Anda di halaman 1dari 34

Konsep Dasar ISPA

1. Pengertian ISPA
ISPA adalah penyakit akut yang menyerang salah satu bagian atau
lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli
saluran bawah, termasuk jaringan adreksya seperti sinus-sinus rongga
telinga tengah dan pleura (Depkes RI, 2002).
Pengertian lain dari ISPA adalah sebagai berikut menurut
Nelson,1999. ISPA adalah infeksi yang terutama mengenai struktur
saluran diatas Laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian
saluran atas dan bawah secara stimulant berurutan. Infeksi Saluran
Pernafasan Akut atau ISPA adalah Infeksi Saluran Pernafasan yang
berlangsung dalam jangka waktu sampai dengan 14 hari. Yang dimaksud
saluran pernapasan adalah organ dari hidung sampai alveoli beserta
organ-organ adreksanya, misalnya sinus, ruang telinga tengah, pleura
(Ismail Djauhar, 1996).

2. Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan
richetsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus:
a. Streptococcus,
b. Staphylococcus,
c. Pneumococcus,
d. Haemophylus,
e. Bordetella dan Corinebacterium.
Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus,
Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus dan
lain-lain.
Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap
kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status
gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan
yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran

1
pernapasannya. Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi
saluran pernapasan bagian atas dan bawah, asma dan ibro kistik,
menempati bagian yang cukup besar pada lapangan pediatri. Infeksi
saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus,
sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim
dingin.

3. Cara Penularan Penyakit ISPA


Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah
tercemar, bibit penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh
karena itu maka penyakit ISPA ini termasuk golongan Air Borne
Disease. Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara penularan
yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda
terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula
menular melalui kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang
sebagian besar penularannya adalah karena menghisap udara yang
mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme penyebab. Penularan
penyakit ISPA dapat terjadi melalui:
1. Polusi udara
2. Asap Rokok
3. Bibit penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernafasan
4. Asap pembakaran bahan bakar kayu yang biasanya digunakan untuk
memasak

4. Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat mepengaruhi terjadinya ISPA terutama
pada keluarga yaitu meliputi kuman penyebab, keadaan lingkungan,
kondisi keadaan sosial ekonomi, gizi (nutrisi), imunisasi dan perilaku
keluarga.
1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
PHBS merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit
ISPA.Perilaku bersih dan sehat tersebut sangat dipengaruhi oleh

2
budaya dan tingkat pendidikan penduduk. Dengan makin
meningkatnya tingkat pendidikan di masyarakat diperkirakan akan
berpengaruh positif terhadap pemahaman masyarakat dalam menjaga
kesehatan Balita agar tidak terkena penyakit ISPA yaitu melalui
upaya memperhatikan rumah sehat dan lingkungan sehat.
2. Keadaan lingkungan9
Pemukiman dapat menjadi reservoir penyakit bagi
keseluruhan lingkungan, pemeliharaan rumahpun dapat
mempengaruhi penghuninya. Segala fasilitas yang disediakan,
apabila tidak dipelihara dengan baik akan menyebabkan terjadinya
penyakit. Contoh : lantai yang sering kali tidak dibersihkan, banyak
mengandung debu dan tanah yang berasal dari berbagai tempat yang
mengandung bakteri atau pun zat-zat yang menimbulkan alergi.
Selain itu dari segi kesehatan kepadatan penghuni juga sangat
bermakna pengaruhnya, karena sebetulnya kepadatan sangat
menentukan insidensi penyakit maupun kematian dimana penyakit
menular masih banyak sekali terdapat penyakit pernafasan dan
semua penyakit yang menyebar lewat udara menjadi mudah sekali
menular. Kemudian asap dari dapur maupun dari udara kotor diluar
rumah juga menentukan terjadinya penyakit saluran pernafasan
(Slamet,1998).
Berkaitan dengan bagian-bagian rumah, ventilasi rumah
mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah agar aliran udara
dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan
oksigen yang diperlukan penghuni rumah tersebut terjaga.
Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen didalam
rumah, yang berarti kadar karbondioksida yang bersifat rawan bagi
penghuninya menjadi meningkat. Disamping itu tidak cukupnya
ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara didalam ruangan
naik. Kelembaban ini akan menjadi baik bagi patogen-patogen
(bakteri penyebab penyakit).

3
Fungsi kedua dari pada ventilasi udara adalah masuknya
cahaya matahari pada ruangan dan bakteri-bakteri terutama bakteri
patogen mati karena disitu selalu terjadi aliran udara yang terus
menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir.
Rumah yang sehat juga memerlukan cahaya yang cukup, tidak
kurang dan tidak terlalu banyak. Kurangnya udara yang masuk ke
dalam ruangan rumah, terutama cahaya matahari di samping kurang
nyaman, juga merupakan media/tempat yang baik untuk hidup dan
berkembangnya bibit-bibit penyakit. Cahaya ini sangat penting
karena dapat membunuh bakteri-bakteri pathogen di dalam rumah.
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup, untuk penghuni di
dalamnya artinya luas lantai bangunan rumah tersebut harus
disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak
sebanding dengan penghuninya akan menyebabkan penjubelan (over
croweded ). Hal ini tidak sehat sebab di samping menyebabkan
kurangnya oksigen juga bila salah satu keluarga terkena penyakit
infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain
(Notoatmojo, 1997).
3. Kondisi ekonomi
Dengan adanya alasan keadaan ekonomi yang kurang akan
menyebabkan menurunya kemampuan menyediakan lingkungan
pemukiman yang sehat, serta kurangnya untuk memenuhi hidup
sehat mendorong peningkatan jumlah balita yang rentan terhadap
berbagai serangan penyakit menular termasuk ISPA. Pada akhirnya
akan mendorong meningkatnya penyakit ISPA pada balita (Depkes
RI, 2002).
4. Gizi (nutrisi)
Gizi yang baik pada umumnya akan meningkatkan resistensi
tubuh terhadap penyakit-penyakit infeksi, tetapi sebaliknya
berkurangnya gizi berakibat kerentanan seseorang terhadap penyakit
– penyakit infeksi (Notoatmojo, 1997).
5. Imunisasi

4
Upaya pencegahan merupakan komponen strategi dalam
pemberantasan pneumonia pada anak terdiri atas pencegahan melalui
upaya imunisasi dan pencegahan non imunisasi. Progam
pengembangan.
6. Perilaku keluarga
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan modal utama dalam
pencegahan penyakit ISPA. Perilaku yang sehat dan bersih sangat
dipengaruhi oleh budaya dan lingkungan pendidikan keluarga.
Dengan makin meningkatnya tingkat pendidikan pada keluarga akan
berpengaruh positif terhadap meningkatnya pemahaman masyarakat
dan keluarga dalam menjaga kesehatan bayi dan balita agar tidak
terkena penyakit ISPA yaitu melalui upaya memperhatikan rumah
sehat dan lingkungan sehat (Depkes RI, 2002).

5. Klasifikasi
Klasifikasi ISPA Menurut Depkes RI (1999) dibagi menjadi 3 yaitu :
1. ISPA Ringan
Tanda dan gejala : Batuk pilek, demam, tidak ada nafas cepat 40 kali
permenit, tidak ada tarikan dinding dada ke dalam.
2. ISPA Sedang
Tanda dan gejala : Sesak nafas, suhu lebih dari 39°C, bila bernafas
mengeluarkan suara seperti mengorok.

3. ISPA Berat
Tanda dan gejala : Kesadaran menurun, nadi cepat/tidak teraba,
nafsu makan menurun, bibir dan ujung jari membiru (sianosis).

6. Manifestasi Klinis
Menurut Depkes RI (2002), tanda dan gejala klasifikasi penyakit
ISPA dibagi berdasarkan jenis dan derajat keparahanya yang

5
digolongkan dalam 2 kelompok umur yaitu : bayi umur kurang dari 2
bulan dan umur 2 bulan sampai dengan umur 5 tahun.
1. Bayi umur kurang 2 bulan
Untuk bayi umur kurang dari 2 bulan, tanda dan gejala
penyakit ISPA digolongkan menjadi dua klasifikasi penyakit:
Pneumonia berat : batuk atau juga disertai kesulitan bernafas, nafas
sesak/penarikan dinding dada sebelah bawah kedalam (severe care
indrowing), dahak berwarna kehijauan atau seperti karet. Klasifikasi
yang kedua yaitu bukan Pneumonia (batuk pilek) : tidak ada tarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam, tidak ada nafas cepat umur 2
bzulan sampai umur <12 bulan, kurang 50 kali permenit > umur 1
tahun sampai 5 tahun kurang 40 kali permenit, kadang disertai
demam.
2. Anak umur 2 bulan sampai umur 5 tahun
Tanda dan gejala ISPA untuk anak yang berumur 2 bulan
sampai 5 tahun digolongkan menjadi 3 klasifikasi penyakit yaitu :
a. Pneumonia berat
Batuk atau juga disertai kesulitan bernafas, nafas
sesak/penarikan dinding dada sebelah bawah kedalam (severe
care indrowing), dahak berwarna kehijauan atau seperti karet.
b. Pneumonia
Berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam saat bernafas, bersama dengan peningkatan frekwensi
nafas) perkusi pekak, fremitur melemah, suara nafas melemah
dan ronki.

c. Bukan Pneumonia (batuk pilek)


Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam,
tidak ada nafas cepat umur 2 bulan sampai <12 bulan kurang 50
kali permenit, > umur 1 tahun sampai 5 tahun kurang 40 kali,
kadang disertai demam.

6
7. Patofisiologi
Etiologi ISPA terdiri dari lebih 300 jenis bakteri, virus dan riketsia
bakteri penyebab ISPA antara lain dari genus streptokokus, stafilikokus,
pnemokokus, hemorilus, bordetelle, adenovirus, korinobakterium. Virus
penyebab ISPA antara lain adalah golongan miksovirus, adenovirus,
koronavirus, pikornavirus, mikoplasma, herpes virus dan lain – lain.
Virus merupakan penyebab tersering infeksi saluran pernafasan, mereka
menginfeksi mukosa hidung trachea dan bronkus. Infeksi virus primer
pertama kali ini akan menyebabkan mukosa membengkak dan
menghasilkan banyak mucus lendir dan terjadilah akumulasi sputum di
jalan nafas.
Pembengkakan mukosa dan produksi lendir yang meningkat ini
akan menghambat aliran udara melalui pipa-pipa dalam saluran nafas.
Batuk merupakan tanda bahwa paru-paru sedang berusaha mengeluarkan
lendir dan membersihkan pipa pernafasan karena batuk merupakan suatu
refleks produktif yang timbul akibat iritasi percabangan trakheobronkial.
Kemampuan untuk batuk merupakan mekanisme yang penting untuk
membersihkan saluran nafas bagian bawah. Bila seseorang mengalami
infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Batuk akan menyebabkan sedikit
sputum dalam bentuk percikan ke udara. Orang – orang yang berada
sangat dekat dengan pasien ini akan menghirup udara yang sudah tidak
bersih ini. Inilah caranya bagaimana infeksi saluran nafas menyebar ke
orang lain. Karena penularan dapat melalui percikan ludah (droplet), dan
tebaran di udara (aerosol) (Ganong, 2000).
Bakteri dapat berkembang dengan mudah dalam mukosa yang
sudah terserang virus, infeksi bakteri sekunder ini menyebabkan
terbentuknya nanah dan memperburuk penyakit. Kadang – kadang
infeksi ini menyebar ke bawah laring dan menyebabkan radang paru-
paru (pneumonia). Bila menyerang laring dan saluran nafas bagian
bawah sangat berbahaya karena pipa-pipa ini menjadi lebih sempit dan
lebih mudah tersumbat. Tetapi jika laring, bronkus dan bronkiolus
tersumbat udara tidak dapat masuk ke dalam alveoli dan keadaan ini

7
akan membuat sakit lebih parah terjadinya akumulasi secret di bronkus
dan alveolus dapat menimbulkan sesak nafas dengan tanda-tanda
wheezing, terdapat tarikan dinding dada ke dalam, pernafasan cepat dan
cuping hidung kembang kempis. Hal tersebut merupakan mekanisme
untuk memperoleh oksigen yang cukup untuk tubuh. Kadang-kadang
infeksi menyebar ke telinga tengah dan menyebabkan peradangan
telingga bagian tenggah (otitis media) (Biddulph, 1999).
Selain itu infeksi dapat menyebabkan demam, batuk pilek dan sakit
tenggorokan serta mungkin tidak mau makan. Pathogenesis demam
berasal dari toksin bakteri. Misalnya : Endotoxin yang bekerja pada
monosit, makrofag dan sel-sel kupffer untuk menghasilkan beberapa
macam sitoksin yang bekerja sebagai pirogen endogen kemudian
mengaktifkan daerah preptik hipotalamus, sitokin juga dihasilkan dari
sel-sel SSP (system syaraf pusat) apabila terjadi rangsangan oleh infeksi
dan sitoksin tersebut mungkin bekerja secara langsung pada pusat-pusat
pengatur suhu. Demam yang ditimbulkan oleh sitoksin mungkin
disebabkan oleh pelepasan prostaglandin ke dalam hipotalamus yang
menyebabkan demam. Infeksi bakteri dalam pembuluh darah juga dapat
menyebabkan komplikasi misalnya, meningitis purulenta dll (Suzanne,
2001).

8. Komplikasi
Kondisi yang memberat dan tujuan penanganan pada ISPA
menurut Ngastiyah (1996), adalah ISPA merupakan self limited disiese
yang sembuh sendiri 5-6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lain.
Komplikasi yang dapat terjadi adalah sinusitis paranasal, penutupan tuba
eustachi, dan penyebaran infeksi. Sinusitis paranasal : komplikasi ini
hanya terjadi pada anak besar karena pada bayi dan anak kecil sinus
paranasal belum tumbuh. Gejala umum tampak lebih berat, nyeri kepala
bertambah, rasa nyeri dan nyeri tekan biasanya di daerah sinus frontalis
dan maksilaris. Diagnosis ditegakan dengan pemeriksaan foto rontgen
dan transluminasi (pada anak besar). Kadang-kadang disertai sumbatan

8
hidung, nyeri kepala hilang timbul, bersin yang terus menerus disertai
secret purulen dapat unilateral maupun bilateral. Bila didapatkan
pernafasan mulut yang menetap dan rangsang faring yang menetap tanpa
sebab yang jelas perlu dipikirkan terjadinya komplikasi sinusitis.
Sinusitis paranasal ini dapat diobati dengan diberikan antibiotic.
Penutupan tuba Eustachi : Tuba Eustachi yang buntu memberi
gejala tuli, dan infeksi dapat menembus langsung ke daerah telinga
tengah dan menyebabkan otitis media akut (OMA). Gejala OMA pada
anak kecil dan bayi dapat disertai suhu badan yang tinggi
(Hiperpireksia), kadang menyebabkan kejang demam, anak sangat
gelisah, terlihat nyeri bila kepala digoyangkan atau memegang
telinganya yang nyeri (pada bayi juga dapat diketahui dengan cara
menekan telinganya dan bayi biasanya akan menangis dengan keras).
Kadang-kadang hanya ditemui gejala demam, gelisah juga disertai
muntah atau diare. Karena bayi yang menderita batuk pilek sering
menderita infeksi pada telinga tengah sehingga menyebabkan terjadinya
OMA dan juga dapat menyebabkan kejang demam, maka bayi perlu
dikonsulkan di bagian THT. Biasanya bayi dilakukan parasintesis jika
setelah 48-72 jam diberikan antibiotika jika keadaan tidak membaik.
Parasintesis (penusukan selaput telinga) dimaksudkan untuk mencegah
membrana tympani pecah sendiri dan terjadi otitis media perforate
(OMP).
Penyebaran infeksi : penjalaran infeksi skunder dari nasofaring kearah
bawah dapat menyebabkan radang saluran nafas bagian bawah seperti
laryngitis, trakeitis, bronchitis dan bronkopnemonia. Selain itu dapat pula
terjadi komplikasi jauh misalnya terjadi meningitis purulenta.

9. Penatalaksanaan
1. Nonfarmakologi
Penatalaksanaan ISPA menurut (MTBS, 2005) menurut jenis dan
derajat keparahanya yaitu:
a. Bukan pneumonia

9
1) Ibu diminta memperhatikan timbulnya tanda-tanda yang
mengarah pada pneumonia selain 3 gejala pokok yaitu : nafas
cepat, sukar bernafas, tidak bisa minum atau menetek,
bertambah parah, timbul demam. Jelaskan dengan kata-kata
yang dimengerti ibu jika ibu tidak mengerti mungkin ibu
tidak akan kembali pada waktu anak menderita pneumonia
dan anak mungkin akan meninggal.
2) Kunjungan anak sehat berikutnya
Nasehati ibu kapan harus kembali ke klinik untuk pemberian
imunisasi dan suplemen vitamin A kecuali jika telah terlalu
banyak hal yang harus diingat ibu dan ibu memang harus
kembali.
3) Menasehati ibu tentang kesehatannya sendiri
Pada kunjungan sewaktu anak sakit, tanyakan apakah ibu
sendiri mempunyai masalah. Ibu mungkin membutuhkan
pengobatan atau rujukan untuk masalah kesehatannya sendiri
yaitu : jika ibu sakit beri perawatan untuk ibu atau dirujuk,
jika ibu mempunyai permasalahan dengan payudaranya
(pembengkakan, nyeri pada putting susu, infeksi payudara)
beri perawatan atau dirujuk untuk pertolongan lebih lanjut,
nasehati pada ibu untuk makan makanan yang bergizi untuk
memjaga kekuatan dan kesehatan dirinya.
b. Pneumonia
Kunjungan ulang untuk pneumonia. Setiap anak dengan
pneumonia harus kembali ke petugas kesehatan setelah 2 hari
untuk kunjungan ulang yaitu : periksa adanya tanda bahaya umum,
periksa untuk batuk atau adanya sukar bernafas. Tanyakan pada ibu
: apakah anak bernafas lebih lambat? Apakah nafsu makan anak
membaik?
Tindakan:

10
a) Jika ada tanda bahaya umum atau tarikan dinding dada ke
dalam, beri 1 dosis antibiotic pilihan kedua atau suntikan
kloramfenikol. Selanjutnya rujuk segera.
b) Jika frekwensi atau nafsu makan anak tidak menunjukkan
perbaikan gantilah dengan menggunakan antibiotik pilihan
kedua dan anjurkan pada ibu untuk kembali dalam 2 hari bila
anak sudah mendapat kotrimoksazol ganti dengan amoxillin.
c) Jika nafas melambat atau nafsu makannya membaik lanjutkan
pemberian antibiotic hingga seluruhnya 5 hari dan pastikan
ibu mengerti pentingnya menghabiskan obat itu walaupun
keadaan anak sudah membaik (WHO,2002)

11
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA

I. IDENTITAS UMUM KELUARGA


a. Identitas Kepala Keluarga :
Nama : Tn. N Pendidikan : SD tidak tamat
(kelas 2)
Umur : 56 Tahun Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam Alamat : Dukuwaluh RT 01
RW 02 Purwokerto,
Banyumas
Suku : Jawa/Indonesia No.Telp :-

b. Komposisi Keluarga
No. Nama L/P Umur Hub.Keluarg Pekerjaan Pendidikan
a
1. Ny. W P 40 Th Istri IRT SD
2. An. F P 11 Th Anak Pelajar SD
3. An. A L 4 Th Anak Blm -
4. R P 12 Th Keponakan sekolah SD
Pelajar

12
c. Genogram

56 40

12

11 4

Keterangan :
: wanita

: klien

: meninggal dunia

: laki-laki

: garis keturunan

d. Type Keluarga :
a) Jenis type keluarga : Keluarga Tn.N merupakan keluarga dengan tipe
keluarga Extended Family (keluarga besar) dimana terdiri dari
keluarga inti bapak, ibu dan anak ditambah keponakan .

13
b) Masalah yang terjadi dengan type tersebut :
Dalam keluarga Tn. N khususnya pada An. A umur 4 tahun
mengidap batuk, pilek sudah 5 hari yang lalu. Menurut keterangan Ny.
W mengatakan bahwa An. A sudah minum obat beli di apotik.
e. Suku Bangsa :
a) Asal suku bangsa : Keluarga Tn. N termasuk dalam suku Jawa dan
kewarganegaraan Indonesia
b) Budaya yang berhubungan dg kesehatan : percaya adanya adat istiadat
yang mengikat dan memegang teguh tradisi yang ada di wilayah tempat
tinggalnya.
f. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan :
Keluarga Tn. K beragama Islam, taat dalam menjalankan ibadah.
Keluarga Tn. K menganggap bahwa agama adalah keyakinan akan adanya
Tuhan dan manusia sebagai hambanya harus mengabdi dengan
menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Keyakinan yang
dianut dalam keluarga Tn. K tidak ada yang bertentangan dengan
kesehatan.
g. Status Sosial Ekonomi Keluarga :
a) Anggota keluarga yang mencari nafkah : Tn. N
b) Penghasilan : Rp. 500.000 – Rp 1000.000,-
c) Harta benda yang dimiliki (perabot, transportasi, dll) :
TV, alat-alat perlengkapan masak , sepeda motor dan lain-lain.
d) Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan : Tidak menentu
h. Aktivitas Rekreasi Keluarga : Kegiatan waktu luang keluarga adalah
nonton TV bersama.

II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua) :
Tahapan perkembangan dengan anak sekolah dimana anak An. F dari
Tn N berumur 11 thn dan sekolah SD. Tn. N bekerja sebagai buruh yang
berangkat  pagi dan pulang sore hari.

14
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya :
Memenuhi kebutuhan dasar keluarga yang meningkat, termasuk biaya
kehidupan dan kesehatan anggota keluarga (makan seadanya, mainan anak
cuma 3, pakaian kurang, alat sekolah, tidak ada fasilitas kamar mandi dan
WC, bila anak sakit terkadang hanya dibelikan obat apotik tanpa resep
dokter,bila tak sembuh baru diperiksakan ke Puskesmas).
c. Riwayat kesehatan keluarga inti :
a) Riwayat kesehatan keluarga saat ini :
Ny. W menyatakan An. A mengidap batuk, pilek sudah 5 hari
yang lalu dan sudah minum obat beli di apotik. Ny. W mengatakan bila
anak sakit, anak hanya dibelikan obat apotik apabila tidak sembuh
kemudian baru diperiksakan ke Puskesmas terdekat.
b) Riwayat penyakit keturunan :

c) Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga :


Imunisasi Tindakan
Keadaan Masalah
No Nama Umur BB (BCG/Polio/DPT yang telah
Kesehatan kesehatan
/HB/Campak) dilakukan
1. Tn. N 56 th 74 Baik Lengkap - Membantu
2. Ny. W 40 th 52 Baik Lengkap - pemeriksaan
3. An. F 11 th 30 Baik Lengkap - dipelayanan
4. An A 4 th 14 Sakit Lengkap ISPA kesehatan
5. An. R 12th 32 Baik Lengkap -

d) Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan :


Keluarga Tn.K mengutamakan kesehatan, sehingga jika ada salah
satu anggota keluarga yang sedang sakit bisa dicegah dengan obat-
obatan yang tersedia ataupun langsung merujuk ke puskesmas
terdekat.

d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya :

15
Dalam keluarga Tn. N ditemukan adanya penyakit menular TBC yang
pernah diidap oleh adik dan kakak dari Ny. W, serta adik ipar atau ibu dari
An. R. Bahkan ayahnya An.R meninggal dunia karena menderita penyakit
TBC.

III. PENGKAJIAN LINGKUNGAN


a. Karakteristik Rumah
a) Luas rumah : 6,5 x 8 m2
b) Type rumah : permanen
c) Kepemilikan : rumah milik sendiri (Tn. K)
d) Jumlah dan ratio kamar/ruangan : 3 kamar tidur, rung tamu, ruang
keluarga, dapur dan kamar mandi.
e) Ventilasi/jendela : Tiap kamar mempunyai jendela, namun sebagian
tidak dibuka sehingga siang hari tampak gelap ruangan yang lain tidak
ada ventilasi (jendela).
f) Pemanfaatan ruangan : Kondisi ruangan dalam rumah kurang tertata
rapi dan kurang bersih, rumah berdinding batu bata dan sudah
diplester, banyak pakaian yang bergantungan.
g) Septic tank : tidak memiliki jamban, sehingga bila BAB selalu di
sungai (kali) yang tidak jauh dari rumah sekitar 12 meter dari rumah.
h) Sumber air minum : Persediaan air bersih untuk minum dan memasak
diambil dari sumur. Air untuk minum dimasak terlebih dahulu.
i) Kamar mandi/WC : Terdapat kamar mandi berlantai semen, tetapi
tidak terdapat WC
j) Sampah : Sampah yang terkumpul dibuang ke sungai. Limbah RT
Keluarga Tn.N membuang di belakang rumah, air limbah yang
dihasilkannya dan dibiarkan meresap ke dalam tanah.
k) Kebersihan lingkungan :
Lingkungan rumah cukup luas dengan perabotan yang cukup jendela
dan meja kursi tampak  banyak debu. Halaman rumah dan ruangan
selalu disapu. Banyak pakaian yang bergantungan di kamar dan ruang
makan (di tembok). Jendela kamar jarang dibuka, sehingga siang hari

16
tampak gelap. Tn. N mengatakan mereka nyaman dengan kondisi
rumah yang sekarang. Kebiasaan Ny W memasak dengan kayu bakar
di dalam rumah dan asap pembakaran keluar lewat pintu.
b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
a) Kebiasaan :
Sebagian tetangga bekerja sebagai buruh, ibu rumah tangga dan
pedagang. Hubungan dengan anggota masyarakat tidak ada masalah.
Setiap bulan keluarga Tn. N mengikuti arisan yang diadakan oleh RT
dan setiap bulan sekali mengikuti rapat RT dan ronda malam seminggu
sekali.  Ny.R yaitu tetangga (belakang rumah) Tn.N menderita
penyakit TBC.
b) Budaya :
Bahasa yang dipergunakan dalam komunikasi antar anggota
keluarga dengan menggunakan bahasa jawa banyumasan. Keluarga
menguasai bahasa jawa dan bahasa Indonesia .
c. Mobilitas Geografis Keluarga :
Tn. N menetap di rumah atau tinggal di rumah yang telah dimilikinya kini,
dari warisan orang tua.
d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat:
Kegiatan berkumpul dengan keluarga, tanpa terganggu oleh kesibukan
masing-masing biasanya dilakukan pada waktu sore hari dan malam hari
yaitu dengan nonton TV bersama- sama. Jika dalam keluarga tersebut
sedang ada permasalahan maka akan di bahas bersama- sama. Di dalam
keluarga selalu melakukan musyawarah dalam mengambil keputusan.
Sedangkan interaksi dengan masyarakat atau tetangga sekitar baik Tn. N
dan Ny. W dalam bentuk arisan, kerja bakti dan atau pertemuan rutin
warga seperti pengajian dan PKK.
e. Sistem Pendukung Keluarga
Jumlah anggota keluarga 5 orang yaitu Tn.N, Ny.W, An.F, An. A dan
keponakannya An.R. Masyarakat sekitarpun juga sebagai pendukung yang
baik ketika keluarga ini sedang dalam kondisi sakit. Menurut Ny. W

17
biasanya warga masyarakat akan saling membantu, jika di antara warga
masyarakat ada yang membutuhkan pertolongan atau mempunyai hajat.
IV. STRUKTUR KELUARGA
a. Pola/cara Komunikasi Keluarga :
Pola hubungan komunikasi Tn. N dengan anggota keluarga lain
termasuk dengan anaknya tampak baik. Dalam berkomunikasi sehari- hari
Tn. N dan seluruh anggota keluarga yang lain menggunakan bahasa jawa
banyumasan dan hubungan antar anggota keluarga tampak baik dan akrab.
Selain itu, pola komunikasi yang diterapkan dalam keluarga ini dengan
menggunakan komunikasi terbuka, antar anggota keluarga jika ada
masalah atau ada sesuatu yang terlupa saling mengingatkan
b. Struktur Kekuatan Keluarga :
Didalam keluarga yang paling berperan dalam pengambilan keputusan
terhadap segala masalah terutama masalah kesehatan adalah Tn. N dengan
tidak mengesampingkan pendapat dari anggota keluarga lain. Saat An. A
kondisinya kurang baik maka Tn. N memutuskan untuk memeriksakan
anaknya ke puskesmas terdekat. Tn.N cukup mengatakan mampu
mengendalikan perilaku istri, dan anaknya. Demikian juga menurut Ny.W
jika jengkel dengan suami dan anaknya akan marah sebentar kemudian
setelahnya akan baik kembali
c. Struktur Peran (peran masing-masing anggota keluarga)
o Tn. N berperan sebagai kepala rumah tangga yang bekerja sebagai
buruh.
o Ny. W berperan sebagai ibu rumah tangga yang hanya mengurus
keluarga beserta anak-anaknya.
o An. F berperan sebagai anak dari pasangan Tn. N dan Ny. W yang
merupakan anak pertama  berperan sebagai anak sekolah.
o An A merupakan anak kedua dari pasangan Tn. N dan Ny. W berperan
sebagai anak pra sekolah.
o An. R berperan sebagai keponakan atau anak dari adik Ny. W yang
saat ini diasuh oleh keluarga Tn. N sejak kecil diasuh oleh Tn. N
karena ayah dari An. R meninggal dunia karena menderita TBC sejak

18
An. R masih kanak-kanak dan ibunya bekerja sebagai TKW di
Malaysia (terkadang ibunya pulang dan tinggal dikeluarga Tn. N,
biasanya pulang 6 bln-1 tahun sekali).

d. Nilai dan Norma Keluarga


Nilai yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah
norma/budaya Jawa, semua anggota keluarga beragama Islam dan
menjalankan ajaran agama, misalnya sholat 5 waktu, mengaji dan
sebagainya

V. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afektif :
Di antara anggota keluarga terdapat perasaan saling menyayangi dan
menghargai satu sama lainnya.
b. Fungsi sosialisasi
a) Kerukunan hidup dalam keluarga :
Hubungan antar anggota keluarga tampak baik dan akrab.
b) Interaksi dan hubungan dalam keluarga :
Biasanya antar anggota keluarga jika ada masalah atau ada sesuatu
yang terlupa saling mengingatkan
c) Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan :
Didalam keluarga yang paling berperan dalam pengambilan keputusan
terhadap segala masalah terutama masalah kesehatan adalah Tn.K
dengan tidak mengesampingkan pendapat dari anggota keluarga lain.
d) Kegiatan keluarga waktu senggang :
Kegiatan berkumpul dengan keluarga, tanpa terganggu oleh kesibukan
masing-masing biasanya dilakukan pada waktu sore hari dan malam
hari yaitu dengan nonton TV bersama- sama.
e) Partisipasi dalam kegiatan sosial :
Segala kegiatan baik arisan RT, PKK, pengajian ibu-ibu atau pengajian
bapak-bapak, kerja bakti dan kegiatan sosial yang ada baik Tn. K
maupun Ny.S selalu aktif mengikutinya.

19
c. Fungsi perawatan kesehatan
a) Pengetahuan dan persepsi keluarga tentang penyakit/masalah
kesehatan keluarganya :
Saat ditanya tentang kesehatan An.A, Ny. W mengatakan bahwa
An. A sudah mengidap batuk dan pilek 5 hari yang lalu.. Keluarga
sendiri sudah tahu tentang penyakit yang dialami oleh An. A yaitu
ISPA, tetapi penyebab, tanda gejala serta perawatannya dari pihak
keluarga belum tahu.
b) Kemampuan keluarga mengambil keputusan tindakan kesehatan yang
tepat :
Ny. W mengatakan kalau keluarganya sakit hanya diberikan obat
yang dibeli dari apotik, mereka beranggapan kalau dari keluarga tidak
merasakan gejala tidak enak badan maka keluarga Tn. N tidak
memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan. Tetapi anggota keluarga akan
pasti akan berobat jika ada anggota keluarga yang sakit. Pada keluarga
Tn. N khususnya pada An. A umur 4 tahun mengidap batuk, pilek
sudah 5 hari yang lalu. Menurut keterangan Ny. W mengatakan bahwa
An. A sudah minum obat beli di apotik. Tetapi kondisi An. A tidak
segera membaik, akhirnya keluarga membawanya ke puskesmas
terdekat.
c) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit :
Tn. N mengatakan jika ada anggota keluarganya yang sakit
akan diberi obat yang dibeli dari puskesmas, jika tidak ada perubahan
anggota keluarga yang sakit akan diperiksakan ke puskesmas terdekat.
d) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat :
Keluarga tidak tahu bagaimana cara memodifikasi lingkungan
rumah yang sehat dan bagaimana menjaga supaya lingkundan rapi. Hal
ini dapat dilihat pada kondisi sekitar rumah yang kotor, ventilasi
kurang, penerangan kurang, dan halaman rumah yang kurang rapi.
e) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di masysrakat :

20
Tn. N mengatakan bahwa selama ini jika ada keluarga yang
sakit maka akan berusaha membawanya ke pusat pelayanan kesehatan
terdekat seperti puskesmas, namun sebelumnya jika sudah sembuh
dengan pengobatan yang ada di apotik maka tidak perlu dibawa ke
puskesmas. Fasilitas yang digunakan untuk menjangkau ke tempat
pelayanan kesehatan biasanya menggunakan angkutan umum yang ada
atau sepeda motor.
d. Fungsi reproduksi
Dari perkawinannya Tn. N dan Ny. W mempunyai dua orang anak
yaitu: An. F dan An. A ditambah keponakan yaitu An. R. Saat ini keluarga
ini dalam tahap perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah. Dahulu
Ny. W untuk mengendalikan jumlah anggota keluarga dengan mengikuti
beberapa program KB seperti pil dan KB suntik
e. Fungsi ekonomi
a) Upaya pemenuhan sandang pangan :
Keluarga Tn. N setiap bulannya mendapatkan pemasukan untuk
kebutuhan keluarga tidak menentu untuk pengeluaran 1 bulannya tidak
menentu.

VI. STRES DAN KOPING KELUARGA


a. Stressor jangka pendek :
Sementara tidak mempunyai masalah berat.hanya an.A sedang batuk.
b. Stressor jangka panjang :
Keluarga Tn. N. memikirkan masalah biaya untuk hidup dan
keinginan untuk menyekolahkan anak-anaknya setinggi-tingginya.
b. Respon keluarga terhadap stressor :
Keluarga menganggap ujian atau masalah yang dihadapi adalah ujian atau
cobaan dari Tuhan.
c. Strategi koping :
Bila ada masalah Tn.N dengan Ny. W selalu membicarakan satu sama lain
untuk mencari jalan keluar.
d. Strategi adaptasi disfungsional :

21
Keluarga tidak pernah menggunakan strategi adaptasi disfungsional
meskipun dalam kondisi yang  parah.
VII. PEMERIKSAAN FISIK
a. Identitas
Nama : An. A
Umur : 4 Tahun
L/P : Perempuan
Pendidikan :-
Pekerjaan : -
b. Keluhan/Riwayat Penyakit saat ini:
Ny. W menyatakan An. A mengidap batuk, pilek. Ny. W
mengatakan bila anak sakit, anak hanya dibelikan obat apotik apabila tidak
sembuh kemudian baru diperiksakan ke Puskesmas terdekat.
c. Riwayat Penyakit Sebelumnya
d. Tanda-tanda vital : TD : - , N: 96x/ menit, RR: 30x/ menit, S: 36,5oC, BB:

14 kg, TB: 97 cm . (BB normal : 16.500 gram)

e. Perkembangan Anak

Pra sekolah (3 – 5 tahun)

1) Biologis : pertumbuhan fisik lambat


2) Motorik : menulis, memakai/melepas baju
3) Psikososial : Inisiatif vs rasa bersalah bereksperimen, sosialisasi > luas,
meniru
4) Kognitif : prekonseptual, intuitive
5) Psikoseksual : oedipal, elektra kompleks
6) Sosial : berdiskusi dengan orangtua
Tugas perkembangan keluarga tahap  Keluarga dengan Anak Pra Sekolah :
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga
2) Membantu anak untuk sosialisasi
3) Beradaptasi dengan anak ke 2
4) Pembagian waktu untuk individu, pasangan, keluarga
5) Pembagian tanggungjawab anggota keluarga

22
6) Merencanakan kegiatan untuk stimulasi tumbang anak

Masalah kesehatan pada keluarga dengan anak pra sekolah :


1) Masalah kesehatan fisik pada anak ; sakit, jatuh
2) Kes psikososial : hubungan perkawinan
3) Persaingan kakak – adik
4) Masalah komunikasi keluarga
5) Masalah pengasuhan anak,

f. Sistem Respirasi : Irama teratur, ronchi basah (+)

VIII. HARAPAN KELUARGA


a. Terhadap masalah kesehatannya :
Keluarga Tn. N ingin anaknya segera sembuh
b. Terhadap petugas kesehatan yang ada :
Keluarga Tn. N mengharapkan agar petugas kesehatan dapat
memberikan pelayanan kesehatan terhadap mereka dan membantu bila
keluarga mengalami kesulitan dalam hal kesehatan semaksimal mungkin.

23
ANALISA DATA

NO DATA PROBLEM ETIOLOGI


1. DS :
- Ny. w mengatakan bahwa Ketidakefektifan Ketidakmampuan
An. A sekarang ini sedang bersihan jalan nafas An. keluarga mengenal
batuk dan pilek sudah 5 hari. A pada keluarga Tn. N tentang penyakit ISPA
Sudah dibelikan obat di
apotik dan diminumkan tetapi
belum sembuh

DO :
- An. A batuk dan pilek
- Badan tak panas, suhu badan
36,5 ºC
- Pada pemeriksaan auskultasi paru
An.A terdengar ronchi basah
(+)
- RR 28 kali/menit
- Nadi 96 kali/menit

Ketidakmampuan
Resiko terjadinya
2. DS :
keluarga
penyakit TBC An. A
- Tn. N mengatakan ayah dan memodifikasi
pada keluarga Tn. N
ibunya An.R menderita TBC lingkungan yang
bahkan ayahnya meninggal mendukung kesehatan
karena menderita TBC.

24
- Tn N mengatakan
tetangganya belakang rumah
(Ny.R) menderita TBC.
DO:
- Memasak dengan kayu bakar
dan asapnya masuk ke rumah
- Tiap kamar mempunyai
jendela tetapi tidak dibuka
sehingga siang hari ruangan
tampak gelap.
- Imunisasi anak-anak Tn.N
tidak lengkap
- BB An.A 14 kg (kurang ideal
untuk umur 4 tahun)
- Komposisi makanan keluarga
Tn.N seadanya, makan 3
kali/hari,kadang 2x/hari.

25
PERUMUSAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas An.A pada keluarga Tn N
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal tentang
penyakit ISPA
2. Resiko terjadinya penyakit TBC An. A pada keluarga Tn. N
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi
lingkungan yang mendukung kesehatan.

PENILAIAN (SKORING) DIAGNOSIS KEPERAWATAN

26
No Kriteria Skor Bobot Nilai Total Pembenaran
Diagnosa
Kep
1. Sifat masalah : An. A sudah 5 hari sakit
Skala : Tidak/ kurang sehat 3 1
3/3 x 1= 1 batuk dan  pilek atau
Ancaman kesehatan 2
Keadaan sejahtera 1 tidak sehat dan
memerlukan tindakan
mencegah komplikasi
Kemungkinan masalah Pengetahuan sumber
dapat diubah : 2 2
2/2 x 2 = 2 daya dan fasilitas
Skala : Mudah 1
Sebagian 0 kesehatan tersedia dan
Tidak dapat
dapat
dijangkau/dimanfaatkan
Potensial masalah untuk ISPA adalah penyakit
dicegah : 3 1
3/3 x 1 = 1 yang dapat dicegah dan
Skala : Tinggi 2
Cukup 1 diobati bila keluarga
Rendah
mengetahui
Menonjolnya masalah :
Skala :
-
Masalah berat, harus segera 2 1
ditangani 0/2 x 1 = 0
Ada masalah, tetapi tidak 1
perlu ditangani 0
Masalah tidak dirasakan
TOTAL SKOR 4

PENILAIAN (SKORING) DIAGNOSIS KEPERAWATAN

27
No Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
Diagnosa Total
Kep
2. Sifat masalah : Merupakan ancaman
Skala : Tidak/ kurang sehat 3 1
2/3 x 1 kesehatan karena bila tid
Ancaman kesehatan 2
Keadaan sejahtera 1 = 2/3 ditangani dapat menyeba
terjadinya penyakit
Kemungkinan masalah Dapat dicegah dengan
dapat diubah : 2 2
1/2 x 2 pengetahuan yang cukup
Skala : Mudah 1
Sebagian 0 =1 pola hidup yang sehat
Tidak dapat
Potensial masalah untuk Dapat dicegah dengan
dicegah : 3 1
2/3 x 1 pengetahuan yang cukup
Skala : Tinggi 2
Cukup 1 = 2/3 pola hidup yang sehat
Rendah
Menonjolnya masalah :
Skala :
0/2 x 1 -
Masalah berat, harus segera 2 1
ditangani =0
Ada masalah, tetapi tidak 1
perlu ditangani 0
Masalah tidak dirasakan
TOTAL SKOR 3 1/3

PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN

28
Prioritas Diagnosa Keperawatan Skor
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas An.A
pada keluarga Tn N berhubungan dengan 4
ketidakmampuan keluarga mengenal tentang
penyakit ISPA
2. Resiko terjadinya penyakit TBC An. A pada
keluarga Tn. N berhubungan dengan 3 1/3
ketidakmampuan keluarga memodifikasi
lingkungan yang mendukung kesehatan.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DX Keperawatan : I

29
Tujuan Kriteria Hasil/ Intervensi Rasional
Standart
Tujuan Kognitif Keluarga o Gali o Agar keluarga
Umum :zz mampu pengetahuan mengetahui dan
Setelah dilakukan menyebutkan tentang ISPA memahami tentang
kunjungan 2 kali pengertian, pengertian,
dalam seminggu , pemyebab penyabab dan
ISPA yang dan gejala gejala ISPA.
diderita An. A
sembuh dan jalan o Agar keluarga
nafas kembali Kognitif lebih aktif dalam
lancar. memahami tentang
o Beri penyuluhan penyakit ISPA
Tujuan Keluarga kepada keluarga
Khusus : mampu tentang penyakit
1. Setelah mengetahui ISPA dengan
dilaksanakan tentang menggunakan
tindakan penyakit media leaflet.
keperawatan ISPA
selama 2 x 15
mnt Tn.  N
dapat
mengenal
masalah
kesehatan
dengan
menjelaskan
masalah
kesehatan

2. Setelah
penyuluhan 1
x 15 mnt
keluarga dapat
mengambil
keputusan
dengan
tindakan yang
cepat. 30
3. Setelah
tindakan 1 x Kognitif
Dx Keperawatan : II

Tujuan Kriteria Hasil/ Standart Intervensi Rasional


Tujuan Kognitif  Kel o Gali pengetahuan o Agar keluarga
Umum : uarga mampu tentang TBC mengetahui dan
Setelah menyebutkan pengertian, memahami
dilakuka penyebab dan gejala TBC tentang
n pengertian,
tindakan penyabab dan
kunjung gejala TBC.
an 2x30 o Agar
Kognitif
menit o Berikan keluarga lebih
diharapk  keluarga mampu penyuluhan aktif dalam
an : mengetahui tentang kepada keluarga memahami
keluarga penyakit TBC tentang penyakit tentang penyakit
dapat TBC dengan TBC
mengen menggunakan
dalikan media leaflet
resiko/k
omplika
si dari
TBC
tidak
terjadi.

Tujuan
Khusus
:
Setelah
penyulu
han 1 x
15 menit

31
:
1. Kelua
rga
meng
enal
tanda-
tanda
TBC

2. Cara
penul
aran
TBC
dan
pence
gahan
TBC

BAB IV
PENUTUP

2.3 Kesimpulan
Penyakit ISPA adalah salah satu penyakit yang banyak diderita bayi
dan anak-anak, penyebab kematian dari ISPA yang terbanyak karena
pneumonia. Klasifikasi penyakit ISPA tergantung kepada pemeriksaan dan
tanda-tanda bahaya yang diperlihatkan penderita, Penatalaksanaan dan
pemberantasan kasus ISPA diperlukan kerjasama semua pihak, yaitu
peranserta masyarakat terutama ibu-ibu, dokter, para medis dan kader

32
kesehatan untuk menunjang keberhasilan menurunkan angka, kematian dan
angka kesakitan sesuai harapan pembangunan nasional.
Seperti yang diuraikan diatas bahwa ISPA mempunyai variasi klinis
yang bermacam-macam, maka timbul persoalan pada pengenalan (diagnostik)
dan pengelolaannya.Sampai saat ini belum ada obat yang khusus
antivirus.Idealnya pengobatan bagi ISPA bakterial adalah pengobatan secara
rasional.Pengobatan yang rasional adalah apabila pasien mendapatkan
antimikroba yang tepat sesuai dengan kuman penyebab. Untuk dapat
melakukan hal ini, kuman penyebab ISPA dideteksi terlebih dahulu dengan
mengambil material pemeriksaan yang tepat,kemudian dilakukan
pemeriksaan mikrobiologik, barusetelah itu diberikan antimikroba yang
sesuai.

2.4     Saran
Karena yang terbanyak penyebab kematian dari ISPA adalah karena
pneumonia, maka diharapkan penyakit saluran pernapasan penanganannya
dapat diprioritaskan.Disamping itu penyuluhan kepada ibu-ibu tentang
penyakit ISPA perlu ditingkatkan dan dilaksanakan secara
berkesinambungan, serta penatalaksanaan dan pemberantasan kasus ISPA
yang sudah dilaksanakan sekarang ini, diharapkan lebih ditingkatkan lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Achjar, K.A.2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta :


Sagung Seto
Nelson. Ilmu Kesehatan Anak. EGC. Jakarta 1999.
Ali, Zaidin. 2009. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC
Friedman, Marilyn M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Riset, Teori &
Praktik. Jakarta: EGC
R. Jhouson & Leni R. 2010. Keperawatan Keluarga Plus Contoh Askep Keluarga.
Yogyakarta: Nuha Medika

33
Rasmaliah. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Dan Penanggulangannya.
[http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3775/1/fkm-
rasmaliah9.pdf]. Diakses tanggal 18 November 2014.
Manurung, Santa. 2009. Asuhan Keperawatan gangguan Sistem Pernafasan
Akibat Infeksi. Jakarta Timur : CV. Trans Indo Media.

34

Anda mungkin juga menyukai