Oleh :
Kata Pengantar
Alhamdulillah hirabbil 'aalamaiin, segala puji bagi Allah SWT atas segala
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah akidah akhlak ini.
Makalah ini berisi tentang definisi Ahlak, Moral dan Budi Pekerti, Sumber-
sumber Ahlak, Ahlak Nabi dalam al-qur'an dan penerapannya. Penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Meski telah disusun secara maksimal, namun penulis menyadari bahwa banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan sarannya yang
membangun bagi para pembaca.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga para pembaca dapat mengambil
manfaat dan pelajaran dari makalah ini.
Penulis
2
3
Daftar Isi
Kata Pengantar............................................................................................i
Daftar Isi.....................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan...............................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................1
1.3 Tujuan Penulis.......................................................................1
BAB II Pembahasan.................................................................................2
2.1 Defenisi Akhlak, Moral dan Budi Pekerti..............................2
2.2 Sumber-sumber akhlak...........................................................7
2.3 Akhlak Nabi Dalam Alquran Dan Penerapannya..............9
2.4 Hubungan Budaya dengan Akhlak Islam.........................15
BAB III Penutup.................................................................................17
Kesimpulan............................................................................17
Daftar Pustaka.....................................................................................18
4
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
1
Ulil Amri Syarif. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an. Jakarta: Raja Grafindo
Press. Hlm: 72
2
Ali Abdul Halim Mahmud. 2004. Akhlak Mulia,Terj. Abdul Hayyi al-Kattienie dengan judul asli
al-Tarbiyah al-Khuluqiyah. Jakarta: Gema Insani Press. Hlm: 28
3
M. Quraish Shihab. 2004. Wawasan Al-Qur’an, Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan
Ummat, Bandung: Mizan. Hlm:253
6
akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan ada hubungan baik antara
kholiq dan makhluq4
Sementara menurut istilah (terminologis) terdapat pengertian tentang
akhlak, diantaranya :
a. Ibnu Maskawih mengatakan akhlak adalah keadaan jiwa yang
mendorong ke arah melakukan perbuatan tanpa memikirkan (lebih
lama) 5
b. Al-Ghazali mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa yang darinya menimbulkan perbuatan-perbuatan yang
gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan
(perenungan) terlebih dahulu.6
c. Amin sebagaimana yang dikutip oleh Ya’kub mengatakan bahwa
akhlak adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,
menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam
perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang
harus diperbuat.
d. Menurut Muhammad bin Ali al-Faruqi at-Tahanawi sebagaimana
dikutip oleh Mahmud akhlak adalah keseluruhannya kebiasaan, sifat,
alami, agama dan harga diri.7
e. Menurut Sa’duddin, akhlak mengandung beberapa arti, antara lain
1) Tabiat, yaitu sifat dalam diri yang terbentuk oleh manusia tanpa
dikehendaki dan tanpa diupayakan.
2) Adat, yaitu sifat dalam diri yang diupayakan manusia melalui
latihan, yakni berdasarkan keinginanannya.
3) Watak, cakupannya meliputi hal-hal yang terjadi tabiat dan hal-hal
yang diupayakan hingga menjadi adat. Kata akhlak juga dapat berarti
kesopanan dan agama.8
4
Heri Gunawan. 2012. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta. Hlm: 5
5
Mahjuddin. 2009. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Kalam Mulia. Hlm: 3
6
Ibid. hlm: 4
7
Ali Abdul Halim Mahmud. Akhlak Mulia. Op.Cit. hlm. 34
8
M. Furqon Hidayatulloh. 2010. Pendidikan Karakter Membangun Peradaban Bangsa. Surakarta:
Yuma Pressindo. Hlm: 11
7
9
Ulil Amri Syarif, Pendidikan, Op.Cit. hlm: 74-76
8
islam. Kedua, akhlak mamdudah adalah akhlak tercela dan tidak benar
menurut syari’at islam.
Dilihat dari ruang lingkupnya, akhlak Islam dibagi menjadi dua
bagian, yaitu akhlak terhadap Khaliq (Allah SWT) dan akhlak terhadap
makhluq (ciptaan Allah). Akhlak terhadap makhluk masih dirinci lagi
menjadi beberapa macam, seperti akhlak terhadap sesama manusia, akhlak
terhadap makhluk hidup selain manusia (seperti tumbuhan dan
binatang), serta akhlak terhadap benda mati.
B. Definisi Moral
Moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak
dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa
Indonesia dikatan bahwa moral adalah pennetuan baik buruk terhadap
perbuatan dan kelakuan. Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu
istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai,
kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan
benar, salah, baik atau buruk.
Moral merupakan kondisi pikiran, perasaan, ucapan, dan perilaku
manusia yang terkait dengan nilai-nilai baik dan buruk. Moral (Bahasa
Latin Moralitas) merupakan istilah manusia menyebut ke manusia atau
orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang
tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak
memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal
mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-
hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral
manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman
sekarang mempunyai nilai implisit karena banyak orang yang mempunyai
moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu
sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus
mempunyai moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah
nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian
9
10
Subagya, Ki Sugeng, 2007, “Membangun Watak Bangsa, Menuai Martabat”,
Kedaulatan Rakyat
11
Daulay, Haidar Putra. 2002. Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara. Jakarta: PT.
Rineka Cipta
10
tertanamnya nilai akhlak mulia ke dalam diri peserta didik lalu terwujud
dalam tingkah lakunya.
B. Amanah
Amanah artinya dapat dipercaya. Sifat amanah memang lahir dari
kekuatan iman. Semakin menipis kekuatan iman. Semakin menipis keimanan
12
seseorang semakin pudar pula sifat amanah pada dirinya. Amanah dalam
pengertian sempit adalah memelihara titipan dan mengembalikannya kepada
pemiliknya dalam bentuk semula. Dalam pengertian luas amanah mencakup
beberapa hal yaitu : menyimpan rahasia dan kehormatan orang lain, menjaga
dirinya, menunaikan tugas-tugas yang diberikan oleh Allah ataupun manusi
dengan baik.
C. Istiqomah
Secara etimologis, istiqomah berasal dari istiqoma-yastaqimu yang
berarti tegak lurus. Dalam terminologi akhlak istiqomah adalah sikap teguh
dalam mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun menghadapi
berbagai macam rintangan dan godaan.
Perintah dalam beristiqomah dinyatakan dalam al-Aquran dan sunnah :
ُ ْب َوأُمِر
ت ٍ نز َل هَّللا ُ مِن ِك َتا َ َنت ِب َما أ ُ ت َواَل َت َّت ِبعْ أَهْ َواء ُه ْم َوقُ ْل آ َم َ َْفلِ َذل َِك َف ْاد ُع َواسْ َت ِق ْم َك َما أُمِر
أِل َعْ ِد َل َب ْي َن ُك ُم هَّللا ُ َر ُّب َنا َو َر ُّب ُك ْم لَ َنا أَعْ َمالُ َنا َولَ ُك ْم أَعْ َمالُ ُك ْم اَل حُجَّ َة َب ْي َن َنا َو َب ْي َن ُك ُم هَّللا ُ َيجْ َم ُع َب ْي َن َنا َوإِلَ ْي ِه
﴾١٥﴿ ر5ُ ْالمَصِ ي
“Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah sebagai mana
diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan
katakanlah: "Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku
diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan
Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak
ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan
kepada-Nya-lah kembali (kita)". ( Qs. Asy Sura : 42 : 15 ).
Iman yang sempurna adalah iman yang mencakup tiga dimensi yaitu
hati, lisan dan amal perbuatan. Seorang yang beriman harus dapat
beristiqomah dalam tiga dimensi tersebut.
Berat berjalan seorang yang beristiqomah akan selalu berjalan kepada yang
lurus yang cepat alam menghantarkan tujuan. Hal ini tercermin dalam
perkataan dan perbuatanya yang benar untuk mensucikan hati dan dirinya.
13
Tentulah orang yang berisitiqomah akan mengalami beberapa ujian dari Allah.
Ujian dari Allah tidaklah berupa kesedihan semata melainkan ujian dari
Allah termasuk kesenangan juga. Namun seorang yang istiqomah akan tetap
teguh dalam mengahadapi kedua ujian terebut. Dia tidak akan pernah mundur
terhadap ancaman, kemunduran, hambatan dan lain sebagainya. Tidak
terbujuk oleh harta benda, kemegahan, pujian, kesenangan.
D. Iffah
Secara epistemologi, ‘iffah adalah bentuk masdardari affa-ya’iffu ‘iffah
yang berarti menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik. Dan juga berarti
kesucisn tubuh. Secara terminologi‘iffah adalah memelihara kehormatan diri
dari segala hal yang akan merendahkan, merusak dan menjauhkanny.
E. Mujahadah
Mujahadah berasal dari kata jahada yang berarti mencurahkan segala
kemampuan. Mujahadah adalah mencurahkan segala kemampuan untuk
melepaskan diri dari segala sesuatu yang menghambat dalam melakukan
pendekatan terhadap Allah swt. Untuk mengatasi dan melawan semua
hambatan tersebut diperlukan kemauan keras dan perjuangan yang sungguh-
sungguh, usaha inilah yang disebut mujahadah.
Apabila seseorang bermujahadah untuk mencari keridhaan Allah swt.,
maka Allah berjanji akan menunjukkan jalan kepadanya untuk mencapai
tujuannya tersebut. Dalam hal ini Allah swt. berfirman dalam surat Al-
Ankabut ayat 69 :
َ ِين َجا َه ُدوا فِي َنا لَ َن ْه ِد َي َّن ُه ْم ُس ُبلَ َنا ۚ َوإِنَّ هَّللا َ لَ َم َع ْالمُحْ سِ ن
ِين َ َوالَّذ
F. Syaja’ah
Syaja’ah berarti berani yang berlandaskan pada kebenaran dan
dilakukan dengan penuh pertimbangan. Ukuran keberanian adalah terletak
pada kekuatan hati dan kebersihan jiwa. Mengendalikan amarah adalah salah
satu contoh keberanian yang lahir dari hati.
G. Tawadlu
Akhlak dari pribadi islami adalah percaya atau rendah hati (Tawadhu).
Pengertian percaya diri atau tawadhu adalah merendahkan hati atau diri tanpa
harus menghinakannya atau meremehkan harga diri sehingga orang lain berani
menghinanya dan menganggap ringan. Pribadi yang percaya diri, harus
mampu menunjukkan sesuatu yang unggul berupa pengetahuan (knowledge),
keterampilan (skill) dan sikap atau perilaku (attitude), sehingga orang lain
memberikan kepercayaan dan kehormatan yang sepatutnya, dan tidak bersikap
sombong terhadap kemampuan yang dimilikinya..
H. Malu
Al-haya’ adalah sifat atau perasaan yang menimbulkan keengganan
melakukan sesuatu yang rendah atau tidak baik. Orang yang memiliki rasa
malu, apabila melakukan sesuatu yang tidak patut, rendah atau tidak baik dia
akan terlihat gugup, atau mukanya merah. Sebaliknya orang yang tidak punya
rasa malu, akan melakukannya dengan tenang tanpa ada rasa gugup
sedikitpun. Sifat malu adalah akhlak terpuji yang menjadi keistimewaan ajaran
Islam
Malu adalah salah satu refleksi iman. Semakin kuat iman seseorang,
semakin teballah rasa malunya, demikian pula sebaliknya. Rasulullah
Muhammad SAW dikenal sebagai pribadi yang pemalu, saking pemalunya
maka diandaikan bahwa beliau lebih pemalu ketimbang gadis pingitan. Sifat
malu ini dimiliki Rasulullah SAW semenjak kanak kanak , saat anak – anak
15
sebaya beliau kala itu saling berebut makanan maka beliau malu
melakukannya, jika pakaiannya tersingkap dan menampakkan auratnya maka
beliau akan segera bersembunyi karena malu. Jika hendak membuang air maka
diriwayatkan beliau menjauh atau pergi hingga tak seorangpun melihatnya.
Karena sifat pemalu ini beliau apabila melihat sesuatu yang tidak disukainya
maka terlihatlah dari roman mukanya, dan beliau senantiasa menjauhkan
pandangan matanya dari apa apa yang kurang baik. Bahkan dalam hubungan
suami istri sifat pemalu Rasulullah SAW tetap dominan, dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Ibnul Djauzy dari Ummu Salamah RA Adalah “Rasulullah
SAW itu apabila mendatangi seseorang dari istrinya beliau memejamkan
kedua matanya dan menutupi kepalanya “. Hadits ini sangat menguatkan sifat
pemalu beliau, kendati seorang istri sebenarnya halal hukumnya meski terlihat
auratnya oleh suaminya dan sebaliknya.
I. Sabar
Secara etimologis, sabar (ash-shabr) berarti menahan dan mengekang
(al-habs wa al-kuf). Secara terminologis sabar berarti menahan diri dari segala
sesuatu yang tidak disukai karena mengharap ridha Allah. Yang tidak disukai
itu tidak hanya yang tidak disenangi, tapi juga hal – hal yang disenangi
misalnya segala kenikmatan duniawi yang disukai oleh hawa nafsu.
Dalam sejarah Islam diceritakan bahwa nabi sering kali diludahi oleh
orang kafir (non muslim) ketika beliau melewati tempat si orang tersebut,
namun nabi sendiri tidak pernah marah karena beliau tahu bahwa orang yang
sering meludahinya adalah orang yang belum tahu akan islam dan belum
mendapatkan hidayah, Namun alangkah takjubnya si kafir tadi yang sering
meludahi nabi muhamad saat ia jatuh sakit, orang yang pertamakali
menjenguknya adalah nabi muhammad yang sering ia ludahi. Alkisah orang
kafir tadi menangis dan langsung memeluk islam.
J. Pemaaf
Pemaaf adalah sifat suka member maaf terhadap kesalahan orang lain
16
tanpa ada sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk membalas. Dalam bahasa
Arab sifat pemaaf tersebut disebut denganal-‘afwu yang secara etimologis
berarti kelebihan atau yang berlebih.
Islam mengajarkan kepada kita untuk dapat memaafkan kesalahan orang
lain tanpa harus menunnggu permohonan maaf dari yang bersalah. Sekalipun
orang yang bersalah telah menyadari kesalahahnnya dan berniat untuk
meminta maaf, tetapi boleh jadi dia mengalami hambatan psikologis untuk
mengajukan permintaan maaf. Barangkali itulah salah satu hikmahnya kenapa
Allah memerintahkan kita untuk member maaf sebelum dimintai maaf.
Suatu teladan sikap pemaaf Rasulullah adalah ketika ada seorang lelaki
Arab bernama Tsumamah bin Itsal dari Kabilah Al Yamamah pergi ke
Madinah dengan tujuan hendak membunuh Nabi, maka pada saat itu dihadang
oleh Umar dan diikat dengan tali. Rasulullah yang mengetahui orang itu malah
menyuruh Umar untuk memberinya makan dan melepaskannya. Umar yang
kaget tetap meyakinkan Rasulullah bahwa dia ingin membunuhnya. Namun
Rasulullah tidak menghiraukannya dan menyuruh Tsumamah untuk mengucap
kata “Laa ilaha illallah”, tetapi si lelaki tidak mau dan pergi. Keesokan
harinya dia datang kepada Rasulullah dan mengucap kata “Laa ilaha illallah”,
sehingga dia masuk Islam. Demikian contoh sikap Rasulullah yang pemaaf
dan tidak dendam sekalipun kepada orang yang hendak membunuhnya, yang
pada akhirnya membuahkan hasil yang bermanfaat.
dengan nilai-nilai dalam Islam. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam surat
al-Baqarah,
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hubungan antara ahlak dan keteladanan tentu erat kaitannya, orang
mukmin yang memiliki akhlak mulia adalah yang imannya sempurna. Begitu
juga dengan seseorang yang bersuri tauladan baik, suri tauladan itulah yang
dapat menggambarkan kesempurnaan dari iman yang dimilikinya.
Manusia yang paling sempurna dan baik akhlaknya serta patut untuk
19
dijadikan contoh adalah nabi Muhammad SAW. Dari beliaulah kita belajar
bagaimana cara kita untuk bersikap kepada sesama, kepada tetangga, kepada
pasangan, dan kepada seluruh makhluk Allah yang lainnya. Meneladani Rasul
tidak cukup hanya dengan kata-kata. Meneladani Rasul harus tecermin dalam
kehidupan sehari-hari, di mana pun kita berada dan dengan siapa pun kita
berinteraksi. Allah Swt. memerintahkan kepada kita untuk mengikuti yang
telah dicontohkan oleh Rasul, mulai dari kegiatan di pagi hari hingga malam
hari.
Bagi seorang mukmin, tidak ada sedetik waktu pun yang tidak
memiliki nilai ibadah. Tidak mudah memang untuk bisa meneladani Rasul
secara utuh, tetapi bukan berarti kita putus asa. Teladani Rasul mulai dari hal
sederhana
DAFTAR PUSTAKA
Ali Abdul Halim Mahmud. 2004. Akhlak Mulia,Terj. Abdul Hayyi al-Kattienie
Ali Abdul Halim Mahmud. Akhlak Mulia. al-Tarbiyah al-Khuluqiyah. Jakarta:
Gema Insani Press.
Daulay, Haidar Putra. 2002. Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara.
Jakarta: PT. Rineka Cipta
Heri Gunawan. 2012. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung:
Alfabeta.
20