Ep Kegawatdaruratan1
Ep Kegawatdaruratan1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Beberapa laporan ilmiah baik di dalam negeri atau luar negeri menunjukkan bahwa
angka kejadian alergi dan asma terus meningkat tajam beberapa tahun terakhir. Tampaknya
alergi merupakan kasus yang mendominasi kunjungan penderita di klinik rawat jalan
pelayanan kesehatan anak. Salah satu manifestasi penyakit alergi yang tidak ringan adalah
asma. Penyakit asma terbanyak terjadi pada anak dan berpotensi mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan anak. Alergi dapat menyerang semua organ dan fungsi
tubuh tanpa terkecuali. Sehingga penderita asma juga akan mengalami gangguan pada
Di samping itu banyak dilaporkan permasalahan kesehatan lain yang berkaitan dengan
asma tetapi kasusnya belum banyak terungkap. Kasus tersebut tampaknya sangat penting
dan sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak, tetapi masih perlu penelitian lebih jauh.
Dalam tatalaksanan asma anak tidak optimal, baik dalam diagnosis, penanganan dan
pencegahannya.
dapat menyebabkan sesak napas seperti bronchitis, emfisema, dan asma merupakan
penyebab kematian ketujuh di Indonesia. Asma yang tidak ditangani dengan baik dapat
mengganggu kualitas hidup anak berupa hambatan aktivitas 30 persen, dibanding 5 persen
pada anak non-asma. Banyak kasus asma pada anak tidak terdiagnosis dini, karena yang
menonjol adalah gejala batuknya, bisa dengan atau tanpa wheezing (mengi).
Asma adalah penyakit yang menyerang saluran pernafasan yang bisa menyerang siapa
saja, namun penderita paling banyak adalah para anak-anak. Menurut KEMENKES (2008),
100 hingga 150 juta orang di dunia menderita asma, jumlah ini diperkirakan akan
meningkat sebanyak 18.000 kasus setiap tahunnya. Setiap negara di dunia memilki
Di Asia khususnya Asia Tenggara 1 dari 4 orang yang menderita asma mengaami
masa yang tidak produktif karena tidak bekerja akibat asma. bisa dibanyangkan berapa
kerugian yang dialami. Menurut Miol, penderita asma 3.3% penduduk Asia Tenggara
adalah orang-orang yang menderita asma. Dimana kasus asma banyak terjadi di Indonesia,
indonesia sebesar 5,87% dari keselurahan penduduk Indonesia. Dimana masih banyak
penderita asma yang belum mendapatkan perawatan dokter.Hal itu membuat angka
2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja yang mencakup dari konsep kegawatdaruratan ?
2. Apa saja yang meliputi dari konsep medik Asma Bronchial ?
3. Bagaimana proses keperawatan pada klien Asma Bronchial ?
3. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk memahami konsep dari kegawatdaruratan.
2. Untuk mengetahui konsep medik Asma Bronchial.
3. Untuk memahami proses keperawatan pada klien Asma Bronchial.
4. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi Institusi Pendidikan
Makalah ini di harapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi dan sebagai acuan
bronkial.
2. Bagi Mahasiswa
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan pada mahasiswa tentang tanda dan gejala
hipertensi dan penyebab hipertensi.
3. Bagi Masyarakat
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang penyakit hipertensi dalam kehidupan
serta mengurangi angka kejadian hipertensi bagi masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ASMA BRONKIAL
Istilah asma dari kata Yunani yang artinya “terengah-engah” dan berarti serangan
klinis napas pendek tanpa memandang sebabnya, sekarang istilah ini hanya ditujukan
(Supriadi, 2013)
Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trachea
jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun
dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli
tertentu (Ndyycha, 2014).
Kesimpulan dari beberapa pengertian diatas yaitu Asma Bronchial adalah gangguan
atau kerusakan pada saluran bronkus yang merupakan inflamasi kronis saluran nafas
dengan ciri bronkospasme periodik yang reversible (dapat kembali), adanya wheezing,
Asma alergik merupakan suatu bentuk asma dengan allergen seperti bulu binatang,
debu, ketombe, tepung sari, makanan dll. Allergen terbanyak adalah airborne dan
musiman. Klien dengan asma alergik biasanya mempunyai riwayat penyakit alergi
pada keluarga dan riwayat pengobatan eksim atau rhinitis alergik. Paparan terhadap
alergi akan mencetuskan serangan asma. Bentuk asma ini biasanya dimulai sejak
anak-anak
Asma nonalergik tidak berhubungan secara langsung dengan alergi spesifik. Factor
– factor seperti common cold, infeksi saluran napas atas aktivitas, emosi atau stress,
seperti antagonis β-adrenergi dan bahan sulfat (penyedap makanan) juga dapat
menjadi factor penyebab. Serangan dari asma idiopatik atau nonalergi menjadi lebih
berat dan sering kali dengan berjalannya waktu dapat berkembang menjadi
bronchitis dan empisema. Pada beberapa kasus dapat berkembang menjadi asma
campuran. Bentuk asma ini biasanya dimulai ketika dewasa (>35 tahun).
alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena
adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial
Contoh : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
3) Perubahan cuaca : Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
4) Stress : Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang
timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguan emosi
perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika
serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang
bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.
6) Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat : Sebagian besar penderita asma akan
mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau olah raga yang berat. Lari
cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkus yang menyebabkan
benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi
dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk
membentuk sejumlah antibody IgE abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini
menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma,
antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang
berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup
alergen maka antibody IgE orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi
yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai
macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan
Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada
dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mukus yang kental dalam lumen
Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama
inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian
selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat
terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi
dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan
dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat
selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini
a) Dispnea (sesak nafas), terjadi karena pelepasan histamine dan leukotrien yang
b) Batuk, adalah reaksi tubuh untuk mengeluarkan hasil dari inflamasi atau benda
bronkus.
a) Gambaran objektif :
Fase ekspirasi memanjang dengan disertai wheezing (di afek dan hilus)
anoreksia.
7. Penatalaksanaan
1) Pengobatan Nonfarmakologi
kesehatan.
serangan asma yang ada pada lingkungannya, diajarkan cara menghindari dan
mengurangi faktor pencetus, temasuk intake cairan yang cukup bagi klien.
2) Pengobatan farmakologi
sangat cepat, diberikan sebanyak 3-4 kali semprot, dan jarak antara semprotan
metilxantin adalah aminofilin dan teofilin obat ini diberikan bila golongan beta
baik harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol dengan dosis
4 kali semprot tiap hari. Pemberian steroid dalam jangka yang lama
mempunyai efek samping, maka klien yang mendapat steroid jangka lama
B. TRIASE
1. Pengertian
penyakit menentukan prioritas perawatan gawat medik serta prioritas transportasi. artinya
dengan cedera yang mengancam jiwa untuk kemudian diberikan prioritas untuk dirawat atau
c. Untuk mengurangi jatuhnya korban jiwa dan kecacatan. Inilah tiga alasan dan
Pasien meninggal atau cedera Parah yang jelas tidak mungkin untuk
Penderita Cedera berat dan memerlukan penilaian cepat dan tindakan medik atau
henti jantung, Luka bakar berat, pendarahan parah dan cedera kepala berat.
Pasien memerlukan bantuan, namun dengan cedera dan tingkat yang kurang berat
dan dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat. misalnya
cedera abdomen tanpa shok, Luka bakar ringan, Fraktur atau patah tulang tanpa
Pasien dengan cedera minor dan tingkat penyakit yang tidak membutuhkan
kecacatan. Nah mungkin anda masuk dalam kategori yang ini, jadi Jangan marah-
marah dan jangan heran kenapa anda tidak langsung mendapatkan perawatan di
Ruang UGD sementara mereka harus menolong pasien lain yang lebih parah.
4. Klasifikasi Triase
a. Triase di tempat
Dilakukan Di tempat korban di temukan atau pada tempat penampungan, triase ini
b. Triase Medic
Dilakukan pada saat Korban memasuki Pos pelayanan medik lanjutan yang
butuhkan oleh korban. atau triase ini sering disebut dengan Triase Unit gawat
darurat
c. Triase Evakuasi
Triase ini ditunjukkan pada korban yang dapat dipindahkan pada rumah sakit yang
telah siap menerima korban. seperti Bencana massal contohnya Saat Tsunami,
C. ASUHAN KEPERAWATAN ASMA BRONKIAL
1.PENGKAJIAN
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien asma adalah sebagai berikut:
b.Aktivitas
sehari-hari.
c.Pernafasan
Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.
melebarkan hidung.
d.Sirkulasi
e.Integritas ego
Ansietas
Ketakutan
Peka rangsangan
Gelisah
f.Asupan nutrisi
g.seksualitas
Penurunan libido.
Hasil yang diharapkan : mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi bersih dan
jelas.
Intervensi Rasional
Mandiri • Beberapa derajat spasme
• Auskultasi bunyi nafas, catat bronkus terjadi dengan
adanya bunyi nafas, ex: mengi obstruksi jalan nafas dan
dapat/tidak dimanifestasikan
adanya nafas advertisius.
Hasil yang diharapkan : menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang
tepat.
Intervensi Rasional
• Kaji kebiasaan diet, masukan • Pasien distress pernafasan akut
makanan saat ini. Catat derajat sering anoreksia karena
kerusakan makanan. dipsnea.