Anda di halaman 1dari 1

Halaman 46.

Sesederhana apapun karya seni itu dibuat entah dibuat kemarin atau seribu tahunyang
lalu, tentu boleh disimak (di-observasi) oleh siapapun itu dan merupakan masalah artisik yang
menarik untuk dipecahkan. Karya sastra tidak bias ditelaah, diuraikan kekhasannya, dan dinilai
tanpa dukungan prinsip kritik sastra. “Seorang sejarawan sastra harus menjadi kritikus sebelum
menjadi sejarawan “ “(The literary historian must be a critic even in order to be an historian).

Sejarah sastra sangatlah penting untuk kritik sastra, maksudnya kalau kritik hendak
bergerak lebih jauh dari sekadar pernyataan suka dan tidak suka. Apabila seorang kritikus tidak
peduli dengan hubungan sejarah akan meleset penilaiannya. Begitu juga ia akan tidak
mengetahui apakah karya itu asli atau tiruan. Apalagi yang buta sejarah, ia akan cenderung salah
dalam pemahamannya atas karya sastra. Jika kritikus tidak dibekali pengetahuan sejarah yang
cukup ia akan cenderung membuat tebakan yang sembrono, atau memperpuas dirinya melalui
pengalaman membaca dan berpetualang diantara mahakarya. Pada umumnya juga kritikus jenis
ini sering membicarakan karya kuno yang dianggapnya bagian para antikuarian (kolektor naskah
kuno) dan filolog.

Adapun 1 kasus yang perlu diperhatiakan yaitu sastra Abad Pertengahan, terutama di
Inggris (dengan perkecualian karya Chaucer), yang jarang diperhatikan dan didekati secara
estetis. Sudut pandang modern akan memberikan perspektif baru pada puisi Anglo Saxon atau
puisi lirik Abad Pertengahan yang kaya. Sebaliknya, pendekatan sejarah dan penelitian masalah
genetic dapat membantu pemahaman sastra kontemorer. Pemisahan kritik sastra dan sejarah
sastra seperti yang sering terjadi sangat merugikan keduanya

Anda mungkin juga menyukai