Anda di halaman 1dari 11

ROHINGYA

Kaum Muslimin , A’azzakumullah


Rohingya …. Apa itu ?
Siapa mereka ?
Dimana itu ?
Ada apa dengannya?
Mungkin sederet pertanyaan akan muncul saat kita mendengar kata itu .
Rohingya …. Kaum Muslimin , Rahimakumullah . Ketahuilah , Rohingya adalah nama bagi
etnis muslim yang berada di wilayah negara Myanmar berbatasan dengan Negara Bangladesh.
Mereka hari ini adalah etnis yang paling menderita atas suatu penjajahan dan kezaliman luar
biasa melampaui batas-batas kemanusian dan nilai keberadaban yang dilakukan oleh pemerintah
dan militer Myanmar serta sebagian rakyatnya .
Mereka terusir , rumah-rumah mereka dibakar , wanita-wanita muslimah diperkosa , dibunuh dan
bahkan dimutilasi hidup-hidup.
Beberapa hari lalu kita merayakan Idul Adha dengan menyembelih hewan Qurban , maka
demikianlah kaum kuffar memperlakukan muslimin Rohingya dengan menyembelih mereka .
Saat kita memanggang daging Qurban kita , manusia – manusia kafir berhati Iblis di Myanmar
pun memanggang hidup-hidup saudara muslim Rohingya . Wallahul Musta’an .
Siapakah mereka para korban itu , wagai kaum muslimin? Mereka adalah saudara kita , mereka
adalah sebagian dari tubuh kita , bukankah Rasulullah Shallalllahu alaihi wasallam bersabda :

‫اح ِد ِإ َذا اِ ْشتَ َكى ِم ْنهُ َعضْ ٌو تَدَاعَى لَهُ َسائِ ُر ْال َج َس ِد بِ ْال ُح َمى‬
ِ ‫َمثَ ُل ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ فِي تَ َوا ِّد ِه ْم َوتَ َعاطُفِ ِه ْم َوتَ َرا ُح ِم ِه ْم َك ْال َج َس ِد ْال َو‬

“Perumpamaan kaum muslimin dalam hal saling mencintai, mengasihi dan menyayangi di antara
mereka adalah baikan tubuh yang satu ; apabila satu bagian merasa sakit, maka seluruh tubuh
meresponnya dengan merasa demam.” (HR Muslim)
Sesungguhnya Allah telah menguji kita dengan musibah ini, apakah benar kita merasakan
sakitnya sebagai umat yang hidup ? Jika kita tidak merasa sakit akan penderitaan mereka , maka
ketahuilah bahwa mungkin nurani keummatan kita telah mati atau mati suri ,,, dan apa arti hidup
jika nurani telah mati . Wallahul Musta’an
Kaum Muslimin – Afallaahu anna jamie’an ; Semoga Allah maafkan kita semua . Semoga
peristiwa ini menyadarkan kita bahwa sesungguhnya kita memiliki tanggung jawab untuk
mengambil alih kendali kehidupan umat manusia , karena kika kendali dan kekuasaan berada di
tangan- tangan manusia yang tidak beriman , maka yang terjadi adalah kezaliman dan keangkara
murkaan.

ِ ْ‫ْض إِالَّ تَ ْف َعلُوهُ تَ ُكن فِ ْتنَةٌ فِي األَر‬


‫ض َوفَ َسا ٌد َكبِي ٌر‬ ٍ ‫ضهُ ْم أَوْ لِيَاء بَع‬ ْ ‫َوالَّذينَ َكفَر‬
ُ ‫ُوا بَ ْع‬

Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain.
Jika kamu (wahai kaum muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu,
niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar. (QS.Al Anfal :73)

Allah Subhanau Wata’ala mengingatkan kita ; Jika perjuangan mengeksiskan keimanan sebagai
pengendali kehidupan kita abaikan , maka yang terjadi adalah bencana dan kerusakan yang besar
. Dan dunia ini sesungguhnya adalah warisan Allah dan orang-orang beriman adalah para
pewarisnya , Allah berfirman

َ‫ي الصَّالِحُون‬ َ ْ‫ُور ِم ْن بَ ْع ِد ال ِّذ ْك ِر أَ َّن األر‬


َ ‫ض يَ ِرثُهَا ِعبَا ِد‬ ِ ‫َولَقَ ْد َكتَ ْبنَا فِي ال َّزب‬

Dan sesungguhnya telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh,
bahwasanya Bumi ini diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh. (QS. Al Anbiya’: 105)
Maasyiral muslimin rahimakumullahu.

Orang muslim selalu berbagi rasa dengan saudaranya, sedih karena sedihnya,
senang karena senangnya. Orang muslim tidak membiarkan saudaranya, tidak
membiarkannya, tidak menelantarkannya, tidak menyerahkannya kepada musuh.
Tetapi wajib peduli, memperhatikan nasibnya, membelanya dan menolongnya.
Nabi ( bersabda:
 
•ُ ‫ك• فِ• ي• ِه• ِم• ْ•ن• ُح• ْ•ر• َم• تِ••• ِه• إِ• اَّل َ•خ• َذ• لَ•• هُ• هَّللا‬ ُ •َ‫ض• ِه• َو• يُ• ْن• تَ• ه‬•ِ •‫ص• فِ• ي• ِه• ِم• ْ•ن• ِع• ْ•ر‬ •ِ •‫ئ• يَ• ْ•خ• ُذ• ُل• ُم• ْس• لِ• ًم• ا• فِ• ي• َم• ْ•و‬
•ُ •َ‫ط• ٍ•ن• يُ• ْن• تَ• ق‬ •ٍ •‫َم• ا• ِم• ِن• ا• ْم• ِر‬
•ِ‫ض•• ه‬•ِ •‫ص• فِ••ي•• ِه• ِم• ْ•ن• ِ•ع• ْ•ر‬ ْ
•ُ •َ‫ط• ٍ•ن• يُ• ن• تَ• ق‬
•ِ •‫س•• لِ• ًم• ا• فِ• ي• َم••• ْ•و‬ •ْ •‫•ص•• ُر• ُم‬ ْ
•ُ •‫ئ• يَ• ن‬ •ٍ •‫• َو• َم••• ا• ِم• ِن• ا• ْم••• ِر‬، •ُ‫•ص•• َ•ر• تَ• ه‬ ُ
•ْ •‫ب• فِ••ي•• ِه• ن‬ •ُّ •‫ط• ٍ•ن• يُ• ِح‬
•ِ •‫فِ• ي• َم••• ْ•و‬
•ُ‫•ص•••••••••• َر• تَ• ه‬ •ْ •ُ‫ب• فِ••ي•••••••••• ِه• ن‬ •ُّ •‫•ص•••••••••• َر• هُ• هَّللا ُ• فِ• ي• َم••••••••••• ْ•و• ِط• ٍن• يُ• ِ•ح‬ •َ •َ‫ك• فِ••ي•••••••••• ِه• ِم• ْ•ن• ُح• ْ•ر• َم• تِ••••••••••• ِه• إِ• اَّل ن‬ ُ •••••••••••َ‫َ•و• يُ• ْن• تَ• ه‬
 
“Tidak ada seorang yang membiarkan seorang muslim di tempat dia dihinakan
kehormatannya, dan dilanggar kemuliaannya (hak-haknya), melainkan Allah pasti
menghinakannya ditempat yang dia ingin mendapatkan pertolongan. Dan tidak ada
seorang yang menolong seorang muslim di tempat dia dihinakan kehormatannya
dan dilanggar kemuliaannya (hak-haknya) melainkan Allah pasti menolongnya di
tempat yang dia ingin ditolong di dalamnya. (HR. Abu Daud, Thabrani dalam al-
Ausath, dihasankan sanadnya oleh Haitsami)
 
Rasulullah  bersabda:

•ُ‫خ• و•نُ•••••••••••••••••• هُ• َ•و• اَل يَ• ْك• ِذ• ب•ُ••••••••••••••••• هُ• َو• اَل يَ• ْ•خ• ُذ• لُ•••••••••••••••••• ه‬ •ُ •َ‫• اَل ي‬، •‫س•••••••••••••••• لِ• ِ•م‬ •ْ •‫س•••••••••••••••• لِ• ُم• أَ• ُخ••••••••••••••••• و• ا•ل• ُم‬ •ْ •‫ا•ل• ُم‬
"Orang muslim itu saudara muslim lainnya,  tidak mengkhianatinya, tidak
mendustainya dan tidak menghinakannya.” (HR Turmudzi)
 
•َ •‫• َو• يُ• ِ•ج• ي• ُر• َع• لَ• ْي• ِه• ْم• أَ• ْق‬، •‫• يَ• ْس• َع• ى• بِ• ِذ• َّم• تِ• ِه• ْم• أَ• ْد• نَ• ا•هُ• ْم‬. •‫ا• ْل• ُم• ْس• لِ• ُم• و• َ•ن• تَ• تَ• َك• ا•فَ• أُ• ِد• َم• ا• ُؤ• هُ• ْم‬
  •‫• َ•و• هُ• ْم• يَ•• ٌد• َع• لَ• ى• َم• ْ•ن• ِ•س • َ•و• ا•هُ• ْم‬، •‫ص• ا•هُ• ْ•م‬
 
“Orang muslim itu nilai darahnya sama (dalam qishah dan diyat), yang paling
rendah bisa berjalan membawa tanggungan mereka, dan yang paling jauh
melindungi (memberikan jwar) atas mereka. Mereka adalah satu tangan atas selain
mereka. (HR. Abu Daud, shahih)
 
Maasyiral muslimin. 
Kita bangsa Indonesia sekarang ini (di akhir bulan Rajab dan awal bulan Syaban
1436 H/ bulan Mei 2015 ini) dikagetkan dengan adanya gelombang pengungsi
umat Islam dari Myanmar yang terdampar di Aceh.  
 
Mulailah kepedulian bangsa Indonesia tergugah, ketika melihat langsung kondisi
mengenaskan dari ribuan muslim Rohingnya yang lari dari penjajahan dan
penyiksaan yang dilakukan oleh negara Myamnar dan umat Budha Myanmar.
 
Maasyiral muslimin rahimahullah.
 
Ketahuilah bahwa kita sangat-terlambat, sebab tidak ada akses berita tentang
saudara kita umat islam Rohingnya, bahkan banyak berita yang menyatakan bahwa
berita penyiksaan itu bohong, atau dibalik bahwa itu adalah karena kesalahan umat
Islam, sehingga kita pun tidak berbuat-apa-apa, padahal sejatinya penindasan itu
sudah berlangsung selama 228 tahun yang lalu, namun kita baru percaya setelah
hampir dua juta muslim rahingnya hidup diluar negrinya, dan lebih dari 500.000
mati teraniaya rahimahumullah.
 
Oleh karena itu, pembelaan di tingkat pertama ini adalah memberikan informasi
yang benar tentang kezhaliman yang mereka alami.
 
Berikut ini adalah ringkasan dari tragedi yang dihadapi oleh umat Islam di sana
oleh pemerintah militer Burma:  

Pertama: 
penghapusan kewarganegaraan Rohingya Muslim di Arakan berdasarkan undang-
undang yang mereka buat  tahun 1982 M. Mereka dianggap orang asing yang
mengungsi di atau tinggal di Burma/Myanmar setelah tahun 1824 (tahun masuknya
penjajah Inggris ke Burma) meskipun fakta dan sejarah mendustakan dakwaan itu.
 
Maasyiral muslimin, ketahuilah bahwa Islam masuk Arakan sejak abad pertama
Hijriyyah, zaman sahabat Nabi Sulullahi wa'Alaihi Wassalam1400 tahun yang lalu.
Islam masuk dibawa oleh para pedagang Arab pimpinan  Waqqash bin Malik  dan
sejumlah tokoh Tabiiin.
 
Kemudian gelombang kedua, Islam dibawa  oleh para pedagang Arab Muslim pada
abad kedua Hijriyah, tahun 172 H/788 M di masa Khalifah Harun al-Rasyid.
Mereka singgah di Pelabuhan  Akyab Ibukota Arakan. Umat Islam terus
berkembang di Arakan hingga berdirilah Kerajaan Islam oleh Sultan Sulaiman
Syah dan berlanjut hingga 3,5 abad lamanya (1430- 1784 M), dipimpin oleh 48
raja Islam, dan berakhir dengan Raja Sulaim Syah.  Kemudian kerajaan Islam
runtuh oleh serbuan umat Budha tahun 1784 M. sejak saat itulah sampai hari ini
umat Islam ditindas dan diperlakukan seperti hewan.

Kedua: 
Mencekal Muslim dari bepergian dan perjalanan baik di dalam negri  maupun di
luar negeri.

Ketiga: 
Penangkapan dan penyiksaan Muslim di kamp-kamp penahanan tanpa dosa.  

Keempat: 
Memaksa umat Islam untuk melakukan kerja paksa tanpa upah, seperti pembuatan
jalan, penggalian parit di daerah pegunungan di Burma.  

Kelima: 
Pengusiran umat Islam dan penempatan umat Buddha di rumah-rumah mereka.  

Keenam: 
Menyita Wakaf-wakaf umat  Muslim dan lahan pertanian mereka.

Ketujuh: 
Menjarah kekayaan umat Islam, dan mencegah mereka dari mengimpor dan
mengekspor atau melakukan kegiatan bisnis.

Kedelapan: 
Menghalangi umat Islam untuk menjadi pejabat atau pegawai di pemerintahan, dan
sebagian kecil dari mereka yang telah mendapatkan kedudukan dalam masa
penjajahan Inggris dulu dipaksa untuk mengundurkan diri dari pekerjaan mereka.

Kesembilan: 
Menghalangi dan merintangi  anak-anak Muslim dari menempuh pendidikan di
sekolah-sekolah, dan universitas negri.  

Kesepuluh: 
Melarang umat Islam untuk berpartisipasi dalam muktamar dan konferensi Islam
International.
Hadirin dan hadirat yang dirahmati Allah Swt.
Ramadhan tahun 1433 Hijriah ini dinodai oleh pembersihan etnis di Burma terhadap muslim
Rohingya. Oleh Suku Budha Rakhine yang dibekingi oleh aparat tentara pemerintah Myanmar
membunuh, memperkosa dan menghancurkan rumah kediaman kaum  Muslimin dan muslimat
Burma, tidak luput dari kebiadaban mereka, mereka meratakan dengan tanah  masjid masjid
kaum Muslimin dengan menjadikan sasaran pengrusakan dan pembakaran yang membabi buta.
Korban tewas syahid mencapai 20.000  orang dan yang terusir mencapai 1 juta orang. Sungguh
mengerikan sekali keadaan mereka. Karna mereka adalah minoritas muslim yang tidak terkenal
maka sedikit pembelaan dari kaum muslimin dunia bahkan dari negri yang mayoritas Muslim
pun tidak banyak melakukan aksi nyata dalam menolong mereka. Berbeda sekali ketika kita
perang Palestina israel yang menjadi sorotan kaum muslimin seluruh dunia. Kekejaman kali ini
bahkan lebih kejam dan sadis walaupun Israel juga melakukan hal yang sama. Kepada siapakan
mereka meminta bantuan....mereka minoritas yang tidak terkenal...namun rintihan dan tangis
anak yang ditinggal mati oleh kedua orang tuanya atau orang tua yang ditinggal mati oleh semua
anaknya mengisi angkasa raya bersahutan dengan curahan air mata membasahi bumi Myanmar.
Mereka, Muslim yang seakan kesepian dari uluran tangan Muslim dunia, mereka dizalimi
meminta kepada kita sebagai Muslim agar melakukan sesuatu sebelum satu juta orang ini
menjadi musnah tidak berbekas seperti halnya Andalusia. Lantas apa yang bisa kita lakukan agar
kita terhindar dari siksa kubur? Mari sama sama bantu mereka dengan doa dan bantuan moril
serta materil sesuai dengan kapasitas kita masing masing dan memohon kepada Nya semoga
menerima usaha kita. Kalau teriakan mereka tidak kita indahkan maka tidak lah salah jika
malaikat akan datang ke kuburan kita dengan palu dari api neraka karna tidak berbuat apapun
untuk mereka.
Dalam masalah pembantaian Rohingga banyak kejanggalan yang kita temui
Amerika sebagai pejuang  HAM diam seribu bahasa, berbeda kalau ada satu warga Amerika
dibunuh muslim maka pasal terorisme segera diberlakukan.
PBB, sebagai lembaga yang getol dalam masalah HAM pun seperti macan kertas.
Aung San Suu Kyi  sebagai penerima Nobel Perdamaian sekaligus pemimpin baru Myanmar
diam .membisu.
Indonesia sebagai negara dengan mayoritas Islam tidak melakukan hal yang nyata.
Negara negara Islam tidak banyak menyuarakan penggalangan solidaritas.
Lantas siapa yang akan membantu mereka wahai saudara sekalian, sekali lagi kalaupun dunia
mendiamkan masalah ini mari kita suarakan doa dari masjid ini yang kita panjatkan ke hadirat
Rabby, semoga Dia mengutus Malaikat –malaikat Nya secara berturut turut menyelamatkan
mereka dengan segera.
Di manapun kita berada , di goa  yang paling terpencil ...tidak masalah...sependek apapun doa
tidak masalah karna Allah akan menjemput doa kita dan menjadikannya kebaikan yang akan
menyelamatkan kita insya Allah dari siksa kubur sekaligus menyelamatkan Muslimin dan
Muslimat Myanmar dari kejahatan penguasa zalim Myanmar . Allah berfirman

Wahai anakku!( kata Luqman)" Jikalau sekiranya ada kebajikan seberat biji sawi dan dia
berada tersembunyi pada bebatuan atau dimanapun di langit dan di bumi. Allah pasti akan
mendatangkannya. Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan Maha Mengetahui.

Esensi dari hadits di atas  ini adalah kita harus peduli terhadap kaum Muslimin. Jangan sampai
pembantaian ini  kita jadikan momentum untuk menjauhkan kita dari siksa kubur
Semoga dengan barkah khutbah ini Allah memberi petunjuk kepada Penduduk  timur ,barat,
selatan dan utara masjid ini untuk memeluk Islam secara Kaffah, Menguatkan Islam dan kaum
Muslimin di desa ini dan sekitaranya, mengharmoniskan Ummat Islam yang bertikai,karana
sabda nabi “Demi Allah jika seseorang masuk Islam karana panggilan Mu maka hal itu adalah
lebih baik dari pada dunia seisinya”
DUNIAWI

Hari ini kita dihadapkan pada suatu masa, ketika harta, kedudukan, serta pujian manusia menjadi
ukuran kemuliaan dan ketinggian seseorang di hadapan yang lain. Bahwa orang hebat adalah
yang terkenal dan namanya sering disebut di mana-mana, orang sukses adalah orang yang punya
kedudukan serta jabatan tinggi. Orang besar adalah mereka yang selalu bekecukupan harta dan
hidup tanpa kesusahan, serta seabrek indikator-indikator ‘palsu’ dimunculkan untuk merusak
pemahaman manusia tentang makna kesuksesan dan kemuliaan. Supaya manusia tertipu dan lupa
pada hakikat ketinggian dan kemuliaan yang sebenarnya, yakni ketaqwaan dan ketaatan kepada
Allah. “Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu adalah yang paling bertaqwa (kepada
Allah). Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Mahateliti”. (QS al-Hujurat: 13)

Akibatnya, banyak orang yang akhirnya beramal hanya demi mencari ridho dan kerelaan
manusia, tanpa peduli lagi pada pahala dan balasan dari Allah. Asal pekerjaan itu disenangi dan
dikagumi serta mulia di mata manusia, syariat Allah rela dijadikan tumbal. Akhirnya, muncullah
golongan manusia yang beramal supaya dilihat dan dipuji oleh orang lain, atau beramal
karena riya’. Mereka berebut agar bisa menjadi objek pujian dan perhatian manusia dalam setiap
amal yang mereka kerjakan. Karena mereka menganggapnya sebagai upaya ‘mengejar
kesuksesan’.

Tanpa disadari, sebenarnya mereka sedang mengejar kesia-siaan. Mereka lupa, bahwa hidup
bukan hanya sekedar untuk mencari pujian dan kebanggaan palsu. Dan lupa, bahwa esensi dari
penciptaan mereka di dunia ini adalah untuk beribadah ikhlas hanya kepada-Nya. Semua
perbuatan kita, baik atau buruk, besar atau kecil pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal.
Bagi mereka yang beramal karena Allah, Allah sendirilah yang telah menjamin pahala dan
balasannya. Lalu, bagaimana mereka yang beramal dengan menjilat manusia?

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, “Barangsiapa yang mencari keridhaan Allah meskipun ia


memperoleh kebencian dari manusia, maka Allah akan mencukupkan dia dari ketergantungan
kepada manusia. Dan barangsiapa yang mencari keridhaan manusia dengan mendatangkan
kemurkaan Allah, maka Allah akan menyerahkanya kepada manusia.” (HR Tirmidzi).

Imam Muhammad bin Abdurrahman al-Mubarakfuri dalam Tuhfatul Ahwadzi mengatakan,


“Maksudnya, Allah akan menjadikannya berada dibawah kuasa manusia, lalu mereka menyakiti
dan menganiayanya.”

Yang menyedihkan, penyakit haus pujian atau riya’ ini ternyata tidak hanya menyerang kalangan
awam saja. Bahkan banyak pengidapnya justru orang-orang yang faham akan bahaya riya’ itu
sendiri. Mereka yang ahli ibadah, para da’i dan mubaligh, thalibul ilmi, serta para penghafal al-
qur’an justru lebih berpotensi besar terjangkiti virus ini. Kuantitas amal shalih yang mereka
kerjakan, ternyata membuat setan tergiur untuk mengggelincirkan kelompok ini, agar keikhlasan
mereka pudar, dan ganti beramal untuk manusia, pujian, serta kedudukan. Seorang da’i akan di
hasut setan agar berbuat riya’ memperbagus dakwahnya demi popularitas dan dikatakan sebagai
‘penguasa panggung’. Para penghafal Al-Qur’an akan diarahkan supaya beramal demi dianggap
sebagai ‘orang yang dekat dengan Kitabullah’. Sedangkan setan akan menghasut para alim
ulama agar mereka beramal supaya dielukan sebagai orang yang ‘fakih dan faham dalam
masalah dien’. Wal ‘iyadzu  billah.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin menjelaskan tentang definisi riya’, “Riya’ adalah
ibadahnya seseorang kepada Allah, akan tetapi ia melakukan dan membaguskannya supaya di
lihat dan dipuji oleh orang lain, seperti dikatakan sebagai ahli ibadah, orang yang khusyu’
shalatnya, yang banyak berinfaq dan sebagainya.” Intinya dia ingin agar apa yang dikerjakan
mendapat pujian dan keridhoan manusia. Rasulullah menyebut riya’ dengan “syirik
kecil”, karena sejatinya pelaku riya’ tidak mutlak menjadikan amalan tersebut sebagai bentuk
ibadah kepada manusia, serta sarana taqarrub kepadanya. Meskipun begitu, bahayanya tak bisa
dianggap sebelah mata.

Jama’ah shalat jum’at yang dirahmati Allah SWT

Jauh-jauh hari Rasulullah sudah memperingatkan kita tentang betapa bahayanya “syirik kecil”
ini. Beliau bersabda,
‫ك اأْل َصْ َغ ُر يَا َرسُو َل هَّللا ِ قَا َل الرِّ يَا ُء يَقُو ُل هَّللا ُ َع َّز َو َج• َّل لَهُ ْم يَ••وْ َم ْالقِيَا َم• ِة‬
ُ ْ‫ك اأْل َصْ َغ ُر قَالُوا َو َما ال ِّشر‬
ُ ْ‫إِ َّن أَ ْخ َوفَ َما أَخَافُ َعلَ ْي ُك ْم ال ِّشر‬

‫ي النَّاسُ بِأ َ ْع َمالِ ِه ْم ْاذهَبُوا إِلَى الَّ ِذينَ ُك ْنتُ ْم تُ َراءُونَ فِي ال ُّد ْنيَا فَا ْنظُرُوا هَلْ ت َِج ُدونَ ِع ْن َدهُ ْم َجزَ ا ًء‬ ِ ‫إِ َذا ج‬
َ ‫ُز‬

“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kalian adalah syirik kecil.” Mereka bertanya:
Apa itu syirik kecil wahai Rasulullah? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:
“Riya’, Allah ‘azza wajalla berfirman kepada mereka pada hari kiamat saat semua manusia
diberi balasan atas amal-amal mereka: Temuilah orang-orang yang dulu kau perlihatkan
amalmu kepada mereka di dunia, lalu lihatlah apakah kalian menemukan balasan disisi
mereka?” (HR Ahmad)

Imam an-Nawawi dalam kitab Riyadush Shalihin, dalam bab Tahriimur


Riya’  (pengharaman riya’) menyebutkan sebuah hadist yang diriwayatkan oleh sahabat Abu
Hurairah. Dalam hadist tersebut Rasulullah bersabda tentang tiga orang yang pertama kali di
hisab pada hari kiamat. Mereka adalah orang yang mati syahid dalam pertempuran, seseorang
yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya, serta orang yang selalu berinfaq di jalan Allah.
Setelah mereka dipanggil, maka ditunjukkan kepada mereka kenikmatan dan pahala yang banyak
karena amal shalih yang telah mereka kerjakan. Namun ternyata pahala mereka musnah, dan
ketiganya justru menjadi penghuni neraka, karena ternyata amal kebaikan yang mereka kerjakan
di dunia hanya bertujuan mendapatkan pengakuan dan pujian dari manusia. Mereka menjual
pahala dan kenikmatan akhirat demi manisnya ucapan dan indahnya pandangan orang
lain. Na’udzu billahi min dzalik.

Bagaimana cara kita menjauhi virus yang satu ini? Solusinya adalah dengan berusaha untuk
ikhlas di setiap amal yang kita kerjakan, dan selalu berupaya protektif menjaganya. Karena setan
tak akan pernah menyerah untuk memberikan bisikan-bisikannya demi menggoyahkan dan
merusak keikhlasan seseorang. Agar manusia menjadi budak sesamanya, beramal untuk
kepuasan semu, serta mencampuradukkan tujuan hakiki amal shalih dengan tujuan bathil.
Akan datang suatu zaman umat lain memperebutkan kamu sekalian seperti memperebutkan
makanan dalam hidangan. Sahabat bertanya “Apakah kami jumlahnya sedikit pada saat itu”.
Jawab Rasulullah; Bukan bahkan sesungguhnya jumlah kamu banyak tetapi kualitas kamu ibarat
buih yang terapung di atas air dan di dalam hatimu dijadikan kelemahan jiwa. Sahabat bertanya
“apa yang dimaksud kelemahan jiwa? Rasulullah menjawab, yaitu cinta dunia dan membeci
kematian”.

Sungguh tepat isyarat yang digambarkan oleh Rasulullah dalam sabdanya di atas bahwa pada
akhir zaman nanti umat Islam akan mengalami disintergrasi, penurunan kualitas iman, ibadah-
ibadah yang dilaksankan hanya melepaskan beban kewajiban dan kegiatan rutinitas ritual tidak di
sadari sebagai sebuah kebutuhan sehingga yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari tidak
lebih dengan orang yang tidak beriman. Sehingga mereka mudah diombang-ambingkan oleh
kegemerlapan dunia yang serba menggiurkan. Ibarat buih yang terapung di atas air akan
terhempas kemana-mana.

Dunia ini sebenarnya jika kita telususri dari segi pengertian bahasanya yang terambil dari kata
danâ, yang artinya adalah dekat, sebentar. Dari makna ini bisa dipahami bahwa dunia ini adalah
suatu tempat yang dekat lagi sebentar.

Hal ini dapat dirasakan ketika kita memakan makanan, yang merasakan lezat dan pahitnya
adalah hanya sampai pada tenggorokan saat sampai diperut, tidak bisa dibedakan rasanya mana
makanan yang lezat dan makanan yang tidak lezat. Itulah gambaran kehidupan dunia.
Sidang Jum’at yang dimuliakan Allah.
Salah satu penyebab kehilapan manusia adalah karena kecintaan terhap dunia. Orang yang sangat
mencintai dunia segala pikiran dan pandangannya selalu diukur oleh perhitungan dunia, bahkan
kadang-kadang ada di antara umat Islam melaksanakan urusan akhirat bukan sebenarnya tujuan
akhirat akan tetapi hanya sebagai pengelabuan kepada orang lain untuk mencapai cita-cita dunia.
Bangsa kita yang nota bene umat yang terbanyak adalah umat Islam, yang tentu saja agama kita
sangat mengharapkan prilaku umatnya berjalan sesuai dengan aturan agamanya.  tetapi sebuah
pertanyaan, adalah mengapa persoalan bangsa kita belum terselesaikan atau paling tidak ada titik
terang menuju suatu perubahan prilaku.
Bahkan tampaknya masih memprihatinkan prilaku sebagian masyarakat kita, baik masyarakat
maupun masyarakat pemegang kekuasaan yang sangat diharapkan bisa menegakkan aturan tetapi
justru seakan-akan mengambil satu prinsip “mumpung”.
Inilah budaya yang menggerogoti kehidupan bangsa kita, mumpun ada kesempatan, kapan lagi
dimanfaatkan kedudukan itu kalau bukan sekarang. Pada hal jabatan itu sebenarnya hanya
sebagai sebuah amanat bukan sebuah tujuan dan nantinya diakhirat akan dipertanyakan oleh
Allah :
‫كلكم راع وكلكم مسؤول عن رعيته‬
Mempertahankan kebenaran di negara kita adalah sesuatu yang sangat langkah lagi mahal. Ada
orang yang mau berjuang akan tetapi selalu diukur dengan materi, kalau tidak menguntungkan
bagi dirinya lebih baik bungkam atau diam daripada kedudukannya digeser.
Memang dunia ini manis rasanya dan enak dipandang,  maka manusia tertarik dengannya.
Betapa banyak manusia yang hanya memburu dunia setiap saat tidak mengenal waktu, siang dan
malam, panas dan dingin. Bahkan terbawa dalam mimpi.Pada hal apa yang diburunya itu belum
tentu menjamin dirinya untuk dapat mendapat ketenangan. Karena betapa banyak orang yang
punya harta yang melimpah, punya segala macam pasilitas dunia, punya mobil mewah, rumah
mewah, apa saja yang dia mau makan semua bisa dibelinya,  tetapi justru hidupnya tidak tenang
tidak bisa dinikmati.
Mobil mewahnya ada tapi tidak bisa dipakainya karena punya penyakit tidak bisa naik
kendaraan, makanannya apa saja yang diinginkan tetapi itu semua tidak bisa dimakannya kecuali
hanya sesendok nasi yang tak berlauk.
Sidang Jum’at yang berbahagia!
Agama Islam bukan berarti melarang kita untuk mencarinya, agama kita tetap memberikan
peluang seluas-luasanya bagi umat manusia untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya. Tidak
melarang untuk kaya. Akan tetapi cara mendapatkannya dan memanfaatkannya sesuai dengan
ajaran agama Islam dan tidak menjadi segala-galanya. Demikian pula jangan meninggalkan
dunia karena hanya terpokus kepada ibadah kepada Allah.
Agama kita mensinyalir bahwa dunia adalah sarana untuk mendapatkan kehidupan akhirat yang
lebih baik.Dunia ini dengan segala fasilitasnya kita yang seharusnya mengendalikan bukan dia
yang mengatur kita.
Harta yang kita miliki janganlah ia yang mengatur dan memperbudak kita,  karena mobil kita
yang bagus setiap hari dilap dan dicuci, sementara diri kita, hati kita tidak pernah dibersihkan
melalui dengan zikir-zikir atau beribadah kepada Allah, kalaupun dilakukan hanya dengan sangat
terpaksa atau merasa malu dengan sesamanya.
Padahal semestinya rasa malu itu jauh lebih didahulukan kepada Allah daripada manusia. Karena
seseorang yang malu kepada Allah pasti juga malu terhadap manusia tidak sebaliknya. Jadi harta
itu kita yang mengaturnya dan memanfaatkannya bukan kita yang dimanfaatkan.
Jika umat Islam sudah menomorsatukan dunia di atas segala-galanya, enggan menyuarakan
kebenaran dan melarang kemungkaran maka Allah akan mencabut kebesaran Islam dari
permukaan bumi ini dan mencabut keberkahan wahyu.
Ketika umat Islam sangat mencintai dunia dengan sendirinya pasti muncul sifat kedua yaitu takut
akan mati. Pertanyaan yang muncul adalah mengapa mereka takut mati? Padahal semua yang
namanya makhluk pasti akan mati sekalipun bersembunyi di balik batu besar dan benteng yang
tertutup rapat-rapat.
ٍ ‫ت َولَوْ ُك ْنتُ ْم فِي بُر‬
‫ُوج ُم َشيَّ َد ٍة‬ ُ ْ‫أَ ْينَ َما تَ ُكونُوا يُ ْد ِر ُك ُك ُم ْال َمو‬
Orang takut mati mungkin karena takut meninggalkan hartanya atau mungkin belum ada
persiapan dalam menghadapi kematian.
Takut mati termasuk salah satu di antara penyakit umat manusia dalam perjuangannya. Sebab
dalam perjuangannya selalu diliputi oleh rasa kekhawatiran akan terkena resiko. Akibatnya mau
berjuang asal tidak ada resiko yang menimpa, asal dirinya selamat, dan untuk menyelamatkan
diri maka dalam memperjuangkan Islam kadang memutar balikkan fakta. yang hak dinyatakan
batil, yang batil dinyatakan hak.
Orang kecil bersalah ditetapkan hukuman yang berat, sementara yang besar yang bersalah
dinyatakan benar atau bebas dari jeratan hukum. Hukum ibarat pisau hanya sebelah yang bisa
mengiris benda. Padahal di dalam ajaran agama kita bahwa semua orang sama didepan hukum.
Hal ini kita dapat menyaksikan di tengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara di bumi
Indonesia yang kita cintai, dimana keadilan yang merupakan suatu ajaran asasi dalam agama
Islam bahkan semua agama adalah sesuatu hal yang sangat  mahal, nyaris barang yang namanya
keadilan hampir menghilang dipersada Indonesia.
Padahal kita harus sadari dan membuka mata lebar-lebar serta mengambil ibrah beberapa
peristiwa yang terjadi, baik peristiwa alam (tsunami yang terjadi di Aceh dan sebagian daerah
sumatera utara di susul lagi gempa bumi) maupun kejadian non-alam (pengeboman, penyakit
busng lapar, dsb) itu semua adalah peringatan bagi kita semua dari Allah. Banyak lagi contoh
lain yang terhampar di depan mata kita.
Oleh karenanya, marilah kita semua mengintrospeksi diri, khususnya bagi para pemimpin bangsa
ini, mulai dari tingkat yang paling atas sampai kepada tingkat serta semua masyarakat Indonesia
untuk bersama-sama menata kembali bangsa kita ini dengan baik. Para pemimpin jalankanlah
tugas kepemimpinannya yang berpihak kepada rakyat bukan berpihak kepada kekuasaan,
demikian pula rakyat mendengar dan mentaati aturan-aturan yang ada. Kalau semua berjalan
dengan baik maka janji Allah akan kita dapatinya, yaitu berupa keberkahan dari bumi dan langit.
sebagimana firman-Nya
َ‫ض َولَ ِك ْن َك َّذبُوا فَأَخ َْذنَاهُ ْم بِ َما َكانُوا يَ ْك ِسبُون‬ ِ ْ‫ت ِمنَ ال َّس َما ِء َواأْل َر‬
ٍ ‫ولَوْ أَ َّن أَ ْه َل ْالقُ َرى َءا َمنُوا َواتَّقَوْ ا لَفَتَحْ نَا َعلَ ْي ِه ْم بَ َر َكا‬.
َ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat
Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”.
Berkah ini sering kita jadikan tujuan hidup di samping mencari ridho Allah. Keberkahan
membuat hidup kita menjadi bahagia. Di pesantren, kita diajarkan yang penting mencari berkah,
bukan sekadar kepintarannya. Kalau sekadar pintar saja tetapi tidak berkah maka ilmu tersebut
bisa menjadi malapetaka.

Orang tua kita juga memberi pesan agar dalam hidup, yang kita cari adalah berkah. Dan berkah
ini tidak selalu berkorelasi dengan banyaknya harta yang kita miliki. Ada sebuah hadits yang
sering dijadikan doa, terutama kepada pengantin yang seringkali dijadikan sebuah kutipan dalam
undangan pernikahan.

‫ك َعلَ ْيكَ َو َج َم َع بَ ْينَ ُك َما‬


َ ‫ار‬ َ َ‫بَا َركَ هللاُ ل‬
َ َ‫ك َوب‬

Artinya: “Semoga Allah memberi berkah untukmu, memberi bekas atasmu, dan menghimpun
yang terserak di antara kalian berdua.” (HR At-Turmudzi)

Dalam kajian ilmu Nahwu kalimat “laka”, itu digunakan untuk hal-hal yang sifatnya
menguntungkan atau menyenangkan. Kalau yang tidak enak, menggunakan kata “alaika”.
Ternyata, bahasa laka dan alaika digunakan oleh Rasulullah dalam hadits tersebut supaya orang
itu mendapat keberkahan baik dari hal yang enak maupun yang tidak enak. Semuanya ada nilai
keberkahannya. Bagi sementara orang, keberkahan itu sesuatu yang enak secara fisik saja.
Padahal bisa jadi, yang tidak enak itu lah yang sebenarnya menjadi berkah.

Misalnya, setelah menjadi seorang anggota DPR harus masuk penjara. Ini menunjukkan sesuatu
yang tampaknya enak, berupa jabatan tinggi yang dihormati banyak orang, ternyata malah
membawa bencana. Orang sakit juga bisa mendapat keberkahan karena dengan beristirahat,
maka ia memiliki kesempatan untuk mengevaluasi dirinya, momen yang tai a peroleh lantaran
kesibukan dirinya. Ini menunjukkan bahwa antara yang menguntungkan dan tidak
menguntungkan, sama-sama mendapat peluang mendapat keberkahan.

Bertambahnya sesuatu juga belum tentu membawa kebaikan jika tidak mendekatkan diri kepada
Allah. Orang yang tambah umurnya belum tentu lebih berkah, orang yang tampak rezekinya juga
belum tentu tambah berkah. Demikian pula, orang yang tambah ilmu juga belum tentu
mendapatkan berkah jika ilmu tersebut hanya menjadi kebanggaan diri, bukan untuk diajarkan
kepada orang lain atau untuk menambah keimanan kepada Allah.

‫ى لَ ْم يَ ْز َد ْد ِمنَ هللاِ إِاّل بُ ْعدًا‬


ً ‫ازدَا َد ِعل ًما َولَ ْم يَ ْز َد ْد هُد‬
ْ ‫َم ِن‬

Artinya, Barangsiapa bertambah ilmunya namun tidak bertambah petunjuk yang ia raih, niscaya
dia hanya menambah jauh jarak dari Allah

Jadi ilmu tambah bukan berarti semakin dekat dengan Allah. Ini adalah cerminan dari ilmu yang
tidak berkah.

Jama’ah Jum’ah yang dimuliakan Allah,

Berkah itu maknanya kebahagiaan. Orang berbahagia itu sering diukur hanya dari ukuran
fisiknya. Benarkah demikian? Dalam pandangan agama, tanda-tanda kebahagiaan tidak selalu
yang tampak secara dhahir. Karena tampilan lahiriah sejumlah orang bisa saja seolah bahagia,
tapi batin mereka menderita.

ً‫ق لَ ُكم ِّم ْن أَنفُ ِس ُك ْم أَ ْز َواجًا لِّتَ ْس ُكنُوا إِلَ ْيهَا َو َج َع َل بَ ْينَ ُكم َّم َو َّدةً َو َرحْ َمة‬
َ َ‫و ِم ْن آيَاتِ ِه أَ ْن َخل‬

"Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu
sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu
rasa kasih dan sayang. (QS: al-Rum 21)

Sebagai salah satu tanda kekuasaan Allah adalah Ia menciptakan istri-istri yang dapat
menentramkan jiwa dan menciptakan kasih sayang antara keduanya. Kebahagian rumah tangga
bukan terletak pada kecantikan istri atau kekayaan suami. Misalnya, apa iya kalau punya istri
cantik terus berbahagia. Mungkin iya, tetapi mungkin saja tambah pusing. Belum tentu mendapat
kebahagiaan. Betapa banyak pasangan cantik rupawan yang justru berakhir pada perceraian.
Bahkan rata-rata penggugat dating dari perempuan. Ini bukti bahwa mereka tidak bahagia.
Karena itu, hal yang bersifat dhahir menarik tidak menjamin rasa bahagia. Standar untuk menilai
kebahagiaan keluarga tidak dilihat dari harta apa yang dimiliki, tetapi apakah suami istri tersebut
memiliki akhlak yang baik. Jika mereka memiliki akhlak yang mulia, insyaallah mereka akan
berbahagia.

Keberkahan bisa kita raih dengan senantiasa mendekatkan diri kita kepada Allah subhanahu
wata’ala seraya terus menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji, seperti syukur, qana’ah, gemar
bersedekah, berbakti kepada kedua orang tua, dan lain-lain.
Sejenak Sore:
*Hamba2 pecinta Alloh*
Al-kisah ada ahli ibadah bernama Abu bin Hasyim yang kuat sekali tahajudnya. Hampir
bertahun-tahun dia tidak pernah absen melakukan sholat tahajud.
Pada suatu ketika saat hendak mengambil wudhu untuk tahajud, Abu dikagetkan oleh
keberadaan sesosok makhluk yg duduk di bibir sumurnya.
Abu bertanya,
 “Wahai hamba Alloh, siapakah Engkau ?”.
👤

Sambil tersenyum, sosok itu berkata;


“Aku Malaikat utusan Alloh”
💭

Abu Bin Hazim kaget sekaligus bangga kerana kedatangan tamu malaikat mulia. Dia lalu
bertanya,
 “Apa yang sedang kamu lakukan di sini ?”
👤

Malaikat itu menjawab,


 “Aku disuruh mencari hamba pencinta Alloh”
💭

Melihat Malaikat itu memegang kitab tebal, 


Abu lalu bertanya;
 “Wahai Malaikat, buku apakah yg kau bawa ?”
👤

Malaikat menjawab;
 “Ini adalah kumpulan nama hamba2 pencinta Alloh.”
💭

Mendengar jawaban Malaikat, Abu bin Hasyim berharap dalam hati namanya ada disitu. Maka
ditanyalah Malaikat itu.
 “Wahai Malaikat, adakah namaku disitu ?” 
👤

Abu berasumsi bahawa namanya ada di buku itu, mengingat amalan ibadahnya yang tidak kenal
putusnya. Selalu mengerjakan sholat tahajud setiap malam, berdo’a dan bermunajat pada Alloh
SWT di sepertiga malam.
 “Baiklah, aku buka,” 
💭

kata Malaikat sambil membuka kitab besarnya.


Dan ternyata Malaikat itu tidak menemukn nama Abu di dalamnya. Tdk percaya, Abu bin Hazim
meminta Malaikat mencarinya sekali lagi.
💭“Betul, namamu tdk ada di dalam buku ini!” kata Malaikat. 
Abu bin Hazim pun gemetar dan jatuh tersungkur di depan Malaikat. Dia menangis sejadi-
jadinya.
👤“Rugi sekali diriku yang selalu tegak berdiri di setiap malam dalam tahajud dan bermunajat.
tetapi namaku tidak masuk dalam golongan para hamba pecinta Alloh,” ratapnya.
Melihat itu, Malaikat berkata,
💭 “Wahai Abu bin Hasyim ! Bukan aku tidak tahu engkau bangun setiap malam ketika yg lain
tidur. mengambil air wudhu dan kedinginan pada saat orang lain terlelap dalam buaian malam.
Tapi tanganku dilarang Alloh menulis namamu.”
👤 “Apakah gerangan yg menjadi penyebabnya ?” 
tanya Abu bin Hasyim.
💭“Engkau memang bermunajat kapada Alloh, tapi engkau pamerkan dengan rasa bangga ke
mana-mana dan asyik beribadah memikirkan diri sendiri. Di kanan kirimu ada orang sakit atau
lapar, tidak engkau tengok dan beri makan. Bgmn mungkin engkau dapat menjadi hamba pecinta
Alloh kalau engkau sendiri tdk pernah mencintai hamba-hamba yang diciptakan Alloh ?”
kata Malaikat itu.
Abu bin Hasyim spt disambar petir di siang bolong. Dia tersadar hubungan ibadah manusia
tdklah hanya kpd Alloh semata (hablumminAlloh), tetapi juga ke sesama manusia
(hablumminannâs) dan alam.
Semoga kita menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat.
*Robbana Taqobbal Minna*
Ya Alloh terimalah dari kami (amalan kami), aamiin

Anda mungkin juga menyukai