Anda di halaman 1dari 20

TUGAS KELOMPOK

KEWIRAUSAHAAN DALAM KEBIDANAN


“NEGOSIASI DAN KOMUNIKASI BISNIS”

DISUSUN OLEH :

NAMA :
Febi Tarina (2015302059)
Fitri Rana Rani (2015302060)
Hapisah Nurdani (2015302061)
Hidayati Muslimah (2015302062)
Indah Ramadhani (2015302063)
Isye Yatul ‘Afifah (2015302064)
Junida Basri (2015302065)
Juni (2015302066)
Karina Tiara Putri (2015302067)
Krismona (2015302068)

DOSEN PENGAMPU: WIDI NUGRAHA, SE,MM

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN FAKULTAS


KESEHATAN UNIVERSITAS FORT DE KOCK
KOTA BUKITTINGGI 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah
Kewirausahaan Dalam Kebidanan “Negosiasi dan Komunikasi Bisnis”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


kepada dosen pengampu kami bapakWidi Nugraha, SE,MM yang telah memberi
materi dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Terima kasih.

Bukittinggi,17 Oktober 2020

Peny
usun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................

1.1 Latar Belakang......................................................................................


1.2 Rumusan Masalah.................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan Makalah ..................................................................

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................

2.1. Negoisasi dan komunikasi bisnis ...............................................................


2.2 Proses Negoisasi.......................................................................................
2.3. Manajemen Konflik..................................................................................
2.4 Negoisasi Dengan Hati...............................................................................

BAB III PENUTUP.........................................................................................

3.1 KESIMPULAN.....................................................................................
3.2 SARAN.................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi merupakan hal yang sangat fundamental dalam


kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial,manusia senantiasa ingin
mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang
terjadi dalam dirinya. Lebih dari itu, manusia juga senantiasa ingin
memenuhi kebutuhan serta harapa harapannya.
Rasa ingin tahu serta kebutuhan dan harapan-harapan itu memaksa
manusia untuk berkomunikasi. Banyak ungkapan mengatakan bahwa
“Tanpa melibatkan diri dalam komunikasi, seseorang tidak akan tahu
bagaimana makan, minum, berbicara sebagai manusia dan memperlakukan
manusia lain secara beradab, karena cara-cara berperilaku tersebut harus
dipelajari lewat pengasuhan keluarga dan pergaulan dengan orang lain
yang intinya adalah komunikasi”.
Berkomunikasi dengan baik dapat memberi pengaruh langsung
terhadap struktur keseimbangan seseorang dalam masyarakat.
Keberhasilan dan kegagalan seseorang dalam mencapai sesuatu yang
diinginkan termasuk karier banyak ditentukan oleh kemampuan
berkomunikasi.
Salah satu bentuk komunikasi yang digunakan manusia untuk
memenuhi keinginannya terhadapat manusia lain adalah melalui
komunikasi persuasif. Komunikasi persuasif adalah ajakan, bujukan, yaitu
suatu tindakan yang berdasarkan segi-segi psychologis yang dapat
membangkitkan kesadaran individu. Tujuannya adalah untuk mengubah
kognitif, afektif dan konatif orang lain agar sesuai dengan yang kita
inginkan. Seiring dengan berkembangnya kemajuan zaman, penggunaan
komunikasi persuasif juga telah meluas ke berbagai aspek kehidupan
manusia. Dalam bidang bisnis misalnya, komunikasi persuasif
dimanfaatkan untuk pemasaran, periklanan, promosi penjualan, Public
Relations, lobi, hubungan dengan pers, komunikasi internal dan eksternal
perusahaan, dan aspek-aspek lainnya.
Bentuk komunikasi lain yang digunakan yaitu negosiasi atau
perundingan yang merupakan proses untuk menghasilkan kesepakatan
atau perjanjian diantara kedua pihak yang bermasalah. Negosiasi
memerlukan trik dan strategi karena pada dasarnya semua orang tidak mau
kalah, semua orang tidak mau dipaksa dan ditindas. Oleh sebab itu, pilihan
yang paling baik adalah bagaimana negosiasi dapat tercapai untuk
menguntungkan kedua belah pihak. Negosiasi adalah seni dan ketrampilan
dalam mengolah perkataan, data pendukung serta informasi yang tepat,
sehingga dapat menghasilkan kesepakatan yang terbaik dan dapat diterima
oleh kedua pihak untuk dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan, baik
untuk kepentingan pribadi maupun kelompok.
Memperhatikan banyak masalah yang dapat diselesaikan dengan
negosiasi maka sudah selayaknya pengetahuan negosiasi disebarluaskan
kepada khalayak umum sehingga dapat dipahami dan dikembangkan untuk
mencapai tujuan yang diharapkan.
Dalam makalah ini penjelasan materi akan disajikan secara padat,
jelas dan rinci, sehingga mudah untuk dipelajari dan diterapkan. Meskipun
penulis sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menulis makalah ini
dengan baik, namun penulis menyadari bahwa kesilafan dan
kekurangcermatan pasti terjadi. Untuk itu kritik dan saran penulis
harapkan untuk penyempurnaan makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa defenisi dari komunikasi
2. Apa unsur unsur komunikasi
3. Apa itu komunikasi lateral dan internal
4. Apa hambatan dalam komunikasi efektif
5. Bagaimana cara melakukan negosiasi

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


1. Mengetahui defenisi dari komunikasi
2. Mengetahui unsur unsur komunukasi
3. Mengetahui perbedaan komunikasi lateral dan internal
4. Mengetahui hambatan hambatan dalam komunikasi efektif
5. Mengetahui bagaimana cara melakukan negosiasi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Negoisasi dan komunikasi bisnis


a. Pengertian Negoisasi dan komunikasi bisnis
Salah satu keterampilan komunikasi yang seringkali kita laksanakan
adalah negosiasi. Negosiasi dapat terjadi setiap hari antar anggota
keluarga, di toko, kampus atau di tempat kerja. Secara sederhana negosiasi
terjadi bila orang lain memiliki apa yang kita inginkan dan kita bersedia
menukarnya dengan apa yang diinginkan mereka. Negosiasi adalah
ketrampilan yang bisa dipelajari dan dilatih
Negoisasi merupakan kosakata yang sering kita dengar. Negoisasi
merupakan proses yang sering sekali kita lakukan dalam hidup dan sering
pula kita tidak sadar kalau kita tengah melakukan negoisasi. Untuk itu
perlu terlebih dahulu dijelasakan pengertian negoisasi. Negoisasi dipahami
sebagai sebuah proses dimana terdapat pihak ingin menyelesaikan
permasalahan, melakuakan suatu persetujuan untuk melakukan suatu
perbuatan, melakukan penawaran untuk mendapatkan keuntungan tertentu,
dan atau berusaha menyelesaikan permasalahan untuk keutungan tertentu
(win-win solution). Negoisasi biasa dikenal sebagai salah satu bentuk
alternatif dispute resulation.
Dengan demikian, secara sederhana dapat disimpulkan negoisasi
adalah satu cara antara dua orang atau lebih yang berbeda kepentingan
baik itu berupa pendapat, pendirian, maksud atau tujuan dalam mencari
kesepahaman dengan cara mempertemukan penawaran dan permintaan
dari masing-masing pihak sehingga tercapai suatu kesepakatan atau
kesepahaman kepentingan baik itu berupa pendapat, pendirian, maksud
atau tujuan (mencapai kesepakatan bersama).
b. Karakteristik Negoisasi
 Senantiasa melibatkan orang baik sebagai individual, perwakilan
organisasi atau perusahaan, sendiri atau dalam kelompok,
 Memiliki ancaman terjadinya atau di dalamnya mengandung konflik yang
terjadi mulai dari awal sampai terjadi kesepakatan dalam akhir negosiasi,
 Menggunakan cara-cara pertukaran sesuatu baik berupa tawar menawar
(bargain) maupun tukar menukar (barter),
 Hampir selalu berbentuk tatap-muka yang menggunakan bahasa lisan,
gerak tubuh maupun ekspresi,
 Negosiasi biasanya menyangkut hal-hal di masa depan atau sesuatu yang
belum terjadi dan kita inginkan terjadi
c. Prinsip Negoisasi
 Memisahkan perasaan pribadi dengan masalah yang sedang dihadapi,
 Berfokus pada kepentingan bukan pada posisi,
 Mengumpulkan beberapa pilihan sebelum membuat keputusan akhir,
 Kharismatik, vokal yang terdengar meyakinkan pada saat negoisasi.
d. Kemampuan Bernegoisasi
Meskipun secara lahiriah manusia telah dibekali dengan kemampuan
untuk bernegosiasi, namun untuk dapat bernegoisiasi dengan baik,
kemampuan dasar tersebut pelu dikembangkan. Adapun, beberapa
kemampuan dasar untuk dapat bernegosiasi yang baik adalah: 
 Kemampuan menentukan serangkaian tujuan, namun tetap fleksibel
dengan sebagian diantaranya. Selain harus mampul mempertahankan
serangkaian tujuan, dalam organisasi, seorang negosiator harus mampu
bersikap fleksibel dalam membaca keseimbangan atau perubahan posisi
tawar yang terjadi selama negosiasi,
 Kemampuan untuk mencari kemungkinan-kemungkinan dari pilihan yang
banyak. Dalam hal ini, seorang megosiator harus jeli membaca
kemungkinan dan memprediksi konsekuensi yang mungkin timbul dari
masing-masing pilihan. Sebaiknya seorang negosiator sudah harus mampu
memprediksi kemungkinan terbaik dan terburuk yang mungkin timbul,
 Kemampuan untuk mempersiapkan dengan baik. Tidak ada negosiasi yang
baik tanpa persiapan yang baik. Negosiator ulung selalu mempersiapkan
segala sesuaatu, mulai dari hal besar hingga hal kecil jauh sebelum
pelaksanaan negosiasi. Namun, tak jarang seorang negosiator harus
mampu melakukan negosiasi pada saat yang tidak terduga,
 Kompetensi interaktif, yaiut mampu mendengarkan dan menanyakan
pihak-piahk lain. Menjawab lebih mudah dari memberikan pertanyaan
yang baik, karena setiap jawaban lahir karena ada pertanyaan. Tanpa
adanya pertanyaan yang baik, jawaban yang baik tidak bisa diharapkan.
 Kemampuan menentukan prioritas. Dalam negosiasi, segala hal yang
dinegosiasikan adalah penting, hanya saja seorang negosiator harus
mampu memberikan prioritas kepada permasalahan yang ada.

e. Cakupan Negoisasi

Dalam konteks organisasi, negosiasi dapat terjadi:

 Antara dua orang 


misal: pada saat manajer dan bawahannya memutuskan tanggal
penyelesaian proyek yang harus diselesaikan oleh bawahan
 Dalam kelompok
misal: untuk mengambil keputusan kelompok atas suatu kasus,
 Antar kelompok
Misal: bagian pembelian dengan pemasok dalam kesepakatan harga,
kualitas atau tanggal penyerahan barang.
f. Unsur-unsur Negosiasi
 Ketergantungan dalam suatu tingkatan, antara pihak pihak yang
terlibat,
 Ketidaksepakatan atau konflik (baik konflik nyata atau yang
tersembunyi),
 Interaksi yang oportunistik (setiap pihak punya keinginan untuk
berusaha mempengaruhi orang lain),
 Kesepakatan.
h. Tujuan Negoisasi
 Tujuan agresif - berusaha memperoleh keuntungan dari kerugian
(damage) pihak lawan,
 Tujuan kompetitif - berusaha memperoleh sesuatu yang lebih (getting
more) dari pihak lawan,
 Tujuan kooperatif - berusaha memperoleh kesepakatan yang saling
menguntungkan (mutual gain),
 Tujuan pemusatan diri - berusaha memperoleh keuntungan tanpa
memperhatikan penerimaan pihak lain,
 Tujuan defensif - berusaha memperoleh hasil dengan menghindari
yang negatif,
 Tujuan kombinasi.
i. Gaya-gaya Negoisasi
Dalam gaya negosiasi dapat dijelaskan dalam dua dimensi, yaitu arah
dan kekuatan:
1. Arah berbicara tentang cara kita menangani informasi.
a. Mendorong [push]
memberi informasi, mengajukan usul, melalaikan kontribusi orang
lain, mengkritik, bertindak sebagai pengganggu – semua taktik
yang berlaku tergantung sifat dan konteks negosiasi.
b. Menarik [pull] 
mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan informasi, meminta
saran, memastikan pemahaman, meminta kejelasan, menyatakan
perasaan kita.
2. Kekuatan berbicara tentang keluwesan kita untuk beranjak dari
kedudukan kita yangn semula.
a. Bersikap keras : kita ingin menang berapapun harganya, tidak akan
mengalah atau mundur, tidak akan menerima tawaran apapun, kita
mengejar sasaran yang tinggi.
b. Bersikap lunak : kita mengalah, ragu-ragu, sulit untuk berkata
tidak, menyesuaikan diri 
c. sasaran yang kita kejar rendah. Kita dapat mengambil sikap keras
dalam beberapa persoalan dan bersikap lunak dalam persoalan-
persoalan yang lain : hal ini memberikan petunjuk jelas mengenai
hasil yang menjadi prioritas.
2.2 Proses Negoisasi
Seperti proses dan teknik komunikasi yang lain, negosiasi mengharuskan
kita untuk mempersiapkan diri dari persiapan, pelaksanaan sampai bagaimana
kita menutup proses tersebut. Persiapan dimulai dengan rencana – sasaran
akhir dan strategi untuk mencapainya, tujuan yang diinginkan, persiapan diri,
melihat posisi lawan komunikasi, pendekatan dan strategi yang tepat, dan
suasana yang mendukung. Saat pelaksanaan negosiasi, membaca tanda-tanda
nonverbal, membuat dan menanggapi usulan, menentukan posisi kita,  dan
menanggapi siasat yang diberikan lawan kita. Pada proses menutup negosiasi,
bagaimana membahas konsesi dan posisi kita, cara menutup yang berkesan,
mengatasi kemacetan dan menghasilkan sebuah hasil yang diharapkan bila
tidak mencari solusi lain yang tepat dan terakhir melaksanakan keputusan
yang dibuat. Berikut akan dijelaskan mengenai proses negoisasi:
a. Langkah-langkah bernegoisasi
1. Persiapan
Langkah pertama dalam melakukan negosiasi adalah langkah
persiapan. Persiapan yang baik merupakan fondasi yang kokoh bagi
negosiasi yang akan kita lakukan. Hal tersebut akan memberikan rasa
percaya diri yang kita butuhkan dalam melakukan negosiasi. Yang pertama
harus kita lakukan dalam langkah persiapan adalah menentukan secara
jelas apa yang ingin kita capai dalam negosiasi. Tujuan ini harus jelas dan
terukur, sehingga kita bisa membangun ruang untuk bernegosiasi. Tanpa
tujuan yang terukur, kita tidak memiliki pegangan untuk melakukan tawar-
menawar atau berkompromi dengan pihak lainnya. Hal kedua dalam
persiapan negosiasi adalah kesiapan mental kita. Usahakan kita dalam
kondisi relaks dan tidak tegang. Cara yang paling mudah adalah dengan
melakukan relaksasi. Bagi kita yang menguasai teknik pemrograman
kembali bawah sadar (subconscious reprogramming) kita dapat melakukan
latihan negosiasi dalam pikiran bawah sadar kita, sehingga setelah
melakukannya berkali-kali secara mental, kita menjadi lebih siap dan
percaya diri.
2. Pembukaan
Mengawali sebuah negosiasi tidaklah semudah yang kita bayangkan.
Kita harus mampu menciptakan atmosfir atau suasana yang tepat sebelum
proses negosiasi dimulai. Untuk mengawali sebuah negosiasi dengan baik
dan benar, kita perlu memiliki rasa percaya diri, ketenangan, dan kejelasan
dari tujuan kita melakukan negosiasi. Ada tiga sikap yang perlu kita
kembangkan dalam mengawali negosiasi yaitu: pleasant (menyenangkan),
assertive (tegas, tidak plin-plan), dan firm (teguh dalam pendirian).
Senyum juga salah satu hal yang kita perlukan dalam mengawali sebuah
negosiasi, sehingga hal tersebut akan memberikan perasaan nyaman dan
terbuka bagi kedua pihak. Berikut ada beberapa tahapan dalam mengawali
sebuah negosiasi:
 Jangan memegang apa pun di tangan kanan anda ketika memasuki
ruangan negosiasi;
 Ulurkan tangan untuk berjabat tangan terlebih dulu;
 Jabat tangan dengan tegas dan singkat;
 Berikan senyum dan katakan sesuatu yang pas untuk mengawali
pembicaraan. 
Selanjutnya dalam pembicaraan awal, mulailah dengan membangun
common ground, yaitu sesuatu yang menjadi kesamaan antar kedua pihak
dan dapat dijadikan landasan bahwa pada dasarnya selain memiliki
perbedaan, kedua pihak memiliki beberapa kesamaan yang dapat dijadikan
dasar untuk membangun rasa percaya. 
3. Memulai proses negosiasi 
Langkah pertama dalam memulai proses negosiasi adalah
menyampaikan (proposing) apa yang menjadi keinginan atau tuntutan kita.
Yang perlu diperhatikan dalam proses penyampaian tujuan kita tersebut
adalah: 
 Tunggu saat yang tepat bagi kedua pihak untuk memulai pembicaraan
pada materi pokok   negosiasi;
 Sampaikan pokok-pokok keinginan atau tuntutan pihak anda secara
jelas, singkat dan penuh percaya diri; 
 Tekankan bahwa anda atau organisasi anda berkeinginan untuk mencapai
suatu kesepakatan dengan mereka
 Sediakan ruang untuk manuver atau tawar-menawar dalam negosiasi,
jangan membuat hanya dua pilihan ya atau tidak;
 Sampaikan bahwa ”jika mereka memberi anda ini anda akan memberi
mereka itu – if you’ll give us this, we’ll give you that.” Sehingga mereka
mengerti dengan jelas apa yang harus mereka berikan sebagai kompensasi
dari apa yang akan kita berikan.
 Mendengarkan dengan efektif apa yang ditawarkan atau yang menjadi
tuntutan pihak lain. Mendengar dengan efektif memerluka kebiasaan dan
teknik-teknik tertentu. Seperti misalnya bagaimana mengartikan gerakan
tubuh dan ekspresi wajah pembicara. Usahakan selalu membangun kontak
mata dengan pembicara dan kita berada dalam kondisi yang relaks namun
penuh perhatian
4. Zona Tawar Menawar
Dalam proses inti dari negosiasi, yaitu proses tawar menawar, kita
perlu mengetahui apa itu The Bargaining Zone (TBZ). TBZ adalah suatu
wilayah ruang yang dibatasi oleh harga penawaran pihak penjual (Seller’s
Opening Price) dan Tawaran awal oleh pembeli (Buyer’s Opening Offer).
Di antara kedua titik tersebut terdapat Buyer’s Ideal Offer, Buyer’s
Realistic Price dan Buyer’s Highest Price pada sisi pembeli dan Seller’s
Ideal Price, Seller’s Realistic Price dan Seller’s Lowest Price pada sisi
pembeli. Kesepakatan kedua belah pihak yang paling baik adalah terjadi di
dalam wilayah yang disebut Final Offer Zone yang dibatasi oleh Seller’s
Realistic
5. Membangun Kesepakatan 
Babak terakhir dalam proses negosiasi adalah membangun
kesepakatan dan menutup negosiasi. Ketika tercapai kesepakatan biasanya
kedua pihak melakukan jabat tangan sebagai tanda bahwa kesepakatan
(deal or agreement) telah dicapai dan kedua pihak memiliki komitmen
untuk melaksanakannya. Yang perlu kita ketahui dalam negosiasi tidak
akan pernah tercapai kesepakatan kalau sejak awal masing-masing atau
salah satu pihak tidak memiliki niat untuk mencapai kesepakatan.
Kesepakatan harus dibangun dari keinginan atau niat dari kedua belah
pihak, sehingga kita tidak bertepuk sebelah tangan.  Karena itu, penting
sekali dalam awal-awal negosiasi kita memahami dan mengetahui sikap
dari pihak lain, melalui apa yang disampaikan secara lisan, bahasa gerak
tubuh maupun ekspresi wajah. Karena jika sejak awal salah satu pihak ada
yang tidak memiliki niat atau keinginan untuk mencapai kesepakatan,
maka hal tersebut berarti membuang waktu dan energi kita.
2.3. Manajemen Konflik
Karena setiap negosiasi memiliki potensi konflik dalam seluruh
prosesnya, penting sekali bagi kita untuk memahami cara mengatasi atau
menyelesaikan konflik. Untuk menjelaskan berbagai alternatif penyelesaian
konflik dipandang dari sudut menang – kalah masing-masing pihak, ada
empat kuadran manajemen konflik:
1. Kuadran Kalah-Kalah (Menghindari konflik)
Kuadran keempat ini menjelaskan cara mengatasi konflik dengan
menghindari konflik dan mengabaikan masalah yang timbul. Atau bisa
berarti bahwa kedua belah pihak tidak sepakat untuk menyelesaikan
konflik atau menemukan kesepakatan untuk mengatasi konflik tersebut.
Kita tidak memaksakan keinginan kita dan sebaliknya tidak terlalu
menginginkan sesuatu yang dimiliki atau dikuasai pihak lain. Cara ini
sebetulnya hanya bisa kita lakukan untuk potensi konflik yang ringan dan
tidak terlalu penting. Jadi agar tidak menjadi beban dalam pikiran atau
kehidupan kita, sebaiknya memang setiap potensi konflik harus dapat
segera diselesaikan.
2. Kuadran Menang-Kalah (Persaingan)
Kuadran kedua ini memastikan bahwa kita memenangkan konflik dan
pihak lain kalah. Biasanya kita menggunakan kekuasaan atau pengaruh
kita untuk memastikan bahwa dalam konflik tersebut kita yang keluar
sebagai pemenangnya. Biasanya pihak yang kalah akan lebih
mempersiapkan diri dalam pertemuan berikutnya, sehingga terjadilah suatu
suasana persaingan atau kompetisi di antara kedua pihak. Gaya
penyelesaian konflik seperti ini sangat tidak mengenakkan bagi pihak yang
merasa terpaksa harus berada dalam posisi kalah, sehingga sebaiknya
hanya digunakan dalam keadaan terpaksa yang membutuhkan
penyelesaian yang cepat dan tegas.
3. Kuadran Kalah-Menang (Mengakomodasi)
Agak berbeda dengan kuadran kedua, kuadran ketiga yaitu kita kalah –
mereka menang ini berarti kita berada dalam posisi mengalah atau
mengakomodasi kepentingan pihak lain. Gaya ini kita gunakan untuk
menghindari kesulitan atau masalah yang lebih besar. Gaya ini juga
merupakan upaya untuk mengurangi tingkat ketegangan akibat dari konflik
tersebut atau menciptakan perdamaian yang kita inginkan. Mengalah
dalam hal ini bukan berarti kita kalah, tetapi kita menciptakan suasana
untuk memungkinkan penyelesaian yang paripurna terhadap konflik yang
timbul antara kedua pihak. Mengalah memiliki esensi kebesaran jiwa dan
memberi kesempatan kepada pihak lain untuk juga mau mengakomodasi
kepentingan kita sehingga selanjutnya kita bersama bisa menuju ke
kuadran pertama.
4. Kuadran Menang-Menang (Kolaborasi)
Kuadran pertama ini disebut dengan gaya manajemen konflik kolaborasi
atau bekerja sama. Tujuan kita adalah mengatasi konflik dengan
menciptakan penyelesaian melalui konsensus atau kesepakatan bersama
yang mengikat semua pihak yang bertikai. Proses ini biasanya yang paling
lama memakan waktu karena harus dapat mengakomodasi kedua
kepentingan yang biasanya berada di kedua ujung ekstrim satu sama
lainnya. Proses ini memerlukan komitmen yang besar dari kedua pihak
untuk menyelesaikannya dan dapat menumbuhkan hubungan jangka
panjang yang kokoh . Secara sederhana proses ini dapat dijelaskan bahwa
masing-masing pihak memahami dengan sepenuhnya keinginan atau
tuntutan pihak lainnya dan berusaha dengan penuh komitmen untuk
mencari titik temu kedua kepentingan tersebut.
2.4 Negoisasi Dengan Hati
Pada dasarnya negosiasi adalah cara bagaimana kita mengenali,
mengelola dan mengendalikan emosi kita dan emosi pihak lain. Di sinilah
seringkali banyak di antara kita tidak menyadari bahwa negosiasi sebenarnya
lebih banyak melibatkan apa yang ada di dalam hati atau jiwa seseorang. Ini
seperti gambaran sebuah gunung es, di mana puncak yang kelihatan
merupakan hal-hal yang formal, tuntutan yang dinyatakan dengan jelas,
kebijakan atau prosedur perusahaan, maupun hubungan atau relasi bisnis
yang didasarkan pada hitungan untung rugi. Sedangkan yang sering dilupakan
dalam proses negosiasi adalah hal-hal yang tidak kelihatan, seperti misalnya
hasrat, keinginan, perasaan, nilai-nilai maupun keyakinan yang dianut oleh
individual yang terlibat dalam konflik atau yang terlibat dalam proses
negosiasi. Hal-hal yang di dalam inilah justru seringkali menjadi kunci
terciptanya negosiasi yang sukses dan efektif.
Negosiasi sebenarnya melibatkan tiga hal pokok yang kami sebut sebagai
Negotiation Triangle, yaitu terdiri dari HEART (yaitu karakter atau apa yang
ada di dalam kita yang menjadi dasar dalam kita melakukan negosiasi),
HEAD (yaitu metoda atau teknik-teknik yang kita gunakan dalam melakukan
negosiasi), HANDS (yaitu kebiasaan-kebiasaan dan perilaku kita dalam
melakukan negosiasi yang semakin menunjukkan jam terbang kita menuju
keunggulan atau keahlian dalam bernegosiasi).  Jadi, sebenarnya tidaklah
cukup melakukan negosiasi hanya berdasarkan hal-hal formal, kebijakan dan
prosedur, atau teknik-teknik dalam negosiasi. Justru kita perlu menggunakan
ketiga komponen tersebut yaitu: karakter, metoda dan perilaku. Dalam
banyak hal, negosiasi justru tidak terselesaikan di meja perundingan atau
meja rapat formal, tetapi justru dalam suasana yang lebih informal dan relaks,
di mana kedua pihak berbicara dengan hati dan memanfaatkan sisi
kemanusiaan pihak lainnya. Karena pada dasarnya selain hal-hal formal yang
ada dalam proses negosiasi, setiap manusia memiliki keinginan, hasrat,
perasaan, nilai-nilai dan keyakinan yang menjadi dasar bagi setiap langkah
pengambilan keputusan yang dilakukannya.
Ada 3 konsep penting yang harus dipahami oleh seorang negosiator, yaitu :

1. BATNA (Best Alternative to a Negotiated Agreement), yaitu langkah-


langkah atau alternatif-alternatif yang akan dilakukan oleh seorang
negosiator bila negosiasi tidak mencapai kesepakatan. Contoh : Bila pasal
mengenai besarnya pesanggon yang harus diberikan dalam proses PHK yang
diajukan pihak pengusaha tidak dapat disepakati oleh pihak serikat pekerja,
maka negosiator dari pihak pengusaha mempunyai 2 pilihan ,yaitu mencoba
untuk melakukan “trade off” dengan pasal mengenai penambahan cuti atau
meninggalkan perundingan, bila tidak ada tanda-tanda positif dari para
perunding pihak serikat pekerja untuk mau beranjak dari posisi-nya saat ini.
2. Reservation Price, yaitu nilai atau tawaran terendah yang dapat diterima
sebagai sebuah kesepakatan dalam negosiasi. Contoh : negosiator dari pihak
pekerja akan menyepakati hasil perundingan KKB secara keseluruhan,
apabila minimum 5 dari 10 usulan mereka dapat diterima oleh pihak
perusahaan.
3. ZOPA ( Zone of Possible Agreement), yaitu suatu zona atau area yang
memungkinkan terjadinya kesepakatan dalam proses negosiasi. Contoh :
target upah minimum yang dikehendaki oleh pihak pekerja adalah Rp.
1.000.000 (gross), sedangkan reservation price-nya adalah Rp. 750.000
(gross). Sedangkan target upah minimum yang dikehendaki oleh pihak
pengusaha adalah Rp. 650.000 (gross), dan reservation price-nya adalah Rp.
850.000 (gross). Zona antara Rp. 750.000 (gross) dan Rp. 850.000 (gross)
adalah ZOPA
Negosiasi antara penjual dan pembeli
contoh

Penjual : Mau cari Apa Mas?


Deni     : Hmm, Baju yang ini harganya berapa ya?
Penjual : Kalau yang ini harganya 150.000
Deni     : Wah ko' mahal sekali Mba?
Penjual : Iya, soalnya bahannya bagus dan juga limited edition
Deni     : Iya memang benar bahannya bagus, tapi apakah harganya tidak bisa
kurang?
Penjual : Baiklah saya kurangi,jadi 145.000 gimana?
Deni     : Wah itu masih kemahalan Mba, kurangi sedikit lagi Mba
Penjual : Ga bisa Mas ini saja sudah murah
Deni     : Gimana kalau 140.000 Mba?
Penjual : Ga bisa Mas, itu sudah paling murah
Deni     : Ayolah Mba ini buat oleh-oleh saya di rumah
Penjual : Baiklah buat Mas saya bolehkan, mau beli apalagi?
Deni     : Tidak ini saja, ini Uangnya.
Penjual : Ya, terimakasih
Deni     : sama-sama
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Negosiasi menuntut kemampuan komunikasi yang memadai. Ini membuktikan


betapa komunikasi dengan pihak lain merupakan syarat utama yang dapat
menunjang keberhasilan kita di masa depan. Kita semua adalah negoisiator yang
selalu melakukan negoisiasi setiap hari. Hanya saja, kita tidak sadar, jikalau kita
sedang melakukan suatu negoisasi. Negosiasi tidaklah untuk mencari pemenang
dan pecundang dalam setiap negosiasi terdapat kesempatan untuk menggunakan
kemampuan sosial dan komunikasi efektif dan kreatif untuk membawa kedua
belah pihak ke arah hasil yang positif bagi kepentingan bersama. [Ron Ludlow &
Fergus Panton 2000 : 141 – 142] karena pada dasarnya sebuah negoisasi adalah
sebuah kesepakatan diantara orang-orang yang melakukan negoisasi. 

Kemampuan bernegoisasi sangat dibutuhkan dewasa ini, karena setiap aktivitas


membuthkan negoisasi. Kita selalu melakukan negoisasi kepada orang tua, kakak,
adik, anak, suami, istri, teman, kerabat bahkan negoisasi terhadap diri sendiri
kerap kita lakukan. Orang-orang yang selalu melakukan negoisasi adalah cerdas.
Mengapa? Karena dalam negoisasi terdapat kesepakatan yang menghasilkan
keputusan dan keputusan itu adalah hal yang menyangkut dengan kepentingan diri
sendiri yang mengambil sebuah resiko dan mengharapkan keuntungan tertentu.
Untuk itu, latihlah diri pembaca untuk selalu bernegoisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Rustono. 2008. Peran Komunikasi dan Negosiasi Dalam Hubungan


Pemutusan Kerja(PHK).Jurnal Pengembangan Humaniora,Vol. 8 No 3.

Saiman, Leonardus. 2009.Kewirausahaan, Teori, Praktek Dan Kasus-


Kasus. Jakarta:Salemba Empat.

Suryana. 2006.Kewirausahaan. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

.Suryana. 2006.Kewirausahaan. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Suryabrata, Sumadi. 2000.Pengembangan Alat Ukur Psikologis.


Yogyakarta: Andi

Suryana, Yuyus. 2010.Kewirausahaan, pendekatan karakteristik wirausaha


sukses.Jakarta:KencanaPrenada Media Group.

Tiyas,Asri Jiwaning. 2013. Pengaruh komunikasi Interpersonal Terhadap


Kemampuan Bernegosiasi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas
NegeriSurabaya.Skripsi. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Ulinuha, Zulfa. 2013.Strategi Negosiasi Bisnis Jack Advertising Dengan


Klien(Studi Pada Klien Jack Advertising: Sampoerna, LG, Dan Primarasa
food).Skripsi.Malang:Universitas Brawijaya.

Wibowo, lili adi. 2008.Melakukan Negosiasi, Disajikan Pada Pendidikan


Dan Latihan Profesi Guru (Plpg) Bidang Keahlian Manajemen Bisnis.
Bandung:UI.

Wiratmo, M. 1996.Pengantar Kewiraswastaan: Kerangka dasar memasuki


duniabisnis. Yogyakarta:BPFEYogyakarta

Anda mungkin juga menyukai