Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
Gebry Nadira
NIM.11141030000088
Laporan penelrtran rnr mempakan hasll karya ash saya yang dralukan urtrtk
Hidayatullah Jakarta.
Sernua sumber yang saya gunakan dalam penuhsan mr telah saya cantumkan
3" Jika di kemudian hari terbtrkti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
rnerupakan hasrl3rplakan darr karya orang larn. maka saya bersedla menerlma
Gebry Nadrra
HUBTINGAiT{ KADAR SERT]M VTTAMIN D (25(OH}D) DENGAI{
DERAJAT KEPARAHAN O STEOARTHRITIS LUTUT MENTIRUT
KELLGREN LAWRENCE PADA LAI\JTIT USIA DI KLINIK
PELAYANAN KESEHATAI\ MASYARAKAT RENI JAYA UTi\
SI'ARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2OI7
Laporan Penelitian
Oleh:
Gebry Nadira
NrM.11141030000088
Pembimbing I Pembimbing II
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 Ir/ 2017 M
ilt
LEMBAR PENGESAHAN
DEWAN PENGTJJI
Sp.OT, M.Epid
NIP : 19780507 200501 1 005
Pembimbing I Pembimbing II
Penguji I
Sp.OT drMus,ikaW::-,"-.,
03 1 003
PIMPINAN FAKULTAS
K UIN Jakarta Kaprodi PSKPD FKIK UIN Jakarta
tv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayahNya , sehingga penulis dapat dalam menyelesaikan peneltian ini
dengan baik. Sholawat serta salam tak lupa penulis sampaikan kepada baginda
Rasulullah SAW yang telah mengajak kita para umatnya menuju jalan yang lurus.
Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan untuk mendapatkan gelar
Sarjana Kedokteran dari Program Studi Kedokteran dan Pendidikan Dokter, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1. Prof. Dr. H. Arief Sumantri, M.Kes sebagai dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. dr. Nouval Shahab, Sp.U, Ph.D, FICS, FACS selaku ketua Program Studi
Kedokteran dan Pendidikan Dokter (PSKPD) FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
3. dr. Achmad Zaki, Sp.OT, M.Epid sebagai pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, dukungan, serta motivasi yang membuat penulis
semangat dalam menjalankan semua proses dalam penelitian ini dengan baik.
4. dr. Ayat Rahayu, Sp.Rad sebagai pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan serta nasehat kepada penulis sehingga penulis dapat menjalankan
semua proses pada penelitian ini dengan baik.
5. dr.Putri Herliana yang telah memberi bimbingan dan dukungan kepada
penulis selama proses penyusunan laporan penelitian ini.
v
6. Bapak Chris Adhiyanto, MBiomed, PhD selaku penanggung jawab riset
PSKPD angkatan 2014.
7. Staf dosen PSKPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan ilmu pengetahuan serta pengalaman hidup sebagai bekal bagi
penulis untuk ke depannya menjadi dokter yang baik bagi agama dan negara.
8. Staf Klinik Pelayanan dan Kesehatan Masyarakat (KPKM) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak bantuan kepada saya
selama pengambilan data penelitian ini, terutama kak Ayu yang selalu sabar
menghadapi penulis.
9. Ibu Nenden Muchtar selaku Ketua Perkumpulan Lansia Tangerang Selatan,
dan ibu-ibu serta bapak-bapak lansia yang selalu ceria dan sabar menjadi
responden dalam penelitian penulis.
10. Kedua orang tua penulis, Bapak Ir.Banua Rambe, Msi dan Ibu Elfirawati S.E
yang selalu mendukung penulis baik dari waktu, nasehat, dan yang terakhir
adalah doa serta keridhaan yang mereka berikan. Hal tersebut merupakan
bagian terpenting dalam penelitian penulis . Terima kasih selalu menjadi
orang tua terbaik bagi penulis.
11. Para adik penulis, Gefbar Faikar Aqbil serta Gelba Anggina Amirahta yang
selalu memberi saya semangat untuk menyelesaikan penelitian ini guna
menjadi contoh yang baik bagi mereka. Kepada nenek saya yang selalu
memberi nasehat penuh serta mendoakan penulis. Terima kasih telah
meluangkan waktunya kepada penulis dalam semua proses penelitian penulis.
12. Teman-teman sejawat dalam penelitian yang sama, Amalina, Ning Indah,
Asiah Muthia, Alvin Zulmaeta dan Maulana Hafiez Rambe yang memberikan
dukungan penuh serta waktu dan perjuangan yang penulis dan mereka
lakukan bersama demi suksesnya penelitian penulis. Ingat selalu “Man jadda
wajjada”, siapa yang bersungguh-sungguh maka akan mendapatkannya.
Terima kasih atas kerja sama selama ini.
vi
13. Sahabat-sahabat penulis yang menjadi suplemen 24 jam, Nadira, Ning Indah,
Shallyna yang selalu memberi hiburan dan semangat ketika penulis mulai
putus asa. Semangat kita semua pasti bisa menjadi dokter yang sukses. Terima
kasih atas dukungannya.
14. Sahabat sejak dulu hingga sekarang, Hanny Adiba yang selalu mengingatkan
saya ketika saya putus asa, dan lelah dalam melakukan penelitian. Terima
kasih selalu mendengar dan mengerti penulis. Semoga sukses menjadi dokter
gigi.
15. Pembimbing SPSS penulis, Kak Yesha yang sangat baik dan sabar membantu
penulis dalam mengolah data dengan SPSS. Terima kasih atas bimbingannya.
16. Teman-teman yang selalu mendukung saya, Octaviana, Amel, Flora, Disti.
Terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini.
17. Teman-teman sejawat PSKPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
memberi motivasi kepada penulis dan telah berjuang bersama dari semester
satu hingga semester akhir, sehingga penulis dapat menyeselesaikan penelitian
ini dengan baik.
Segala perjuangan dan usaha yang penulis telah lakukan merupakan pertolongan dari
Allah SWT. Oleh karena itu, penulis sebagai manusia biasa, bisa melakukan
kesalahan dalam penulisan ini. Penulis sangat menerima kritik dan saran yang
membangun. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat khususnya lansia
Indonesia yang merupakan orang-orang yang wajib kita lindungi dan sayangi.
Penulis
vii
ABSTRAK
Gebry Nadira. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter. Hubungan Kadar
Serum Vitamin D (25(OH)D) dengan Derajat Keparahan Osteoarthritis Lutut
Menurut Kellgren Lawrence pada Lanjut Usia di Klinik Pelayanan Kesehatan
Masyarakat (KPKM) Reni Jaya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2017. Latar
Belakang : Osteoarthritis merupakan penyakit degeneratif yang bersifat kronik
dengan progresivitas lambat. Kerusakan kartilago sendi lutut diklasifikasikan sesuai
derajat keparahannya menurut Kellgren Lawrence (KL). Vitamin D merupakan faktor
nutrisi yang diharapkan dapat menghambat terjadinya progresivitas osteoarthtiris.
Tujuan :Mengetahui hubungan antara kadar serum vitamin D dengan derajat
keparahan osteoarthritis (KL). Metode : Penelitian yang telah dilakukan merupakan
jenis penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel diambil
secara konsekutif sebanyak 57 responden yang berobat ke KPKM Reni Jaya. Hasil
:Dari uji Chi Square didapatkan hubungan yang lemah dan signifikan antara kadar
serum vitamin D dengan derajat keparahan osteoarthritis menurut KL (r= -0,189, p
<0,05). Dari hasil analisis regresi logistik ordinal, kadar serum vitamin D tidak
memengaruhi secara signifikan terhadap derajat keparahan osteoarthritis menurut KL
(p>0,05) Kesimpulan : Semakin tinggi kadar serum vitamin D, maka semakin ringan
derajat keparahan osteoarthritis menurut KL.
ABSTRACT
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR............................................................................................................... v
ABSTRAK.................................................................................................................................. viii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. xi
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………………………... 1
xi
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
xii
Gambar 2.9. Metabolisme vitamin D………………………………………………….. 24
Gambar 2.10.Skema aktivitas vitamin D di dalam sel………………………………….
25
DAFTAR GRAFIK
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
DAFTAR SINGKATAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Faktor risiko pada osteoarthritis dapat dibedakan dalam faktor risiko kejadian
awal dan faktor risiko yang berhubungan dengan progresivitas dan beratnya
osteoarthritis. Faktor yang berperan pada kejadian awal meliputi sistemik dan
lokal biomekanik. Faktor sistemik meliputi usia, gender, obesitas, genetik, nutrisi
(rendahnya mengonsumsi vit D), terapi sulih hormon, densitas tulang, sedangkan
faktor lokal terdiri dari pekerjaan, olahraga, kelemahan otot, proprioseptik.6
Vitamin D merupakan salah satu faktor nutrisi yang paling memberi harapan
bagi penderita osteoarthritis. Menurut Institute of Medicine, mendefinisikan
defisiensi vitamin D, apabila kadar serum 25-hydroxyvitamin D (<20 ng / ml) di
mana kadar normalnya yaitu 30-100 ng/ml.7 Tanpa vitamin D yang cukup,
tulang dapat menjadi tipis, rapuh, dan mengalami kecacatan. Dalam studi
Framingham, subyek dengan derajat kadar serum 25-hydroxyvitamin D terendah
(<27 ng / ml) dan menengah (27,0-33,0 ng / ml) memiliki risiko tiga kali lipat
mengalami osteoarthritis lutut yang progresif dibanding dengan subyek yang
tertinggi.8
Hingga saat ini metode paling umum sebagai standar referensi untuk
mengetahui derajat keparahan osteoarthritis adalah Kellgren-Lawrence. Metode
ini yang telah dipakai selama lebih dari empat dekade. Secara keseluruhan sistem
penilaian derajat keparahan osteoarthritis terbagi dalam lima tingkatan yaitu
tingkat 0-4. Mendefinisikan secara pasti adanya osteofit (tingkat ≥2) dan untuk
derajat yang lebih parah ditandai dengan munculnya dugaan adanya penyempitan
ruang sendi, sklerosis, deformitas.5
1.3 Hipotesis
Penderita osteoarthritis lutut dengan kadar serum vitamin D (25(OH)D)
yang normal menunjukan gambaran radiologis Kellgren-Lawrence dengan
derajat keparahan yang lebih ringan dibandingkan dengan penderita yang
defisiensi vitamin D.
4
Hasil dari penelitian yang kami lakukan ini diharapkan dapat menjadi
bahan referensi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian selanjutnya demi
kemajuan pengembangan ilmu pengetahuan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
7
a. Lapisan luar
Disebut juga fibrous capsul , terdiri dari jaringan penghubung yang
kuat yang tidak teratur dan akan berlanjut menjadi lapisan fibrous dari
periosteum yang menutupi bagian tulang, sebagian lagi akan menebal dan
membentuk ligamentum. 14
b. Lapisan dalam
Disebut juga sinovial membran, bagian dalam membatasi kavum sendi
dan bagian luar merupakan bagian dari kartilago sendi. Membran ini tipis
dan terdiri dari kumpulan jaringan penghubung. Membran ini
menghasilkan cairan sinovial yang terdiri dari serum darah dan cairan
sekresi dari sel sinovial. Cairan sinovial ini merupakan campuran yang
kompleks dari polisakarida protein , lemak dan sel sel lainnya. 14
Ligamentum kuat, yang terletak pada bagian posterior dari sendi lutut,
letaknya memanjang dari fossa interkondilaris dan condylus lateral
femur ke caput dan condylus medial tibia. Ligamentum ini memperkuat
permukaan posterior dari sendi. 13
9
b. Meniscus Lateral
Potongan hampir melingkar (hampir seperti bentuk O). Akhir
anteriornya melekat ke anterior pada eminentia intercondylaris tibia
dan ke posterior serta lateral pada ligamentum cruciatum anterior.
Akhir posteriornya melekat ke posterior pada eminentia intercondylaris
tibia dan ke anterior pada akhir posterior meniscus medial. 13
Sumber : Junqueira L.C., J Carneiro, R.O. Kelley. 20. Histologi Dasar Junquiera, Atlas & Teks.
Edisi ke-12. Jakarta : EGC. P 351-3
12
2.1.3 Osteoarthritis
\
16
STIMULASI STIMULASI
Anabolisme KONDROSIT
Katabolisme
Glukokortikoid
Fragmen Pro-Collagen
INHIBISI
INHIBISI
Pada stadium lebih lanjut, kerusakan akan meluas mencapai seluruh tulang
rawan sendi hingga subkondral. Proses osteoarthritis yang bersifat idiopatik bisa
berlangsung lambat sekitar 20-30 tahun. Selain itu, jaringan sinovium juga
berperan dalam aktivitas kondrosit, di mana sinoviosit melakukan fagositosis
fragmen kartilago yang dilepaskan ke rongga sendi hingga mengakibatkan
terjadinya inflamasi. Selanjutnya sel sinovia pada osteoarthritis mampu produksi
berbagai mediator yang dilepaskan ke rongga sendi seperti Matrix
Metaloproteinase (MMP) yang bersifat kondrolitik dan sitokin yang selanjutnya
merusak fragmen kartilago dan aktivitas dari kondrosit. Akhirnya, tulang
subkondral juga berperan dalam degradasi matriks kartilago sendi. Sel yang
berasal dari osteoklas akan mensintesa enzim proteolitik. 6
17
Keparahan gejala dapat bergantung pada kerusakan yang terjadi pada sendi,
namun dapat bervariasi antar individu dan antar sendi. 16
1) Nyeri
2) Kekakuan
3) Pembengkakan
Dapat terjadi secara terus menerus (dengan penebalan kapsular atau karena
adanya osteofit yang besar-besar) ataupun secara berselang (oleh karena
adanya efusi).
4) Deformitas
Sumber : R.D. Altman, M.D., G.E. Gold, M.D. Atlas of individual radiographic features in
osteoarthritis, Osteoarthritis and Cartilage Volume 15 2007, A1-A56
20
Sumber : Symmon D, Mathers C, Pfeleger B Global burden of Osteoarthritis in the year 2000. In
Global Burden of Disease 2002,1-26
Selain gambaran X-ray dari sendi lutut (tibiofemoral joint) diperlukan pula
informasi mengenai gejala klinis yang dialami pasien melalui anamnesis. Berikut
ini adalah gambaran algoritma penentuan diagnosis osteoarthritis dengan melihat
radiologis dan gejala klinis. Algoritma ini juga sudah digunakan untuk
mendiagnosis pasien osteoarthritis di Indonesia oleh IRA( Perhimpunan
Rheumatologi Indonesia)
dan
adanya osteofit
dan
2. Faktor Mekanik
Trauma, bentuk sendi, penggunaan sendiri berlebihan karena
pekerjaan/aktivitas
22
Berbagai faktor di atas mungkin saja ditemukan satu individu dan saling
menguatkan. Faktor risiko awal munculnya osteoarthritis berbeda dengan
faktor risiko untuk progresivitas osteoarthritis.
a. Usia
b. Jenis Kelamin
Wanita lebih sering terserang osteoarthritis lutut dan terjadi pada lebih
dari satu sendi. Sedangkan laki-laki lebih sering terkena osteoarthritis
paha, pergelangan tangan, dan leher. Pada usia <45 tahun frekuensi
osteoarthritis kurang lebih sama antara laki-laki dan wanita, namun di atas
usia 50 tahun (setelah menopause), frekuensi osteoarthritis lebih banyak
menyerang wanita.
c. Genetik
Salah satu determinan yang kuat pada osteoarthritis. Bukti adanya peranan
faktor genetik berasal dari epidemiologik keluarga, Pada orang kembar
mendapat pengaruh genetik sebesar 39% osteoarthrtis tangan, 65%
osteoarthritis lutut, osteoarthritis panggul dan 70% osteoarthritis spinal.
Bukti terkuat adalah determinan gen dengan osteoarthritis familial
ditemukan keterkaitan gen kolagen tipe II yang mengalami mutasi dengn
kondrodisplasia dan osteoarthritis pada banyak sendi. Kandidat gen
lainnya pada osteoarthritis meliputi gen reseptor vitamin D, gen COMP
dan pada region HLA.
23
d. Obesitas
2.1.4. Vitamin D
Gambar 2.10. Skema aktivitas Vitamin D di dalam sel. 1,25(OH)D masuk ke dalam membran
seldan berikaran dengan VDR di sitoplasma sel. Komplek heteromerik yang terbentuk masuk ke
dalam inti sel dan membentuk komplek yang lebih besar dengan RXR. Komplek nucleoprotein ini
mengenali lokasi khusus pada kromosom dan meregulasi transkripsi gen. (Murtens & Muller,
2010)
26
Selain faktor lansia terdapat pula kasus yang jarang seperti (a) perubahan
metabolisme vitamin atau adanya resistensi jaringan terhadap aksi vitamin D; (b)
hipoparatiroid; (c) patologi herediter terkait kelainan pada kromosom X; (d)
penyakit-penyakit yang menghalangi penyerapan vitamin D atau pembentukan
metabolit aktifnya.
Sesuai dengan kerangka teori yang telah dijelaskan di atas, maka kerangka
konsepnya sebagai berikut
Usia
Jenis Kelamin
IMT
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
2
𝑧𝛼+𝑧𝛽
𝑛= � 1+𝑟 � +3
0,5 ln
1−𝑟
31
32
2
1,96 + 1,282
𝑛= � 1 + 0,43
� +3
0,5 ln
1 − 0,43
2
3,242
𝑛= � 1,43
� +3
0,5 ln
0,57
2
3,242
𝑛= � � +3
0,5 ln 2,50
2
3,242
𝑛= � � +3
0,45
2
𝑛 = (7,20) + 3
Keterangan :
𝑍𝛼 = deviat baku normal untuk α. Kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 0,5%, hipotesis dua
arah sehingga 𝑍𝛼 = 1,96
Zβ = deviat baku normal untuk β . Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 10% (power
penelitian 90%) sehingga Zβ = 1,282
r = korelasi minimal yang dianggap bermakna, ditetapkan sebesar 0,43.
– IMT > 27
Kertas
Pulpen
Laptop & Program SPSS
Kuesioner
Timbangan & Microtoise
Alat Radiologi X-ray Lutut
Darah Sampel Pasien
Vacutainer
Spuit
Alkohol swab
Kit ELISA
35
Data yang telah dikumpulkan akan diolah melalui beberapa tahapan, yaitu:
1. Cleaning
2. Editing
3. Coding
Tahapan ini yaitu memberikan kode-kode pada data yang telah terkumpul
dan dikelompokkan agar mudah dalam pemasukan data.
4. Entry
2= 70 – 79 tahun
(Lansia Madya)
39
1= Pria
2= Wanita
2. Insufisien
(25 – 50 nmol/L)
3. Defisien
(<25 nmol/L)
Sumber :
3= Sedang
Hasil dari penelitian ini, didapatkan sampel yang berasal dari data primer
pada lanjut usia ( ≥ 60 tahun) yang merupakan pasien KPKM Reni Jaya,
Pamulang, Tangerang Selatan pada bulan Februari hingga Mei 2017 . Didapatkan
subjek penelitian sebanyak 57 orang, yang sebelumnya sudah menyetujui untuk
dilakukan pemeriksaan terkait kadar vitamin D dan pemeriksaan rontgen pada
lutut yang sakit.
41
42
tahun didapatkan hasil terbanyak yaitu 47,5% mengalami OA lutut dibanding usia
yang <50 tahun sebesar 27,5%.27
Hal ini juga diperkuat oleh penelitian Yulidar (2013) di RSUD Raden
Matther Jambi, terdapat presentase terbesar yaitu 48,6% penderita OA lutut pada
usia >60 tahun, dan disebutkan juga bahwa faktor usia berhubungan secara
signifikan (p=0,021) terhadap kejadian OA. Usia merupakan salah satu faktor
risiko terjadinya OA, semakin bertambahnya usia, maka semakin tinggi pula
prevalensi osteoarthritis.28
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulidar (2013) di
RSUD Raden Matther Jambi terdapat 68,9% perempuan yang menderita OA
dibandingkan dengan laki-laki yaitu 31,1%. Yulidar (2013) menjelaskan bahwa
terdapat pula hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan OA
(p=0,015). 28
Pada penelitian ini, golongan terbanyak (28) adalah dengan IMT 18,5-25
kg/m2 (49,1%) yaitu golongan IMT normal. Kemudian, disusul oleh golongan
obesitas (27) dengan IMT 25,1-27,0 kg/m2 (47,4%). Dua golongan lainnya
berjumlah sama yaitu satu orang (1,8%) yang merupakan golongan IMT kurus
ringan dan kurus berat dengan kategori dan 17-18,4 kg/m2 dan <17 kg/m2 .
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Nur Aini
(2009) pada lansia di Kelurahan Pucangsawit, Surakarta, didapatkan hasil dengan
uji odds ratio (OR) pada IMT normal (18,5-25,0) = 1,5 . Hasil tersebut
menyatakan bahwa lansia dengan IMT normal berisiko terjadinya OA 1,5 kali
lebih besar dibandingkan dengan IMT kurang (<17, 17-18,4).29
45
Tabel 4.2.1. Gambaran korelasi antara kadar serum vitamin D dengan derajat
keparahan osteoarthritis menurut Kellgren Lawrence
Tabel 4.2.2. Tabulasi silang antara kadar serum vitamin D dengan derajat
keparahan osteoarthritis menurut Kellgren Lawrence
n= % n= % n= % 57
25 22 10 (100)
Kadar Sufisien 4 21.1 11 57.9 4 21.1 19(100)
Hasil dari tabulasi silang di atas dapat menjawab H1, namun tidak dapat
melihat pengaruh dari kadar serum vitamin D terhadap derajat keparahan
osteoarthritis. Hal itu karena pada uji hipotesis Chi Square hanya dapat
mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel. Tetapi tidak dapat
melihat seberapa besar risiko antar kedua variabel tersebut. Maka dari itu,
dilakukan analisis lebih lanjut menggunakan uji regresi logistik ordinal.
Persamaan ke 1 :
𝑷(𝒀 ≤𝟏)
𝒍𝒏 � � Variabel Y ( Klasifikasi
𝑷( 𝒀 >𝟏)
Kellgren Lawrence)
Persamaan ke 2 : 1= ringan
2= sedang
𝑷(𝒀 ≤ 𝟐)
𝒍𝒏 � � 3= berat
𝑷( 𝒀 > 𝟐)
50
Tabel 4.3.1. Pengaruh Faktor Risiko Kadar Serum Vitamin D terhadap Derajat
Keparahan OA Menurut KL
Tabel 4.3.3. Pengaruh Faktor Risiko Jenis Kelamin Terhadap Derajat Keparahan
OA Menurut KL
Tabel 4.3.4. Pengaruh Faktor Risiko Indeks Massa Tubuh (IMT) terhadap Derajat
Keparahan OA Menurut KL
5.1 Simpulan
5.2. Saran
a. Bagi masyarakat
54
55
b. Bagi pemerintah
KERJASAMA RISET
Riset ini merupakan bagian kerjasama riset mahasiswa dan kelompok riset
Osteoarthritis dan Osteoporosis pada lansia di KPKM Reni Jaya UIN Syarif
Hidayatulla Jakarta yang dibiayai oleh dr. Achmad Zaki, Sp.OT, M. Epid serta di
bawah bimbingannya.
56
57
DAFTAR PUSTAKA
2. Felson DT, Lawrence RC, Dieppe PA, Hirsch R, Helmick CG, Jordan
JM, dkk. Osteoarthritis: New Insights Part 1: The Disease and Its Risk
Factors. Ann Intern Med. 2000 Oct 17; 133(8):635-46.
3. Oliveria SA, Felson DT, Reed JI, Cirillo PA, Walker AM. Incidence of
symptomatic hand, hip, and knee osteoarthritis among patients in a
health maintenance organization. Arthritis Rheum. 1995 Aug;
38(8):1134-41.
4. Murphy L, Schwartz TA, Helmick CG, Renner JB, Tudor G, Koch G,
dkk. Lifetime risk of symptomatic knee osteoarthritis. Arthritis
Rheum. 2008 Sep 15; 59(9):1207-13
5. Lawrence RC, Felson DT, Helmick CG, Arnold LM, Choi H, Deyo
RA, dkk. Estimates of the prevalence of arthritis and other rheumatic
conditions in the United States. Arthritis Rheum. 2008 Jan; 58(1):26-
35
6. Isbagio, H. 2004. Telaah Pengaruh Jangka Panjang Densitas Massa
Tulang Total yang Rendah terhadap progrsivitas kerusakan matriks
tulang rawan sendi pada osteoarthritis sendi lutut. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Univeristas Indonesia
7. Holick MF 2007 Vitamin D deficiency. N Engl J Med 357:266–281
8. McAlindon TE, Felson DT, Zhang Y, dkk . Relation of dietary intake
and serum levels of vitamin D to progression of osteoarthritis of the
knee among participants in the Framingham Study. Ann Intern Med
1996;125(5):353–9. [PubMed: 8702085]
9. Arifin Z, Hestiantoro A, Baziad A . Pemberian susu yang difortifikasi
kalsium kadar tinggi dan vitamin D dalam memperbaiki turnover
tulang perempuan pasca menopause. Maj Obstet Ginekol Indonesia
2010;34(1): 31-8
58
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Pemeriksaan Fisik
Indeks Massa Tubuh :
• BB : kg
• TB : cm
• IMT : kg/m2
Pemeriksaan Laboratorium
Vitamin D : nmol/L
Sufisien (>50-125)
Insufisien (25-50 )
Defisien (<25)
Pemeriksaan Radiologi
Derajat Kellgren Lawrence :
Lampiran 3
Surat Izin Penelitian
64
Lampiran 4
Lembar Analisa Data SPSS
ANALISIS DATA
Deskriptif
1. Usia
Usiabaru
2. Jenis Kelamin
jenis_kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
3. IMT
imt_baru
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
4. Kadar Vitamin D
Kadarvitd
5. KL
KL
Analisis Bivariat
kadarvitd * KL Crosstabulation
Count
KL
kadarvitd 1.00 4 11 4 19
2.00 18 6 5 29
3.00 3 5 1 9
Total 25 22 10 57
kadarvitd * KL Crosstabulation
KL
1.00 2.00 3.00 Total
2.00 Count 18 6 5 29
3.00 Count 3 5 1 9
Chi-Square Tests
a. 4 cells (44.4%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.58.
67
Symmetric Measures
Analisis Multivariat
Parameter Estimates
95% Confidence
Interval
[jenis_kelamin=1.0
-.213 .643 .110 1 .740 -1.474 1.047
0]
[jenis_kelamin=2.0 a
0 . . 0 . . .
0]