakan bahwa kesenangan adalah tujuan hidup
manusia. Menurut kodratnya setiap manusia mencari kesenangan.
- Epikuros mengajarkan bahwa penting untuk membatasi pemuasan keinginan agar bisa
mencapai kenikmatan tertinggi, untuk itu ia menyarankan untuk hidup sederhana.
- Tujuan utamanya mencapai “Ataraxia”, yaitu sebuah ketentraman jiwa, batin, terbebas dari
perasaan resah gelisah, dan berada dalam suatu keadaan seimbang.
Kenikmatan cenderung didapatkan karena keinginan terpenuhi, dengan begitu, kaum
Epikurean membagi keinginan menjadi 3 jenis, yaitu sebagai berikut :
o Keinginan alami yang harus dipenuhi (makan agar terus hidup)
o Keinginan alami yang bisa dipenuhi atau tidak (makanan yang enak)
o Keinginan alami yang sia-sia (harta yang berlebihan)
Faktor penyebab hedonisme
Ada dua faktor yang mempengaruhi gaya hidup hedonisme seorang individu, yaitu :
1. faktor internal : faktor yang berasal dari dalam diri individu yang didasarkan pada
keyakinan diri sendiri untuk memiliki gaya hidup sesuai dengan keinginananya.
2. faktor eksternal : faktor yang berasal dari luar individu yang dipengaruhi oleh kelompok
referensi.

Dampak hedonisme
1. Individualsime
Orang yang sudah menganut hedonisme ini jauh lebih mementingkan dirinya sendiri
tanpa memikirkan perasaan atau juga kepentingan orang lain.
2. Konsumtif
Demi membuat dirinya senang, ia akan selalu mencoba mendapatkan kesenangan atau
barang yang belum tentu barang itu akan digunakan atau tidak nantinya.
3. Egois
Sama halnya seperti individualis, ia selalu melakukan hal-hal hedonismenya tanpa
melihat sekitar, ntah ada yang suka ataupun tidak.
4. Tidak disiplin
Hidupnya menjadi tidak teratur, karena yang dipikirkan hanyalah kesenangan belaka.
Selalu menghabiskan waktunya hanya untuk kesenangan hidupnya.
5. Tidak berpikir panjang
Selalu melakukan hal-hal tanpa berpikir panjang dengan dampak yang bisa ditimbulkan
dari apa yang akan dilakukannya.
6. Boros
Ini adalah dampak mutlak dari hedonisme, semua kesenangan cenderung dengan hal-hal
yang mewah, tentunya akan sangat menghabiskan banyak uang.
7. Korupsi
Salah satu dampak dari hedonisme yang sering terjadi pada seseorang ialah kebiasan
untuk korupsi. Bukan hanya korupsi uang, namun juga hal lain, seperti misalnya saja
korupsi waktu, korupsi pekerjaan, serta lain sebagainya.

Eudemonisme
- Eudemonisme berasal dari kata “Eudaimonia” yang berarti kebahagiaan. Pandangan ini
berasal dari filsuf Yunani besar, Aristoteles (384-322 s.M) : semua orang akan menyetujui
bahwa tujuan tertinggi (makna terakhir hidup manusia) adalah kebahagiaan
- Rasio atau akal budi merupakan keunggulan manusia dibandingkan dengan makhluk lain
- Manusia mencapai kebahagiaan dengan menjalankan secara paling baik kegiatan-kegiatan
rasionalnya
- Ada dua macam keutamaan: keutamaan intelektual dan keutamaan moral
1. Keutamaan intelektual menyempurnakan langsung rasio itu sendiri
2. Keutamaan moral menjalankan pilihan-pilihan yang perlu diadakan dalam hidup
sehari-hari

Ciri-ciri Teori Eudemonisme


– Bahwa dalam setiap kegiatannya manusia mengejar suatu tujuan terakhir hidup
manusia adalah kebahagiaan.
– Bahwa dalam kegiatannya manusia harus dijalankan dengan disertai keutamaan.
– Contoh. Seorang pria mencari calon isteri yang elok secara internal maupun
eskternal demi kebahagiaan menurut si pria tersebut.

Tinjauan Kritis
- Ada sejumlah keutamaan yang berlaku agak umum, selain itu setiap kebudayaan dan setiap
periode sejarah memiliki keutamaan sendiri
- Apakah keutamaan selalu merupakan jalan tengah antara “kurang” dan “terlalu banyak”?
- Pemikiran Aristoteles diwarnai suasana elitis karena mencerminkan golongan atas
- Pemikirannya tidak membantu banyak dalam mencari jalan keluar bagi masalah-masalah
moral penting dalam zaman sekarang ini

Utilitarisme
- Teori utilitarisme klasik berkembang di Inggris, yang dikembangkan oleh Jeremy Bentham
(1748-1832) dan John Stuart Mill (1806-1873).
- Utilitarianisme menilai baik atau buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan dan akibat
dari tindakan itu bagi sebanyak mungkin orang.
- Teori ini sesungguhnya berakar dalam tesis bahwa suatu tindakan dinilai baik bila tindakan
itu mendatangkan akibat baik yang paling besar atau akibat buruk yang paling kecil
(dibandingkan dengan tindakan lainnya).

Teori Utilitarisme, mengutamakan adanya konsekuensi kepercayaan adanya kegunaan yaitu :


a. Utilitarisme berdasarkan tindakan
Utilitarianisme sebagaimana yang lazim dipahami adalah Utilitarianisme Tindakan.
Kaidah dasarnya bisa dirumuskan sebagai berikut yaitu “Bertindaklah sedemikian rupa
sehingga setiap tindakanmu tersebut dapat menghasilkan akibat-akibat baik yang lebih
besar di dunia daripada akibat buruknya“.
b. Utilitarisme berdasarkan aturan
Untuk mengatasi kelemahan pokok di atas, maka kemudian berkembanglah etika
utilitarian yang kedua, yaitu Utilitarianisme Peraturan. Berdasarkan teori ini yang
diperhitungkan bukan lagi akibat baik dan buruk dari tiap-tiap tindakan sendiri,
melainkan dari peraturan umum yang mendasari tindakan itu.

Deontologi
- Deon: apa yang harus dilakukan, kewajiban.
- Deontology, dari kata Yunani deon (keharusan, kewajiban), yang dapat diartikan “teori
tentang kewajiban”
- Deontologi merupakan sebuah kata yang berasal dari kata deon (wajib). Sehingga melalui
pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa teori ini mewajibkan manusia pada suatu hal.
Suatu hal yang dimaksudkan adalah tentang kewajiban moral.
- Deontologi: sistem ini tidak menyoroti tujuan yang dipilih bagi perbuatan atau keputusan
kita, melainkan semata-mata wajib-tidaknya perbuatan dan keputusan kita
Deontologi menurut Immanuel Kant (1)
- Menurut Kant (1724-1804), yang disebut baik dalam arti sesungguhnya hanyalah kehendak
yang baik
- Kehendak menjadi baik, jika bertindak karena kewajiban
- Belum cukup suatu perbuatan dilakukan sesuai dengan kewajiban, seharusnya perbuatan
dilakukan berdasarkan kewajiban
- Legalitas: bertindak sesuai dengan kewajiban, memenuhi norma hukum
- Suatu perbuatan bersifat moral jika dilakukan semata-mata “karena hormat untuk hukum
moral”
Deontologi menurut Immanuel Kant (2)
- Imperatif kategoris: imperatif (perintah) yang mewajibkan begitu saja, tanpa syarat
- Imperatif hipotetis selalu melibatkan sebuah syarat: “kalau engkau ingin mencapai
suatu tujuan, maka engkau harus menghendaki juga sarana-sarana yang menuju ke
tujuan itu”
- Jika hukum moral harus dipahami sebagai imperatif kategoris, maka dalam bertindak
secara moral kehendak harus otonom dan bukan heteronom
- Kehendak bersifat otonom bila menentukan dirinya sendiri, bersifat heteronom jika
membiarkan diri ditentukan oleh faktor luar (kecenderungan atau emosi)
Pandangan William David Ross
Sejumlah kewajiban prima facie W.D. Ross:
- Kewajiban kesetiaan: kita harus menepati janji yang diadakan dengan bebas
- Kewajiban ganti rugi: kita harus melunasi hutang moral dan hutang material
- Kewajiban terima kasih: kita harus berterima kasih kepada orang yang berbuat baik
terhadap kita
- Kewajiban keadilan: kita harus membagikan hal-hal yang menyenangkan sesuai dengan
jasa orang-orang bersangkutan
- Kewajiban berbuat baik: kita harus membantu orang lain yang membutuhkan bantuan kita
- Kewajiban mengembangkan dirinya: kita harus mengembangkan dan meningkatkan bakat
kita di bidang keutamaan, intelegensi, dst
- Kewajiban untuk tidak merugikan: kita tidak boleh melakukan sesuatu yang merugikan
orang lain (satu-satunya kewajiban yang dirumuskan Ross dalam bentuk negatif)

Naturalisme
Naturalisme berasal dari - Nature (alam) isme (paham)
Naturalisme adalah teori yang menerima 'natura‘ (alam) sebagai keseluruhan realitas.

Vitalisme
Vitalisme adalah suatu doktrin yang mengatakan bahwa suatu kehidupan terletak di luar
dunia materi dan karenanya kedua konsep ini, kehidupan dan materi, tidak bisa saling
mengintervensi. Dimana doktrin ini menghadirkan suatu konsep energi, elan vital, yang
menyokong suatu kehidupan dan energi ini bisa disamakan dengan keberadaan suatu jiwa.

Rasionalisme
- Rasionalisme berasal dari kata bahasa Inggris rationalims, sedangkan dalam bahasa Latin
ratio yang berarti “akal”
- Lacey (2000) menambahkan bahwa berdasarkan akar katanya rasionalisme adalah sebuah
pandangan yang berpegang bahwa akal merupakan sumber bagi pengetahuan dan
pembenaran.

Idealisme
- Idealisme berasal dari kata idea yang berarti gambaran atau pemikiran, dan isme yang
berarti paham atau pendapat.
- Idealisme adalah suatu pandangan dunia atau metafisika yang menyatakan bahwa realitas
dasar terdiri atas, atau sangat erat hubungannya dengan ide, pikiran atau jiwa.

Pragtisme
- Pragtisme berasal dari kata progma yang berarti manfaat.
- Pragtisme adalah sikap, metode dan filsafat yang memahami akibat praktis dari pikiran dan
kepercayaan sebagai ukuran untuk menetapkan nilai kebenaran.
Definisi etika
- Etika berasal dari bahasa Yunani kuno
- Bentuk tunggal kata etika yaitu ethos, artinya: kebiasaan tingkah laku manusia, adab,
akhlak, watak, perasaan, sikap dan cara berfikir
- Bentuk jamak kata etika yaitu ta etha, artinya: adat istiadat
- Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1998) ”etika” dijelaskan dengan membedakan tiga arti :
1.) Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak);
2.) Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
3.) Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan masyarakat
- Etika dibuat oleh sekelompok orang (profesi) dan diterapkan untuk kelompok sosial
tersebut sebagai pedoman untuk berperilaku dalam menjalankan profesi dg baik dan benar,
misalnya kode etik kedokteran, kode etik guru, dsb.

Definisi etiket
- Etiket berasal dari bahasa inggris Etiquette
- Etiket berarti sopan santun
- Etiket adalah tata cara (adab sopan santun, dll) di masyarakat beradab dalam memelihara
hubungan baik diantara sesama manusia
Persamaan etika dan etiket
Menurut K. Bertens (2000)
- Etika dan etiket menyangkut perilaku manusia.
- Kedua - duanya mengatur perilaku manusia secara normatif artinya memberi norma bagi
perilaku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yang harus dilakukan dan apa yang
tidak boleh dilakukan.
Perbedaan etika dan etiket
1. Etika menyangkut cara melakukan perbuatan manusia. Etika tidak terbatas pada cara
melakukan sebuah perbuatan. Etika memberi norma tentang perbuatan itu sendiri.
Etiket menunjukkan cara yang tepat.
2. Etika selalu berlaku walaupun tidak ada orang lain
Etiket hanya berlaku dalam pergaulan dan sangat tergantung pada kehadiran orang lain
3. Etika bersifat absolut
Etiket bersifat relatif, etiket tidak bisa diterapkan di semua tempat dan dalam periode waktu
tertentu
4. Etika memandang manusia dari segi batiniah
Etiket memandang manusia dari segi lahiriah

Definisi moral
 Moral berasal dari bahasa Latin moralis, mos, moris yang berarti adat istiadat, kebiasaan,
cara, tingkah laku, kelakuan. mores berarti adat istiadat, kelakuan, tabiat, watak, akhlak,
cara hidup.
 Moralitas adalah doktrin atau ajaran tentang kewajiban moral, yaitu kewajiban untuk
bersikap dan bertingkah laku baik dan benar menurut norma-norma yang diterima oleh
masyarakatatau komunitas seperti komunitas dokter.
Hubungan Etika, Moral, Norma dan Nilai
 Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana
manusia harus bertindak.
 Tindakan manusia ditentukan oleh bermacam-macam norma, seperti : norma hukum,
norma moral, norma agama dan norma sopan santun.
 Etika merupakan filsafat yang merefleksikan ajaran moral
 Pemikiran filsafat mempunyai 5 ciri khas, yaitu:
1. Rasional : mendasarkan diri pada rasio atau nalar.
2. Kritis : filsafat ingin mengerti sebuah masalah sampai ke akar-akarnya, tidak puas
dengan pengertian dangkal.
3. Sistematis : membahas langkah demi langkah
4. Normatif : bagaimana pandngan moral seharusnya
5. Mendasar
 Ajaran moral merupakan rumusan sistematik terhadap anggapan tentang apa yang bernilai
serta kewajiban manusia.
 Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan norma moral yang terdapat di antara
sekelompok manusia.
 Nilai moral adalah kebaikan manusia sebagai manusia.
 Norma moral adalah tentang bagaimana manusia hidup supaya menjadi baik sebagai
manusia.
Klasifikasi etika
Etika secara umum, dibagi 2 macam:
1. Etika Umum : etika teoritis, etika filosofis
Artinya : Kajian atau refleksi tentang moral, yaitu sistem nilai atau konsensus nasional tentang
perilaku dan tindakan manusia yang dianggap baik dan buruk, benar atau salah, pantas atau tidak
pantas.
2. Etika Khusus : etika praktis, etika terapan
Artinya : Penerapan teori-teori dan asas asas etika umum pada bidang-bidang khusus tertentu dari
kegiatan manusia.
Etika Khusus dipilah menjadi: etika individual, etika institusional, etika social
Etika secara umum, dibagi 2 macam:
Etika Umum : etika teoritis, etika filosofis
- Artinya : Kajian atau refleksi tentang moral, yaitu sistem nilai atau konsensus nasional
tentang perilaku dan tindakan manusia yang dianggap baik dan buruk, benar atau salah,
pantas atau tidak pantas.
Etika Khusus : etika praktis, etika terapan
- Artinya : Penerapan teori-teori dan asas asas etika umum pada bidang-bidang khusus
tertentu dari kegiatan manusia.
- Etika Khusus dipilah menjadi: etika individual, etika institusional, etika sosial

Prinsip dasar etika


1. Prinsip autonomy, yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak
otonomi pasien (the rights to self determination),
2. Prinsip beneficience, yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan
ke kebaikan pasien;
3. Prinsip non maleficence, yaitu prinsip moral yang melarang tindakan yang
memperburuk keadaan pasien.
4. Prinsip justice, yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam
mendistribusikan sumberdaya (distributive justice).
5. Prinsip confidentiality berarti kerahasiaan. Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah
informasi tentang pasien harus dijaga privasi pasien.
6. Prinsip menyadari keterbatasan diri sendiri, artinya melakukan segala tindakan sesuai
dengan kompetensinya.
Lafal Sumpah Dokter Gigi
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 33 tahun 1963 tentang lafal sumpah/janji dokter
gigi presiden republik indonesia
Demi Allah,
1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan peri kemanusiaan, terutama dalam
bidang kesehatan;
2. Saya akan menjalankan tugas saya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan martabat dan
tradisi luhur jabatan kedokteran gigi;
3. Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan
keilmuaan saya sebagai dokter gigi;
4. Sekalipun diancam, saya tidak akan mempergunakan pengetahuan kedokteran gigi saya
untuk sesuatu yang bertentangan dengan hukum perikemanusiaan;
5. Dalam menunaikan kewajiban saya, saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya
tidak terpengaruh oleh pertimbangan Keagamaan, Kebangsaan, Kesukuan,Politik
kepartaian atau Kedudukan Sosial;
6. Saya ikrarkan sumpah/janji ini dengan sungguh-sungguh dan dengan penuh keinsyafan.
Pendahuluan
- Agar masyarakat tertib & teratur diperlukan perangkat hukum yang mengatur seluruh
sektor kehidupan; baik Ekuin, Polkam maupun Kesra.
- Masing-masing sektor kehidupan tersebut masih dapat dirinci lagi menjadi subsektor-
subsektor.
- Salah satu subsektor terpenting adalah subsektor kesehatan, mengingat subsektor ini akan
ikut menentukan keberhasilan sektor lainnya.
- Oleh sebab itu untuk subsektor kesehatan perlu dibuat perangkat hukum yang akan
menentukan pola kehidupan di subsektor tersebut.
- Perangkat hukum itu adalah Hukum Kesehatan (Health Law).
- Dalam menjalankan profesinya, setiap dokter secara terus-menerus harus membuat
keputusan.
- Sebagian keputusan medis tersebut sangat penting dan dapat mempengaruhi kehidupan
seseorang atau pasien secara keseluruhan.
- Untuk menuju ke suatu kehidupan dalam profesi yang tertib dan bermartabat maka perlu
dibuat pengertian-pengertian, kesepakatan-kesepakatan, prinsip-prinsip, standar-standar
dan aturan-aturan (rules).
Definisi hukum kesehatan
Van der mijn :
hukum kesehatan adalah hukum yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan kesehatan;
meliputi penerapan perangkat hukum perdata, pidana dan tata usaha negara.
Leenen :
hukum kesehatan adalah keseluruhan aktifitas juridis beserta peraturan hukum di bidang
kesehatan serta studi ilmiahnya.
Seluruh aturan aturan hukum dan hubungan hubungan kedudukan hukum yang langsung
berkembang dengan atau yang menentukan situasi kesehatan di dalam mana manusia berada (Prof.
Dr. Rang- ahli hukum negeri Belanda)
Hukum kesehatan adalah semua ketentuan hukum yg berhubungan langsung dgn
pemeliharaan/ pelayanan kesehatan dan penerapannya. Hal ini menyangkut hak dan kewajiban
baik dari perorangan dan segenap lapisan masyarakat sbg penerima pel.kes. Maupun dari pihak
penyelenggara dlm segala aspeknya,organisasi,sarana, pedoman standar pel.medik,ilmu
pengetahuan kes dan hukum serta sumber – sumber lainnya. (PERHUKI)
Sofwan Dahlan :
Hukum kesehatan adalah seperangkat kaidah yang mengatur semua aspek yang berkaitan
dengan upaya di bidang kesehatan.
Aspek-aspek, keperawatan-kebidanan, makanan dan obat-obatan, rumah sakit, lingkungan
hidup, kesehatan kerja dalam upaya kesehatan tsb meliputi: bidang kedokterana, dan bidang-
bidang lainnya yang terkait dengan upaya kesehatan.
Sebagaimana hukum pada umumnya maka hukum di bidang kesehatan terdiri atas:
1. Hukum Tertulis:
Berupa peraturan perundang-undangan, antara lain:
a. UU Kesehatan;
b. UU Praktik Kedokteran;
c. UU lain yang berkaitan dengan upaya kesehatan.
2. Hukum Tak Tertulis:
Berupa kebiasaan yang diterima di dunia kesehatan dan sudah berlangsung dalam kurun waktu
lama.
Hakekat hukum kesehatan
Hukum Kesehatan (yang terdiri atas Hukum Ke-dokteran, Hukum Keperawatan dan sebagainya)
pada hakekatnya merupakan aplikasi (penerapan) dari:
1. Hukum administrasi negara;
2. Hukum perdata; dan
3. Hukum pidana;
kedalam bidang kesehatan.
Latar belakang
Perlunya dikembangkannya hukum kesehatan & kedokteran sebagai spesialisasi dari disiplin
hukum menurut Leenen dilatarbelakangi oleh:
1. Adanya kemajuan ilmu dan teknologi di bidang kesehatan & kedokteran yang semakin hari
semakin memperlihatkan adanya bentuk intervensi terhadap integritas manusia.
2. Berubahnya dunia pelayanan kesehatan & kedokteran menjadi semakin birokratis shg
mengakibatkan hubungan personal semakin menurun.
3. Semakin diterimanya gagasan mengenai hak asasi manusia (termasuk hak menentukan
nasib sendiri) sebagai landasan bagi kebijakan hukum dan sosial.
Ruang lingkup
Ruang lingkup atau cakupan hukum kesehatan ditentukan oleh pengertian yuridis tentang “sehat”.
UU Kesehatan mendefinisikan sehat sebagai “keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomis”.
Dengan definisi yuridis seperti tersebut diatas maka ruang lingkup meliputi berbagai aspek, mis:
a. Kesehatan masyarakat b. Kesehatan keluarga.
c. Kesehatan lingkungan d. Kesehatan kerja.
e. Kesehatan jiwa f. Kedokteran.
g. Keperawatan h. Dan lain-lain.
Fungsi hukum
Hukum merupakan kaidah sosial yang diperlukan didalam masyarakat untuk:
1. Menciptakan kedamaian.
2. Menyelesaikan sengketa yang terjadi didalam masyarakat.
3. Merekayasa masyarakat (Socialengineering).
Fungsi hukum kesehatan
Fungsi umum: sama seperti fungsi hukum umumnya.
Fungsi khusus atau spesifik: mengatur pola kehidupan disubsektor kesehatan.
Sumber hukum kesehatan
Sumber hukum yang memiliki kekuatan mengikat (binding authority), meliputi:
a. Peraturan perundang-undangan.
b. Yurisprudensi.
c. Traktat.
d. Konvensi
Sumber hukum yang tidak mempunyai kekuatan mengikat (non-binding authority atau
persuassive authority), antara lain:
a. Doktrin.
b. Konsensus dan lain-lain
Sumber hukum di negara-negara common law
 Negara Common Law adalah negara yang sumber hukumnya, selain Statute Law juga
Common Law.
 Statute Law adalah produk perundang-undangan yg dihasilkan oleh lembaga legislatif
(DPR).
 Common Law adalah produk perundang-undangan yg berasal dari putusan pengadilan atas
kasus-kasus yang pernah diputus pengadilan (Case Law).
 Contoh common law adalah “informed consent”, yang berasal dari keputusan pengadilan
atas kasus Schloendorf dengan hakim Benjamin Cardozo.
 Doktrinnya yang sangat terkenal, yaitu “a man is the master of his own body”.

UU KESEHATAN RI NO. 23 TH. 1992


Situasi sebelum th. 1992 :
Diversifikasi UU, yaitu tersebar dimana-mana
1. Di UU Pokok-Pokok Kesehatan.
2. Di UU lainnya (UU Tenaga Kesehatan, UU Farmasi UU Kesehatan Jiwa, UU Kesehatan
Kerja, dll).
3. Ada ide unifikasi (disatukan menjadi UU Kesehatan).
Situasi pada th. 1992 :
1. Unifikasi terlaksana (UU Kesehatan No. 23 th 1992).
2. Pemerintah hanya berhasil membuat 4 buah PP dari sekitar 29 PP yang diamanatkan oleh UU
Kesehatan.
Situasi sesudah th. 2004 :
Diversifikasi kembali, yang ditandai oleh:
a. Diberlakukannya UUPK Th. 2004
b. Direncanakannya UU Keperawatan, UURS dll.

Tujuan uu kesehatan
Untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan utk hidup sehat bagi setiap orang
agar dapat terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Asas uu kesehatan
1. Asas prikemanusiaan berdasarkan ketuhanan yang maha esa.
2. Asas manfaat.
3. Asas usaha bersama dan kekeluargaan.
4. Asas adil dan merata
5. Asas perikemanusiaan dalam keseimbangan
6. Asas kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri.

Hak dan kewajiban


Setiap UU pasti mengatur hak dan kewajiban, baik dari sisi pemerintah maupun dari sisi warga
negara
Hak setiap warga (Pasal 4 UU Kesehatan):
Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
Kewajiban setiap warga (Pasal 5 UU Kesehatan):
Setiap orang berkewajiban ikut serta dalam pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan
perseorangan, keluarga dan lingkungannya.

Tugas & tanggung jawab pemerintah


a. Mengatur, membina dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan.
b. Menyelenggarakan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau masyarakat.
c. Menggerakkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan dan pembiayaan
kesehatan dengan memperhatikan fungsi sosial.
d. Bertanggungjawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Upaya kesehatan
 Upaya promotif (meningkatkan kesehatan).
 Upaya kuratif (menyembuhkan penyakit).
 Upaya preventif (mencegah penyakit).
 Upaya rehabilitatif (pemulihan kesehatan).
Upaya tersebut diselenggarakan melalui kegiatan:
1. Kesehatan keluarga.
2. Perbaikan gizi.
3. Pengamanan makanan dan minuman.
4. Kesehatan lingkungan.
5. Kesehatan kerja.
6. Kesehatan jiwa
7. Pemberantasan penyakit
8. Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
9. Penyuluhan kesehatan masyarakat.
10. Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan.
11. Pengamanan zat adiktif.
12. Kesehatan sekolah.
13. Pengobatan tradisional.
14. Kesehatan matra.

Kebijakan penyembuhan penyakit


UU Kesehatan menetapkan bahwa kebijakan pengobatan yg berlaku di Indonesia tidak menjadi
monopoli oleh ilmu kedokteran moderen.
Berdasarkan kebijakan tsb maka upaya pengobatan dapat dilakukan dengan:
1. Menggunakan ilmu kedokteran / ilmu keperawatan, dengan syarat:
a. Memiliki kemampuan (sertifikat kompetensi).
b. Memiliki kewenangan (lisensi / surat ijin).
2. Menggunakan pengobatan tradisional.
Pemerntah berhak mengatur, mengawasi serta membina ke-dua cara ini !!!
Tenaga kesehatan
Setiap orang yang mengabdikan diri didalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan
atau ketrampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Nakes menurut PP Tenaga Kesehatan adalah:
1. Tenaga medis, yang terdiri atas:
1. Dokter.
2. Dokter gigi.
3. Dokter spesialis.
2. Tenaga keperawatan, yang terdiri dari:
a. Perawat.
b. Bidan.
3. Tenaga farmasi, dll.
Hak tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai
profesinya.
Kewajiban tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan wajib mematuhi standar profesi, yaitu batasan kemampuan (knowledge, skill
dan professional attitude) minimal yang harus dikuasai. Setiap tenaga kesehatan wajib
menghormati hak-hak pasien. Terhadap tenaga kesehatan yg melakukan kesalahan atau kelalaian
dalam melaksanakan profesinya dapat dikenai tindakan disiplin (sanksi administratif) oleh MDTK
(utk non-dokter) atau MKDKI (utk dokter).
Tanggung jawab tenaga kesehatan
1. Tanggung jawab etis, untuk prinsip menjaga mutu
2. Tanggung jawab profesi, didasari oleh pendidikan, pengalaman serta kualifikasi lain;
derajad resiko perawatan, peralatan perawatan, fasilitas perawatan
3. Tanggung jawab hukum
1. hukum perdata
2. hukum pidana
3. hukum administrasi

Sarana kesehatan
Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk melaksanakan upaya kesehatan.
Sarana kesehatan meliputi:
1. Balai pengobatan.
2. Puskesmas.
3. Rumah sakit umum & rumah sakit khusus.
4. Praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek dokter spesialis dan praktek dokter
gigi spesialis.
5. Praktek bidan, dll.
Semua sarana kesehatan tersebut diatas harus memiliki izin agar boleh memberikan layanan
kesehatan
Hukum Kesehatan
Hukum yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan kesehatan (Van der Mijn), bedanya
dengan hukum Kedokteran hanya ruang lingkupnya. Ruang lingkup Hk Kesehatan; semua aspek
yang berkaitan dengan kesehatan (kesehatan badaniah, rohaniah dan sosial)
Hukum Kedokteran
Ruang lingkup ; hanya pada masalah-masalah yang berkaitan dengan profesi kedokteran. Karena
masalah kedokteran juga dalam ruang lingkup kesehatan maka hukum kedokteran merupakan
bagian dari hukum kesehatan
Tujuan hukum kesehatan
Tujuan hukum kesehatan adalah agar memberi keyakinan diri kepada tenaga kesehatan dalam
menjalankan profesi kesehatan yang berkualitas dan selalu berada pada jalur aman, tidak
melanggar etika dan ketentuan hukum
Sumber hukum kesehatan
a. Hukum tertulis
b. Hukum kebiasaan
c. Yurisprudensi
d. Pedoman international
e. IPTEK kesehatan/kedokteran

Hukum kesehatan mengapa perlu ?


Saat ini sudah ada perundangan yang mengatur pelayanan kesehatan
 UU. NO. 36 thn. 2009 Tentang Kesehatan
 UU. NO. 44 thn. 2009 Tentang Rumah Sakit
 UU. NO. 29 thn. 2004 tentang Praktik Kedokteran
Apa yang disebut sehat dalam UU no 23/92 tentang Kesehatan
Pasal 1 butir (1); keadaan sejahtera dari badan, jiwa, sosial yang memungkinkan setiap
orang dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Hukum kesehatan perlu untuk meluruskan
pandangan masyarakat terhadap dokter yang keliru, juga untuk sikap dan pandangan kelompok
dokter sendiri.
Pelaksanaan asas dan kaidah praktik kedokteran Indonesia bertujuan untuk:
a) memberikan perlindungan kepada pasien;
b) mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medik; dan
c) memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter, dan dokter gigi.
Etika profesi medis
Mengatur bagaimana seharusnya para anggota profesi medis bersikap dan bertindak dalam
melaksanakan profesinya
Jenis-Jenis Etika (Keraf :1991:23)
1. Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia, serta apa
yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya Etika
deskriptif :berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku
manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya
2. Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh
manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam
hidup ini. Etika Normatif merupakan norma-norma yang dapat menuntun agar manusia bertindak
secara baik dan meng-hindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang
disepakati dan berlaku di masyarakat
Praktik kedokteran indonesia mengacu 4 kaidah moral
1.Menghormati martabat manusia (respect for person).
a. setiap individu (pasien) harus diperlakukan sebagai manusia yang memiliki otonomi (hak untuk
menentukan nasib diri sendiri).
b setiap manusia yang otonominya berkurang atau hilang perlu mendapatkan perlindungan.
2. Berbuat baik (beneficence).
Selain menghormati martabat manusia, dokter juga harus mengusahakan agar pasien yang
dirawatnya terjaga keadaan kesehatannya (patient welfare). Pengertian ”berbuat baik” diartikan
bersikap ramah atau menolong, lebih dari sekedar memenuhi kewajiban.
3. Tidak berbuat yang merugikan (non-maleficence).
Praktik Kedokteran haruslah memilih pengobatan yang paling kecil risikonya dan paling besar
manfaatnya. Pernyataan kuno: first, do no harm, tetap berlaku dan harus diikuti.
4. Keadilan (justice) .
Perbedaan kedudukan sosial, tingkat ekonomi, pandangan politik, agama dan faham kepercayaan,
kebangsaan dan kewarganegaraan, status perkawinan, serta perbedaan jender tidak boleh dan tidak
dapat mengubah sikap dokter terhadap pasiennya. Tidak ada pertimbangan lain selain kesehatan
pasien yang menjadi perhatian utama dokter. Prinsip dasar ini juga mengakui adanya kepentingan
masyarakat sekitar pasien yang harus dipertimbangkan.
Pelanggaran Etika Kedokteran
1. Pelanggaran Etika Murni
a.Menarik Imbalan yang tidak wajar atau menarik imbalan jasa dari keluarga sejawat dokter dan
dokter gigi.
b.Mengambil alih pasien tanpa persetujuan sejawatnya.
c.Memuji diri sendiri di depan pasien.
d.Tidak pernah mengikuti pendidikan kedokteran berkesinambungan.
e.Dokter mengabaikan kesehatan dirinya
2.Pelanggaran Etikolegal
a.Pelayanan kedokteran di bawah standar
b.Menerbitkan surat keterangan palsu
c.Membuka rahasia jabatan atau pekerjaan kedokteran
d.Abortus Provokatus
e.Pelecehan seksual
3. Kasus Malpraktek
Tolak ukur praktek kedokteran dianggap criminal jika :
a.Bertentangan dengan hukum
b.Akibatnya dapat dibayangkan
c.Akibatnya dapat dihindarkan
d.Perbuatannya dapat dipersalahkan
Prinsip Etika Kedokteran
1.Autonomy, yaitu prinsip moral dokter untuk selalu menghargai dan menghormati hak otonomi
pasien, terutama dalam hal hak untuk memperoleh informasi yang jujur dan benar serta hak untuk
melakukan apa-apa yang boleh dilakukan terhadap dirinya.
2.Beneficience, yaitu melakukan tindakan untuk kebaikan pasien
3.Non-Malefience, yaitu prinsip moral yang selalu berorientasi kepada kebaikan pasien dan tidak
melakukan tindakan yang memperburuk keadaan pasien.
4.Justice, yaitu sikap keadilan dan tidak diskriminatif
5.Altruisme, yaitu pengabdian profesi dokter sebagai profesi seumur hidup dan aplikasinya untuk
masyarakat.
KODE ETIK PROFESI
- Definisi
Pedoman untuk bersikap, bertingkah laku dalam segala perbuatan saat menjalani tugas
profesi.
- Tujuan
1. untuk menjunjung tinggi martabat profesi
2. untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
3. untuk meningkatkan mutu profesi
4. meningkatkan layanan diatas keuntungan pribadi
5. mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin yang erat
- Fungsi
1. memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas
2. sarana kontrol bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan
3. mencegah campur tangan orang lain diluar profesi
- Kenapa kode etik perlu dibuat?
1. Kode etik merupakan suatu cara untuk memperbaiki iklim organisasional
2. Kontrol etis diperlukan karena sistem legal dan pasar tidak cukup mampu
mengarahkan perilaku organisasi
3. Kode etik merupakan suatu pesan
- Penyebab pelanggaran
1. tidak adanya sarana untuk menyampaikan keluhan dan aspirasi dari anggota
2. kurang sosialisasi dari organisasi profesi sendiri
3. kurangnya kesadaran anggota untuk menjaga martabat leluhur profesinya

Kode etik profesi dokter gigi


Dokter gigi
- Sejak dulu menduduki posisi penting di masyarakat
- Harus memenuhi kriteria perilaku yang dapat jadi panutan masyarakat
- Memiliki kode etik profesi
- Memiliki nilai-nilai moral yang luhur, etika dan legalitas yang baik
Perkembangan
- Zaman sudah berbeda, masyarakat mulai kritis, sadar hukum dan hak-haknya
- Banyak kasus malpraktik, kepercayaan masyarakat ppada dr/drg mulai luntur
- Bisnis dan komersialisasi menambah dunia kesehatan/ kedokteran
Perlu perundangan baru UU No. 23 thn 1992- UURI No. 29 thn 2004
UU No. 29 thn 2004
1. Melindungi pasien
- Memandu drg menjadi professional
- Menstandrasi pendidikan drg
- Drg yang praktik tercatat, diakui kompetensinya dan memiliki izin
- Drg diwajibkan untuk megikuti perkembangan IPTEK
2. Memandu dokter
- Sertikom-STR-SIP
- Hanya boleh 3 tempat praktik
- Organisasi profesi diberdayakan dalam P3KGB, pembinaan etik, memantau legalitas
anggota dan pembelaan anggota
- Kolegium menjaga kompetensi anggota OP
- MKDKI membuktikan drg salah/ benar dari segi pelanggaran disiplin
3. Pemberdayaan organisasi profesi
- Kolegium – MKEKG (pusat-wilayah-cabang)
- Stakeholders , PDGI
1. AFDOKGI
2. ARSGMP
3. Depkes
4. DIKTI-Depdiknas
Salah satu isi kode etik kedokteran gigi yang terkait dengan fenomena drg saat ini
KODEKGI Ps. 3
Dalam menjalankan profesinya dokter gigi di Indonesia tidak boleh dipengaruhi oleh
pertimbangan untuk mencari keuntungan
Ayat 1
Dokter gigi di Indonesia dilarang melakukan promosi dalam bentuk apapun seperti memuji diri,
mengiklankan alat dan bahan, memberi iming-iming baik langsung maupun tidak langsung dll,
dengan tujuan agar pasien datang berobat kepadanya
PDGI
Satu-satunya organisasi profesi dokter gigi di Indonesia, didirikan di Bandung pada tanggal 22
Januari 1950. Pengurus PDGI berkedudukan di ibu kota.
Program
1. Mensandrasi peran PDGI (pengwil dan cabang) dalam proses kredensialing
2. Mengoptimalkan satgas JKN
3. Menyempurnakan e-PDGI
4. Menyegerakan panduan praktek klinis pada fasilitas pelayanan primer
5. Mendorong penelitian berbasis bukti
Visi
Menjadi satu-satunya organisasi profesi dokter gigi yang professional dan berwibawa
Misi
- Menjalin kerja sama yang harmonis dengan pemangku kepentingan dalam upaya untuk
meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut
- Memperkuat tata kelola organisasi dengan memperdayakan struktur yang ada
- Memajukan ilmu kedokteran gigi melalui penyempurnaan sistem pendidikan kedokteran
gigi, P3KGB, dan penelitian
- Membina profesonalisme, memberikan perlindungan hukum, dan meningkatkan
kesejahteraan anggota
Simpulannya
- Kode etik profesi adalah pedoman untuk bersikap, bertingkah laku dalam segala
perbuatan saat menjelaskan tugas profesi
- Kode etik profesi dibuat untuk menjujung tinggu martabat profesi
- Kode etik profesi dokter gigi dibuat untuk menjaga profesi luhur dokter gigi
- Dokter gigi berada dibawah naungan PDGI
- Kode etik profesi dokter gigi dikeluarkan oleh PDGI
Etika Penelitian (pada manusia)
3 prinsip etika umum :
1. Menghormati harkat martabat manusia (= respect for persons)
- Self determination
- Kelompok dependent & vulnerable harus dilindungi terhadap harm & abuse
2. Berbuat baik (=Beneficence) & tdk merugikan (=nonmaleficence)
- Reasonable (risk)
- Scientific (design study)
- Mampu meneliti & menjaga kesejahteraan subjek
- Non – maleficence (= tidak merugikan)
3. Keadilan (=justice)
- Distributive justice dalam hal risk / benefit
- Equitable (usia, gender, etnik, sosek)
Deklarasi helsinki (1964) prinsip etika untuk percobaan manusia
- Menghormati individu
- Menghormati hak individu untuk memutuskan berpartisipasi dalam penelitian
- Kesejahteraan individu menjadi pertimbangan penting diatas kebutuhan komunitas atau
ilmu
- Pertimbangan etika penting terhadap hukum dan peraturan
- Persetujuan harus diperoleh dari orang yang berwenang seandainya ybs tidak mampu atau
masih anak-anak
Prinsip dasar penelitian
- Penelitian harus berdasarkan pengetahuan yang berlatar belakang keilmuan
- Penelitian harus menghasilan benefit untuk masyarakat yang terlibat di dalamnya
- Resiko dan Benefit dari penelitian harus dianalisis dan tidak menyebabkan akibat yang
membahayakan
- Penelitian harus dilaksanakan oleh peneliti terlatih
- Temuan penelitian harus bisa diketahui dan diakses oleh public
Menghormati & menghargai harkat martabat manusia sebagai subjek penelitian
• Hak subjek :
a. Mendapatkan informasi yg jelas (Tujuan, Manfaat/risiko, serta hal-hal terkait penelitian)
b. Kebebasan menentukan pilihan / kesediaan tanpa paksaan  Inform consent (Letter)
Menghormati privasi & kerahasiaan
• Peneliti bertanggung jawab atas perlindungan privasi subjek  data anomin &
indentifikasi melalui pengkodean angka
• Data penelitiandirahasiakan & hanya digunakan untuk tujuan penelitian  hasil data
tidak boleh disebarluaskan
Prinsip keadilan & kesetaraan
• Peluang yg sama bagi subjek untuk ditempatkan dalam pengelompokan subjek juga
dalam hal penilaian
• Keadilan dlm perlakuan selama eksperimen berlangsung
• Peluang yg sama bagi subjek untuk ditempatkan dalam pengelompokan subjek juga
dalam hal penilaian
• Keadilan dlm perlakuan selama eksperimen berlangsung
Memperhitungkan dampak positif & negatif penelitian
• Dapat meminimalisir dampak negatif/ risiko penelitian  kemungkinan timbulnya sakit,
stres, luka, bahkan kematian
• Melakukan tindakan antisipatif
• Mempersiapkan tindakan penanganan jika terjadi hal-hal yg merugikan (sakit 
dokter,obat,dll)
Etika Penelitian pada Hewan
• Penderitaan hewan coba untuk kebaikan manusia perlu dijamin kesejahteraan &
diperlakukan secara manusiawi
• Prinsip 3R (reduction, refinement, replacement) harus menjadi dasar penggunaan hewan
coba
• Reduction – jumlah hewan coba <<
• Refinement, Pilih metode yang mengurangi nyeri, penderitaan
• Replacement
• In vitro (relatif)
• Less sentient animal
• Tidak gunakan hewan (absolut)
Pendahuluan
Kasus malpraktik merupakan tindak pidana yang sangat sering terjadi di Indonesia. Malpraktik
pada dasarnya adalah tindakan tenaga profesional yang bertentangan dengan standard operating
procedure (SOP), kode etik, dan undang-undang yang berlaku, baik disengaja maupun akibat
kelalaian yang mengakibatkan kerugian atau kematian pada orang lain
Latar belakang
• berubahnya paradigma hubungan dokter – pasien (HDP) dari paradigma tradisional kearah
kontemporer,
• kemajuan teknologi informasi dan komunikasi,
• demoktratisasi dalam kehidupan social, ekonomi dan pendidikan.
• meningkatnya kesadaran hukum masyarakat.

Latar belakang hubungan dokter dan pasien


Tradisional Kontemporer
 Dibangunan sejak jaman Hippocrates  Hak Asasi Manusia
(460 –377 Sm)  The right to self determination
 HDP tidak seimbang  Kemajuan teknologi medis
 Paternalistic dan Dominant (tenaga  Akses informasi yang terbuka
medis– dokter,dipandang mengetahui  Tingkat pendidikan semakin maju
yang terbaik bagi pasien)  HDP semakin kompleks
 Pertanggungjawaban dokter lebih  HDP : hubungan kepentingan,
merupakan pertanggungjawaban moral hubungan kepercayaan, hubungan
dan etika profesional profesi dan hubungan hukum
 Minim atau tidak ada peraturan dari  Campur tangan hukum dan pemerintah
pemerintah

Munculnya gugatan-gugatan malpraktik tersebut dan semuanya berangkat dari kerugian


psikis dan fisik korban. Mulai dari kesalahan diagnosis dan pada gilirannya mengimbas pada
kesalahan terapi hingga pada kelalaian dokter pasca operasi pembedahan pada pasien (alat bedah
tertinggal didalam bagian tubuh),
Definisi Malpraktik
Definisi Malpraktik (menurut Fuady 2005)
Malpraktik adalah kelalaian seorang dokter untuk mempergunakan tingkat keterampilan
dan ilmu yang lazim dipergunakan dalam mengobati pasien atau orang yang terluka menurut
ukuran di lingkungan yang sama.
yang dimaksud kelalaian di sini adalah sikap kurang hati-hati, yaitu tidak melakukan apa yang
seseorang dengan sikap hati-hati melakukannya dengan wajar, tapi sebaliknya melakukan apa
yang seseorang dengan sikap hati-hati tidak akan melakukannya dalam situasi tersebut.

Definisi Malpraktik Medis (World Medical Association 1992)


“Malpraktik medis sebagai perbuatan dokter yang meliputi kegagalan memenuhi standar
dalam penanganan kondisi pasien, atau kekurangterampilan / ketidakkompentesian, atau karena
kelalaian dalam memberikan asuhan kedokteran kepada pasien, yang merupakan penyebab
langsung dari cedera pada pasien. “
Kelalaian terjadi karena seseorang melakukan (commission) atau tidak melakukan (omission)
yang seharusnya dilakukan oleh orang lain yang memiliki kualifikasi yang sama pada suatu
keadaan dan situasi yang sama
Unsur-unsur Malpraktik Medis
1. Adanya kelalaian
Kelalaian adalah kesalahan yang terjadi karena kekurang hati-hatian, kurangnya
pemahaman, serta kurangnya pengetahuan tenaga kesehatan akan profesinya, padahal
diketahui bahwa mereka dituntut untuk selalu mengembangkan ilmunya.
2. Dilakukan oleh tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan, Tenaga Kesehatan terdiri dari tenaga
medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi,
tenaga keterampilan fisik, dan tenaga keteknisan medis. Yang dimaksud tenaga medis
adalah dokter atau dokter spesialis.
3. Tidak sesuai standar pelayanan medik
Standar pelayanan medik yang dimaksud adalah standar pelayanan dalam arti luas, yang
meliputi standar profesi dan standar prosedur operasional.
4. Pasien menderita luka, cacat, atau meninggal dunia.
Adanya hubungan kausal bahwa kerugian yang dialami pasien merupakan akibat kelalaian
tenaga kesehatan. Kerugian yang dialami pasien yang berupa luka (termasuk luka berat),
cacat, atau meninggal dunia merupakan akibat langsung dari kelalaian tenaga kesehatan.
Jenis-jenis malpraktik
1. malpraktik etik (ethical malpractice)
Tenaga kesehatan melakukan tindakan yang bertentangan dengan etika profesinya sebagai
tenaga kesehatan (KODEKI)
2. malpraktik yuridis (yuridicalmalpractice)
1. Malpraktik perdata (civil malpractice)
Terjadi apabila terdapat hal-hal yang menyebabkan tidak terpenuhinya isi
perjanjian (wanprestasi) didalam transaksi terapeutik oleh tenaga kesehatan, atau
terjadinya perbuatan melanggar hukum (onrechtmatige daad), sehingga menimbulkan
kerugian kepada pasien. Dalam malpraktik perdata yang dijadikan ukuran dalam
malpraktik yang disebabkan oleh kelalaian adalah kelalaian yang bersifat ringan (culpa
levis).
2. malpraktik pidana (criminal malpractice)
Terjadi apabila pasien meninggal dunia atau mengalami cacat akibat tenaga
kesehatan kurang hati-hati. Atau kurang cermat dalam melakukan upaya perawatan
terhadap pasien yang meninggal dunia atau cacat tersebut. Malpraktik pidana ada tiga
bentuk yaitu
 Malpraktik pidana karena kesengajaan (intensional)
 Malpraktik pidana karena kecerobohan (recklessness),
 Malpraktik pidana karena kealpaan (negligence)
3. malpraktik administratif (administrative malpractice
Terjadi apabila tenaga kesehatan melakukan pelanggaran terhadap hukum
administrasi negara yang berlaku, Misalnya :
 menjalankan praktek dokter tanpa lisensi atau izin praktek,
 melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan lisensi atau izinnya,
 menjalankan praktek dengan izin yang sudah kadaluwarsa,
 menjalankan praktek tanpa membuat catatan medik.

Aspek perlindungan hukum terhadap pasien korban malpraktik oleh dokter berdasarkan
hukum Indonesia
1. Secara preventif:
Adanya peraturan-peraturan yang mengatur mengenai tindakan malpraktik, yaitu dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata), Undang-Undang Kesehatan, Undang-Undang
Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Praktik Kedokteran, dan Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP).
2. Secara represif:
Adanya tindakan yang mengakibatkan kerugian, maka seseorang yang melakukan tindakan
tersebut dijatuhkan sanksi berupa sanksi perdata, yaitu dengan mengganti kerugian, baik sanksi
administratif maupun pidana.
Malpraktik medik ataukah sekedar kelalaian (human error) dari sang dokter ?
Aspek hukum menentukan malpraktik
1.Penyimpangan dari standar profesi medis;
2. Kesalahan yang dilakukan dokter, baik berupa kesengajaan maupun kelalaian
3. Akibat yang terjadi disebabkan oleh tindakan medis yang menimbulkan kerugian baik materiil
maupun non materiil, atau fisik ( luka atau kematian ) atau mental.

Malpraktik pada dasarnya adalah tindakan tenaga profesional yang bertentangan dengan
SOP, kode etik, dan undang-undang yang berlaku, baik disengaja maupun akibat kelalaian yang
mengakibatkan kerugian atau kematian pada orang lain. Untuk dapat menilai dan membuktikan
suatu perbuatan (tindakan medis) termasuk kategori malpraktik atau tidak, Menurut Hubert W.
Smith tindakan malpraktik meliputi 4D.
a. Duty, adanya kewajiban dalam unsur ini tidak ada kelalaian jika tidak terdapat kewajiban, oleh
karena itu unsur yang pertama ini menyatakan harus ada hubungan hukum antara pasien dengan
dokter/rumah sakit
b. Dereliction adanya penyimpangan dalam pelaksanaan tugas, yaitu dokter dalam melakukan
kewajiban terhadap pasien melakukan tindakan penyimpangan dari standar profesi tersebut
c. Direct caution penyimpangan akan mengakibatkan kerusakan, dalam unsur ini terdapat
hubungan kausal yang jelas antara tindakan medik yang dilakukan dokter dengan kerugian yang
dialami pasien
d. Damage sang dokter akan menyebabkan kerusakan, yaitu bahwa tindakan medik yang dilakukan
dokter merupakan penyebab langsung timbulnya kerugian terhadap pasien
Yang termasuk kriteria tindakan medis yang bersifat malpraktik :
a. Adanya pengaturan terhadap hukum
b. Adanya hubungan hukum para pihak
c. Adanya pelanggaran hak dan kewajiban
d. Adanya akibat hukum yang ditimbulkan
Upaya pencegahan malpraktik dalam Yankes

a. Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya, karena perjanjian
berbentuk daya upaya (inspaning verbintenis) bukan perjanjian akan berhasil (resultaat
verbintenis).
b. Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent.
c. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis.
d. Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau dokter.
e. Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan segala kebutuhannya.
f. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan masyarakat sekitarnya.
Pelayanan Kesehatan yang baik
• Reasonable information
• Reasonable care
• Reasonable competency
Konflik, ketidakpuasaan akan menjadi sengketa
Menurut Maswadi Rauf (2001 : 8-12) penyelesaian konflik adalah usaha-usaha yang dilakukan
untuk menyelesaikan atau menghilangkan konflik dengan cara mencari kesepakatan antara pihak-
pihak yang terlibat dalam konflik.
Penyelesaian konflik diperlukan untuk mencegah
(1) semakin mendalamnya konflik, yang berarti semakin tajamnya perbedaan antara pihak-
pihak yang berkonflik
(2) semakin meluasnya konflik, yang berarti semakin banyaknya jumlah peserta masing-
masing pihak yang berkonflik yang berakibat konflik semakin mendalam dan meluas,
bahkan menimbulkan disintergrasi masyarakat yang dapat menghasilkan dua kelompok
masyarakat yang terpisah dan bermusuhan.
Cara penyelesaian konflik
- Secara persuasif : menggunakan perundingan dan musyawarah untuk mencari titik temu
antara pihak-pihak yang berkonflik. Pihak-pihak yang berkonflik melakukan perundingan,
baik antara mereka saja maupun manggunakan pihak ketiga yang bertindak sebagai
mediator atau juru damai.
- Secara koersif : menggunakan kekerasan fisik atau ancaman kekerasan fisik untuk
menghilangkan perbedaan pendapat antara pihak-pihak yang terlibat konflik.
Pemicu sengketa
Pemicu terjadinya sengketa bermacam-macam, misalnya :
- Kesalah pahaman
- Perbedaan penafsiran
- Ketidak-jelasan pengaturan
- Ketidak-puasan
- Ketersinggungan
- Kecurigaan
- Tindakan yang tidak patut, curang atau tidak jujur
- Kesewenang-wenangan atau ketidak adilan
- Terjadinya keadaan-keadaan yang tidak terduga
Sengketa medis dalam pelayanan kesehatan
- Sengketa Medik adalah sengketa yang terjadi antara pasien atau keluarga pasien
dengan tenaga kesehatan atau antara pasien dengan rumah sakit / fasilitas kesehatan.
- Biasanya yang dipersengketakan adalah hasil atau hasil akhir pelayanan kesehatan
dengan tidak memperhatikan atau mengabaikan prosesnya

Dalam hukum kesehatan diakui bahwa tenaga kesehatan atau pelaksana pelayanan
kesehatan saat memberikan pelayanan hanya bertanggung jawab atas proses atau upaya yang
dilakukan (Inspanning Verbintennis) dan tidak menjamin/ menggaransi hasil akhir (Resultalte
Verbintennis). Pengaduan dilakukan oleh pasien atau keluarga pasien ke instansi kepolisian dan
juga ke media massa.

Bentuk – bentuk proses penyelesaian sengketa pada umumnya


Proses peradilan /ajudikasi
- Litigasi (proses pengadilan)
- Arbitrase
Proses konsensual / non-ajudikasi
- Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS)
Bentuk-bentuk alternative dispute resolution (adr)/alternatif penyelesaian sengketa
- Negosiasi-dua pihak
- Mediasi
- Konsiliasi
- Konsultasi
- Penilaian/pendapat ahli
- Arbitrase
Alternatif Dispute Resolution (penyelesaian sengketa alternatif)

MKDKI (Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia)


“Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas tindakan dokter atau dokter
gigi dalam menjalankan praktik kedokteran dapat mengadukan secara tertulis kepada Ketua
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia” (Pasal 66 Ayat (1) Undang-Undang No. 29
Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran)
Pengertian
suatu tindakan memindahkan jaringan atau organ dari satu tempat ke tempat yang lain.
Ada 2 jenis transplantasi/donor organ:
- Donor organ ketika pendonor masih hidup
- Donor organ ketika pendonor telah meninggal dunia
Aspek hukum transplantasi
1. Undang – undang yang mengatur tentang transplantasi organ terdapat dalam UU No. 36
Tahun 2009 pasal 64 – 70
2. KODEKI; ( Pasal 2,10,11 )
Pasal 2
Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan keputusan profesional secara
independen, dan mempertahankan perilaku profesional dalam ukuran yang tertinggi.
Pasal 10
Seorang dokter wajib menghormati hak-hak- pasien, teman sejawatnya, dan tenaga
kesehatan lainnya, serta wajib menjaga kepercayaan pasien.
Pasal 11
Setiap dokter wajib senantiasa mengingat kewajiban dirinya melindungi hidup makhluk
insani.
Di Indonesia sudah ada undang undang yang membahasnya yaitu UU No.36 Tahun 2009 mengenai
transplantasi :
Pasal 64
(1) Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan melalui transplantasi
organ dan/atau jaringan tubuh, implan obat dan/atau alat kesehatan, bedah plastik dan
rekonstruksi, serta penggunaan sel punca.
(2) Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan melalui transplantasi
organ dan/atau jaringan tubuh, implan obat dan/atau alat kesehatan, bedah plastik dan
rekonstruksi, serta penggunaan sel punca.
(3) Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan melalui transplantasi
organ dan/atau jaringan tubuh, implan obat dan/atau alat kesehatan, bedah plastik dan
rekonstruksi, serta penggunaan sel punca.
Alasan melakukan transplatasi
- Mengobati penyakit atau kecacatan
- Menyelamatkan hidup manusia
Dampak melakukan transplatasi
- Kesembuhan
- Kecacatan
- Kematian
Prosedur Pelaksanaan Transplantasi
- Eksplantasi - Usaha mengambil jaringan atau organ manusia yang hidup atau yang
sudah meninggal.
- Implantasi - Usaha menempatkan jaringan atau organ tubuh tersebut kepada bagian
tubuh sendiri atau tubuh orang lain.
Aspek Etik Transplantasi
Transplantasi merupakan upaya terakhir untuk menolong seorang pasien dengan kegagalan fungsi
salah satu organ tubuhnya.dari segi etik kedokteran tindakan ini wajib dilakukan jika ada
indikasi,berlandaskan dalam KODEKI,yaitu: pasal 2, 10, 11
Transplantasi gigi
- Penempatan gigi autogenous atau homolog ke dalam soket
- Gigi mungkin suatu gigi yang sedang berkembang dari mulut yang sama, atau gigi vital
atau non-vital atau gigi yang telah menjalani perawatan endodontik yang
ditransplantasikan dari suatu tempat ke tempat lain pada individu yang sama atau dari
satu individu ke individu yang lain.
- Indikasi transplantasi gigi adalah gigi yang impaksi atau gigi ektopik, premature loss,
gigi yang hilang karena trauma, tumor, kongenital pada satu lengkung rahang dengan
tanda klinis gigi yang berjejal pada lengkung rahang yang berlawanan, serta pada gigi
dengan prognosis yang buruk.
- Kontra indikasi mencakup pasien dengan kelainan jantung, oral hygiene yang buruk
serta motivasi yang rendah.
Bone graft
- Autograft, Jaringan tulang berasal dari individu yang sama
- Allograft, berasal dari individu yang berbeda
- Heterograft, berasal dari spesies yang berbeda
- Alloplastic graft, menggunakan tulang sintesis seperti hydroxylapatite, phosphoric
calcium ceramics, dan oily calcium hydroxide dalam bentuk krim
paling sering digunakan adalah free autogenus bone graft
- Ketika graft yang dilakukan berasal dari pasien yang sama, hal itu tidak mendatangkan
respon penolakan dari sistem imun pasien.
- Graft ini biasanya diperoleh dari maksila, mandibula, kranium, dataran tinggi tibia, iliac
crest, dan tulang rusuk
- Bone graft merupakan tindakan yang cocok untuk menambah prosesus alveolar secara
vertikal, pembentukan kembali tulang rahang, transfer jaringan yang bebas dari
mikrovaskular, dan pembentukan kembali cleft alveolar.
Latar belakang
- berubahnya paradigma hubungan dokter – pasien (HDP) dari paradigma tradisional kearah
kontemporer,
- kemajuan teknologi informasi dan komunikasi,
- demoktratisasi dalam kehidupan social, ekonomi dan pendidikan.
- meningkatnya kesadaran hukum masyarakat.
Latar belakang hubungan dokter dengan pasien tradisional
- Dibangunan sejak jaman Hippocrates (460 –377 Sm)
- HDP tidak seimbang
- Paternalistic dan Dominant (tenaga medis – dokter -,dipandang mengetahui yang terbaik
bagi pasien)
- Pertanggungjawaban dokter lebih merupakan pertanggungjawaban moral dan etika
profesional
- Minim atau tidak ada peraturan dari pemerintah
Latar belakang HDP Kontemporer
- Hak Asasi Manusia
- The right to self determination
- Kemajuan teknologi medis
- Akses informasi yang terbuka
- Tingkat pendidikan semakin maju
- HDP semakin kompleks
- HDP : hubungan kepentingan, hubungan kepercayaan, hubungan profesi dan
hubungan hukum
- Campur tangan hukum dan pemerintah

Dasar hukum
Perlindungan Pasien sebagai Konsumen pada Pelayanan Kesehatan:
a. Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
b. Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang tentang Praktek Kedokteran
c. Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

Dilema dan kesulitan


- Diatur secara keras dan kurang hati-hati, dokter terganggu (tidak nyaman) menjalankan
profesi, akhirnya masyarakat dirugikan
- Kurang pengaturan yang tegas, masyarakat dirugikan ---- kurang terlindungi secara
hukum
- Sejumlah persoalan
1. Kendala substansi hukum
2. Ilmu kedokteran tidak murni ilmu pasti, lebih merupakan experience science
3. Kendala pembuktian
4. Inspanningsverbintenis
5. Tingginya ekspektasi masyarakat
6. Profesi kedokteran adalah profesi kedokteran
UU RI Perlindungan Konsumen no 8/99
ASAS DAN TUJUAN
- Pasal 2
Perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan
keselamatan konsumen, serta kepastian hukum
- Pasal 3
Perlindungan konsumen bertujuan :
o meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri;
o mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari
ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;
o meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen;
o menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian
hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;
o menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggungjawab dalam
berusaha;
o meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha
produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan
keselamatan konsumen
Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk
memberi perlindungan kepada konsumen. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang
dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang
lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

- Pasal 4 (hak-hak konsumen)


(1) Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
atau jasa;
(2) Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
(3) Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang atau jasa;
(4) Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan;
(5) Hak untuk mendapat advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut;
(6) Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
(7) Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, apabila barang dan/atau jasa
yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.
Sebagai mana dasar hukum dari gugatan pasien atau konsumen kepada dokter
atau tenaga kesehatan diatur dalam pasal 1365 KUHP.

Hak-hak pasien diatur dalam Pasal 52 UU NO. 29/2004 adalah:


(1) Mendapat penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana dimaksud
dalam pasal 45 ayat 3;
(2) Meminta pendapat Dokter atau Dokter lain;
(3) Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;
(4) Menolak tindakan medis;
(5) Mendapatkan isi Rekam medis.
Perlindungan hak pasien (dalam pasal 32 UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,
adalah:
1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit;
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;
3. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional;
4. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian
fisik dan materi;
5. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan
6. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang
berlaku di Rumah Sakit;
7. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada Dokter lain yang
mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit;
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data
medisnya;
10. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan
tindakan medis, alternatif tindakan, resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi serta
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan;
11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga
kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya
12. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak
mengganggu pasien lainnya;
14. Menggugat dan/atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit diduga memberikan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana;
15. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinyaselama dalam perawatan di Rumah Sakit;
16. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap dirinya;
17. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan
yang dianutnya;
18. 17.Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan
melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Kewajiban konsumen
1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur
2. Beritikad baik
3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati
4. Mengikuti upaya penyelesaian hukun sengketa perlindungan konsumen secara patut.
Upaya hukum apabila hak dilanggar
1. Mengajukan gugatan kepada pelaku usaha, baik kepada lembaga peradilan umum
maupun kepada lembaga yang secara khusus berwenang menyelesaikan sengketa antara
konsumen dan pelaku usaha (Pasal 45 UUPK);
2. Melaporkan kepada polisi atau penyidik lainnya. Hal ini karena di setiap Undang-Undang
yang disebutkan diatasi, terdapat ketentuan sanksi pidana atas pelanggaran hak-hak
pasien.
Kenapa pasien harus mendapat perlindungan?
- Hak pasien adalah hak konstitusi, disebut hak asasi dalam memperoleh pelayanan
kesehatan.
- UU bagi perlindungan konsumen khususnya pasien merupakan payung hukum
perlindungan yang dapat menjamin pelayanan kesehatan yang maksimal dan bervisi
kemanusiaan, tak ada lagi perlakuan yang semena-mena terhadap konsumen kesehatan.
- Tenaga kesehatan harus memenuhi hak-hak pasien untuk mendapatkan informasi yang
akurat seputar kesehatannya, sebelum melakukan intervensi apapun. Bahkan tenaga
kesehatan yang bertanggung jawab atas terlaksananya Pendidikan Kesehatan (Penkes)
hingga pasien kembali ke rumahnya. Ini adalah hak perlindungan pasien yang
diamanahkan UU Kesehatan
Apakah rumah sakit boleh menolak pasien dengan alasan tertentu untuk mendapatkan
perlindungan ?
1. Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta
wajib memberikan pelayanan kesehatan pada bencana bagi penyelamatan nyawa pasien
dan pencegahan pencacatan;
2. Fasilitas pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang
muka terlebih dahulu.
Pasal 32 ayat 2 dan pasal 85 UU NO. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan (UU Kesehatan).

Dokter tidak kebal hukum


- Hubungan dokter dan pasien tidak semata-mata hubungan kebutuhan (pasien lebih
butuh).
- Hubungan dokter dan pasien meliputi hubungan hukum Kontrak Teraupetik
- Pertanggungjawaban dokter tidak sekedar pertanggungjawaban moral dan profesional
ethic
- Juga meliputi pertanggungjawaban hukum (perdata, pidana dan administrasi)
Syarat terjadinya perjanjian teurapetik
- Kata sepakat dr pihak yg mengikat diri (hrs ada persetujuan ,permenkes 585/89)
- Kecakapan utk membuat sesuatu (mampu memahami hak & kewajiban)
- Mengenai suatu hal/objek
- Suatu causa yg sah (tindakan sah secara hukum)

Kewajiban dokter
 KODEKI
 UU Praktik Kedokteran (administratif dan substantif – terkait tindakan/perlakuan medis)
- perijinan praktek (SIP dan STR)
- wajib simpan rahasia kedokteran
- informed consent
- merujuk ke dokter yang lebih ahli
- pertolongan darurat atas dasar kemanusiaan
- menambah pengetahuan dan mengikuti perkembangan
Pelanggaran kewajiban pintu masuk terjadinya malpraktik medis baik secara perdata, pidana dan
administrasi.
Bentuk tanggung jawab dokter (tenaga medis) dalam upaya penegakan perlindungan
pasien adalah
- Adanya tanggung jawab Etis
- Adanya tanggung jawab profesi.
- Adanya tanggung jawab yang berkaitan dengan pasien/ konsumen jasa medis.
Tanggung jawab dokter
- Perdata (wanprestasi dan perbuatan melawan hukum
- Pidana
- Administrasi
Perdata /Wanprestasi
Pasal 39 UU Praktik Kedokteran
- Melanggar Kontrak Teraupetik
- Karakteristik inspanningsverbintenis
- Tidak melakukan prestasi sesuai dengan yang diperjanjian (mengarah pada tindakan
medik yang dilakukan telah memenuhi atau tidak standar-standar perlakuan medik
- Memberikan prestasi lain dari yang diperjanjikan
- Kerugian
Perbuatan Melawan Hukum
- Pasal 1365 KUH Perdata
- Melawan hukum (perbuatan dapat dipidana, telah membahayakan kesehatan dan jiwa,
seperti menyebabkan luka-luka atau kematian)
- Adanya kesalahan (sengaja atau lalai)
- Causalitas verbal antara kerugian dan perbuatan
Beban Pembuktian
- Secara umum dibebankan kepada pasien (sebagai kreditur dalam wanprestasi dan
sebagai pihak yang dirugikan dalam PMH)
- Kesulitan pasien sebagai orang awan
Di Negeri Belanda, sejak 1 April 1988 dalam hukum pembuktian yang baru, bertalian dengan
beban pembuktian didasarkan atas dua ketentuan, yaitu :
- Didasarkan pada ajaran hukum objektif
Pihak yang menuntut berdasarkan fakta atau hukum memikul beban pembuktian dari
fakta hukum tersebut (Pasal 177 RV Belanda). Dengan kata lain : pada pokoknya
siapapun menuntut, harus membuktikan. Seorang pasien yang menuntut dokter atas
dasar wanprestasi atau perbuatan melawan hukum, menurut ketentuan ini harus
membuktikan bahwa oleh dokter tersebut dan mungkin oleh orang untuk siapa ia
bertanggungjawab telah dibuat kesalahan.
- Didasarkan pada teori keadilan (billijkheidstheorie)
Pada teori ini yang didasarkan pada akal yang sehat (redelijkheid) dan keadilan
(billijkheid) hakim untuk setiap peristiwa/kejadian secara terpisah harus membagi
beban pembuktian berdasarkan keadilan
Pidana
- Sengaja (secara sadar),
- Melawan hukum, telah membahayakan kesehatan dan jiwa, seperti menyebabkan
luka-luka atau kematian)
- Perbuatan bertentangan dengan hukum, standar dan etika profesi, standar prosedur
- Tidak termasuk karakteristik khusus (risiko tindakan medis, reaksi alergi, kecelakaan,
Non Negligent clinical error of judgement
- Beberpa contoh : aborsi illegal, euthanasia, kelalaian menyebabkan kematian, dll.
- Beberapa pelanggaran administrasi dapat dipidana berdasarkan UU No. 29 Tahun
2004
- Pasal 75, 76, 77, 78 dan 79 UU No. 29 Tahun 2009
Administrasi
- Tidak memiliki persyaratan administratif seperti surat tanda registrasi (STR) dokter yang
diterbitkan oleh Konsil Kedokteran (Pasal 29).
- dokter lulusan luar negeri yang lulus di Indonesia tidak dilengkapi dengan syarat lulus
evaluasi. Bagi dokter asing selain lulus evaluasi juga harus memiliki ijin kerja (Pasal 30).
- tidak memiliki surat ijin praktek (SIP) yang dikeluarkan pejabat kesehatan yang
berwenang di kabupaten/kota tempat praktik (Pasal 36 jo. Pasal 37).
- Tidak memenuhi kewajiban pelayanan medis sesuai dengan standar profesi, standar
prosedur operasional dan kebutuhan medis pasien.
- tidak merujuk pasien kedokter lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang
lebih baik.
- melanggar kewajiban merahasiakan segala sesuatu mengenai pasien (Pasal 14 Kodeki
dan PP 26 Tahun 1960)
- tidak melakukan kewajiban melakukan pertolongan darurat atas dasar kemanusiaan
- tidak menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran
- tidak mengindahkan informed consent (penjelasan kepada pasien sebelum melakukan
tindakan), Pasal 45 UU No. 29 Tahun 2004.
- Pencabutan ijin praktek
- Beberapa pelanggaran administrasi dapat dipidana berdasarkan UU No. 29 Tahun 2004
- Pasal 75, 76, 77, 78 dan 79 UU No. 29 Tahun 2009
Definisi
Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut
merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah.
Landasan idiil pembangunan nasional adalah Pancasila, sedangkan landasan konstitusional
adalah Undang-Undang Dasar 1945. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional.

Dasar-dasar Pembangunan Kesehatan


Dasar-dasar pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah nilai kebenaran dan aturan
pokok sebagai landasan untuk berpikir atau bertindak dalam pembangunan kesehatan. Nilai dasar
ini merupakan landasan dalam penyusunan visi, misi dan strategi serta sebagai petunjuk pokok
pelaksanaan pembangunan kesehatan secara nasional yang meliputi:
1. Perikemanusiaan
2. Adil dan merata
3. Pemberdayaan dan kemandirian
4. Pengutamaan dan manfaat

Arah Pembangunan Kesehatan


- Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional
- Pelayanan kesehatan baik oleh pemerintah maupun masyarakat harus diselengarakan
secara bermutu, adil dan merata dengan memberikan pelayanan khusus kepada penduduk
miskin, anak-anak, dan para lanjut usia yang terlantar, baik di perkotaan maupun di
pedesaan
- Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan strategi pembangunan profesionalisme,
desentralisasi dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat dengan memperhatikan
berbagai tantangan yang ada saat ini.
- Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat dilaksanakan melalui program
peningkatan perilaku hidup sehat, pemeliharaan lingkungan sehat, pelayanan kesehatan
dan didukung oleh sistem pengamatan, informasi dan manajemen yang handal.
Tujuan pembangunan kesehatan
(1) Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang
kesehatan.
(2) Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan.
(3) Peningkatan status gizi masyarakat.
(4) Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).
(5) Pengembangan keluarga sehat sejahtera

Kebijakan pembangunan kesehatan


(1) Peningkatan Kerjasama Lintas Sektor.
(2) Peningkatan Perilaku, Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan Swasta.
(3) Peningkatan Kesehatan Lingkungan.
(4) Peningkatan Upaya Kesehatan.
(5) Peningkatan Sumber Daya Kesehatan.
(6) Peningkatan Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan.
(7) Peningkatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kesehatan.
(8) Peningkatan Lingkungan Sosial Budaya.

Masalah nasional yang berpengaruh pada pembagunan kesehatan


- Kemiskinan
- Keadaan dan kemampuan antar daerah yang sangat berbeda
- Desentralisasi kesehatan yang belum merata
- Proses pembelajaran yang demokratis
- Bencana alam / flu burung
- Kesadaran masyarakat yang masih rendah

4 Strategi Utama Pembangunan Kesehatan


- Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat
- Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu
- Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan
- Meningkatkan pembiayaan kesehatan
Intervensi Pemerintah dalam Pembangunan Kesehatan
- Faktor genetis
diintervensi dengan peningkatan status gizi masyarakat yang harus diikuti dengan
penyuluhan oleh tenaga ahli gizi kesmas
- Faktor lingkungan
diintervensi dengan penggalakkan sanitasi lingkungan yang juga harus diikuti dengan
penyuluhan tenaga kesehatan lingkungan
- Faktor pelayanan kesehatan
diintervensi dengan peningkatan jumlah dan mutu sarana pelayanan kesehatan dasar dan
rujukan seperti puskesmas, dan rumah sakit juga diikuti dengan penyuluhan kesehatan oleh
tenaga pelayanan kesehatan
- Faktor perilaku
diintervensi melalui pendidikan kesehatan khususnya dengan penyuluhan kesehatan
masyarakat.
Sejarah Perjalanan Jaminan Sosial di Indonesia
- Jaminan pemeliharaan kesehatan di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak zaman kolonial
Belanda.
- Setelah kemerdekaan, pada tahun 1949, upaya untuk menjamin kebutuhan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat, khususnya pegawai negeri sipil beserta keluarga, tetap
dilanjutkan.
- Prof. G.A. Siwabessy, selaku Menteri Kesehatan yang menjabat pada saat itu, mengajukan
sebuah gagasan untuk perlu segera menyelenggarakan program asuransi kesehatan semesta
(universal health insurance) yang saat itu mulai diterapkan di banyak negara maju dan
tengah berkembang pesat.
- Pada 1968, pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1 Tahun 1968
dengan membentuk Badan Penyelenggara Dana Pemeliharaan Kesehatan (BPDPK) yang
mengatur pemeliharaan kesehatan bagi pegawai negara dan penerima pensiun beserta
keluarganya.
- Selang beberapa waktu kemudian, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 22 dan 23 Tahun 1984. BPDPK pun berubah status dari sebuah badan di
lingkungan Departemen Kesehatan menjadi BUMN, yaitu PERUM HUSADA BHAKTI
(PHB), yang melayani jaminan kesehatan bagi PNS, pensiunan PNS, veteran, perintis
kemerdekaan, dan anggota keluarganya.
- Pada tahun 1992, PHB berubah status menjadi PT Askes (Persero) melalui Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 1992. PT Askes (Persero) mulai menjangkau karyawan
BUMN melalui program Askes Komersial.
- Pada Januari 2005, PT Askes (Persero) dipercaya pemerintah untuk melaksanakan
program jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin (PJKMM) yang selanjutnya dikenal
menjadi program Askeskin dengan sasaran peserta masyarakat miskin dan tidak mampu
sebanyak 60 juta jiwa yang iurannya dibayarkan oleh Pemerintah Pusat.
- PT Askes (Persero) juga menciptakan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum
(PJKMU), yang ditujukan bagi masyarakat yang belum tercover oleh Jamkesmas, Askes
Sosial, maupun asuransi swasta. Hingga saat itu, ada lebih dari 200 kabupaten/kota atau
6,4 juta jiwa yang telah menjadi peserta PJKMU. PJKMU adalah Jaminan Kesehatan
Daerah (Jamkesda) yang pengelolaannya diserahkan kepada PT Askes (Persero).
- BPJS Kesehatan beroperasi pada 1 Januari 2014, sebagai transformasi dari PT Askes
(Persero). Hal ini berawal pada tahun 2004 saat pemerintah mengeluarkan UU Nomor 40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan kemudian pada tahun
2011 pemerintah menetapkan UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) serta menunjuk PT Askes (Persero) sebagai penyelenggara
program jaminan sosial di bidang kesehatan, sehingga PT Askes (Persero) pun berubah
menjadi BPJS Kesehatan.
- Melalui Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang
diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan, negara memastikan seluruh penduduk Indonesia
terlindungi oleh jaminan kesehatan yang komprehensif, adil, dan merata.
Penyelenggaraan SKN
A. Pelaku SKN
Pelaku penyelenggaraan pembangunan kesehatan sesuai SKN adalah:
a. Masyarakat
b. Pemerintah
c. Badan legislatif
d. Badan yudikatif
B. Proses Penyelenggraan
1. Menerapkan pendekatan kesisteman yaitu cara berpikir dan bertindak yg logis,
sistematis, komprhensif, dan holistik dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan:
o Masukan: subsistem pembiayaan kesehatan, subsistem SDM kesehatan, dan
subsistem obat dan perbekalan kesehatan
o Proses: subsistem upaya kesehatan, subsistem pemberdayaan masyarakat,
subsistem manajemen kesehatan
o Keluaran: terselenggaranya pembangunan kesehatan yg berhasil guna, berdaya
guna, bermutu, merata, dan berkeadilan
o Lingkungan: berbagai keadaan yg menyangkut ideologi, politik, ekonomi, sosial,
budaya, pertahanan dan keamnaan baik nasional, regional, maupun global yg
berdampak terhadap pembangunan kesehatan
2. Penyelenggaraan SKN memerlukan keterkaitan antar unsur-unsur SKN, yaitu :
Subsistem pembiayaan kesehatan diselenggarakan guna menghasilkan
ketersediaan pembiayaan kesehatan dg jumlah yg mencukupi, teralokasi secara adil, dan
termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna, sehingga upaya kesmas maupun
perorangan dapat diselenggarakan secara merata, tercapai, terjangkau, dan bermutu bagi
seluruh masyarakat. Tersedianya pembiayaan yg memadai jg akan menunjang
terselenggaranya subsistem SDM kesehatan, subsistem obat dan perbekalan kesehatan,
subsistem pemberdayaan masyarakat, subsistem manajemen kesehatan
Subsistem SDM kesehatan diselenggarakan guna menghasilkan tenaga kesehatan
yg bermutu dalam jumlah yg mencukupi, terdistribusi secara adil, serta termanfaatkan
secara berhasil guna dan berdaya guna, sehingga upaya kesehatan dapat diselenggarakan
sesuai dg kebutuhan seluruh lapisan masyarakat. Tersedianya tenaga kesehatan yg
mencukupi dan berkualitas jg akan menunjang terselenggaranya subsistem pembiayaan
kesehatan, subsistem obat dan perbekalan kesehatan, subsistem pemberdayaan masyarakat,
subsistem manajemen kesehatan
Subsistem obat dan perbekalan kesehatan diselenggarakan guna menghasilkan
ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan yg mencukupi, aman, bermutu, dan bermanfaat
serta terjangkau oleh masyarakat, sehingga upaya kesehatan dapat diselenggarakan dg
berhasil guna dan berdaya guna
Subsistem pemberdayaan masyarakat diselenggarakan guna menghasilkan
individu, kelompok, dan masyarakat umum yg mampu berperan aktif dalam
penyelenggaraan upaya kes.
Subsistem manajemen kesehatan diselenggarakan guna menghasilkan fungsi-fungsi
adm kesehatan, informasi kesehatan, IPTEK kesehatan, dan hukum kesehatan yg memadai dan
mampu menunjang penyelenggaraan upaya kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna.
3. Penyelenggaraan SKN memerlukan penerapan prinsip koordinasi, integrasi,
sinkronisasi, dan sinergisme (KISS), baik antar pelaku, antar subsistem SKN, maupun dg
sistem serta subsistem lain di luar SKN
4. Penyelenggaraan SKN memerlukan komitmen yg tinggi dan dukungan serta
kerjasama yg baik dari para pelaku SKN yg ditunjang oleh tata penyelenggaraan
pembangunan kesehatan yg baik (good governance)
5. Penyelenggaraan SKN memerlukan adanya kepastian hukum dalam bentuk penetapan
berbagai peraturan perundang-undangan yg sesuai
6. Dilakukan melalui sikklus perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian, serta
pengawasan dan pertanggungjawaban secara sistematis, berjenjang dan berkelanjutan
Definisi
Suatu upaya pelayanan bidang kesehatan gigi dan mulut secara paripurna yang memusatkan
layanannya kepada setiap individu dalam suatu keluarga binaan.
Dokter gigi keluarga
1. Mampu memberikan pelayanan kesehatan gigi yang berorientasi pada
a. komunitas melalui unsur keluarga sebagai target utama; serta memandang
b. individu-individu baik yang sakit maupun yang sehat sebagai bagian dari
c. unit keluarga dan komunitasnya. Dokter gigi keluarga merupakan tenaga
d. kesehatan yang proaktif mendatangi keluarga sesuai indikasi dan
e. melakukan perawatan serta asuhan pelayanan kedokteran gigi dasar.
2. Melayani masyarakat melalui unit keluarga, yang berfungsi sebagai kontak pertama,
menganalisis kebutuhan, rencana perawatan dan asuhan serta, melaksanakan pelayanan
keodkteran gigi pada tingkat individu dankeluarganya sesuai lingkup kewenangannya.
3. Dokter gigi keluarga juga harus melakukan rujukan untuk menjaga kesinambungan
pemeliharaan kesehatan keluarga dengan mengutamakan pendekatan promitif dan
prefentif, penerapan IPTEKDOGI yang sesuai dan benar, terpadu, holistic dan
berkesinambungan dengan memperhatikan pelayanan kesehatan gigi yang terkendali mutu
dan biayanya (Menkes, 2005).
Tujuan Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga
1. Tercapainya kemandirian keluarga dalam menjaga dan memelihara kesehatan
gigi dan mulut.
2. Terpenuhinya kebutuhan keluarga untuk memperoleh pelayanan Kesehatan gigi yang
optimal, bermutu, terstruktur, dan berkesinambungan.
3. Tertatanya pembiayaan dalam pelayanan kedokteran gigi keluarga.
4. Tertatanya administrasi dan manajemen pelayanan kedokteran gigi keluarga
5. Terbinanya profesionalisme dokter gigi keluarga secara berkesinambungan
(Menkes, 2005)
Manfaat Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga
1. Terpenuhinya berbagai kebutuhan dan tuntutan layanan kesehatan gigi.
2. Memudahkan pemanfaatan pelayana kesehatan.
3. Biaya kesehatan akan lebih terkendali.
4. Mutu pelayanan akan lebih meningkat.
5. Bagi penyelenggara pelayanan, Kedokteran Gigi Keluarga merupakan alternatif lahan
praktik dan penghasilan
(Kusnanto, 2000)
Peran & Fungsi Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga

1. Pemberi pelayanan dengan komitmen tinggi serta menunaikan tugasnya secara


professional dan etis.
2. Ujung tombak dalam sistim pelayanan kesehatan nasional dan berhadapan langsung
dengan masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Di
samping itu berfungsi sebagai penapis rujukan upaya kesehatan gigi dan mulut keluarga
ke fasilitas yang lebih mampu.
3. Koordinator dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pasien dan keluarganya,
serta bekerja sama secara harmonis dengan setiap individu dan institusi.
4. Sebagai mitra yang beretika bagi pasiennya dalam mengambil keputusan medis
dengan memilih dan menggunakan teknologi kedokteran gigi secara rasional
berdasarkan evidence based dentistry.
5. Penggalang peran serta masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan gigi
dan mulut
(Menkes, 2005).

Ruang Lingkup Kedokteran Gigi Keluarga


a.Basic emergency care yaitu pelayanan darurat dasar yang harus dapat melayani siapa saja dan
dimana saja. Pelayanan yang diberikan yaitu :
1. Pertolongan pertama pada keadaan darurat dan gawat darurat untuk selanjutnya
dilakukan rujukan bila perlu.
2. Mengurangi rasa sakit atau mengeliminasi infeksi/ pertolongan pertama pada
gigi dan mulut karena penyakit/ cedera.
3. Reposisi dislokasi rahang
4. Replantasi gigi
5. Penyesuaian oklusi
b.Preventive care adalah pelayanan yang bersifat pencegahan. Pelayanan ini terdiri dari pelayanan
pencegahan yang ditujukan kepada komunitas, pelayanan pencegahan yang ditujukan kepada
kelompok, dan pelayanan pencegahan yang ditujukan kepada individu.
Pelayanan pencegahan/ preventive care meliputi:
a. Pendidikan kesehatan gigi (individu/kelompok).
b. Menghilangkan kebiasaan jelek/ buruk.
c. Tindakan perlindungan khusus.
d. Tindakan penanganan dini (early detection & prompt treatment).
e. Memberi advokasi untuk menanggulangi kelainan saliva dan masalah nutrisi gizi/ diet.
c.Simple care merupakan suatu pelayanan profesional sederhana atau pelayanan medik gigi dasar
umum yang meliputi:
a. Tumpatan gigi (glass ionomer/ komposit resin/ tumpatan kombinasi (open/closed
sandwich).
b. Ekstraksi gigi (gigi sulung persistensi/ gigi tetap karena penyakit/ keperluanorthodonti/
pencabutan serial (gigi sulung).
c. Perawatan pulpa (pulp capping/ pulpotomi/perawatan saluran akar gigi anterior).
d. Perawatan/ pengobatan abses.
e. Penanganan dry socket.
f. Mengobati ulkus rekuren (aphtosa).
g. Pengelolaan halitosis
(Menkes, 2005)
Kedudukan, Organisasi dan Tata Kerja Pelayanan Dokter Gigi Keluarga
Kedudukan
 Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga adalah pelayanan kesehatan strata
pertama, setingkat praktik dokter/praktik dokter gigi, dan menjadi mitra
Puskesmas,khususnya dalam aspek kesehatan masyarakat.
 Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga secara operasional berada di bawah pembinaan
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.
 Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga dapat bergabung menjadi bagian Dokter
Keluarga, atau berdiri sendiri sebagai mitra dokter keluarga
(Menkes, 2005).
Organisasi
Tata Kerja
1.Dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.
Unit Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga (PKGK) adalah sarana kesehatan yang ijinnya
dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota Pelayanan Kedokteran Gigi keluarga wajib
melaporkan kegiatannya/ hasil temuannya kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota harus
membina Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga dalam wilayahnya.
2.Dengan Puskesmas dalam wilayah kerjanya.
Unit Pelayanan Kedokteran Gigi keluarga wajib melaporkan kinerjanya, khususnya hasil
temuan informasi epidemiologis, sehingga dapat dibuat program Kesehatan masyarakat yang
terintegrasi
3.Dengan Jejaring Pelayanan Kesehatan Rujukan.
Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga menjalin kerja sama yang erat dengan berbagai
pelayanan kesehatan rujukan. Untuk kasus yang menyangkut kesehatan umum dapat
dirujuk ke pelayanan dokter keluarga/ Rumah Sakit.Untuk kasis gigi spesialis dirujuk ke dokter
gigi spesialis/ Rumah Sakit.
4.Dengan Rumah Sakit terdekat.
Unit Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga menjalin kerja sama dengan Rumah
Sakit terdekat untuk merujuk pasien terutama bila penderita dalam keadaan gawat darurat.
5.Dengan Lintas Sektor, khususnya institusi sekolah dasar. Menjalin kerja sama khususnya
dengan UKS/UKGS pada sekolah yang muridnya adalah individu binaan dokter gigi keluarga.
(Menkes, 2005)

Prinsip Pelayanan Dokter Gigi Keluarga


1. Pelayanan dilandasi kebutuhan seluruh anggota keluarga. Untuk itu perlu adanya
pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut secara menyeluruh yang direkam dalam
Kartu rekam Medik Dental untuk setiap individu serta disimpan dalam satu
arsip keluarga.
2. Rencana terapi dan asuhan yang komprehensif meliputi 5 tingkat pencegahan disusun
secara rinci, termasuk rujukannya, dan dikomunikasikan kepada keluarga binaan untuk
persetujuan tindakan medic gigi. Penjadwalan terapi/ tindakan dibuat bersama oleh
pemberi dan penerima layanan.
3. Tindakan/ terapi dan asuhan pelayanan yang bersifat menyeluruh dengan
memperhatikan kesehatan gigi dan mulut sebagai bagian dari kesehatansecara utuh
untuk perawatan individu disertai dengan program asuhan kesehatan komunitas
keluarga binaan
4. Tindakan/ terapi dan asuhan pelayanan dilaksanakan secara professional dengan
mengacu pada bukti-bukti klinik dan epidemiologik yang ada.
5. Tindakan/ terapi harus sesuai prosedur standar baku, dan selalu diikuti oleh evaluasi
untuk peningkatan mutu pelayanan.
(Menkes, 2005)
Model Pelayanan Dokter Gigi Keluarga
1. Dokter gigi keluarga praktik perorangan.
Pelayanan dokter gigi keluarga yang dikembangkan atas inisiatif dokter gigi dan perawat
gigi dan sesuai dengan standar perijinan yang telah ditetapkan, serta memiliki sertifikat
bahwa telah mengikuti melalui Program Pendidikan Kedokteran Gigi Keluarga (PKGK)
atau melalui diklat khusus untuk melatih dokter gigi menjadi dokter gigi keluarga sesuai
kompetensi yang diharapkan.
2. Dokter gigi keluarga praktik berkelompok.
Dokter gigi keluarga beserta tim yang melaksanakan praktik untuk pelayanan keluarga
binaannya sebagai mitra kerja tergabung dalam sistem pelayanan dokter keluarga/dokter
gigi keluarga sehingga standar klinik dan asuransi kesehatan yang digunakan sesuai dengan
konsep dokter gigi keluarga.
(Mukti, 2004)
Standart Perizinan Kedokteran Gigi Keluarga
Harus mendapatkan sertifikasi sebagai dokter gigi keluarga yang dikeluarkan oleh institusi
pendidikan (FKG).
- Organisasi profesi memberikan rekomendasi dan menyusun standart pelayanan dokter
gigi keluarga.
- Dinas kesehatan kabupaten/ kota menerima, memproses dan menerbitkan izin.
- Dinas kesehatan provinsi membuat juknis dan pembinaan dokter gigi keluarga.
- Pemerintah pusat menetapkan pedoman dan kebijakan dokter gigi keluarga.
(Arbianti, 2004).
Pendekatan dalam Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga
1. Pendekatan Medik
Dilakukan dengan menyeluruh, paripurna, terpadu dan berkesinambungan.
2. Pemecahan Masalah
Untuk mengatasi masalah klinis dan masalah sosial, yaitu interaksi kehidupan pasien
dalam keluarganya di bidang kesehatan gigi.
3. Komunikasi Interpersonal
Dengan memberikan konseling, bimbingan dan motivasi kepada pasien, yang akan
menentukan keberhasilan pelayanan kesehatan gigi.
4. Pendekatan Epidemiologi
Diperlukan untuk menyelesaikan masalah penyakit dan merumuskan intervensi yang
tepat dalam menilai kesehatan gigi keluarga dan mempertimbangkan faktor
yang mempengaruhi status kesehatan gigi keluarga.
5. Pendekatan Manajemen
Diperlukan untuk merencanakan dan melaksanakan pelayanan pada keluarga dengan
sistem kendali mutu dan kendali biaya.
6. Pendekatan Hukum
Dengan menekankan kesadaran hukum pada dokter gigi keluarga dan keluarga dalam
pelayanan kesehatan gigi
(Sulastomo, 2003)
Sistem Pembiayaan Kedokteran Gigi Keluarga
Bentuk pokok pembiayaan UKP (Upaya Kesehatan Perorangan) sebagaimana tercantum dalam
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah sebagai berikut:
- Dana untuk UKP dari individu dalam kesatuan keluarga melalui JPK (Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan) wajib dan JPK sukarela.
- Dana untuk UKP masyarakat rentan dan keluarga miskin dari pemerintah melalui
JPK wajib.
- Dana dari masyarakat (dana sehat dan dana sosial keagamaan) digunakan untuk UKM
dan UKP).
(Menkes, 2006)
Bentuk-bentuk Pembiayaan Pra-Upaya
1. Sistem kapitasi (capitation system)
sistem pembayaran dimuka yang dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara
pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan harga yang dihitung untuk setiap peserta untuk
jangka waktu tertentu. Dengan sistem pembayaran ini, maka besarnya biaya yang dibayar oleh
badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan yang tidak ditentukan oleh frekwensi
penggunaan pelayanan kesehatan oleh peserta, melainkan ditentukan oleh jumlah peserta dan
kesepakatan jangka waktu jaminan.
2. Sistem paket (packet system)
sistem pembayaran di muka yang dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara
pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan harga yang dihitung untuk suatu paket pelayanan
kesehatan tertentu. Dengan sistem pembayaran ini, maka besarnya biaya yang dibayar oleh
badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan tidak ditentukan oleh macam
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, melainkan oleh paket pelayanan kesehatan yang
dimanfaatkan. Penyakit apapun yang dihadapi, jika termasuk dalam satu paket pelayanan yang
sama, mendapatkan biaya dengan besar yang sama. Sistem pernbiayaan paket ini dikenal pula
dengan nama sistem pembiayaan kelompok diagnosis terkait (diagnosis related group) yang di
banyak negara maju telah lama diterapkan.
3. Sistem anggaran (budget system)
sistem pembayaran di muka yang dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara
pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan harga, sesuai dengan besarnya anggaran yang
diajukan penyelenggara pelayanan kesehatan. Sama halnya dengan sistern paket, pada sistem
anggaran ini, besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan
kesehatan tidak ditentukan oleh macam pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, melainkan
oleh besarnya anggaran yang telah disepakati.

Pengendalian Biaya Kesehatan


1. Mengutamakan pelayanan pencegahan penyakit Prinsip pokok pertama yang harus
diperhatikan oleh penyelenggara pelayanan adalah lebih mengutamakan pelayanan
pencegahan penyakit, bukan pelayanan penyembuhan penyakit. Apabila prinsip pokok ini
dapat diterapkan, pasti akan besar peranannya dalam upaya mengendalikan biaya
kesehatan. Karena memanglah biaya pelayanan pencegahan penyakit memang jauh lebih
murah dari pada biaya pelayanan penyembuhan penyakit. Bentuk-bentuk pelayanan
penceghan penyakit yang dapat dilakukan banyak macamnya. Yang terpenting di antaranya
ialah melakukan penyuluhan kesehatan, pemeriksaan kesehatan berkala, imunisasi serta
pelayanan keluarga berencana.
2. Mencegah pelayanan yang berlebihan Prinsip pokok yang diperhatikan oleh penyelenggara
petayanan adalah mencegah pelayanan yang berlebihan. Jika memang tidak ada
indikasinya, pemeriksaan penunjang tidak perlu dilakukan. prinsip yang sarna juga berlaku
untuk tindakan dan ataupun pernberian obat. Dengan perkataan lain, pelayanan kedokteran
yang deselenggarakan harus memenuhi serta sesuai standar pelayanan yang telah
ditetapkan.
3. Membatasi konsultasi dan rujukan Pelayanan konsultasi dan apalagi rujukan, memerlukan
biaya tambahan. Untuk mencegah biaya kesehatan, penyelenggara pelayanan harus berupa
untuk membatai konsultasi atau rujukan. Pelayanan konsultasi atau rujukan tersebut hanya
dilakukan apabila benar-benar diperlukan saja.
Etika
Etika berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen P dan K, 1988), etika dijelaskan dengan
membedakan tiga arti sebagai berikut:
- Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak);
- Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
- Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan/ masyarakat.
Nilai-nilai etika harus diletakkan sebagai landasan atau dasar pertimbangan dalam setiap
tingkah laku manusia termasuk kegiatan di bidang keilmuan.
Etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control”, karena segala sesuatunya dibuat
dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri
Perkataan etika itu identik dengan perkataan moral, karena moral menyangkut akhlak manusia.
Misalnya, perbuatan seseorang dikatakan melanggar nilai-nilai moral dapat diartikan pula bahwa
perbuatan tersebut melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang berlaku di masyarakat.

Macam-macam etika
1. Etika deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap
dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu
yang bernilai. Etika Deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil
keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.
2. Etika normatif, yaitu etika yang mengajarkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang
seharusnya dimiliki oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Etika Normatif juga
memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang
akan dilakukan.
Macam-macam etika
Etika dibagi menjadi dua, yaitu etika umum dan etika khusus.
a. Etika umum membahas prinsip-prinsip moral dasar, sedangkan
b. Etika khusus menerapkan prinsip-prinsip dasar pada masing-masing bidang kehidupan
manusia, dibagi:
a. etika individual memuat kewajiban dan sikap manusia terhadap diri sendiri
b. etika sosial membicarakan tentang kewajiban dan sikap manusia sebagai anggota
umat manusia/ anggota bermsyarakat.
ETIKA UMUM
- mengajarkan tentang kondisi-kondisi & dasar-dasar bagaimana seharusnya manusia
bertindak secara etis, bagaimana pula manusia bersikap etis
- teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia
dalam bertindak serta tolok ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan.
ETIKA KHUSUS
- merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan.
- Contoh penerapan: Bagaimana seseorang bersikap dan bertindak dalam kehidupannya
dan kegiatan profesi khusus yang dilandasi dengan etika moral.
Profesi
1. Berasal dari bahasa latin “Proffesio” yang mempunyai dua pengertian yaitu janji/ikrar
dan pekerjaan.
2. Pekerjaan yang dilakukan berkaitan dengan keahlian khusus dalam bidang
pekerjaannya.
3. Suatu pekerjaan yang berkaitan dengan bidang yang didominasi oleh pendidikan dan
keahlian, yang diikuti dengan pengalaman praktik kerja purna waktu.
4. Dilaksanakan dengan mengandalkan keahliannya.
Menurut Frans Magnis Suseno (1991 : 70) dibedakan dalam dua jenis:
a. Profesi pada umumnya, ada dua prinsip yang wajib ditegakkan, yaitu:
1. Prinsip agar menjalankan profesinya secara bertanggung jawab.
2. Hormat terhadap hak-hak orang lain.
b. Profesi yang luhur (officium nobile), motivasi utamanya bukan untuk memperoleh
nafkah dari pekerjaan yang dilakukannya. Ada dua prinsip yang penting, yaitu:
1. Mendahulukan kepentingan orang yang dibantu.
2. Mengabdi pada tuntutan luhur profesi.
Untuk melaksanakan profesi yang luhur secara baik, dituntut moralitas yang tinggi dari
pelakunya. Tiga ciri moralitas yang tinggi adalah:
- Berani berbuat dengan bertekad untuk bertindak sesuai dengan tuntutan profesi;
- Sadar akan kewajibannya;
- Memiliki idealisme yang tinggi.
Menurut Brandeis yang dikutip A. Pattern Jr. untuk dapat disebut sebagai profesi, maka
pekerjaan itu sendiri harus mencerminkan adanya:
- Ciri-ciri pengetahuan (intellectual character);
- Diabdikan untuk kepentingan orang lain;
- Keberhasilan tersebut bukan didasarkan pada keuntungan finansial;
- Didukung oleh adanya organisasi (association) profesi dan organisasi profesi tersebut
antara lain menentukan berbagai ketentuan yang merupakan kode etik, serta pula
bertanggung jawab dalam memajukan dan penyebaran profesi yang bersangkutan;
- Ditentukan adanya standard kualifikasi profesi.
Etika profesi
Definisi etika profesi
- merupakan seperangkat perilaku anggota profesi dalam hubungannya dengan klien/
pasien, teman sejawat dan masyarakat umumnya serta merupakan bagian dari
keseluruhan proses pengambilan keputusan
- sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam menjalankan kehidupan
sebagai pengemban profesi
- cabang filsafat yang mempelajari penerapan prinsip-prinsip moral dasar atau norma-
norma etis umum pada bidang-bidang khusus (profesi) kehidupan manusia
- konsep etika yang ditetapkan atau disepakati pada tatanan profesi atau lingkup kerja
tertentu
Prinsip-prinsip etika profesi (Bertens K., 2007)
- Prinsip Tanggung Jawab. Seorang yang memiliki profesi harus mampu bertanggung
jawab atas dampak yang ditimbulkan dari profesi tersebut, khususnya bagi orang-
orang di sekitarnya.
- Prinsip Keadilan. Prinsip ini menuntut agar seseorang mampu menjalankan
profesinya tanpa merugikan orang lain, khususnya orang yang berkaitan dengan
profesi tersebut.
- Prinsip Otonomi. Prinsip ini didasari dari kebutuhan seorang profesional untuk
diberikan kebebasan sepenuhnya untuk menjalankan profesinya.
- Prinsip Integritas Moral. Seorang profesional juga dituntut untuk memiliki komitmen
pribadi untuk menjaga kepentingan profesinya, dirinya, dan masyarakat.
FUNGSI ETIKA PROFESI
- Menjelaskan dan menetapkan tanggung jawab kepada para profesional, lembaga,
organisasi, industri, negara dan masyarakat umum.
- Membantu para profesional dalam menentukan apa yang harus mereka perbuat dalam
mengahadapi dilema pekerjaan mereka
- Menjaga reputasi atau nama baik
- Pencerminan dan pengharapan dari komunitasnya, yangmenjamin pelaksanaan kode
etik tersebut dalam pelayanannya
- Mencerminkan pengharapan moral-moral dari komunitas
MANFAAT ETIKA PROFESI
- Memberikan Rasa Tanggung Jawab
- Sebagai Pedoman Prinsip Profesionalitas
- Meningkatkan Kredibilitas Perusahaan/Organisasi
- Menciptakan Ketertiban dan Keteraturan
- Sebagai Kontrol Sosial
- Meningkatkan Kesejahteraan Anggota
- Mencegah Campur Tangan Pihak Luar
- Melindungi Hak-hak Anggota/Pekerja
- Sebagai Rujukan Penyelesaian Berbagai Permasalahan
Kode etik profesi
- Kode Etik Profesi → pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu
kegiatan atau pekerjaan
- Kode Etik Profesi → tatanan etika yang telah disepakati oleh suatu kelompok masyarakat
tertentu
- Kode Etik Profesi → sebuah aturan-aturan, batasa-batasan berupa nilai dan norma yang
dibentuk oleh kelompok masyarakat (organisasi/perusahaan) tertentu dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas anggota-anggotanya, juga dalam mencapai tujuan dengan cara yang
baik dan benar.
Fungsi kode etik profesi
- Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang
digariskan.
- Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan.
- Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan etika dalam
keanggotaan profesi
Tujuan kode etik profesi
- Untuk menjungjung tinggi martabat suatu profesi.
- Untuk menjaga dan mengelola kesejahteraan anggota profesi.
- Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
- Untuk membantu meningkatakan mutu suatu profesi.
- Untuk meningkatkan pelayanan suatu profesi di atas keuntungan pribadi.
- Untuk menentukan standar baku bagi suatu profesi.
- Untuk meningkatkan kualitas organisasi menjadi lebih profesional dan terjalin dengan
erat.
Sanksi pelanggaran kode etik
Dalam Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 16/KKI/PER/VIII/2006 tentang Tata Cara
Penanganan Kasus Dugaan Pelanggaran Disiplin MKDKI dan MKDKIP, menyebutkan
beberapa sanksi disiplin antara lain:
a. Dokter maupun dokter gigi yang melanggar kode etik akan diberikan peringatan tertulis.
b. Surat tanda registrasi atau surat izin praktik dokter akan dicabut dalam waktu sesuai
ketentuan.
c. Dokter dan dokter gigi diwajibkan mengikuti pendidikan atau pelatihan untuk
meningkatkan kompetensi masing-masing keahliannya.
Contoh kode etik
Kewajiban Dokter
- Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar prosedur operasional serta
kebutuhan medis pasien.
- Memberikan rujukan bagi pasien ke dokter lain yang memiliki keahlian yang lebih baik
bila diperlukan.
- Menjaga kerahasiaan pasien, bahkan setelah pasien tersebut meninggal dunia.
- Memberikan pertolongan darurat atas dasar kemanusiaan, kecuali bila ada pihak lain
yang bertugas dan mampu melakukannya.
- Meningkatkan ilmu pengetahuan di bidang ilmu kedokteran.
Larangan Bagi Dokter
- Memuji kemampuan atau keahlian diri sendiri.
- Ucapan atau tindakan yang dapat melemahkan daya tahan pasien.
- Mengumumkan dan melakukan suatu teknik kedokteran yang belum diuji kebenarannya.
- Melepaskan kemandirian profesi karena pengaruh tertentu.
- Mengambil alih pasien tanpa persetujuan teman sejawat.
- Menetapkan imbalan atas jasanya secara tidak wajar.
- Melakukan diskrimininasi dalam melakukan pelayanan.
- Melakukan kolusi dengan perusahaan farmasi.
- Mengabaikan kesehatannya sendiri.
- Mengeluarkan keterangan palsu, meskipun diminta oleh pasien.
- Melakukan pelecehan seksual terhadap pasien atau orang lain.
- Membocorkan rahasia pasien kepada orang lain.

Etika Kedokteran Gigi


Etika Kedokteran Gigi adalah falsafah moral yang mengukur norma dan nilai yang baik dan
benar dari perilaku menjalankan profesi kedokteran gigi dan hasil karya keilmuan kedokteran gigi
sebagai mana tercantum dalam lafal sumpah dan kode etik kedokteran gigi yang telah disusun oleh
organisasni profesi dengan pemerintah.
Prinsip-prinsip etika kedokteran dalam kaidah dasar bioetika:
1. Prinsip Beneficence (berbuat baik).
2. Prinsip Non-maleficence (melarang untuk tidak berbuat buruk).
3. Prinsip Otonomi (menghormati hak pasien).
4. Justice (moral, keadilan).
5. Fairness (tidak boleh membedakan status).
Landasan etik kedokteran adalah sebagai berikut:
1. Sumpah Hippokrates (460-377 SM)
2. Deklarasi Geneva (1948)
3. International Code of Medical Ethics (1949)
4. Lafal sumpah dokter Indonesia (1960)
5. Kode etik kedokteran Indonesia (1983)
6. Pernyataan-pernyataan (deklarasi) ikatan dokter sedunia (worl medical association,
WMA), yaitu antara lain:
a. Deklarasi Geneva (1948), tentang lafal sumpah dokter.
b. Deklarasi Helsinki (1964) tentang riset klinik.
c. Deklarasi Sydney (1968) tentang saat kematian.
d. Deklarasi Oslo (1970) tentang pengguguran kandungan atas indikasi medik.
e. Deklarasi Tokyo (1975) tentang penyiksaan.
Kedokteran gigi tidak terlepas dari fungsi kemanusiaan dalam bidang kesehatan, maka perlu
memiliki suatu kode etik yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Berikut adalah isi
dari kode etik kedokteran gigi.
BAB I. KEWAJIBAN UMUM
1. Pasal 1
Setiap dokter gigi Indonesia wajib menghayati, menaati, dan mengamalkan Lafal
Sumpah/Janji Dokter Gigi Indonesia.
2. Pasal 2
Setiap dokter gigi Indonesia harus senantiasa menjalankan profesinya secara optimal.
3. Pasal 3
Setiap dokter gigi Indonesia wajib menjunjung tinggi norma-norma hidup yang luhur.
4. Pasal 4
Dalam menjalankan profesinya setiap dokter gigi Indonesia tidak dibenarkan
melakukan perbuatan yang bertentangan dengan kode etik.
5. Pasal 5
Setiap dokter gigi Indonesia harus memberikan kesan dan keterangan atau pendapat
yangdapat dipertanggung jawabkan.
6. Pasal 6
Setiap dokter gigi Indonesia agar menjalin kerjasama yang baik dengan tenaga
kesehatanlainnya.
7. Pasal 7
Setiap dokter gigi Indonesia sebagai sarjana kesehatan wajib bertindak sebagai
motivator dan pendidik masyarakat.
8. Pasal 8
Setiap dokter gigi Indonesia wajib berupaya untuk meningkatkan kesehatan gigi
masyarakat dalam bidang promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
BAB II. KEWAJIBAN DOKTER GIGI TERHADAP PENDERITA
9. Pasal 9
Dalam menjalankan profesinya, setiap dokter gigi Indonesia wajib memberikan
pelayananyang sebaik mungkin kepada penderita.
10. Pasal 10
Dalam hal ketidakmampuan menangani suatu kasus, maka setiap dokter gigi
Indonesiaberkewajiban merujuk atau mengkonsultasikan kepada teman sejawat yang lebih
ahli.
11. Pasal 11
Setiap dokter gigi Indonesua wajib merahasiakan segala sesuatu yang ia ketahui tentang
penderita, bahkan juga setelah penderita meninggal dunia.
12. Pasal 12
Setiap dokter gigi Indonesia wajib memberikan pertolongan darurat dalam batas-batas
kemampuannya, sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali pada waktu itu ada orang
lain yang lebih mampu memberikan pertolongan.
BAB III. KEWAJIBAN DOTER GIGI TERHADAP TEMAN SEJAWATNYA
13. Pasal 13
Setiap dokter gigi harus memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan.
14. Pasal 14
Setiap dokter gigi Indonesia tidak dibenarkan mengambil alih penderita dari teman sejawat
tanpa persetujuannya.
BAB IV. KEWAJIBAN DOKTER GIGI TERHADAP DIRI SENDIRI
15. Pasal 15
Setiap dokter gigi Indonesia wajib mempertahankan dan meningkatkan martabat dirinya.
16. Pasal 16
Setiap dokter gigi Indonesia wajib mengikuti secara aktif perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
17. Pasal 17
Setiap dokter gigi Indonesia harus memelihara kesehatnnya supaya dapat bekerja dengan
baik.

Anda mungkin juga menyukai