Anda di halaman 1dari 25

IMUNOSEROLOGI KLS X1 ANALIS

3.2.Menganalisis sistem

Imunitas – Sistem Imunitas – Respon Imunitas


- Yaitu sistem pertahanan terhadap suatu penyakit atau serangan infeksi dari mikroorganisme/ substansi
asing.
- Yaitu gabungan dari sel/molekul/jaringan yang berperan dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi
- Yaitu reaksi yang dipelihatkan oleh sel/molekul/bahan lainnya terhadap mikroba.

Imun atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap
pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor.

FUNGSI SISTEM IMUN

·         Pertahanan Tubuh, yaitu menangkal bahan berbahaya agar tubuh tidak sakit.

·         Keseimbangan, atau fungsi homeostatik artinya menjaga keseimbangan dari komponen tubuh.

·         Pendeteksi, sel abnormal (terjadi mutasi) terdeteksi oleh sel imun untuk dimusnahkan.

·         Melindungi tubuh dari bibit penyakit.

·         Menghancurkan mikroorganisme/substansi asing dalam tubuh.

·         Menghilangkan sel mati untuk perbaikan jaringan.

·         Mengenali dan menghilangkan jaringan abnormal.


RESPON KEKEBALAN TUBUH ANTIGEN

Imunitas Humoral 
Respons kekebalan tubuh humoral atau imunitas humoral melibatkan aktivitas sel B dan produksi
antibodi yang beredar di dalam plasma darah dan limfa. Pembentukan antibodi ini dipicu oleh kehadiran
antigen. Antibodi secara spesifik akan bereaksi dengan antigen. Antibodi umumnya tidak secara
langsung menghancurkan antigen yang menyerang, namun antibodi terlebih dahulu akan mengikat
antigen tersebut.

Imunitas Seluler
Respon kekebalan tubuh selular melibatkan sel-sel yang bereaksi langsung terhadap sel-sel asing atau
jaringan yang terinfeksi. Respon kekebalan tubuh seluler ini merupakan kekebalan yang ditunjang oleh
sel T. Tugas utama imunitas seluler adalah untuk menghancurkan sel tubuh yang telah terinfeksi
patogen, misalnya oleh bakteri atau virus.

Mekanisme Sistem Pertahanan Tubuh

Sistem pertahanan tubuh merupakan suatu sistem dalam tubuh yang bekerja mempertahankan tubuh
kita dari serangan suatu bibit penyakit atau patogen yang masuk ke dalam tubuh.

Berdasarkan cara mempertahankan diri dari penyakit, sistem pertahanan tubuh digolongkan menjadi
dua yaitu pertahanan tubuh spesifik dan nonspesefik. Beberapa lapisan pertahanan tubuh dijelaskan
dalam tabel berikut.
1. Sistem Pertahanan Tubuh Nonspesifik

Sistem pertahanan tubuh nonspesifik adalah sistem pertahanan tubuh yang tidak membedakan
mikroorganisme patogen yang satu dengan yang lainnya, sistem ini merupakan sistem pertahanan
pertama terhadap infeksi akibat masuknya mikroorganisme patogen atau benda-benda asing yang
masuk ke dalam tubuh.

a.  Sistem Pertahanan Tubuh Nonspesifik Eksternal(Permukaan Tubuh)

1)  Pertahanan secara fisik

Pertahanan secara fisik dilakukan oleh lapisan terluar tubuh yaitu kulit dan membran mukosa. Lapisan
terluar kulit tersusun atas sel-sel mati yang rapat sehingga menyulitkan bagi mikroorganisme patogen
untuk masuk ke dalam tubuh.

2)  Pertahanan secara mekanik

Pertahanan secara mekanik seperti terjadi pada rambut hidung dan silia, rambut hidung bertugas
menyaring udara dari partikel-partikel berbahaya maupun dari mikroorganisme yang kurang
menguntungkan, sedangkan silia yang terdapat pada trakea berfungsi menyapu partikel-partikel
berbahaya yang terperangkap dalam lendir dan keluar bersama air ludah.

3)   Pertahanan secara biologis

Pertahanan secara biologis seperti adanya populasi bakteri yang tidak berbahaya yang terdapat pada
permukaan kulit dan membran mukosa, bakteri-bakteri tersebut berkompetisi dengan bakteri patogen
dalam memperoleh nutrisi sehingga perkembangan bakteri patogen terhambat.

4)   Pertahanan secara kimia

Pertahanan secara kimia dilakukan oleh cairan sekret seperti keringat dan minyak yang dihasilkan oleh
membran mukosa dan kulit yang mengandung zat-zat kimia yang menghambat pertumbuhan
mikroorganisme, sedangkan air liur (saliva), air mata, dan sekresi mukosa mengandung enzim lizosim
yang dapat membunuh bakteri, enzim lizosim dapat menguraikan dinding bakteri dan patogen dengan
cara hidrolisis sehingga sel pecah dan mati.

b.   Sistem Pertahanan Tubuh Nonspesifik Internal

1)   Inflamasi

Inflamasi adalah respon tubuh terhadap kerusakan jaringan yang disebabkan antara lain tergores atau
benturan keras. Adanya kerusakan jaringan menyebabkan patogen dan mikroorganisme lainnya dapat
masuk ke dalam tubuh dan menginfeksi sel-sel tubuh. Sel-sel tubuh yang rusak akan melepaskan signal
kimiawi yaitu histamin dan prostaglandin. Sel yang berfungsi melepaskan histamin adalah mastosit yang
berkembang dari salah satu jenis sel darah putih yaitu basofil.
Adanya signal kimiawi berupa histamin menyebabkan terjadinya pelebaran pembuluh darah dan
peningkatan kecepatan aliran darah dan menyebabkan permeabilitas pembuluh darah meningkat.

Meningkatnya permeabilitas pembuluh darah menyebabkan neutrofil, monosit, dan eosinofil berpindah
dari pembuluh darah ke jaringan yang mengalami infeksi, selanjutnya neutrofil dan eosinofil mulai
memakan patogen, dan monosit akan mulai bergerak menghancurkan patogen.

Neutrofil dalam darah putih merupakan yang terbanyak(sekitar 60-70%), neutrofil meninggalkan
pembuluh darah dan menuju jaringan yang terinfeksi dan membunuh mikroba.

Sel monosit (sekitar 5% dari keseluruhan sel darah putih) bergerak menuju jaringan yang terinfeksi dan
berubah menjadi makrofag (Big eaters) dan memakan patogen dengan cara fagositosis. Makrofag
berbentuk mirip amoeba yang memiliki pseudopodia untuk menarik mikroba dan menghancurkan enzim
pencernaannya. Walaupun begitu beberapa mikroba telah berevolusi dengan cara mikrofag seperti
beberapa bakteri yang memiliki kapsul yang membuat pseudopodia makrofag tidak bisa menempel.

Selain neutrofil dan monosit terdapat juga eosinofil (sekitar 1,5% dari keseluruhan sel darah putih).
Eosinofil memiliki aktivitas fagosit yang terbatas namun memiliki enzim penghancur dalam
sitoplasmanya yang dapat menembus pertahanan cacing parasit.

Mekanisme pertahanan tubuh secara inflamasi dapat dilihat pada gambar berikut.

Proses pertahanan tubuh melalui inflamasi

Berdasarkan gambar diatas mekanisme pertahanan tubuh secara inflamasi dapat dijelaskan sebagai
berikut.

1.   Jaringan mengalami luka dan merangsang pengeluaran histamin.

2.   Histamin menyebabkan terjadinya pelebaran pembuluh darah serta peningkatan aliran darah yang
menyebabkan permeabilitas pembuluh darah meningkat, hal ini menyebabkan perpindahan sel-sel
fagosit (neutrofil, monosit, dan eosinofil)

3.   Sel-sel fagosit kemudian memakan patogen.

Setelah infeksi tertanggulangi, neutrofil dan sel-sel fagosit akan mati seiring dengan matinya sel-sel
tubuh dan patogen. Sel-sel fagosit yang hidup atau mati serta sel-sel tubuh yang rusak akan membentuk
nanah. Inflamasi mencegah infeksi ke jaringan lain serta mempercepat proses penyembuhan.
1)   Protein Antimikrobia

Terdapat protein yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh yaitu protein komplemen yang terdiri
dari sekitar 20 jenis protein. Protein komplemen bersirkulasi dalam darah dalam bentuk tidak aktif. Jika
beberapa molekul dari satu jenis protein komplemen aktif, dapat memicu gelombang reaksi yang
mengaktifkan gelombang komplemen yang lain.

Protein komplemen dapat membunuh bakteri penginfeksi dengan cara melubangi dinding dan membran
plasma bakteri tersebut, hal ini menyebabkan ion Ca 2+ keluar dari bakteri sedangkan cairan dan garam-
garam diluar bakteri masuk ke dalam bakteri dan membunuh bakteri tersebut.

Cara kerja protein komplemen dalam menghancurkan bakteri

Jenis protein lain yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh yaitu interferon yang dihasilkan dari
sel-sel yang terinfeksi oleh virus. Interferon dihasilkan ketika virus memasuki tubuh melalui kulit dan
selaput lendir. Interferon akan berikatan dengan sel-sel yang tidak terinfeksi dan sel-sel yang berikatan
dengan interferon akan membentuk zat yang mampu mencegah replikasi.

2)   Respon tubuh terhadap Pertahanan Tubuh Nonspesifik

Akibat infeksi patogen tubuh merespon dengan terjadinya peradangan (inflamasi) dan demam. Inflamasi
merupakan reaksi tubuh terhadap kerusakan sel-sel tubuh yang disebabkan oleh infeksi, zat-zat kimia,
atau gangguan fisik seperti benturan atau panas, inflamasi menimbulkan rasa sakit, panas, bengkak,
serta kulit yang memerah.

Respon tubuh yang lain adalah demam dimana ditandai dengan suhu tubuh yang naik. Mikroorganisme
patogen, substansi asing, serta sel-sel tubuh yang mati menghasilkan zat yang disebut pyrogenexogen
yang merangsang monosit dan makrofag mengeluarkan zat pyrogen-endogen yang merangsang bagian
otak hipotalamus menaikan suhu tubuh sehingga timbul perasaan suhu tubuh yang meningkat.
Suhu tubuh yang tinggi mengguntungkan karena patogen akan lemah dan mati pada suhu tinggi, selain
itu metabolisme, reaksi kimia, serta sel-sel darah putih akan lebih aktif dan cepat sehingga
mempercepat penyembuhan walaupun menimbulkan efek seperti pusing, lesu, kejang, dan kerusakan
otak permanen yang membahayakan tubuh.

2.   Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik

Sistem pertahanan tubuh spesifik juga dikenal dengan sistem imun atau sistem kekebalan tubuh, jika
patogen berhasil melewati sistem pertahanan tubuh nonspesifik maka selanjutnya harus berhadapan
dengan pertahanan tubuh spesifik. Sistem pertahanan tubuh spesifik adalah pertahanan tubuh terhadap
patogen tertentu yang masuk ke dalam tubuh.

a.   Struktur Sistem Kekebalan Tubuh.

Sistem pertahanan tubuh melibatkan peran limfosit dan antibodi.

1)   Limfosit

Limfosit terdiri dari dua jenis yaitu limfosit B(sel B) dan limfosit T(sel T). Dua jenis limfosit ini memiliki
fungsi yang berbeda-beda, walaupun jika diamati dengan mikroskop menunjukan struktur yang sama.

a)   Sel B

Limfosit B terbentuk dan dimatangkan di dalam sumsum tulang dan masuk ke dalam aliran darah
menuju jaringan limfatik. Sel B bertanggung jawab terhadap produksi antibodi sebagai kekebalan
humoral. Sel B dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:

(1) Sel B plasma, berfungsi untuk memproduksi antibodi.

(2) Sel B pengingat, berfungsi mengingat antigen yang pernah masuk ke dalam tubuh dan menstimulasi
sel Limfosit B plasma jika terjadi infeksi kedua.

(3) Sel B pembelah, berfungsi membentuk sel B plasma dan sel B pengingat dalam jumlah yang banyak
serta cepat.

b)   Sel T

Limfosit T dibentuk di dalam sumsum tulang dan menuju ke kelenjar timus untuk mengalami diferensiasi
lebih lanjut, sel T berperan dalam kekebalan selular yaitu dengan menyerang sel penghasil antigen
secara langsung, sel T juga turut membantu produksi antibodi oleh sel B plasma, sel T dapat dibedakan
menjadi 3 jenis yaitu :

(1) Sel T pembunuh (sel T sitotoksik), berfungsi menyerang patogen dan mikroorganisme asing yang
masuk ke dalam tubuh, yaitu sel tubuh yang terinfeksi.

(2) Sel T pembantu (sel T penolong) berfungsi menstimulasikan pembentukan sel T jenis lainnya serta sel
B plasma, serta mengaktifkan dapat mengaktifkan makrofag untuk melakukan fagositosis.
(3) Sel T supressor, berfungsi menghentikan respon imun yaitu setelah infeksi berhasil ditanggulangi.

2)   Antibodi

a)   Pengertian dan Fungsi Antibodi

Pada setiap mikroorganisme serta substansi asing yang masuk ke tubuh pada permukaannya terdapat
senyawa protein yang berperan sebagai antigen, antigen meliputi molekul yang dimiliki oleh
mikroorganisme serta substansi asing tersebut.

Antigen yang masuk ke tubuh akan menyerang tubuh untuk membentuk antibodi, antibodi adalah
senyawa protein yang berfungsi melawan antigen dengan cara mengikatnya, setelah diikat antigen akan
ditangkap dan dihancurkan oleh makrofag. Antibodi bekerja secara spesifik untuk suatu antigen tertentu
seperti antibodi cacar hanya cocok untuk antibodi cacar.

b)   Struktur Antibodi

Pada antibodi setiap molekul tersusun atas dua macam rantai polipeptida yang identik dimana terdapat
dua rantai ringan dan dua rantai berat. Keempat rantai pada molekul antibodi dihubungkan oleh ikatan
disulfida dan bentuk molekulnya menyerupai huruf Y.

Pada setiap lengan dari molekul tersebut memiliki tempat pengikatan antigen. Umumnya antibodi
terdiri atas sekelompok protein yang berada pada fraksi-fraksi globulin serum, fraksi-fraksi globulin
serum ini dinamakan immunoglobulin atau disingkat Ig.

c)   Pengelompokan Antibodi

Terdapat lima jenis antibodi yang dimiliki manusia yaitu IgG, IgM, IgA, IgD, dan IgE. Berikut
penjelasannya.

1.   IgG (Immunoglobulin Gamma), adalah kelompok immunoglobulin yang paling banyak dan sering
ditemukan dalam sirkulasi. IgG dapat menembus dinding pembuluh darah dan plasenta, IgG
memberikan perlindungan terhadap bakteri, virus, dan toksin serta disekresikan dalam kolostrum.

2.   IgM (Immunoglubulin-M) adalah jenis antibodi pertama yang ditemukan ketika infeksi suatu antigen,
antibodi jenis ini memiliki pergiliran yang tinggi dan tidak bertahan lama, IgM dapat mengikat antigen
atau patogen menjadi gumpalan atau mengaglutinasinya sehingga mudah difagositosis makrofag, IgM
juga dapat memicu aktifnya protein komplemen.

3.   IgA (Immunoglobulin-A), antibodi jenis ini dapat mencegah masuknya virus melalui jaringan apitel
mukosa, sistem pencernaan, pernapasan, dan saluran reproduksi. IgA ditemukan di air liur, air mata, dan
kolostrum.

4.   IgE (Immunoglobulin-E) merupakan antibodi yang sedikit lebih besar dari molekul IgG dan hanya
sebagian kecil dari total antibodi dalam darah. IgE memicu peradangan jika cacing parasit menyerang
tubuh. IgE juga berperan dalam reaksi alergi.

5.   IgD (Immunoglobulin-D) antibodi jenis ini tidak dapat mengaktikan sistem komplemen dan tidak
dapat melewati plasenta. IgD diduga berfungsi dalam diferensiasi sel limfosit B menjadi sel B plasma dan
sel B memori.
b.   Respon Kekebalan Tubuh terhadap Antigen

Respon kekebalan tubuh terhadap antigen dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu kekebalan tubuh
humoral dan kekebalan tubuh seluler.

1)   Kekebalan Humoral

Imunitas humoral melibatkan aktivitas sel B dengan antibodi yang berada dalam plasma darah dan
cairan limfa dalam bentuk protein. Pembentukan antibodi dipicu oleh kehadiran antigen dimana
prosesnya dimulai dari sel B pembelah yang akan membentuk sel B plasma dan sel B pengingat, sel B
plasma akan menghasilkan antibodi yang berfungsi mengikat antigen dimana antibodi bekerja secara
spesifik terhadap antigen tertentu.

Antigen yang terikat akan mempermudah makrofag untuk lebih mudah menangkap dan menghancurkan
patogen tersebut. Terdapat beberapa cara antibodi dalam menghadapi antigen yaitu :

1.   Netralisasi, yaitu antibodi memblokir tempat-tempat dimana antigen seharusnya berikatan dengan
sel inang. Selain itu antibodi menetralkan bakteri beracun dengan menyelubungi bagian beracunya
sehingga makrofag dapat dengan mudah memfagositnya.

2.   Penggumpalan atau aglutinasi patogen atau antigen sehingga memudahkan makrofag dalam
menjalankan aktivitas fagositnya terhadap patogen.

3.   Pengendapan, yaitu dilakukan pada antigen terlarut oleh antibodi yang menyebabkan antigen
terlarut tidak dapat bergerak sehingga mudah ditangkap makrofag.

4.   Antibodi bekerja sama dengan protein komplemen dimana antibodi berikatan dengan antigen akan
mengaktifkan protein komplemen untuk membentuk pori atau lubang pada sel patogen.

Setelah infeksi berakhir sel B plasma akan mati, sedangkan sel B pengingat akan tetap hidup dalam
waktu yang lama. Masuknya antigen atau patogen pertama kali dan serangkaian respon imun awal ini
disebut respon kekebalan primer.

Seringkali antigen yang sama masuk kedua kalinya dalam tubuh, hal ini direspon sel B pengingat yang
selanjutnya akan menstimulasi pembentukan sel B plasma yang akan memproduksi antibodi, respon
untuk kedua kalinya ini disebut respon kekebalan sekunder dimana dalam prosesnya antibodi dalam
menghadapi antigen berlangsung lebih cepat dan lebih besar dari respon kekebalan primer, hal ini
dikarenakan adanya memori imunologi dalam hal ini adalah sel B pengingat, memori imunologi adalah
kemampuan sistem imun untuk mengenali antigen yang pernah masuk ke dalam tubuh.
 

Grafik respon kekebalan primer dan sekunder

2)   Kekebalan Selular

Kekebalan selular diprakarsai sel T yang menyerang sel-sel asing atau jaringan tubuh yang telah
terinfeksi secara langsung. Ketika sel T membunuh kontak dengan antigen pada permukaan sel asing, sel
T pembunuh akan menyerang dan menghancurkannya dengan cara merusak membran sel asing. Apabila
infeksi telah berhasil ditangani, sel T supresor akan menghentikan respon kekebalan dengan cara
menghambat kegiatan sel T pembunuh dan membatasi produksi antibodi.
3.6 Pemeriksaan serologi
Serologi merupakan cabang imunologi yang mempelajari reaksi antigen-antibodi secara invitro.Reaksi
serologis dilakukan berdasarkan asumsi bahwa agen infeksius memicu host untuk menghasilkanantibodi
spesifik, yang akan bereaksi dengan agen infeksius tersebut. Reaksi serologis dapat digunakanuntuk
mengetahui respon tubuh terhadap agen infeksius secara kualitatif maupun kuantitatif.Keuntungan
melakukan pemeriksaan serologis untuk menegakkan diagnosa suatu penyakit antaralain karena reaksi
serologis spesifik untuk suatu agen infeksius, waktu yang diperlukanlebih singkat daripadape,eriksaan
kultur/identifikasi bakteri, dan pengambilan sampel relatif mudah yaitu darah.Beberapa uji serologi

Reaksi serologis untuk salmonella TypnosaPemeriksaan serologis yang digunakan untuk diagnosa
penyakit demam typhoid yang disebabkanoleh Salmonella disebut pemeriksaan Widal.

Uji Widal dirancang secara khusus untuk membantudiagnosis demam typhoid dengan cara
mengaglutinasikan basilus typhoid dengan serum penderita. Namun,istilah ini kadang-kadang
diterapkan secara tidak resmi pada uji aglutinasi lain yang menggunakan biakanorganisme yang
dimatikan dengan panas selain Salmonella.

Pemeriksaan Widal digunakan untuk1.

Mengetahui diagnosa thypus abdominalis dan penyakit parathyposa A, B, C, D2.

Mengetahui prognosa penyakit3.

Mengetahui ada tidaknya aglutinin dalam serum penderitaSalmonela mempunyai 3 macam antigen,
yaitu antigen H, O, dan Vi. Dari hasil pemeriksaan Widaldapat diambil kesimpulan :1.

Kenaikan titer O menunjukkan masih ada infeksi aktif 2.

Kenaikan titer H menunjukkan kemungkinan post vaksinasi atau infeksi telah berlalu3.

Kenaikan titer Vi menunjukkan kemungkinan “karier”

Reaksi serologi untuk treponemaReaksi serologi untuk treponema dilakukan dalam menegakkan
diagnosa penyakit sifilis. Sifilisadalah suatu penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual,
disebabkan oleh TreponemaPallidum.Infeksi treponema pallidum dalam tubuh akan menimbulkan dua
macam antibodi, yaitu1.

Antibodi non treponema (reagin)2.

Antibodi treponemaPemeriksaan serologi untuk treponema dibagi menjadi dua jenis yaitu1.

Non treponemal antigen test


reaksi flokulasi : Kahn, VDRL, Murata, Kline, Mazzini, Hintonpartikel antigen yang berupa lipid akan
mengalami flokulasi setelah dikocokdengan regain.

reaksi fiksasi komponen : Wasserman, Kolmerserum yang mengandung reagin dapat mengikat
komplemen jika ada cardiolipin sebagaiantigen.Oleh karena antigen yang digunakan bukan antigen
spesifik maka dapat terjadi BFPR (BiologicalFalse Positive Reaction). Penyakit lain yang dapat
menimbulkan BFPR pada test ini antara lainadalah malaria, lepra, relapsing fever, lupus eritematosus,
leptospirosis, rhemathoid arthritis.2.

Treponemal antigen test- reaksi aglutinasi : TPHA ( Treponema Pallidum Haem Aglutination)- reaksi
fiksasi komplemen : TPCF ( Treponema Pallidum Complement Fixation)- imobilisasi : TPI (Treponema
Pallidum Immobolization)- imunofluoresen : FTA ( Flouresan Treponema Antibody)

Pemeriksaan ini lebih spesifik

daripada non treponemal antigen test.

Enzyme-linked immunosorbent assay

) merupakan metode determinasi konsentrasi proteinberdasarkan spesifitas reaksi immunologis antara


antigen dan antibodi yang dirangkai denganreaksi enzimatis.Uji ini memiliki beberapa keunggulan
seperti teknik pengerjaan yang relatif sederhana, ekonomis, dan memiliki sensitivitas yang cukup tinggi.

ELISA diperkenalkan pada tahun1971 oleh Peter Perlmann dan Eva Engvall untuk menganalisis
adanyainteraksiantigendenganantibodidi dalam suatu sampel dengan
menggunakanenzimsebagaipelapor (

reporter label

). Prinsip kerja ELISA reader sama dengan spektofotometer.Umumnya ELISA dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu

competitive assay

yang menggunakan konjugatantigen

–enzim atau konjugat antobodi

–enzim, dan

non-competitive assay

yang menggunakan duaantibodi. Pada ELISA

non-competitive assay

, antibodi kedua akan dikonjugasikan dengan enzimsebagai indikator. Teknik kedua ini seringkali disebut
sebagai "

ELISA reader

hinggamendapatkan hasil berupa densitas optis (OD). Dengan menghitung rata-rata kontrol negatif yang
digunakan, didapatkan nilai
cut-off

untuk menentukan hasil positif-negatif suatu sampel.Hasil OD yang berada di bawah nilai

cut-off

merupakan hasil negatif, dan demikian jugasebaliknya.Uji ini memiliki beberapa kerugian, salah satu di
antaranya adalah kemungkinan yang besarterjadinya hasil

false positive

karena adanya reaksi silang antara antigen yang satu dengan antigenlain.

Serologi untuk hepatitis BHepatitis B merupakan penyakit infeksi pada hati yang angka kejadiannya
tinggi dan dapatmenimbulkan masalah kronis seperti sirosis hepatis dan kanker hati. Diagnosis hepatitis
Bdikerjakan dengan melakukan tes terhadap beberapa marker serologis dari virus hepatitis B dandengan
menambahkan tes tambahan untuk menyingkirkan penyebab lain seperti virus hepatitis Adan C.
Sedangkan untuk penyaring, cukup dilakukan pemeriksaan HBsAg dan Anti HBs0

HBs Ag

Jika positif, pasien dianggap terinfeksi hepatitis B. Pengulangan tes setelah 6 bulan untukmenentukan
infeksi telah sembuh atau kronik. HBsAg positif setelah 6 bulan tetap terdeteksi dalamdarah selama
lebih dari enam bulan berarti telah menjadi kronis.

Anti HBs

Jika positif, pasien dianggap memiliki kekebalan terhadap hepatitis B (baik karena infeksi yang
telahsembuh atau karena vaksinasi). Hepatitis B karier kronis dapat menunjukkan HBsAg dan Anti
HBspositif. positif untuk HbsAg dan anti HBs pada saat yang bersamaan, tetapi hal ini sangat
jarangterjadi (<1%). Jika negatif pasien belum memiliki kekebalan terhadap virus hepatitis B

HBeAg

HBeAg positif berhubungan dengan tingkat infeksi yang tinggi dan pada karier kronik
denganpeningkatan resiko sirosis. Tes ini dapat digunakan untuk mengamati perkembangan hepatitis
Bkronik.

HBV DNA

HBV DNA positif menunjukkan infeksi aktif, bergantung pada

viral load

(jumlah virus). Tes ini dapatdigunakan untuk mengetahui prognosis dan keberhasilan terapi.

Anti HBc
Jika positif, pasien telah terinfeksi oleh VHB. Infeksi telah sembuh (HBsAg negatif) atau
masihberlangsung (HBsAg positif). Jika infeksi telah sembuh, pasien dianggap mempunyai
kekebalanalami terhadap infeksi VHB. IgM anti HBc mungkin menjadi satu-satunya marker yang
dapatterdeteksi selama masa

window period

ketika HbsAg dan anti-HBs masih negatif.

Anti HBe

Umumnya Anti HBe positif dengan HBeAg negatif menunjukkan tingkat replikasi virus yang
rendah.Namun hal ini tidak berlaku pada virus hepatitis B mutan.

Pemeriksaan tambahan

Anti HCV

dan

Anti HAV

untuk menyingkirkan adanya infeksi hepatitis C dan A.Daftar pustakaPelczar and Chan. 1988. Dasar-
Dasar Mikrobiologi 2. Jakarta: UI Press.Budiani, Dyah Ratna. 2012. Petunjuk Praktikum ELISA. Surakarta:
Laboratorium Biomedik FakultasKedokteran Universitas Sebelas Maret.Maryani, dkk. 2011.Buku
Praktikum Serologi. Surakarta: Laboratorium Mikrobiologi FakultasKedokteran Universitas Sebelas
Maret.Lequin, RM (2005). "Enzyme Immunoassay (EIA)/Enzyme-Linked Immunosorbent Assay(ELISA)".

Clinical Chemistry

51

(12): 2415

2418.Walker, JM (1994).

Basic Protein and Peptide Protocols, Volume 32

. New Jersey: Humana Press Inc.

..

Anda mungkin juga menyukai