Anda di halaman 1dari 4

SKRINING COVID

Penyaringan atau screening Covid-19 adalah langkah penting dalam mencegah penularan
penyakit yang diakibatkan virus corona ini. Screening merupakan tindakan awal yang dilakukan
petugas kesehatan terhadap pasien yang datang ke rumah sakit. Tindakan ini menentukan
langkah selanjutnya, apakah pasien harus segera dirujuk ke rumah sakit khusus rujukan Covid-
19, perlu menjalani tes permulaan, atau bisa diperiksa secara umum sesuai dengan keluhan.

Kriteria Pasien COVID-19


Sebagian besar pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19 mengalami gejala demam, batuk,
dan sesak napas. Dokter juga perlu melakukan pemeriksaan penunjang untuk mengeksklusi
penyebab lain yang dapat menimbulkan gejala yang pasien alami.[5]
Dokter harus segera menghubungi petugas pengendalian infeksi di fasilitas kesehatan dan Dinas
Kesehatan atau Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) apabila ada
pasien yang dicurigai terinfeksi virus Corona.
Kemenkes RI menetapkan beberapa kriteria terkait COVID-19, yaitu orang dalam pemantauan
(ODP), pasien dalam pengawasan (PDP), kasus probabel, dan kasus konfirmasi.

Orang Tanpa Gejala


Orang Tanpa Gejala (OTG) adalah orang yang memiliki risiko tertular (kontak erat) pasien
konfirmasi COVID-19.

Orang Dalam Pemantauan (ODP)


Orang Dalam Pemantauan (ODP) dapat ditentukan berdasarkan kriteria berikut ini:
1. Orang yang mengalami demam ≥38⁰C atau riwayat demam; atau gejala penyakit saluran
pernapasan, seperti batuk, pilek, dan sakit tenggorokan DAN tidak ada penyebab lain
berdasarkan manifestasi klinis yang ada DAN memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di
daerah yang melaporkan transmisi lokal dalam 14 hari sebelum timbul gejala
2. Orang yang mengalami gejala penyakit saluran pernapasan seperti batuk, pilek, dan sakit
tenggorokan DAN memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi COVID-19 dalam
14 hari sebelum timbul gejala
Pasien dalam Pengawasan (PDP)
Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dapat ditentukan berdasarkan kriteria berikut ini:
1. Orang dengan gejala infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), yaitu demam ≥38⁰C atau
riwayat demam; disertai salah satu gejala/tanda penyakit pernapasan, seperti batuk, sesak
napas, sakit tenggorokan, pilek, atau pneumonia ringan hingga berat, DAN tidak ada
penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan DAN memiliki riwayat
perjalanan atau tinggal di daerah melaporkan transmisi local dalam 14 hari sebelum
timbul gejala
2. Orang dengan demam ≥38⁰C atau riwayat demam atau ISPA DAN memiliki riwayat
kontak dengan kasus konfirmasi COVID-19 dalam 14 hari sebelum timbul gejala
3. Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat yang membutuhkan perawatan di rumah sakit
DAN tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan
Kriteria pneumonia berat adalah:
 Pasien remaja atau dewasa dengan demam atau dalam pengawasan infeksi saluran napas,
ditambah satu dari kriteria berikut: frekuensi napas >30 x/menit, distress pernapasan
berat, atau saturasi oksigen (SpO2) <90% pada udara kamar
 Pasien anak dengan batuk atau sesak napas, ditambah setidaknya satu dari kriteria
berikut: sianosis sentral atau SpO2 <90%; distres pernapasan berat (seperti stridor,
tarikan dinding dada yang berat); ketidakmampuan menyusui atau minum, letargi atau
penurunan kesadaran, atau kejang. Tanda lain dari pneumonia yaitu: tarikan dinding
dada, takipnea :<2 bulan, ≥60x/menit; 2–11 bulan, ≥50x/menit; 1–5 tahun, ≥40x/menit;>5
tahun, ≥30x/menit.

Kasus Konfirmasi
Kasus konfirmasi adalah seseorang yang memiliki hasil pemeriksaan PCR yang positif terhadap
COVID-19
Teknik Penggunaan Alat Pelindung Diri
Saat melakukan prosedur pemakaian alat pelindung diri (APD), perlu ada seorang petugas
terlatih yang melakukan supervisi prosedur sesuai protokol dan juga seorang asisten yang
membantu memakaikan atribut tertentu. Berikut ini prosedur penggunaan (donning) APD:
1. Sebelum menggunakan alat pelindung diri, petugas melepaskan seluruh perhiasan yang
dikenakan termasuk jam tangan. Petugas yang berambut panjang harus mengikat rambut.
Petugas yang berkacamata harus melekatkan kacamata supaya tidak jatuh
2. Inspeksi kondisi alat pelindung diri, memastikan ukurannya sesuai dengan tubuh petugas
dan tidak ada kerusakan pada alat
3. Lakukan cuci tangan (hand hygiene)
4. Kenakan sepatu Lalu, pasang boot cover, ikat tali yang melingkari boot cover. Usahakan
tangan tidak menyentuh lantai. Tahap ini sebaiknya dikerjakan dalam posisi duduk
5. Kenakan sarung tangan (dalam)
6. Kenakan baju pelindung dan buat agar lengan baju menutupi pergelangan sarung tangan
dalam. Pastikan semua bagian lengan sarung tangan masuk di bawah lengan baju
pelindung. Pakaikan plester di pergelangan tangan apabila masih ada celah antara baju
dengan sarung tangan
7. Kenakan masker N95. Pastikan seluruh bagian tepi menyesuaikan bentuk wajah sehingga
tidak ada celah.
8. Kenakan hood, pastikan bagian telinga dan leher tertutup dan tidak ada rambut yang
keluar. Bagian bawah hood  harus menutupi kedua bahu. Asisten dapat membantu proses
pemakaian
9. Kenakan apron (tidak wajib) apabila menangani pasien dengan gejala muntah dan diare
10. Kenakan sarung tangan luar yang biasanya memiliki pergelangan lebih panjang. Tarik
bagian lengan sarung tangan hingga menutupi bagian lengan baju pelindung. Penggunaan
sarung tangan yang berbeda warna dengan sarung tangan dalam dapat membantu
identifikasi
11. Kenakan pelindung wajah (face shield)
12. Evaluasi kelengkapan dan kesesuaian penggunaan alat pelindung diri menggunakan
bantuan cermin, ditambah dengan verifikasi oleh petugas donning
Bila menggunakan powered air-purify respirator (PAPR), maka atribut tersebut dikenakan
setelah menggunakan baju pelindung. Kemudian dilanjutkan dengan penggunaan sarung tangan
luar, hood khusus PAPR, dan apron (bila perlu). Penggunaan PAPR membutuhkan bantuan
asisten yang terlatih agar dapat berfungsi dengan baik dan tidak meningkatkan risiko
kontaminasi.

Teknik Melepaskan Alat Pelindung Diri


Berdasarkan pedoman WHO, prosedur melepaskan alat pelindung diri sesuai urutan adalah
sebagai berikut:
1. Lakukan cuci tangan (hand hygiene) dengan tetap menggunakan sarung tangan
2. Robek apron di bagian leher kemudian gulung ke bagian depan dan bawah. Hindari
tangan menyentuh bagian coverall di belakang
3. Lakukan cuci tangan. Cuci tangan dilakukan setiap selesai melepaskan 1 jenis atribut alat
pelindung diri
4. Lepaskan pelindung kepala-leher (bila hood terpisah dari baju pelindung) dengan cara
menarik bagian atas penutup kepala. Bila menggunakan coverall kepala-mata kaki, buka
terlebih dahulu resleting di bagian dada, kemudian lepaskan hoodie ke arah belakang
secara perlahan dengan cara menggulung bagian dalam menjadi bagian luar. Hindari
menyentuh bagian luar coverall
5. Setelah coverall  terlepas melewati bahu hingga pertengahan siku, tarik lengan perlahan
agar coverall terlepas bersama dengan sarung tangan luar. Teruskan membuka dan
menggulung coverall dengan tetap menggunakan sarung tangan dalam, hingga terlepas
seluruhnya dari bagian kaki
6. Lakukan cuci tangan kembali (terus dilakukan setiap selesai melepaskan 1 jenis atribut)
7. Lepaskan pelindung mata dengan memegang tali di bagian belakang
8. Lepaskan masker dengan menarik bagian tali bawah di belakang melewati kepala ke
bagian depan. Dilanjutkan dengan melepaskan tali bagian atas
9. Lepaskan boot cover.  Lalu, lepaskan sepatu boot tanpa menyentuh dengan tangan
10. Lepaskan sarung tangan dalam
11. Lakukan cuci tangan di akhir prosedur

Anda mungkin juga menyukai