Anda di halaman 1dari 18

Voa Krisna

Beranda

Home

Wednesday, November 21, 2012

Rangkuman Materi IPS Kelas XII - 2

MASYARAKAT MULTIKULTUR

Multikultur secara etimologi marak digunakan pada tahun 1950-an di Kanada. Konsepsi
multikulturalisme diawali oleh perlawanan sebagian warga kanada terhadap ambisi dominasi dan
hegemoni kelompok anglo-saxon dan franco di pusat kekuasaan kanada.

Pluralisme dalam masyarakat majemuk pada dasarmnya memiliki beberapa makna , yakni 1. Sebagai
doktrin 2. Sebagai model 3. Keterkaitannya dengan konsep lain

1. Sebagai doktrin , Pluralisme sering dimaknai bahwa dalam setiap hal , tidak ada satupun sebab
bersifat tunggal . atau ganda bagi terjadinya perubahan masyarakat

2. Sebagai model , Pluralisme memungkinkan terjadinya peran individu atau kelompok yang
beragam dalam masyarakat
3. Dalam keterkaitannya dengan konsep lain , Pluralisme merupakan suatu pandangan bahwa
sebab dari sebuah peristiwa social harus dapat diuji melalui interaksi dari beragam factor dan bukan
dianalisis hanya dari satu factor semata dan keberagaman factor itu adalah factor kebudayaan

Ada beberapa teori yang dapat digunakan untuk menerangkan masyarakat multikultur. Liliweri
mengidentifikasikan tujuh tokoh sebagai perintis teori-teori multikultur.

1. Sokrates

Gagasannya yang dekat dengan makna multikultur adalah tentang self-knowledge. Menurutnya , self-
knowledge merupakan mahkota dari pendidikan setiap individu. Pengembangan self-knowledge hanya
dapat dilakukan ketika seseorang tengah beranjak dewasa.

2. Plato

Plato tidak menyebut secara eksplisit tentang multikultur al , tetapi prinsip-prinsip multicultural telah
diperkenalkan dalam sebuah rancangan kurikulum pendidikan liberal art , yang kualitasnya sepadan
dengan kurikulum ilmu atau pendekatan ekonomi maupun politik. Yang dimaksud dengan liberal art
adalah semua bagi semua. Jadi semua orang memiliki kebebasan untuk mengetahui semua hal.

3. Jean Piaget

Piaget yakin bahwa setiap perkembangan individu tidak hanya dalam hal pengetahuan dan
kemampuan, tetapi juga kemampuan untuk bersikap empati. Empati adalah persepsi individu tentang
kemiripan antara self dan other. Empati harus dipahami sebagai proses untuk membuat perasaan
seorang individu menjadi semakin intim dengan perasaan orang lain , yang pada saatnya menumbuhkan
sebuah pengertian. Inilah arti penting dari empati yaitu mencegah prasangka atau sikap yang tidak
bersahabat.

4. Horace kalen

Kallen merupakan orang pertama yang mengkrontruksi teori pluralism budaya. Menurutnya jika
berbagai kebudayaan yang beragam atau perbedaan yang bervariasi itu dibiarkan hidup dan
berkembang dalam suatu bangsa, maka upaya kearah persatuan nasional telah dilakukan.

5. James A.Bank
Banks dikenal sebagi perintis pendidikan multikultur. Menurutnya bagian terpenting dari pendidikan
adalah mengajarkan “bagaimana cara berfikir” dan bukan mengajarkan “apa yang difikirkan”. Dengan
demikian seorang siswa harus menjadi pemikir kritis dengan latar belakang pengethauan dan
keterampilan ditambah dengan komitmen.

6. Bill Martin

Dalam karya nya Multiculturalism: Consumerist or Transformation. Martin menuangkan gagasannya


bahwa smua isu yang berkaitan dengan pengembangan multikulturalisme tumbuh dalam sebuah
pertanyaan tenatng perbedaab cara pandang , seperti yang dilakukan oleh para filsuf dan teoritikus
social.

7. Martin J.Beck matustik

Matustik menyampaikan gagasannya bahwa segala bentuk perdebatan yang dilakukan oleh masyarakat
barat berkaitan dengan hokum atau tatanan dari sebuah masyarakat multicultural. Dalam artikelnya
Ludic Corporate and Imperialism Multiculturalism : impostoes of Democracy and Cartographers of the
New Wold Order , Matustik mengatakan bahwa kebudayaan , politik dan perang ekonomi sudah
muncul.

Van den Berghe ( dalam Zulyani Hidayah , 1999 ) memberikan cirri-ciri masayarakat multicultural sebagi
berikut :

1. Terjadinya segmentasi ke dalam kelomppok-kelompok yang sering kali memiliki kebudayaan


atau lebih tepat sub kebudayaan yang berbeda satu sama lain.

2. Memiliki struktur social yang berbagi-bagi kedalam lembaga-lembaga yang bersifat


nonkomplemer

3. Kurang mengembangkan consensus diantara para anggota masyarakat tentang nilai-nilai social
yang bersifat dasar

4. Secara relative sering kali terjadi konflik diantara kelompok yang satu dengan yang lainnya

5. Secara relative integrasi social tumbuh diatas paksaan dan saling ketergantungan didalam
bidang ekonomi

6. Adanay dominasi politik oleh suatu kelomppok atas kelompok-kelompok yang lain
KELOMPOK –KELOMPOK SOSIAL DALAM MASYARAKAT MULTIKULTUR INDONESIA

Dalam masyarakat secara nyata dapat dilihat adnaay kelompok-kelompok social. Semakin maju suatu
masyarakat maka semakin beragam kelompok social yang da , dan semakin menambah kemajemukan
dalam masyarakat multikultur.

Kelompok merupakan konsep yang sangat umum dipakai dalam sosiologi dan antropologi. Sebenarnya
kelompok merupakan kumpulan manusia yang memiliki syarat-syarat tertentu.

Lebih lanjut Soerjono Soekanto mengatakan bahwa kumpulan manusia baru dapat disebut sebagai
kelompok social apabila memenuhi persyaratan sebagi berikut :

1. Setiap anggota sadar bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang bersangkutan

2. Terdapat hubungan timbale balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya

3. Terdapat factor bersama yang dimiliki oleh anggota-anggota kelompok tersebut , sehingga
hubungan di antara mereka bertambah erat.

4. Berstruktur , berkaidah , dan mempunyai pola perilaku

Sementara , Robert Biersted memberikan tiga criteria terhadap kumpulan manusia agar bisa disebut
kelompok yaitu :

1. Ada atau tidaknya organisasi

2. Ada atau tidaknya hubungan social di antara warga kelompok

3. Ada atau tidaknya kesadaran jenis diantara orang-orang yang ada dalam kelompok di maksud.

Berbagai tipe kelompok social yang terdapat di dalam masyarakat multicultural dapat dikelompokkan ke
dalam klasifikasi sebagai berikut :

1. Klasifikasi berdasarkan jumlah anggota. Berdasarkan jumlah anggotanya kelompok-kelompok


social dapat dibedakan menjadi kelompok kecil , dan kelompok besar.

2. Klasifikasi berdasarkan makna kelompok bagi anggotanya berdasarkan makna kelompok bagi
maisng-masing anggotanya dibedakan adanya kelompok primer dan kelompok sekunder
3. Klasifikasi berdasarkan sikap anggota terhadap kelompoknya dan kelompok lain dapat dibedakan
menjadi kelompok dalam dengan kelompok lain atau kelompok-kelompok luar

4. Klasifikasi berdasarkan sifat ikatan antaranggota, dapat dibedakan menjadi Gemeinschaft


gesellschaft Tonnies menyatakan Gemeinschaft adalah kehidupan bersama yang akrab , bersifat pribadi
dan eklusif serta merupakan suatu keterkaitan yang dibawa sejak lahir.

PERKEMBANGAN KELOMPOK SOSIAL PADA MASYARAKAT MULTIKULTUR DI INDONESIA

Kelompok social bukanlah merupakan kelompok yang statis karena setiap kelompok social
selalu mengalami perkembangan atau perubahan. Perkembangan kelompok social dapat di pengaruhi
oleh factor lain dari dalam maupun luar. Jika dilihat dari sudut pandang relasi antar kelompok , maka
perkembanagn kelompok social bisa disebabkan oleh bergbagai pola relasi antar kelompok.

Tiap-tiap kelompok masyarakat di Indonesia saling berhubungan satu sama lain. Masing-
masing kelompok membentuk jaringan hubungan dengan kelompok-kelompok lain dalam suatu system
social. Hubungan antar kelompok tersebut dapat berupa kerja sama , persaingan bahkan konflik.
Hubungan yang terbentuk antar kelompok masyarakat di Indonesia tergntung pada latar belakang
social-kultural dari hubungan yang mereka jalani dengan segala perkembangannya.

Beberapa kemungkinan pada relasi antar kelompok social yang terdapat dalam masyarakat multicultural
bisa berupa : Genosida , segregasi , Resistensi , Diskriminasi , dan Amalgamasi

Genosida merupakan pembunuhan secara sistematis untuk menghancurkan kelompok ras , etnis atau
agama tertentu. Rasisme adalah keyakinan bahwa ras tertentu lebih superior atau lebih inferior
daripada ras yang lainnya , sehingga ras yang superior bisa lebih berwenang dan berlaku sewenang-
wenang terhadap ras yang inferior. Segresi adalah pemisah kelompok rasa tau etnis tertentu secara
paksa. Segresi merupakan bentuk pelembagaan deskriminasi yang di terapkan dalam struktur social.
Resistensi adalah salah satu strategi yang dilakukan oleh kelompok minoritas untuk menghindarkan diri
dari konfrontasi. Kemudian diskriminasi adalah perlakuan tidak adil yang dilakukan secara sengaja
terhadap orang / kelompok lain. Dan Amalgamasi merujuk pada hasil akhir yang diperoleh jika
kelompok mayoritas dan kelompok minoritas di satukan untuk membentuk kelompok baru.
Nasikun mengungkapkan bahwa terdapat beberapa factor yang menyebabkan terjadinya
keanekaragaman suku bangsa , agama dan kelompok-kelompok social lainnya dalam masyarakat
Indonesia.

Factor-faktor tersebut diantaranya adalah :

a. Keadaan geografis yang membagi wilayah Indonesia atas 13.667 pulau yang tersebar di suatu
daerah equator sepanjang kurang lebih 3000 mil dari timur dan lebih dari 1000 mil dari utara ke selatan.

b. Kenyataan bahwa Indonesia terletak di antara samudra Hindia dan samudra Pasifik. Kenyataan
letak yang demikian ini sanagta mempengaruhi terciptanya pluralism agama di dlaam masyarakat
Indonesia melalui pengaruh kebudayaan bangsa lain.

c. Iklim yang berbeda dan struktur tanah yang tidak sama di antara berbagai daerah di kepulauan
nusantara ini merupakan factor yang menciptakan pluralistis regional di Indonesia.

Adapun diferensiasi social yang melingkupi struktur social dalam kemajemukan masyarakat indonesia
adalah :

a. Diferensiasi yang disebabkan oleh perbedaan adat istiadat yang terjadi karena perbedaan
etnik , budaya , agama dan bahasa

b. Diferensiasi yang disebabkan oleh structural , hal ini disebabkan oleh kemampuan untuk
mengakses ekonomi dan politik sehingga menyebabkan kesenjangan social di antara etnik yang
berbeda.

Sejarah pertikaian antar etnis skala besar yang juga pernah terjadi adalah pertikaian antara etnis
Madura dan etnis dayak di Kalimantan yang sampai terjadi dua kali. Ribuan jiwa melayang , hara benda
ludes , puluhan ribu orang menjadi pengungsi di Negara sendiri. Bahkan pada daerah-daerah yang
pernah menjadi tempat berlangsungnya program transmigrasi hamper selalu timbul friksi-friksi kecil
antara warga asli dan warga pendatang. Mengacu pada uraian di atas , maka konsekuensi yang di
hadapai indonesia sebagai masyarakat multikultur adalah mengenai persoalan-persoalan sebagai berikut
:

1. Etnik dan etnisitas

Pada awalnya istilah etnik hanya digunakan nuntuk suku-suku tertentu yang di anggap bukan asli
indonesia, namun telah lama bermukim dan berbaur dalam masyarakat, serta tetap mempertahankan
identitas mereka melalui cara-cara khas mereka yang dikerjakan, dan atau karena secara fisik mereka
benar-benar khas. Misalnya etnik Cina,arab dan Tamil india.
Menurut bart (mendatu , 2006) , istilah etnik menunjuk pada suatu kelompok tertentu yang karena
kesamaan ras , agama , asal-usul bangsa ataupun kombinasi dari kategori tersebut terikat pada system
nilai budayanya. Kelompok etnik adalah kelompok orang-orang sebagai suatu populasi yang :

a. Dalam populasi kelompok mereka mampu melestarikan kelangsungan kelompok dengan


berkembang biak

b. Mempunyai nilai-nilai budaya yang sama , dan sadar akan rasa kebersamaanya dalam suatu bentuk
budaya

c. Membentuk jaringan kmunikasi dan interaksi sendiri

d. Menentukan cirri kelompoknya sendiri yang diterima oleh kelompok dan dapat dibedakan dari
kelompok populasi lain.

Dalam antropologi ada tiga perspektif teori yang dpaat digunakan untuk membahas mengenai etnisitas
yaitu : 1. Teori Premoldial 2.Teori Situasional 3. Teori Relasional

Teori situasional memandang bahwa kelompok etnis adalah entitas yang dibangun atas dasar kesamaan
para warganya, bagi mereka yang lebih penting bukan wujud kesamaan itu sendiri melainkan perihal
penentuan dan pemeliharaan bats-batas etnis yang di yakini bersifat selektif dan merupakan jawaban
atas kondisi social historis tertentu. Teori ini menekankan bahwa kesamaan cultural merupakn factor
yang lebih besar disbanding kesamaan darah dalam penggolongan orang-orang kedalam kelompok
etnik.langan momentum.

Jadi berbicara tentang etnisitas tetap tidak kehilangan momentum . Hanya saja , pemahaman mengenai
mengenai etnisitas perlu ditambahkan. Tidak saja etnik sebagi kategori orang-orang karena budaya dan
darah , tetapi lebih penting lagi karena telah menjadi kategori identitas politis , dimana identitas etnis
tetap di pertahankan karena memang bermanfaat.

Demikianlah , identitas etnis sengat penting artinya di indonesia. Umumnya orang indonesia melakukan
pengolhan informasi social orang lain berdasarkan skema kognitif berbasis asal etnik. Hal ini merupakan
kewajaran karena indonesia memang di konstruksi atas sub-sub yang berupa kelompok etnik.
Sementara itu di beberapa Negara yang lain , misalnya di Amrika serikat , Jerman dan Prancis, ras
menjadi kategori utama .

Menurut Keefe , identitas etnis terdiri dari dua elemen yaitu :

a. Identifikasi etnik sendiri vs kelompok etnik lain melalui ponsel kognitif

b. Derajat keterikatan pada kelompok dan kebudayaannya yang nerupakan elemen afektif

2. Ethosentris dan Primordialisme


Sebagai konsekuensi dari identitas etnis munculnya etnosentris , menurut Matsumodo(Mendatu,2006) ,
etnosentris adalah kecenderung untuk melihat dunia hanya melalui sudut pandang budaya sendiri.
Berdasarkan definisi ini etnosentris tidak selalu negative sebagaimana umumnya dipahami. Etnosentris
dalam hal tertentu juga merupakan hal positif. Etnosentris jelas bukan sesuatu yang harus dihilangkan
sama sekali. Ia patut dipelihara karena etnosentris memang fungisional. Dalam hal ini , etnosentris
fleksibel lah yang harus dikembangkan. Tiga cara yang bisa kita lakukan untuk memperkuat etnosentris
fleksibel menurut Matsumoto adalah

a. Mengetahui bagaimana acar kita memahami realitas sebagaimana yang biasa kita lakukan
dalam cara tertentu. Misalnya saja kita mengerti bagaimana kitta melakukan penilaian tentang
kesopanan. Sebab apa yang sopan menurut budaya kita mungkin saja bukan merupakan kesopanan
dalam budaya lain.

b. Mengakui dan menghargai kenyataan bahwa orang-orang yang berasal dari latar belakang
budaya yang berbeda memiliki perbedaan cara dalam memamhami realitas dan bahwa versi mereka
tentang sebuah realitas adalah sah dan benar bagi mereka sebagaimana versi kita sah dan benar untuk
kita.

c. Mengetahui mengenai budaya sendiri dan budaya orang lain serta pengaruhnya terhadap cara-
cara memahami realitas dalam keadaan tertentu tidak cukup untuk menumbuhkan etnosentris fleksibel.
Harus juga dipelajari bagaimana untuk membedakan antar emosi , penilaian terhadap moralitas dan
penilaian tergadap kepribadian yang sering disamakan dengan etnosentrisme dan cara pandang budaya.

3. Prasangka Etnik

Prasangka adalah cara pandang atau perilaku seseorang terhadap orang lain secara negative. Pendapat
senada juga dikemukakan oleh Myrdal , bahwa prasangka merupakan pembenaran atas perlakuan yang
membeda-bedakan kelompok-kelompok ras. Definisi ini membawa pada suatu kenyataan bahwa
prasangka sangat potensial menimbulkan sebuah kesalahpahaman. Suatu prasangka berangkat dari
adanya pandangan negative dengan adanya pemisahan yang tegas antara perasaan kelompok ku (in-
group) dan perasaan kelompok lain (out-group).

Horton dan Hunt (1992:65) mengemukakan penyebab munculnya prasangka sebagi berikut :

Pertama, : Sikap etnosentrisme yang cenderung membuat penilaian bahwa kelompok in group adalah
yang paling baik
Kedua, : Adanya kenyataan bahwa dalam menghadapi orang luar atau kelompok luar apalagi yang
masih asing, seseorang cenderung memberikan stereotip , meskipun tidak selalu benar.

Ketiga, : Seseorang sering menggeneralisasi terhadap suatu kelompok

Keempat, : Seseorang cenderung menentukan stereotip tentang anggapan bagaimana seharusnya


dalam hubungan antar kelompok

Kelima, : Seseorang cenderung melakukan prasangka terhadap orang yang bersaing dengan dirinya

Berdasarkan uraian diatas maka sebuah prasangka erat kaitannya dengan stereotip. Menurut Ahmadi,
stereotip dapat dia rtikan sebagi sebuah gambaran atau angan-angan terhadap individu atau kelompok
yang terkena prasangka.

4. Kelompok Minoritas dan Kelompok Mayoritas

Kelompok minoritas adalah orang-orang yang karena cirri-ciri fisik tubuh atau asal usul keturunannya
atau kebuadayaan di pisahkan dari orang-orang lainnya dan diperlakukan secara tidak sederajat atau
tidak adil dalam masyarakat dimana mereka itu hidup.

Keberadaan kelompok minoritas selalu dalam kaitan dan pertentangannya dengan kelompok mayoritas ,
yaitu mereka yang menikmati status social tinggi dan sejumlah keistimewaan yang banyak, mereka ini
mengembangkan seperangkat prasangka terhadap golongan minoritas yang ada dalam masyarakatnya.
Prasangka ini berkembang berdasarkan pada adanya :

a. Perasaan superioritas pada mereka yang tergolong dominan

b. Sebuah perasaan yang secara instriksik ada dalam keyakinan mereka bahwa golongan minoritas
yang rendah derajatnya itu adalah berbeda dari mereka dan tergolong sebagai orang asing

c. Adanya klaim pada golongan dominan bahwa sebagi akses sumber daya yang ada adalah
merupakan hk mereka dan disertai adanya ketakutan bahwa mereka yang tergolong minoritas dan
rendah derajatnya itu akan mengambil sumber daya sumber daya tersebut.

5. Masalah Disintegrasi Bangsa

Menurut Mashudi Noorsalim (Semendwai, 2005 )ada empat persoalan besar berkaitan dengan isu hak
hak minoritas dalam kaitannya dengan multikulturalisme dan dilemma Negara bangsa , yaitu :
a. Fakta bahwa keabekaragaman sukubangsa , ras ,a gama dan golongan social-ekonomi , semakin
diperumit oleh factor geografi Indonesia yang kepulauan , penduduk yang tinggal terpisah-pisah satu
sama lain, mendorong meningkatnya potensi disintegrasi

b. Premis antropologi bahwa nasionalisme dan Negara seyogyanya dibicarakan mulai dari akrnya ,
yakni mulai dari konsep-konsep “sukubangsa” , “kelompok etnik” , dan “etnisitas” , jelas menunjukkan
bahwa apabila semangat nasionalisme luntur karena berbagai sebab, maka yang tertinggal adalah
semangat kesukubangsaan yang menguat. Dengan kata lain , meningkatnya semangat primoldial (antara
lain kesukubangsaan) di tanah air akhir-akhir ini adalah indikasi melunturnya nasionalisme.

c. Hak-hak minoritas senantiasa melekat pada fakta pengaturan keanekaragaman yang ada. Apabila
pengaturan nasional berorientasi pada kebijakan kebudayaan seragam dan sentralistis maka fakta
pluralism , diferensiasi , dan hierarki masyarakat dan kebuadayaan akan meningkat. Dalam kondisi ini
hak-hak minoritas akan terabaikan karena tertutup oleh kebijakan Negara yang terkonsentrasi pada
kekuasaan sentralistis. Namun , apabila pengaturan tersebut adalah demokratis dan/atau
multikulturalisme , maka hak-hak minoritas akan semakin dihargai. Yang perlu diperhatikan adalah
upaya membangun bangsa yang multicultural itu berhadapan dengan tantangan berat, yaitu fakta
keanekaragaman yang luas dalam konteks geografi , populasi , sukubangsa , agama dan lainnya.

d. Perekat integrasi nasional yang selama ini terjadi seperti politik penyeragaman nasional dan
konsentrasi kekuasaan yang besar sesungguhnya adalah hal yang lumrah dalm politik pemeliharaan
Negara bangsa.

Keanekaragaman kelompok social dalam masyarakat multicultural di indonesia

Menurut Max Weber , dalam masyarakat multicultural terdapat beberapa macam kelompok social yang
berbeda antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya, walaupun mereka termasuk dalm
suatu masyarakat yang sama. Berbagai tipe kelompok social dalam masyarakat multicultural tersebut
dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa criteria sebagai berikut :

a. Klasifikasi berdasarkan jumlah anggota. Berdasarkan jumlah anggotanya kelompok-kelompok


social dapat dibedakan menjadi kelompok kecil dan kelompok besar

b. Klasifikasi berdasarkan makna kelompok bagi anggotanya , maka kelompok social dapat
dibedakan menjadi kelompok primer dan kelompok sekunder

c. Klasifikasi berdasarkan sikap anggota terhadap kelompoknya dan kelompok lain , maka
kelompok social dibedakan menjadi kelompok dalam dan kelompok luar
d. Klasifikasi berdasarkan sifat iktan antaranggota

Aneka ragam kebudayaan masing-masing suku bangsa di indonesia , berdasarkan ekosistemnya oleh
Clifford Geertz (dalm Zulyani Hidayah ) , dikelompokkan kedalam tiga tipe sebagi berikut :

a. Kebudayaan yang berkembang di “indonesia dalam”(Jawa , Bali)

Kebudayaan yang berkembang di Indonesia dalam ditandai oleh tingginya intensitas pengolahan tanah
secara teratur dan telah menggunakan system pengairan dan menghasilkan pangan padi yang ditanam
di sawah. Dengan demikian kebudayaan di Jaw yang menggunakan tenaga kerja manusia dalam jumlah
besar disertai peralatan yang relative lebih konflek itu merupakan perwujudan upaya manusia secara
lebih berani mengubah ekosistemnya untuk kepentingan masyarakat yang bersangkutan.

b. Kebudayaan yang berkembang di “Indonesia Luar”

Kebudayaan di luar JAwa kecuali disekitar danau Toba , dataran tinggi Sumbar , dan Sulawesi Barat
Daya , berkembang atas dasar pertanian perladangan yang ditandai dengan jarangnya penduduk yang
pada umunya baru beranjak dari kebiasaan hidup berburu kearah hidup bertani. Oleh karena itu ,
mereka cenderung untuk menyelesaikan diri mereka dengan ekosistem yang ada , demi untuk
meningkatkan kesejahtraan masyarakat yang bersangkutan , kebudayaan pantai yang diwarnai
kebudayaan alam , dan kebudayaan masyarakat peladang serta pemburu yang masih sering berpindah
tempat.

c. Aneka ragam kebudayaan yang tidak termasuk kedalam kebudayaan “Indonesia Dalam “
maupun “Indonesia Luar”

Kategori ini meliputi kebudayaan orang Toraja di Sulawesi selatan , orang Dayak di pedalaman
Kalimantan , orang Halmahera , suku-suku di pedalaman Seram di Nusa Tenggara , orang GAyo di Aceh ,
orang Rejang di Bengkulu dan Lampung di Sumatera Selatan. Pada umunya kebudayaan mereka
berkembang diatas system pencaharian perladanagn atau penanam padi diladang , sagu , jagung
maupun akar-akaran.

Jika ditinjau berdasarkan daerahnya , keanekaragaman budaya masyarakat indonesia oleh


Koentjaraningrat dibagi kedalam beberapa tipe budaya sebagai berikut :

a. Tipe budaya masyarakat berdasarkan system berkebun yang sangat sederhana , dengan keladi
dan ubi jalar sebagai tanaman pokoknya dlaam kombinasi dengan berburu dan meramu. Penanaman
padi tidak di biasakan , sisitem dasar kemasyarakatannya berupa desa terpencil tanpa diferensiasi dan
stratifikasi yang berarti : gelombang pengaruh kebudayaan menanam padi , kebudayaan perunggu ,
kebudayaan Hindu agama Islam tidak di alami. Isolasi tersebut akhirnya dibuka oleh Zending atau Missie.

b. Tipe budaya masyarakat pedesaan berdasarkan bercocok tanam diladang atau di sawah
dengan padi sebagai tanaman pokok. System dasar kemasyarakatan berupa komunitas petani dengan
diferensiasi dan stratifikasi social yang sedang dan yang merasa bagian-bagian bawah dari suatu
kebudayaan yang lebih besar dengan suatu bagian atas yang dianggap lebih halus dan beradab didalam
masyarakat kota.

c. Tipe budaya mayarakat pedesaan berdasarkan system bercocok tanam di sawah dengan padi
sebagai tanaman pokoknya. System dasar kemasyarakatan berupa komunitas petani dengan diferensiasi
dan stratifikasi social yang agak sempit. Masyarakat kota yang menjadikan arah orientasinya
mewujudkan suatu bekas kerajaan pertanian bercampur dengan peradaban kepegawaian yang dibawa
oleh system pemerintah colonial.

d. Tipe budaya masyarakat kota yang mempunyai cirri-ciri pusat pemerintahan dengan sector
perdagangan dan industry yang lemah . Contoh, budaya local dengan tipe masyarakat perkotaan
terdapat pada kota-kota kabupaten dan provinsi-provinsi di Indonesia

e. Tipe budaya masyarakat metropolitan yang mulai mengembangkan suaru sector perdagangan
dan industry yang agak berarti tetapi masih didominasi oleh aktivitas kehidupan pemerintahan, dengan
suatu sector kepegawaian yang luas dan dnegan kesibukan politik di tingkat daerah maupun nasional.

Berikut ini adalah kehidupan berbangsa suku bangsa yang menggambarkan kebudayaan suku bangsa
yang bersangkutan .

a. Suku bangsa aceh

Suku bangsa aceh merupakan hasil pembauran beberapa bangsa pendatang dengan beberapa suku
bangsa asli di Sumatera, yaitu dari Arab , India , Persia , Turki , Melayu dan lain-lain.

Bentuk kelompok kekerabatan yang utama dalam masyarakat Aceh adalah keluarga inti , karena
umumnya anggota rumah tangga terdiri dari ayah , ibu , dan anak-anaknya saja. Prinsip garis
keturunannya adalah Bilineal. Kerabat dari pihak ayah disebut wali sedangkan kerabat dari pihak ibu
disebut karong.

b. Suku bangsa Baduy


Orang baduy dianggap juga sebagai bagian dari suku bangsa Sunda karena sebagian besar unsure
budaya dan bahsanya sama dengan kebudayaan Sunda. Masyarakat Baduy terbagi kedalam dua
kelompok yaitu kelompok Baduy Dalam yang disebut juga Urang Kejeroan, dan kelompok BAduy Luar
yang disebut juga Urang Kaluarang atau Urang Penamping.

Pemimpin masyaarakat Badui secara adat dan spiritual adlaah seorang seorang pu’un yang
berkedudukan diwilayah kajeroan yang sering pula disebut tangtu atau Baduy Dalam. Orang Baduy
nampaknya juga mempunyai pelapisan social , yaitu :

a. Pertama adalah kelompok pu’un dan kerabatnya

b. Kedua kelompok pembantu pu’un seperti baeresan , tangkesan , jaro tangtu , jaro dangka dan
palawari

c. Ketiga kelompok pemimpin formal seperti lurah , dan para pmbantunya , jaro pareman dan dukun.

d. Yang terakhir orang Baduy Dangka

c. Suku bangsa Sikka

Suku bangsa Sikka berdiam di daerah antara Lio dan Larantuka, Kabupaten Sikka , daratan Pulau Flores ,
provinsi NTT. Namun Sikka kemungkinan berasal dari kerajaan Sikka yang pernah berdiri. Mereka
menyebut dirinya dengan Ata-Sikka. Bahasa mereka sanagt dekat dengan bahasa penduduk di pulau
Solor, yaitu bersama-sama kelas bahasa Ambon-Timor dari kelompok Bahasa Papua.

Secara umum ada tiga pendekatan dalam mengelola keragaman budaya dan etnik di dunia :

a. Pertama , model yang mengedepankan nasionalitas , jus soli dan civic concept of citizenship.
Nasionalitas adalah sosok baru yang di bangun bersama tanpa memperhatikan aneka ragam suku ,
bangsa , agama , bahasa dan nasionalitas bekerja sebagai perekat integrasi.

b. Kedua , model nasionalitas etnik yang mengacu pada prinsip ius sanguinis, kebalikan dari ius
soli. Nasionalitas etnik berlandaskan pada kesadaran kolektif etnik yang kuat yang landasannya adalah
hubungan darah dan kekerabatan dengan para pendiri bangsa.

c. Ketiga , model multicultural-etnik yang mengakui eksistensi dan hak-hak warga etnik secara
kolektif. Dalam model ini keanekaragaman menjadi realitas yang harus diakui dan diakomodasi Negara
dan identitas dan asal usul warga Negara diperhatikan isu-isu yang muncul karena penerapan kebijakan
ini tidak hanya keanekaragaman kolektif dan etnik tetapi juga isu mayoritas minoritas , dominan
persoalannya menjadi lebih komplek bagi karena ternyata mayoritas tidak selalu berarti dominan.

Selanjutnya didalam upaya mengembangkan masyarakat multikultur United Nations for Education
Science and Cultural Organization(UNESCO) menawarkan 6 program pengembangan yang terdiri dari :

a. Mencegah terjadinya diskriminasi

b. Melakukan riset kebijakan mengenai pengelolaan masyarakat yang multibudaya dan multi etnik

c. Melakukan pertemuan , pertukaran dan sirkulasi informasi sehingga tidak terjadi


miskomunikasi

d. Menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengembangan masyarakat


multikultur dengan cara :

1. Melakukan pendidikan mengenai hak-hak azazi manusia dan mendorong saling pemahaman antar
budaya

2. Memperkuat kapasitas masyarakat local , sehingga mampu mandiri dan sejajar dengan yang
lainnya.

Peranan pendidikan multicultural dalam menjaga integritas bangsa.

a. Pengertian pendidikan multicultural

Multicultural adalah sebuah realitas social dan merupakan fitra manusia yang apabila dikelola secar
benar akan melahirkan energy dan sebaliknya, jika ditangani secara keliru akan menimbulkan bencana
yang dahsyat. Dengan mencermati berbagai permasalahan dan kondisi masyarakat indonesia
sebagaimana yang sudah dijelaskan , maka hal-hal yang menjadi kendala dalam penyelesaian masalah
kultikultural di Indonesia , anatar lain adalah :

a. Rendahnya tingkat pengetahuan , pengalaman , dan jangkuan komunikasi sebagian masyarakat


yang dapat mengakibatkan rendahnya daya tangkal terhadap budaya asing yang negative dan
keterbatasan dalam menyerap serta mengembangkan nilai-nilai yang positif sekaligus mudah sekali
terprovokasi dengan isu-isu yang di anggap mengancam eksistensinya.

b. Kurang maksimalnya media komunikasi dalam memerankan fungsinya sebagi mediator dan
korektor informasi
c. Paradigm pendidikan yang lebih menekankan pengembangan intelektual dengan mengabaikan
pengenmbangan kecerdasan emosional , pembentuklan sikap moral , dan penanaman nilai budaya.

d. Meningkatnya gejala”societal crisis on caring” karena tingginya mobilitas social dan transformasi
cultural yang ditangkap dan diadopsi secara terbatas

Sejalan dengan berbagai kendala yang dihadapi , maka upaya penyelesaian masalah yang muncul dalam
interaksi antar budaya dapat di atasi dengan jalan :

Pertama : membangun kehidupan multicultural yang sehat dengan meningkatkan toleransi dan apresiasi
antar budaya melalui peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kebhinekaan budaya , dengan
mengenalkan berbagai cirri khas budaya tertentu.

Kedua : peningkatan peran media komunikasi untuk melakukan sensor secara substantive yang
berperan sebagai korektor terhadap penyimpangan norma social yang dominan, dengan melancarkan
tekanan korektif terhadap subsistem yang mungkin keluar dari keseimbangan fungsional.

Ketiga : strategi pendidikan berbasis budaya dapat menjadi pilihan karena pendidikan berbasis adat
tidak akan melepaskan diri dari prinsip bahwa manusia adalah factor utama sehingga manusia harus
selalu merupakan subjek sekaligus tujuan dalam setiap langkah dan upaya perubahan.

Beberapa hal yang dibidik dalam pendidikan multicultural adalah :

Pertama : pendidikan multicultural menolak pandanagn yang menyamakan pendidikan dengan


persekolahan atau pendidikan multicultural dengan program-program sekolah formal. Pandangan yang
lebih luas mengenai pendidikan sebagai transisi kebudayaan juga bermaksud membebaskan pendidik
dari asumsi bahwa tanggung jawab dalam mengembangkan kompetensi kebudayan tidak semata-mata
di tanag mereka melainkan tanggung jawab semua pihak

Kedua : pendidikan ini juga menolak pandanagn yang menyamakan kebudayaan dengan kelompok etnik.
Hal ini karena seringnya para pendidik , secara tradisional mengasosiakan kebudayaan hanya dengan
kelompok-kelompok social yang relative self-sufficient. Oleh karena individu-individu memiliki berbagai
tingkat kompetensi dalam berbagai dialek atau bangsa , dan berbagai pemahaman mengenai situasi-
situasi dimana setiap pemahaman sesuai , maka individu-individu memiliki berbagai tingkat kompetensi
dalam sejumlah kebudayaan.

Ketiga : pendidikan multicultural meningkatkan kompetensi dalam beberapa kebudayaa. Kebudayan


mana yang akan diadopsi seseorang pada sewaktu-waktu ditentukan oleh situasinya. Meski
jelasberkaitan , harus dibedakan secara konseptual antara identitas-ientitas yang disandang individu dan
identitas social primer dalam kelompok etnik tertentu.

Keempat : kemungkinan bahwa pendidikan meningkatkan kesadaran menegnai kompetensi dalam


beberapa kebudayaan akan menjauhkan kita dari konsep dwibudaya atau dikotomi antara pribumi dan
non pribumi.

Carl A Grant dan Cristine E.Sleeter(2003) menjelaskan bahwa terdapat lima tipologi pendidikan
multicultural yang berkembang :

a. Mengajar mengenai kelopok siswa yang memiliki budaya yang lain. Perubahan ini terutama
pada siswa dalam transisi dari berbagai kelompok kebudayaan ke dalam mainstream budaya yang ada.

b. Hubungan manusia. Program ini membantu siswa dari kelompok-kelompok tetrtentu sehingga
ia dapat mengikuti bersam-sama yang lain kedalam kehidupan social

c. Single group studies. Program ini mengajarkan hal-hal yang memajukan pluralism, tetapi tidak
menekankan kepada adanay perbedaan stratifikasi social yang ada dalam masyarakat

d. Pendidikan multicultural. Program ini merupakan sustua reformasi pendidikan di sekoalh-


sekolah dengan menyediakan kurikulum serta materi-materi pelajaran yang menekankan kepada
adanya perbedaan siswa dalam bahasa, yang keseluruhannya untuk memajukan pluralism kebudayaan
dan equalitas social

e. Pendidikan multicultural yang sifatnya rekontruksi social. Program ini bertujuan untuk
menyatukan perbedaan cultural dan menetang ketimpangan-ketimpangan social dalam masyarakat.

b. Tujuan Pendidikan Multukultural

Pendidikan multicultural berusaha menolong siswa mengembanhkan rasa hormat kepada orang
berbeda budaya , member kesepatan untuk bekerja bersama dengan orang atau kelompok orang yang
berbeda etnis atau rasnya secara langsung , menolong siswa mengembangkan kebanggaan terhadap
warisan budaya mereka, menyadarkan siswa bahwa konflik nilai sering menjadi penyebab konflik antar
kelompok masyarakat.

Sementara itu Banks (dalam skeel , 1995 ) mengidentifikasi tujuan pendidikan multicultural sebagai
berikut :
1. Untuk memfungsikan peranan sekolah dalam memandang keberadaan siswa yang beraneka
ragam

2. Untuk membantu siswa dalam membangun perlakuan yang positif terhadap perbedaan
cultural , ras , etnik , kelompok keagamaan.

3. Memberikan ketahanan siswa dengan cara mengajarkan mereka dalam mengambil keputusan
dan keterampilan sosialnya

4. Untuk membnatu peserta didik dalam membangun ketergantungan lintas budaya dan member
gambaran positif kepada mereka mengenai perbedaan kelompok

Secara konseptual , pendidikan multicultural menurut Groski mempunyai tujuan dan prinsip sebagai
berikut :

a. Setiap siswa mempunyai kesempatan untuk mengembangkan prestasi mereka

b. Siswa belajar bagaimana belajar dan berpikir secara kritis

c. Mendorong siswa untuk mengambil peran aktif dalam pendidikan , dengan menghadirkan
pengalaman-pengalaman mereka dalam konteks belajar

d. Mengakomodasi semua gaya belajar siswa

e. Mengapresiasi kontribusi dari kelompok-kelompok yang berbeda

f. Mengembangkan siakp positif terhadap kelompok-kelompok yang mempunyai latar belakang


berbeda

g. Untuk menjadi warga yang baik di sekolah maupun di masyarakat

Lebih lanjut Groski memberikan rincian tentang prinsip-prinsip pendidikan multicultural sebagi berikut :

a. Pemilihan materi pelajaran harus terbuka secara budaya didasarkan pada siswa. Keterbukaan
ini harus menyatukan opini-opini yang berlawanan dan interprestasi-interprestasi yang berbeda

b. Isi materi pelajaran yang dipilih harus mendukung perbedaan dan persamaan dalam lintas
kelompok

c. Materi pelajaran yang dipilih harus sesuai dengan konteks waktu dan tempat

http://voa-krisna.blogspot.com/ at 5:45 PM

Share
1 comment:

Essen AquaticMay 18, 2018 at 9:51 AM

makasih gan artikelnya, kunjungi website kami ada berbagai info tentang penyakit yang harus anda
ketahui dan berbagai penawaran lainnya

-GOLDEN GAMAT-

Reply

Home

View web version

About Me

http://voa-krisna.blogspot.com/

View my complete profile

Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai