Anda di halaman 1dari 24

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Kajian Teori

1. Efektivitas

a. Pengertian Efektivitas

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang

berarti berhasil, atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. 1

Sedangkan kata efektivitas berasal dari kata “efektif” yang

mengandung arti dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang

telah ditetapkan.2 Oleh karena itu, efektivitas selalu berkiatan dengan

hasil yang telah dicapai atau telah mencapai titik yang diinginkan. Para

ahli juga menjelaskan mengenai pengertian efektivitas. Berikut

penjelasan para ahli mengenai efektivitas :

Menurut Adisasmita yang dikutip oleh Ratna Ekasari

mengemukakan bahwa efektivitas adalah “suatu kondisi atau keadaan,

dimana dalam memilih tujuan yang hendak dicapai dan sasaran yang

harus dicapai. Kegiatan oprasional dikatakan efektif apabila proses

kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan.” 3 Dari

pengertian diatas bawasannya sebelum melakukan kegiatan hendaknya

kita memilih atau memiliki tujuan yang akan dicapai. Apabila sudah

1
Muhammad Sawir, Birokrasi Pelayanan Publik (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2020),
hlm. 126.
2
Lysa Angrayni dan Yusliati, Efektivitas Rehabilitasi Pencandu Narkotika Serta
Pengaruhnya Terhadap Tingkat Kejahatan di Indonesia (Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia,
2018), hlm. 13.
3
Ratna Ekasari, Model EfektivitasDana untuk Menilai Kinerja Desa Melalui
Pemberdayaan Ekonomi (Malang: AE Publishing, 2020), hlm. 20.

7
8

memiliki tujuan dan tujuan tersebut tercapai maka kegiatan yang

dijalankan dikatakan efektiv.

Menurut Handoko yang dikutip oleh Ratna Ekasari menjelaskan

efektivitas adalah “kemampuan memilih tujuan yang tepat atau

peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Dengan kata lain efektif juga dapat memilih pekerjaan yang harus

dilakukan atau metode yang tepat untuk mencapai tujuan. Efektivitas

diartikan melakukan pekerjaan yang benar.”4 Artinya dalam memilih

tujuan harus benar-benar tepat dalam mencapai tujuan yang

diinginkan. Efektivitas berkaitan dengan memilih kegiatan dalam

pekerjaan agar tujuan yang diharapkan dapat dicapai.

Menurut Pemendagri Nomor 59 Tahun 2007 menjelaskan

efektivitas adalah pencapaian hasil progam dengan target yang telah

ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil.5

Dari pengertian diatas dapat dicontohkan apabila seroang

marketing lembaga keuangan yang ditarget dalam 1 bulan dapat

mencapai dana 30 juta, tetapi pada kenyataannya mendapatkan 50

juta, hal ini dapat dikatakan memiliki efektivitas yang baik. Artinya

dapat melakukan pekerjaan dengan benar.

Dengan demikian dapat disimpulkan efektivitas adalah sebuah

hasil dari membuat keputusan yang mengarahkan untuk melakukan

4
Ratna Ekasari, Model EfektivitasDana untuk Menilai Kinerja Desa Melalui
Pemberdayaan Ekonomi, hlm. 20.
5
Alisman, “Analisis Efektivitas dan Efisiensi Manajemen Keuangan di Aceh Barat,”
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik Indonesia Vol. 1, no. 2 (2014): hlm. 50.
9

sesuatu dengan baik dan benar, dari keputusan tersebut dapat

membantu misi atau tujuan.

b. Pengendalian Efektivitas

Kunci pengendalian ini terletak pada kemampuan perusahan

menjalankan sistem management by obejctive dibagi menjadi 4 unsur

penting, yaitu:

1) Progam yang disusun harus mempunyai sasaran yang jelas, yang

harus dipertanggung jawabkan untuk dicapai.

2) Pengukuran hasil prestasi harus dilakukan secara berkala atau

priodik, dengan membandingkan sasaran yang sudah ditetapkan,

srta menyampaikan yang besar atas hasil prestasi yang terjadi.

3) Hasil prestasi yang menyimpang relatif besar perlu dianalisa

sebabnya, sehingga dapat diketahui mengapa hal tersebut terjadi,

apakah disebabkan faktor didalam atau diluar lingkungan

perusahaan.

4) Tindakan koreksi atau penyempurnaan harus dilakukan pimpinan

untuk mengurangi jarak penyimpangan antara hasil prestasi.6

c. Rasio Efektivitas

Rasio efektivitas menggambar kemampuan suatu perusahaan

dalam merealisasikan dan yang direncanakan dibandingkan dengan

target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil. Berikut ini rumus

dalam menghitung rasio efektivitas:

DanaSimpanan Sihara
Rasio Efektivitas = x 100 %
Keuangan
6
Anuarrudin, “Efektivitas Pemberian Pembiayaan Murabahah Terhadap Kemajuan Usaha
Nasabah” (Skripsi, Metro, Institut Agama Islam Negeri, 2019), hlm. 10.
10

Kemampuan perusahaan dalam menjalankan tugasnya dapat

diketahui efektif apabila rasio yang dicapai mencapai minimal sebesar

satu atau 100%. Semakin tinggi rasio efektivitas, maka semakin baik

pula kemampuan perusahaan tersebut. efektivitas dapat dilihat dengan

menggunakan standar sesuai dengan tingkat persentase efeketivitas,

yaitu:7

Tabel 2.1

Standar Ukuran Efektivitas

Rasio Efektivitas % Tingkat Capaian


100 – Ke Atas Sangat Efektif
90 – 100 Efektif
80 – 90 Cukup Efektif
60 – 80 Kurang Efektif
Dibawah 60 Tidak Efektif

2. Simpanan

a. Pengertian Simpanan

Simpanan adalah uang dari nasabah yang dititipkan atau di

investasikan ke bank. Dengan kata lain simpanan adalah rekening atau

account. Pemilik dana tersebut menyimpan dan akan diberikan

imbalan jasa atas dana yang disimpan ke bank. Imbalan jasa disebut

dengan bagi hasil bagi bank syariah atau bunga bagi bank

konvensional, tergantung dari kebijakan masing-masing bank. 8 Kata

simpanan juga dapat diartikan sebagai meletakan atau meninggalkan

7
Nada Gilang Mardatillah, “Efektivitas Pembiayaan Mudharabah Terhadap Profitabilitas di
BMT Mandiri Sejahtera Cabang Balongpanggang Gresik Periode 2015-2017” (Skripsi, Surabaya,
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, 2019), hlm. 23.
8
Kasmir, Kewirausahaan, Ed. 1, Cet. 4 (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 105.
11

barang atau uang kepada pihak lembaga guna untuk dipelihara atau

dijaga.

Simpanan juga merupakan sebagai dana yang dipercayakan oleh

masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian simpanan dana dalam

bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan, dan bentuk lain

yang dipersamakan dengan itu.9 Oleh karena itu, simpanan memiliki

berbagai bentuk atau jenis yang dapat dipilih oleh nasabah ketika akan

melakukan penitipan barang ataupun uang.

Pada pola simpanan yang diajarkan oleh Islam, umat Islam

mempunyai pendapatan yang harus diproduktifkan dalam bentuk

investasi. Maka bank syariah menawarkan tabungan investasi yang

disebut dengan mudharabah (simpanan bagi hasil atas usaha bank).

Untuk membagihasilkan usaha bank kepada penyimpan mudarabah.10

Simpanan terbentuk karena terjadinya perjanjian antara pemiliki

barang atau uang dengan pihak lembaga, yang mana pihak lembaga

tersebut bersedia menjaga atau menyimpan barang atau uang yang

telah dititikan.

Pengertian simpanan juga telah disebutkan dalam ketentuan

Pasal 1 angka 5 Undang-Undang nomor 7 tahun 1992 sebagaimana

telah diubah dengan pasal 1 angka 6 Undang-Undang No. 10 Tahun

1998, yaitu “Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh

masyarakat ke pada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana

9
Ainul Amilia, “Analisis Terhadap Pelaksanaan Produk Simpanan Pendidikan Di BMT
Marhamah Wonosobo” (Semarang, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2015), hlm.
14.
10
Amir Machmud & Rukmana, Bank Syariah Teori, Kebajikan, Dan Studi Empiris Di
Indoensia (Jakarta: Erlangga, 2010), hlm. 28.
12

dalam bentuk giro, deposito,sertifikatdeposito,tabungan, dan atau

bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.”11

Dalam pengertian umum, simpanan adalah hal yang berharga

yang berkaitan dengan harta benda masyarakat yang ditaruh atau

dipercayakan kepada bank baik berupa giro, deposito, atau tabungan

yang berguna bagi kehidupan manusia.12

Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa simpanan

adalah jumlah uang yang dititipkan dibank atau dipelihara oleh bank.

Simpanan merupakan dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada

bank biasanya jenis simpanan yang ada dibank selain giro adalah

simpanan tabungan dan deposito.

b. Landasan Hukum Simpanan Pada Bank Syariah

Ketentuan mengenai dasar hukum sebelumnya telah terdapat di

dalam al- Qur’an dan Hadits, yaitu sebagai berikut;

1) Al-Qur’an

Ketentuan yang pertama terdapat dalam surat an-Nisa ayat

58, yang berbunyi:

       


      
          
  
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya, dan
(menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-

11
Rachmadi Usman, Produk dan Akad Perbankan Syariah di Indonesia: implementasi dan
Aspek Hukum (PT. Citra Aditya Bakti, 2009), hlm. 138.
12
Windiarnas Aprisco, “Analisa Progres Nilai Produk Simpanan (Dana Pihak Ketiga ) Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cbang Pembantu Jatigoro Tuban,” Jurnal
Manajemen Kinerja Vol. 1, no. 2 (t.t.): hlm. 125.
13

baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha


mendengar lagi Maha melihat. (QS. an-Nisa : 58)13

Selain surat an-Nisa ayat 58, juga terdapat pada surat al-

Baqarah ayat 283, yaitu:

        


       
       
       
    
Artinya: Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak
secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang
penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang
dipegang (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika
sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka
hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya
(hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi)
Menyembunyikan persaksian. dan Barangsiapa yang
menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah
orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. al-Baqarah :
283)14

2) Hadits

Selain dari ayat diatas, yang menjelaskan mengenai titipan

yaitu terdapat dalam hadits Nabi Saw yang diriwayatkan oleh Abu

Dawud dan Tirmidzi:

‫صلَّى‬
َ ِ‫ال َرس ُْو ُل هللا‬ َ َ‫ ق‬: ‫ال‬ َ َ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ ق‬ ِ ‫َع ْن أَبِ ْي هُ َري َْرةَ َر‬
َ َ‫ك َوالَتَ ُخ ْن َم ْن ُخان‬
‫ك‬ َ َ‫ أَ ِّداأْل َ َمانَةَ إِلَى َم ِن ا ْئتَ َمن‬: ‫هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
)‫(رواه أبوداودوالترمذي‬
Artinya: Dari Abu Hurairah ra. Ia berkata: Rasulullah Saw. telah
bersabda: “Tunaikanlah amanat itu kepada orang yang
mempercayakannya kepadamu, dan janganlah engkau
mengkhianati orang yang telah mengkhianati kamu”.
(HR. Abu Dwud dan Tirmidzi)15

13
Al-Qur’an Surat an-Nisa : 58.
14
Al-Qur’an Surat al-Baqarah : 283.
14

c. Jenis-Jenis Simpanan

Jenis simpanan yang ada di bank syariah terdapat beberapa

macam, antara lain:

1) Simpanan giro

Simpanan giro merupakan jenis simpanan dana yang

sewaktu-waktu dapat ditarik oleh nasabah pemegang rekening

tersebut taanpa syarat dan pembatasan. Tujuan dari nasabah

menyimpan dananya dalam bentuk simpanan giro yaitu agar

nasabah sewaktu-waktu memiliki akses terhadap dana yang

disimpannya, artinya nasabah dapat sewaktu-waktu menarik atau

mengambil dananya, dengan mendapat keutungan dari

penyimpanan dana dalam bentuk simpanan giro.16

Simpanan giro merupakan suatu fasilitas yang diberikan

oleh bank syariah untuk memberikan kesempatan kepada pihak

yang kelebihan dana.17 Dalam praktik bank syariah, simpanan giro

pada dasarnya menggunakan prinsip wadi’ah dan prinsip

mudharabah.

a) Wadi’ah

Dalam praktik bank syariah untuk menerapkan prinsip

wadi’ah guna menyimpan dana dalam bentuk giro yang

menggunakan wadi’ah yad al-dhomanah, yang mana nasabah

bertindak sebagai penitip dengan memberikan hak kepada bank


15
Musthafa Daib Al-Bigha, Tadzhib: Kompilasi Hukum Islam Ala madzhab Syafi’i
(Surabaya: Al-Hidayah, 2008), hlm. 382.
16
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah: Produk-Produk dan Aspek-Aspek Hukumnya
(Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), hlm. 403.
17
Amir Machmud & Rukmana, Bank Syariah Teori, Kebajikan, Dan Studi Empiris Di
Indoensia, hlm. 28.
15

syariah untuk menggunakan atau memanfaatkan dana atau

barang titipan, sedangkan bank syariah bertindak sebagai pihak

yang dititipi yang disertai hak untuk mengelola dana titipan

tersebut tanpa mempunyai kewajiban untuk memberikan bagi

hasil keuntungan atas pengelolaan dana tersebut. dengan

demikian bank syariah diperkenakan untuk memberi insentif

berupa bonus kepada nasabah dengan catatan tidak syaratkan

sebelumnya.18

b) Mudharabah

Dalam prinsip mudharabah yaitu dalam transaksi

nasabah bertindak sebagai shahibul mal atau pemilik dana

sedangkan bank syariah sebagai mudharibatau pengelola dana.

Dalam kapasitas sebagai mudharib, bank syariah dapat

melakukan berbagai jenis usaha yang tidak bertentangan

dengan prinsip syariah dalam mengembangkannya. Modal

harus dinyatakan dengan jumlah dan dalam bentuk tunai buka

piutang. Dalam pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam

bentuk nisbah atau bagi hasil yang di nyatakan dalam akad

pembukuan rekening. Bank syariah yang sebagai mudharib

menutup biaya operasional giro dengan menggunakan nisbah

keuntungan yang menjadi haknya. Sedangkan bank syariah

18
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah: Produk-Produk dan Aspek-Aspek Hukumnya,
hlm. 406.
16

tidak diperkenankan menguranagi nisbah keuntungan nasabah

tanpa persetujuan yang bersangkutan.19

Dalam pengelolaan dana tersebut, bank syariah tidak

bertanggung jawab apabila terjadi kerugian yang bukan

disebabkan oleh kelalaian. Tetapi apabila terjadi karena

mismanagement dari pihak bank syariah, maka bank syariah

bertanggung jawab sepenuhnya atas kerugian tersebut.20

2) Simpanan Tabungan

Tabungan adalah simpanan pada bank yang penarikannya

sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan oleh bank, yang

mana penarikan tabungan dilakukan menggunakan buku tabungan,

slip penarikan, kuitansi, dan anjungan tunai mandiri (ATM).

Pemegang rekening tabungan tersebut akan diberi bagi hasil yang

merupakan jasa atas tabungannya.21 Dalam bank Syariah tabungan

dibedakan menjadi dua, yaitu:

a) Wadi’ah

Tabungan wadi’ah merupakan suatu produk pendanaan

pada bank syariah berupa simpanan dalam bentuk rekening

tabungan untuk keamanan dan kemudahaan pemakaiannya,

seperti giro wadi’ah, tetapi lebih fleksibel giro wadi’ah, karena

nasabah tidak dapat menarik dananya dengan cek. Karakteristik

dalam tabungan wadi’ah mirip dengan tabungan bank

19
Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keungan Syariah Di Indonesia, Cet. 1 (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015), hlm. 39.
20
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah: Produk-Produk dan Aspek-Aspek Hukumnya,
hlm. 407.
21
Kasmir, Kewirausahaan, hlm. 106.
17

konvensional yaitu ketika nasabah menyimpan diberi garansi

untuk dapat menarik dananya sewaktu-waktu dengan

menggunakan berbagai faasilitas yang disediakan oleh bank

syariah, seprti kartu ATM, dan lain sebagainya. dalam

tabungan wadi’ah bank syariah lebih leluasa dibandingkan

dengan giro wadi’ah, karena penarikannya tidak fleksibel

seperti giro wadi’ah sehingga bank syariah mempunyai

kesempatan lebih besar untuk mendapatkan keuntungan. Serta

bonus yang diberikan bank syariah kepada nasabah juga lebih

besar. Besar bonus tersebut juga tidak boleh disyaratkan dan

dtetapkan diawal.22

b) Mudharabah

Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul

mal atau pemilik dana dan bank syariah bertindak sebagai

mudharib atau pengelola dana. Dalam kapasitasnya sbagai

mudharib, bank syariah dapat pula melakukan berbagai macam

usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

Modalnya harus dinyatakan dengan jumalh, dan dalam bentuk

tunai bukan piutang. Dalam pembagian keuntungan juga harus

dinyatakan dalam bentuk nisabah atau bagi hasil serta di

tuangkan dalam akad pembukuan rekening. Bank syariah yang

sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan

menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. Serta

22
Imam Mustofa, Fiqh Mu’amalah Kontemporer, Cet. 2 (Jakarta: Rajawali Pers, 2016),
hlm. 188.
18

bank tidak diperkenankan megurangi nisbah keuntungan

nasabah tanpa persetujuan dari yang bersangkuran.23

3) Simpanan Deposito

Deposito merupakan simpanan yang tidak dapat mengambil

dananya sewaktu-waktu, yang mana nasabah hanya dapat

mengambil dananya kembali setelah dalam jangka waktu tertentu

(jatuh tempo). Dalam perbankan syariah deposito disebut dengan

investment account. Deposito adalah dana yang dihimpun oleh

bank dalam bentuk deposito yang digunakan oleh bank syariah

guna membiayai investasi.24

Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak pemilik

dana, mudharabah dibedakan menjadi dua, yaitu:

a) Mudharabah mutlaqah

Deposito mudharabah mutlaqah merupakan pemilik

dana tidak memberikan batasan atau persyaratan tertentu

kepada bank syariah dalam mengeloal investasinya, baik yang

berkaitan dengan tempat, cara, ataupun objek investasinya.

Oleh karena itu, bank syariah mempunyai hak dan kebebasan

sepenuhnya dalam menginvestasikan dana jenis mudharabah

mutlaqah ini kedalam berbagai jenis bisnis yang diperkirakan

memperoleh keuntungan.

23
Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keungan Syariah Di Indonesia, hlm. 41.
24
Sjahdeini, Perbankan Syariah: Produk-Produk dan Aspek-Aspek Hukumnya, hlm. 410.
19

b) Mudharabah muqayyadah

Pada deposito mudharabah muqayyadah merupakan

pemilik dana memberikan batasan-batasan atau berupa

persyaratan kepada bank syariah dalam mengelola investasinya,

baik yang berkaitan dengan tempat, cara, ataupun objek

investasinya Dengan demikian, bank syariah tidak mempunyai

hak dan kebebasan sepenuhnya dalam menginvestasikan dana

mudharabah muqayyadah keberbagai sektor bisnis yang

diperkirakan akan memperoleh keuntungan.25

d. Produk Simpanan dalam Bank Syariah

Produk simpanan atau biasa disebut titipan dalam lembaga

keuangan syariah di bagi menjadi dua macam:

1) Wadiah Yad Amanah

Yaitu titipan dimana barang yang dititipkan sama sekali

tidak boleh digunakan oleh pihak yang menerima titipan. Sehingga

dengan demikian pihak yang menerima titipan tidak bertanggung

jawab terhadap risiko yang menimpa barang yang dititipkan.

Penerima titipan hanya memiliki kewajiban mengembalikan barang

yang dititipkan pada saat diminta oleh pihak yang menitipkan

secara apa adanya.26

25
Adiwarman A. Karim, Bank Syariah: Analisis Fiqh dan Keungan, Cet. 7 (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2010), hlm. 352.
26
Abdul Ghofar Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2018), hlm. 83.
20

Wadiah yad amanah disebut juga akad penitipan barang

maupun dana yang mana penerima titipan/lembaga keuangan tidak

memiliki hak untuk menggunakan barang atau dana yang telah

dititikan. Adapun skema dari wadiah yad amanah yaitu:

Keterangan:

Maksud dari skema diatas adalah pihak yang menerima

titipan tidak boleh menggunakan atau memanfaatkan baik berupa

uang atau dalam bentuk barang, tetapi pihak yang dititipkan harus

tetap menjaganya sesuai dengan kelaziman. Pihak yang dititipkan

dapat membebankan biaya kepada penitip sebagai biaya titipan

barang atau uang.

2) Wadiah Yad Dhomanah

Yaitu titipn yang mana terhadap barang yang dititipkan

dapat digunakan oleh penerima titipan. Sehingga pihak penerima

titipan bertanggung jawab terhadap risiko yang menimpa barang

sebagai akibat dari penggunaan atas suatu barang, dan juga wajib

mengembalikan barang yang dititipkan pada saat diminta oleh

pihak yang menitipkan.27

27
Abdul Ghofar Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, hlm. 83.
21

Wadiah yad dhomanah merupakan penitipan berupa barang

atau uang kepada pihak lembaga yang dapat digunakan atau

dimanfaatkan serta pihak lembaga bertanggung jawab sepenuhnya

apabila mengalami kerusakan mauapun kehilangan barang yang

dititipan tersebut. barang yang telah dimanfaatkan oleh pihak

lembaga akan memberikan berupa insentif atau bonus kepada

pihak penitip dengan catatan bonus tersebut tidak disebutkan

diawal perjanjian ketika menitipkan barang atau uang. Dengan

demikian besaran nominal yang akan diberikan oleh pihak penitip

bergantung kepada kebijakan dari manajemen lembaga. Adapaun

skema dari wadiah yad dhomanah yaitu:

Keterangan:

Dengan konsep diatas, pihak lembaga atau yang menerima

titipan dapat memanfaatkan barang/uang yang ditipkan, dari

pemanfaatan barang titipan pihak lembaga mendapatkan bagi hasil


22

dari dana yang dimanfaatkan serta pihak lembaga memberikan

insentif kepada pihak penitip berupa bonus yang tidak ditetapkan di

awal.

3. Likuiditas

a. Pengertian Likuiditas

Arti likuiditas berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu

perihal menyatakan posisi uang kas suatu perusahaan dan kemampuan

untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo tepat pada waktunya. 28

Para ahli juga menjelaskan mengenai likuiditas, seperti menurut Fahmi

dalam artikel Ummu Putriana Hanie dan Muhammad Salfi

menjelaskan bahwa likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek secara tepat

waktu. Kewajiban yang harus dipenuhi adalah utang jangka pendek,

serta mengukur apakah operasi perusahaan tidak akan terganggu bila

kewajiban jangka pendek ini segera ditagih.29

Sedangkan menurut Fred Weston dalam artikel Yoyo Sudaryo

dan Fitri Widiarni menerangkan likuiditas adalah rasio yang

menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka

pendek, artinya apabila perusahaan ditagih, maka akan mampu

memenuhi utang atau membayar terutama utang yang sudah jatuh

tempo.30
28
Rachmadi Usman, Produk dan Akad Perbankan Syariah di Indonesia (PT Citra Aditya
Bakti, 2009), 91.
29
Ummu Putriana Hanie dan Muhammad Salfi, “Pengaruh Rasio Likuiditas dan Rasio
Leverage Terhadap Harga Saham,” Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 58, no. 1 (2018): hlm.
97.
30
Yoyo Sudaryo dan Fitri Widiarni, “Analisis Hubungan Rasio Likuiditas, dan Rasio
Solvabilitas Terhadap Rasio Profitabilitas Pada PT Telkom Tbk,” E-Jurnal Stie Inaba Vol. 14, no.
3 (2015): hlm. 194.
23

Secara umum likuiditas adalah kemampuan untuk memenuhi

kebutuhan dana dengan segera dan dengan biaya yang sesuai. 31

Likuiditas dapat dihitung berdasarkan informasi model kerja dari pos-

pos aktiva lancar dan hutang lancar. Oleh karena itu, likuiditas

digunakan guna membantu dalam menentukan sebuah kemampuan

perusahaan untuk dapat melunasi utang jangka pendek.

Likuiditas dapat dikatakan sebagai kepemilikan sumber dana

yang memadai untuk memenuhi seluruh kebutuhan kewajiban yang

akan jatuh tempo, atau dengan kata lain kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajiban pada saat ditagih baik yang diduga maupun yang

tidak diduga.32

Likuiditas tidak saja berkenaan dengan keadaan keseluruhan

keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuan

mengubahnaktiva lancar menjadi uang kas.33 Jika perusahaan mampu

memenuhi kewajiban keuangan secara tepat waktu berarti perusahaan

dalam keadaan likuid, dan perusahaan dikatakan mampu memenuhi

kewajiban keuangan tepat pada waktunya, apabila perusahaan

mempunyai instrumen pembayaran yang lebih besar dari pada utang

lancanya atau utang jangka pendek. Sebaliknya jika perusahaan tidak

dapat memenuhi kewajiban keuangan pada waktu yang ditetapkan

berarti perusahaan tersebut ilikuid.34 Dikatakan tidak likuid apabila


31
Ikatan Bankir Indoensia, Mengelola Bank Komersial (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2014), hlm. 113.
32
Ibnudin, “Prinsip Pengelolaan Likuiditas Bank Syariah,” Jurnal Risalah Vol. 1, no. 1
(2016): hlm. 72.
33
Uly Dewi, “Analisis Pengaruh Tingkat Likuiditas Terhadap Efisiensi dan Kebutuhan
Modal Kerja Pada PT Industri Telekomuniasi Indoensia (PERSERO),” Jurnal Ekonomi, Bisnis
dan Entrepreneurship Vol. 10, no. 2 (2016): hlm. 93.
34
Kariyoto, Analisa Laporan Keuangan (Malang: UB Press, 2017), hlm. 189.
24

perusahaan dalam instrumen pembayaran lebih kecil dari pada utang

lancarnya. Dalam mengukur perusahaan tersebut likuid atau tidanya,

pihak perusahaan dapat melakukan perbandingan antara komponen

yang ada pada neraca, yang didalamnya terdapat total aktiva lancar

dengan total pasiva lancar (utang jangka pendek). Cara pengukuran

tersebut dilakukan pada beberapa tahun sehingga dapat terlihat

perkembangan likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu.

Dengan demikian dapat disimpulkan likuiditas adalah sebuah

rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana perusahaan dapat

membayar kewajiban jangka pendeknya yang secara tepat waktu. yang

dilakukan dari beberapa periode untuk mengetahui likuid atau ilikuid

pada perusahaan dengan melihat komponen pada neraca.

b. Tujuan dan Manfaat Likuiditas

Adapun tujuan dan manfaat dari analisis rasio likuiditas yaitu

sebagai berikut:

1) Untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar utang


yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya kemampuan
untuk membayar kewajiban yang sudah waktunya dibayarkan
sesuai batas waktu yang telah ditentukan.
2) Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban
jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya
jumlah kewajiban yang berumur dibawah 1 tahun dibandingkan
dengan aktiva lancar.
3) Untuk mengukut kemampuan perusahan membayar keajiban
jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan
persediaan dan piutang. Artinya aktiva lancar dikurangi persediaan
dan utang yang dianggap likuiditasnya rendah.
4) Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan
yang ada dengan modal kerja perusahaan.
5) Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk
membayar utang.
6) Sebagai alat perencanaan kedepan terutama berkaitan dengan
perencanaan kas dan utang.
25

7) Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu


ke waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode.
8) Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan dari masing-
masing komponen yang ada diaktiva lancar dan utang lancar.
9) Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki
kinerja dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat itu.35

Oleh karena itu, pentingnya likuditas dalam sebuah perusahaan

guna untuk mengukur seberapa jauh perusahaan untuk membayar

kewajiban utang jangka pendek pada waktu yang telah ditentukan.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Likuiditas

Likuiditas perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai

alat untuk mengukur perusahaan, yaitu:

1) Kas dan Bank

Yaitu jumlah uang tunai yang ada pada perusahaan dan saldo

perusahaan yang ada pada bank yang dapat ditarik dengan segera.

Maksud dari saldo tabungan perusahaan pada bank, bukan

pinjaman yang dapat ditarik.

2) Surat-surat Berharga

Yaitu surat-surat berharga dalam jangka pendek, midalnya saham

yang dibeli tetapi tidak dimaksud sebagai investasi jangka panjang

melainkan jangka pendek.

3) Piutang Dagang

Yaitu tagihan perusahaan pada pihak lain yang timbul dampak

adanya transaksi dalam bisnis secara kredit.


35
Aldila Septiana, Analisis Laporan Keuangan (Jawa Timur: Duta Media Publishing,
2017), hlm. 67.
26

4) Persediaan Barang

Yaitu barang yang diperjual belikan oleh perusahaan dalam bisnis.

5) Kewajiban yang Dibayar Dimuka

Yaitu biaya yang telah dikeluarkan untuk aktivitas perusahaan

yang akan datang.36

e. Jenis-jenis Likuiditas

Likuiditas menunjukan kemampuan suatu perusahaan memenuhi

seluruh kewajiban atau hutang jangja pendeknya, rasio likuiditas

dibagi menjadi 4, yaitu:

1) Current Ratio

Menunjukkan jumlah kewajiban lancar yang dijamin

pembayaran oleh aktiva lancar. Semakin tinggi hasil perbandingan

aktiva lancar dengan kewajiban lancar, semakin tinggi kemampuan

perusahaan untuk menutupi kewajiban jangka pendeknya, adapun

rumus current ratio yaitu:

Aktiva Lancar
Current Ratio =
Utang Lancar

2) Quick Ratio

Merupakan alat mengukur apakah perusahaan memiliki aset

lancar (tanpa harus menjual persediaan) untuk menutup kewajiban

36
Kariyoto, Analisa Laporan Keuangan, hlm. 190.
27

jangka pendeknya, semakin baik kemampuan perusahaan memnuhi

kewajiban lancarnya. Yaitu rumusnya :

( Aktiva Lancar −Persediaan)


Quick Ratio =
Kewajiban Lancar

3) Cash Ratio

Merupakan alat untuk mengukur likuiditas dengan

membandingkan antara jumlah kas dengan utang lancar, dengan

rumus :

Kas
Cash Ratio =
Utang Lancar

4) Working Capital to Total Assets Ratio

Menunjukan kemampuan perusahaan memnuhi kewajiban

utang lancarny dari total aktiva dan posisi modal kerja. Working

Capital to Total Assets Ratio merupakan perbandingan antara

aktiva lancar dikurangi utang lancar dengan jumlah aktiva, dengan

rumus :37

Working Capital to Total Assets Ratio =

Aktiva Lancar−Utang Lancar


Total Aktiva

B. Kerangka Berfikir

Berikut ini adalah kerangka berfikir yang penulis gambarkan, untuk

mempermudah dalam memahami arah tujuan penelitian ini. Adapun

kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BMT Mitra Sejahtera


37
Hantomo, Konsep Analisa Laporan Keuangan Dengan Pendekatan Rasio dan Spss
(Yogyakarta: Deepublish, Mandiri
2018), hlm.Lampung
9.
28

Produk Simpanan Sihara

Rasio Efektivitas

Analisa Data

Evektif Tidak Evektif

Dari kerangka berfikir diatas dapat dijelaskan bahwa pada BMT Mitra

Sejahtera Mandiri Lampung memiliki produk simpanan sihara yaitu

simpanan idul fitri yang pengambilan dananya ketika menjelang hari raya,

dalam menjaga efektivitas BMT dapat dilihat dari rasio efektivitas, yang

nantinya akan menghasilkan sebuah kesimpulan yaitu efektif atau tidak

efektif.

C. Kajian Penelitian yang Relevan

1. Peneliti oleh: Asep Sugara, diterbitkan oleh jurnal Mozaik, dengan judul

Analisis Tingkat Efektivitas Pemberian Kredit di bank DPM (PT. BPR

Duta Pakuan Mandiri) Cabang Tanggerang, jurnal ini membahas mengenai

tingkat pencapaian presentase efektivitas pemberian kredit berada secara

keseluruhan berada pada kategori efektif, dengan demikian dapat diatan

bahwa pemberian kredit yang dilakukan oleh Bank DPM PT. BPR sudah
29

efektif dilihat dari prinsip 5C, character, capacity, capital, collateral, dan

conditional of economic.38

Persamaan penelitian dari berbagai skripsi dan jurnal yang diatas

yaitu dapat dilihat dari pemabahasan yaitu sama-sama membahas menenai

efektivitas, selain terdapat kesamaan tentunya terdapat perbedaan dari

penelitian ini dan penelitian yang terdahulu, yaitu produk simpanan sihara

dalam menjaga likuiditas dan pada tempat penelitian yaitu di BMT Mitra

Sejahtera Mandiri Lampung.

2. Peneliti oleh: Ahmad Rijal dan Salmah Said, diterbitkan oleh jurnal Al-

Mashrafiyah, dengan judul jurnal Efektivitas Modal Kerja dan Likuiditas

Serta Dampaknya Pada Kebijakan Dividen Perusahaan Berbasis Syariah.

Artikel ini membahas mengenai kinerja keuangan perusahaan yaitu

pengaruh modal kerja yang ukur dengan net working capital (NWC)

terhadap kebijakan deviden yang diuur dengan dividend payout ratio,

pengaruh modal kerja terhadap likuiditas yang diukur dengan current

ratio, pengaruh likuiditas terhadap kebijakan deviden dan pengaruh modal

kerja terdahap kebijakan deviden melalui likuiditas.39

Persamaan penelitian jurnal yang ada diatas yaitu dapat dilihat dari

pembahasan yaitu sama-sama membahas menenai efektivitas, dari

kesamaan tersebut tentunya terdapat perbedaan yaitu dari segi produk, dan

tempat, adapun perbedaan dari penelitian ini dan penelitian yang

38
Asep Sugara, “Analisis Tingkat Efektivitas Pemberian Kredit di bank DPM (PT. BPR
Duta Pakuan Mandiri) Cabang Tanggerang,” Jurnal Mozaik Vol. IX, Edisi 1 (2017): hlm. 67.
39
Ahmad Rijal dan Salmah Said, “Efektivitas Modal Kerja dan Likuiditas Serta
Dampaknya Pada Kebijakan Dividen Perusahaan Berbasis Syariah,” Jurnal Al-Mashrafiyah Vol.
2, no. 2 (2018): hlm. 1.
30

terdahulu, yaitu produk simpanan sihara dalam menjaga likuiditas dan

pada tempat penelitian yaitu di BMT Mitra Sejahtera Mandiri Lampung.

3. Peneliti oleh: Nanda Pipit Nurjannah, dari Universitas Syarif Hidayatullah,

Jakarta tahun 2016, dengan judul skripsi Efektivitas Produk Pembiayaan

Mikro Produktif Pada Nasabah Bank BRI Syariah KCP Jatiwaringin.

Dalam hasil penelitian pada skripsi ini yaitu progam pembiayaan mikro

yang terdapat pada PT Bank BRI Syariah KCP Jatiwaringin termasuk

efektif dalam meningkatkan pendapatan usaha nasabah. hal ini didapat dari

data yang diperoleh, dikelola dan dianalisis dengan perhitungan manual

maupun dengan bantuan SPSS.40

Persamaan penelitian dari berbagai skripsi diatas yaitu dapat dilihat

dari pemabahasan yaitu sama-sama membahas mengenai efektivitas, selain

terdapat kesamaan tentunya terdapat perbedaan dari penelitian ini dan

penelitian yang terdahulu, yaitu dari obyek yang dibahas yaitu produk

simpanan sihara dalam menjaga likuiditas dan pada tempat penelitian

yaitu di BMT Mitra Sejahtera Mandiri Lampung.

40
Nanda Pipit Nurjannah, “Efektivitas Produk Pembiayaan Mikro Produktif Pada Nasabah
Bank BRI Syariah KCP Jatiwaringin” (Skripsi, Jakarta, Universitas Syarif Hidayatullah, 2016),
hlm. 107.

Anda mungkin juga menyukai