Anda di halaman 1dari 9

TUTORIAL SKENARIO 3 BLOK 8

Dr. drg. Sri Redjeki, M.S.


(Kamis, 26 November 2020)

Disusun Oleh :
Nama : Karlos Berlusconi Sihaloho
NIM : 1961050081
Kelompok : 6B

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
2020/2021
Langkah 1

Bloody stool

Seorang anak perempuan 5 tahun dibawa ke Puskesmas karena demam dan buang air besar
lebih dari 5 kali sehari, sejak 3 hari lalu. Suhu 39oC, nadi 120 kali/menit, feses encer
bercampur lendir dan darah segar. Anak tampak lemas, dan selalu menangis tiap kali buang
air besar.

Tugas: Fenomena apa yang terjadi pada skenario ini

o Kata sulit :
bloody stool = BAB berdarah

Langkah 2

1. Kata kunci :
a. Perempuan 5 tahun
b. Demam
c. BAB lebih dari 5 kali sehari
d. Nadi 120x/menit
e. Feses encer bercampur lender dan darah segar
f. Tampak lemas
g. Selalu menangis tiap BAB

2. Rumusan Masalah :
a. Apa saja hal yang dapat menyebabkan diare ?
b. Mengapa feses bercampur lendir dan darah ?
c. Apa yang menyebabkan anak tersebut takikardia dan demam ?
d. Apa yang menyebabkan anak tersebut lemas dan menangis tiap BAB?
e. Bagaimana cara untuk mengetahui sebab dari diare tersebut ?
Langkah 3

Infeksi Bakteri

Infeksi Parasit Alergi

Diare

Feses berlendir dan Demam


Tampak Lemas
berdarah

Langkah 4
Hipotesis :

a. Pasien mengalami disentri


b. Jenis kuman atau parasit berhubungan dengan feses

Langkah 5

Pertanyaan :

1. Apa yang dimaksud dengan diare ?


2. Kapan pasien dikatakan menderita diare ?
3. Apa penyebab diare ?
4. Bagaimana penularan mikroorganisme penyebab diare ?
5. Apa gejala yang tampak pada pasien diare ?
6. Bagaimana membedakan penyebab diare satu dengan yang lain ?
7. Mengapa feses pasien berlendir dan berdarah ?
8. Mengapa pasien diare tampak lemas ?
9. Bagaimana agar diare dapat di cegah ?
10. Bagaimana tatalaksana pasien diare ?
11. Bagaimana pasien bisa diare ?

Learning Issues
1. Definisi Diare dan Gejala-gejala nya
2. Etiologi Diare
3. Faktor-faktor risiko Diare
4. Patofisiologi Diare
5. Pemeriksaan penunjang Diare
6. Tatalaksana dan pencegahan Diare

Langkah 6

Belajar mandiri

Langkah 7

Learning Issues :

1. Definisi Diare dan Gejala-gejala nya


2. Etiologi Diare
3. Faktor-faktor risiko diare
4. Patofisiologi diare
5. Pemeriksaan penunjang Diare
6. Tatalaksana dan pencegahan diare

1. Definisi Diare dan Gejala nya


Menurut WHO, Diare adalah Penyakit yang ditandai dengan perubahan konsistensi
tinja menjadi lembek atau cair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih
dari 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin disertai muntah atau tinja berdarah
Gejala diare yang paling umum adalah Pasien yang lemas, dehidrasi, nyeri pada
abdomen, muntah, dan tidak nafsu makan.

2. Etiologi Diare

Pada scenario, kita bisa simpulkan bahwa pasien menderita diare akut. Etiologi diare
akut paling banyak dan paling sering karena infeksi (Virus, parasite, bakteri), keracunan
makanan, dan efek obat-obatan.

a. Infeksi
• Bakteri : Shigella sp(Diare Berdarah), E.coli patogen, Salmonella sp,
Vibrio cholera, Yersinia enterocolytica, Campylobacter jeiuni,
V.parahaemoliticus, V.NAG, Staphylococcus aureus, Streptococcus,
Kebsiella, Pseudomonas, Aeromonas, Profeus.
• Virus : Rotavirus, Adenovirus, HIV
• Parasit : Protozoa→ E.histolitica, Giardia lambia, Balantidium coli, dan
Cryptosporidium parvum.
• Helminth : A.lumbricoides, Cacing tambang, Trichuris trichiura,
S.stercoralis, dan cestodiasis.
• Fungi : Kandida
b. Non infeksi
• Imunodefisiensi
• Alergi laktosa
• Terapi obat antihipertensi, antasida

3. Faktor risiko diare


a. Baru saja berpergian: Ke negara berkembang, daerah tropis, orang yang sering
berkemah
b. Makanan atau keadaan makan yang tidak biasa: Makanan laut yang mentah
c. Homoseksual, pekerja seks, pengguna obat intravena, risiko infeksi HIV, sindrom
defisiensi kekebalan didapat
d. Baru saja menggunakan obat antimikroba pada institusi : Institusi kejiwaan, rumah
perawatan, rumah sakit
4. Patofisologi Diare
Diare terjadi karena adanya gangguan proses absorpsi dan sekresi cairan serta
elektrolit di dalam saluran cerna. Pada keadaan normal, usus halus akan
mengabsorbsi Na+, Cl-, HCO3-. Timbulnya penurunan dalam absorpsi dan
peningkatan sekresi mengakibatkan cairan berlebihan melebihi kapasitas kolon
dalam mengabsorpsi.

Diare Osmotik
Pada diare osmotik didapatkan substansi intraluminal yang tidak dapat
diabsorpsi dan menginduksi sekresi cairan. Biasanya keadaan ini berhubungan
dengan terjadinya kerusakan dari mukosa saluran cerna. Akumulasi dari zat yang
tidak dapat diserap, misalnya magnesium (laksan, antasid), karbohidrat atau asam
amino lumen usus di dalam lumen usus menyebabkan peningkatan tekanan osmotik
intraluminal, sehingga terjadi pergeseran cairan plasma ke intestinal.

Diare Sekretorik
Diare sekretorik mempunyai karakteristik adanya peningkatan kehilangan
banyak air dan elektrolit dari saluran pencernaan. Diare sekretorik terjadi karena
adanya hambatan absorpsi Na oleh virus serta peningkatan sekresi Cl oleh kripte.
Peningkatan sekresi intestinal diperantarai oleh hormon (Vasoactive intestinal
polypeptide VIP), toksin dari bakteri (E. coli, Cholera) dan obat-obatan.
Peningkatan sekresi pada sel kripte dengan hasil akhir berupa peningkatan sekresi
cairan yang melebihi kemampuan absorpsi maksimum dari kolon dan berakibat
adanya diare. Pada diare sekretorik biasanya pengeluaran tinja dalam jumlah besar,
menetap meskipun dipuasakan.

Berdasarkan pathogenesis nya dibagi menjadi 2 yaitu diare karena bakteri non
invasif dan diare karena bakteri invasif

A. Diare karena bakteri non-invasif


Bakteri-bakteri yang tidak merusak mukosa. Misalnya : E.coli dan
V.cholera
B. Diare karena bakteri invasif
Bakteri-bakteri yang dapat merusak mukosa : Salmonella, Shigella. Cairan
diare bercampur lendir dan darah.

5. Pemeriksaan Penunjang Diare


a. Pemeriksaan darah tepi lengkap. Kadar elektrolit, serum, kreatinin, pemeriksaan
tinja, dan ELISA
b. Rektoskopi
• Pasien yang mengalami diare karena virus biasanya memiliki jumlah dan
hitung jenis leukosit yang normal atau limfositosis. Pasien dengan infeksi
bakteri terutama pada infeksi bakteri yang invasive ke mukosa, memiliki
leukosistosis. Neutro penia dapat timbul pada salmonellosis.
• Ureum dan kreatinin diperiksa untuk memeriksa adanya kekurangan volume
cairan dan mineral tubuh.
• Pemeriksaan tinja untuk melihat adanya bakteri, telur cacing, dan parasite
dewasa. Lalu dilakukan kultur pada tinja. Untuk tinja cair dan berdarah
dilakukan kultur pada media Salmonella Shigella untuk menentukan bakteri
yang menginfeksi pasien. Lalu dilakukan uji reaksi biokimia untuk
menentukan spesies. Pada salmonella, koloni tampak berpigmen hitam
karena menghasilkan H2s, sedangkan shigella tampak transparan
• Rektoskopi di lakukan pada pasien diare yang toksik, diare berdarah, atau
diare akut persisten.

6. Tatalaksana dan pencegahan diare


Tatalaksana
a. Rehidrasi
Cairan rehidrasi dapat diberikan melalui oral, enteral melalui selang nasogastric,
atau intravena. Pada pasien dehidrasi ringan sampai sedang, dapat diberikan cairan
peroral namun pada pasien dehidrasi berat diberikan melalui infus pembuluh darah.
Pemberian per oral diberikan larutan oralit yang hipotonik dengan komposisi 29 g
Glukosa, 3,5g NaCl, 2,5g Natrium bikarbonat, dan 1,5g KCl. Contoh nya adalah
oralit generic, renalyte, dan pharolit
b. Obat antidiare
Pemberian derivate opioid missal loperamide, difenoksilat-atropin, dan tintkur
opium.
c. Obat antimikroba
Pemberian kuinolon (siprofloksasin 500mg 2x sehari 5-7 hari) → Shigellosis
Pemberian Siprofloksasin 500 mg 2 kali/hari; 10 hari →Salmonellosis
Pemberian Siprofloksasin 1 g sekali sehari → Vibrio cholerae

Pencegahan

a. Rajin mencuci tangan, terutama sebelum dan setelah makan, setelah menyentuh
daging yang belum dimasak, sehabis dari toilet, atau setelah bersin dan batuk.
Bersihkan tangan dengan sabun, dan bilas dengan air bersih.
b. Mengonsumsi makanan yang sudah dimasak. Hindari memakan buah-buahan atau
sayuran mentah yang tidak dipotong sendiri.
c. Minum air matang.

Kesimpulan

Pada pasien menderita diare akut karena baru 3 hari, dan dalam sehari buang air besar
5 kali sehari dan feses ditemukan cair disertai lendir dan darah. Kemungkinan pasien menderita
diare karena infeksi bakteri Salmonella atau Shigella. Feses berdarah diduga karena ada ulkus
atau luka pada usus halus maupun usus besar. Untuk menentukan spesies, dibutuhkan
pemeriksaan kultur pada media SS. Pasien tampak lemas karena kehilangan elektrolit dalam
jumlah banyak. Penanganan pasien bisa dengan rehidrasi dan pemberian antibiotik. Hipotesis
terbukti bahwa pasien di diagnosis Disentri.
Daftar Pustaka
1. Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiadi S. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI; 2007.
2. Pertiwi L, GAMBARAN FARMAKOTERAPI DIARE AKUT PADA
ANAK DI PUSKESMAS SIMPANG TIGA KOTA PEKANBARU. JOM
FK. 2017;4:1-18
3. Fauci, Braunwald, Kasper, et al. Harrison Principles of Internal Medicine
17 ed. 2008. Mcgraw-hill:United States of America

Anda mungkin juga menyukai