PENDAHULUAN
1
i. Apa sajakah dampak dari pencemaran udara?
j. Bagaimana penerapan pencegahan pencemaran udara?
k. Bagaimana metode penerapan pencegahan pencemaran udara?
l. Apa sasaran dan tujuan penerapan pencegahan pencemaran udara?
m. Bagaimana cara penanggulangan pencemaran udara?
n. Apa alat deteksi/monitor pencemaran udara?
o. Bagimana strategi penanggulangan pencemaran udara dari sektor
transportasi?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian dari pencemaran udara
b. Untuk mengetahui kebijaksanaan pencemaran udara di Indonesia
c. Untuk mengetahui instansi penanggung jawab
d. Untuk mengetahui kebijakan pencemaran udara
e. Untuk mengetahui jenis-jenis pencemaran udara
f. Untuk mengetahui sumber dari pencemaran udara
g. Untuk mengetahui penyebab dari pencemaran udara
h. Untuk mengetahui klasifikasi bahan pencemar udara
i. Untuk mengetahui dampak dari pencemaran udara
j. Untuk mengetahui penerapan pencegahan pencemaran udara
k. Untuk mengetahui metode penerapan pencegahan pencemaran udara
l. Untuk mengetahui sasaran dan tujuan penerapan pencegahan pencemaran
udara
m. Untuk mengetahui cara penanggulangan pencemaran udara
n. Untuk mengetahui alat deteksi/monitor pencemaran udara
o. Untuk mengetahui strategi penanggulangan pencemaran udara dari sektor
transportasi
1.2 Manfaat
a. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang definis, jenis,
sumber, klasifikasi, dan dampak pencemaran udara.
b. Dapat mengetahui penerapan pencegahan pencemaran udara.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Kebijaksanaan Pencemaran Udara di Indonesia
2.2.1 Dasar Kebijakan
Dalam membuat berbagai kebijakan publik termasuk kebijakan
dalam rangka memelihara dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup
termasuk udara ambien, meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
mutlak dibutuhkan acuan dan rujukan formal dalam bentuk perundang-
undangan dan dijabarkan dalam bentuk peraturan pemerintah.
Dimulai dari pembentukan UUD 1945 yang mengatakan bahwa “
Setiap orang (warga Negara dalam kerangka NKRI) dari Sabang sampai
Merauke berhak untuk menjadi sehat. Selanjutnya oleh Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) mendeklarasikan kesehatan sebagai Hak Asasi
Manusia (Deklarasi PBB 1948). Indonesia sendiri telah mengesahkan UU
Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dimana di dalamnya
dikemukakan definisi sehat yang subtansinya adalah Menjadikan Warga
Negara Indonesia dalam keadaan sehat badan, jiwa, sosial dan spiritual
sehingga hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk mencapai
keadaan sehat ini salah satu programnya adalah pelaksanaan program
kesehatan lingkungan.
Pemerintah telah mengesahkan pula UU Nomor 32 Tahun 2009
tentang pengelolaan lingkungan hidup, yang dalam bidang pengendalian
pencemaran udara yang operasionalnya masihmengacu padaPeraturan
Pemerintah RI Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran
Udara,dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor15 Tahun 1996
tentang Program Langit Biru sebagai program pengendalian pencemaran
udara di Indonesia.
Mengenai Kesehatan sebagai Hak Asasi Manusia
(HAM),pemerintah telah mengesahkan UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang
HAM,dimana pada BAB II Pasal 8 ayat 3 dikatakan bahwa setiap orang
berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.Selanjutnya di era
desentralisasi diterbitkan pula UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, dimana pada BAB III pasal 13 ayat 1 dan juga
Pasal 14, ayat 1 dari UU ini ada 16 urusan wajib yang menjadi
4
kewenangan pemerintah daerah propinsi dan juga kabupaten/kota,
merupakan urusan yang berskala propinsi dan Kabupaten/kota,
diantaranya adalah urusan Penanganan Bidang Kesehatan dan
Pengendalian lingkungan hidup. Prinsip dari UU tentang pemerintahan
daerah ini adalah bahwa urusan pemerintahan propinsi ataupun
kabupaten/kota yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahanyang
secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan
kesejahteraanmasyarakatsesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi
unggulan daerah yang bersangkutan.
Untuk lebih operasional dari beberapa Undang-Undang diatas
oleh Pemerintah RI telah ditetapkan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun
2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2010-2014 yang didalamnya ada program pembangunan yang
memiliki arah kebijakan dalam rangka pengendalian lingkungan hidup
diantaranya pengendalian pencemaran udara, dibidang kesehatan salah
satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, adalah
pelaksanaan program lingkungan sehat.
5
Tugas :
Membantu Kepala dalam menyelenggarakan pengendalian pencemaran air
dan udara serta pengelolaan limbah dan bahan berbahaya dan beracun.
Fungsi :
a. Perumusan kebijakan di bidang pengendalian pencemaran air dan
udara, pengelolaan limbah dan B3 dan pemulihan kualitas lingkungan
hidup;
b. Pelaksanaan pengendalian, pemantauan, pengawasan, dan evaluasi
terhadap pencemaran lingkungan hidup sebagai akibat kegiatan tertentu
yang berupa pencemaran air, udara, serta pengelolaan limbah dan B3;
c. Pengkoordinasian pelaksanaan pengendalian pencemaran lingkungan
hidup serta pengelolaan limbah dan B3;
d. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan Kepala sesuai dengan bidang
tugasnya
Walaupun tugas dan fungsi Deputi Bidang ini fokus pada pengendalian
Pencemaran Lingkungan diantaranya pencemaran udara, dalam operasionalnya
tetap bekerja sama dan berkoordinasi secara internal dengan deputi-deputi yang
lain yaitu Deputi BidangPeningkatan Kapasitas Kelembagaan, Sumber Daya
Manusia, dan Mitra Lingkungan, Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan
Lingkungan, Deputi Bidang Penaatan Hukum Lingkungan,termasukjuga bekerja
sama dan berkoordinasi secara eksternal dengan instansi dan lembaga-lembaga
lain.
Oleh Kementerian Lingkungan Hidup yang mengkoordinir BAPEDAL juga
telah merumuskan visi dan misi, strategi, program utama dan pendukung, dan
kebijakan dalam bidang pencemaran udara, namun visi dan misi ini tertuang
dalam bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang telah ditetapkan dalam
Propenas dan juga tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 5 tahun 2010
tentang RPJMN tahun 2010-2014.
6
pencemaran udara yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah nomor 41 tahun
1999 tentang Pengendalian PencemaranUdara ini. Oleh BAPEDAL yang
dikoordinasikan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup, telah juga menetapkan
kebijaksanaan, khususnya kebijakan pencemaran udara seperti yang dituangkan
dalam Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 15 Tahun
1996 tentang Program Langit Biru, menyatakan bahwa:
a. Kebijaksanaan bertujuan mencegahan dan/atau menanggulangan
pencemaran udara serta pemulihan mutu udara agar udara sebagai sumber
daya alam yang mempengaruhi kehidupan manusia serta makhluk hidup
lainnya tetap terjaga dan terpelihara kelestarian fungsinya untuk
pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan manusia serta perlindungan
bagi makhluk hidup lainnya.
b. Kebijaksanaan berusaha mencegah terjadinya pencemaran udara dan
mewujudkan perilaku sadar lingkungan, melalui upaya-upaya
pengendalian pencemaran udara dari kegiatan sumber bergerak dan
sumber tidak bergerak yang dilakukan dengan Program Langit Biru.
c. Kebijaksanaan didasarkan pada Undang-Undang dan Peraturan
Pemerintah/Presiden/Menteri Negara RI diantaranya seperti yang
disebutkan pada dasar kebijakan diatas.
7
b. Pertikel
Pencemaran udara berbentuk partikel dibedakan menjadi :
Mineral (anorganik) dapat berupa racun seperti air raksa dan timah.
Bahan organik terdiri dari ikatan hidrokarbon, klorinasi alkan, Benzen.
Makhluk hidup terdiri dari bakteri, virus, telur cacing.
2. Menurut tempat dan sumbernya
a. Ruangan (indoor)
Pencemaran udara ruangan (In door air pollution), berupa pencemaran
udara didalam ru-a-ngan yang berasal dari pemukiman, perkantoran
ataupun gedung tinggi.
b. Udara bebas (outdoor)
Pencemaran udara bebas (Out door air pollution), Sumber Pen-
cemaran udara bebas :
Alamiah, berasal dari letusan gunung berapi, pembusukan, dll.
Kegiatan manusia, misalnya berasal dari kegiatan industri, rumah
tangga, asap kendaraan, dll.
3. Berdasarkan pengaruhnya terhadap gangguan kesehatan
Pencemaran udara berdasarkan pengaruhnya terhadap gangguan kesehatan
dibedakan menjadi 4 jenis yaitu:
a. Irintasia.
Biasanya polutan ini bersifat korosif. Merangsang proses peradangan
hanya pada saluran pernapasan bagian atas, yaitu saluran pernapasan
mulai dari hidung hingga tenggorokkan. Misalnya Sulfur Dioksida,
Sulfur Trioksida, Amoniak, debu. Iritasi terjadi pada saluran
pernapasan bagian atas dan juga dapat mengenai paru-paru sendiri.
b. Asfiksia
Disebabkan oleh berkurangnya kemampuan tubuh dalam menangkap
oksigen atau mengakibatkan kadar O2 menjadi berkurang. Keracunan
gas Karbon Monoksida mengakibatkan CO akan mengikat hemoglobin
sehingga kemampuan hemoglobin mengikat O2 berkurang terjadilah
Asfiksia. Yang termasuk golongan ini adalah gas Nitrogen, Oksida,
Metan, Gas Hidrogen dan Helium.
8
c. Anestesia
Bersifat menekan susunan syaraf pusat sehingga kehilangan kesadaran,
misalnya aeter, aetilene, propane dan alkohol alifatis.
d. Toksis
Titik tangkap terjadinya toksis berbagai jenis, yaitu :
Menimbulkan gangguan pada sistem pembuatan darah, mi-
salnya benzene, fenol, toluen dan xylene.
Keracunan terhadap susunan syaraf, misalnya karbon disulfid,
metil alkohol.
4. Menurut asal
a. Pencemar primer
Polutan yang bentuk dan komposisinya sama dengan ketika
dipancarkan, lazim disebut sebagai pencemar primer, antara lain CO,
CO2, hidrokarbon, SO, Nitrogen Oksida, Ozon serta berbagai partikel.
b. Pencemar Sekunder
Berbagai bahan pencemar kadangkala bereaksi satu sama lain
menghasilkan jenis pencemar baru, yang justru lebih membahayakan
kehidupan. Reaksi ini dapat terjadi secara otomatis ataupun dengan
cara bantuan katalisator, seperti sinar matahari. Pencemar hasil reaksi
disebut sebagai pencemar sekunder.Contoh pencemar sekunder
adalah Ozon, formal dehida, dan Peroxy Acyl Nitrate (PAN).
9
c. Industri
Jenis industri yang menjadi sumber pencemaran melalui udara
diantaranya industri besi dan baja, industri semen, industri kendaraan
bermotor, industri pupuk, industri alumunium, industri pembangkit
tenaga air, industri kertas, industri kilang minyak, industri
pertambangan. Industrialisasi di Indonesia sedang berkembang, tetapi
perkembangan tersebut seringkali mengabaikan pengendalian
pencemaran. Oleh karena itu pemilik usaha industri harus melengkapi
industrinya dengan fasilitas untuk pengendalian limbah.
d. Pembangkit listrik
e. Pembakaran (perapian, kompor, furnace,[insinerator]dengan berbagai
jenis bahan bakar
f. Gas buang pabrik yang menghasilkan gas berbahaya seperti (CFC)
2. Sumber alami
a. Gunung berapi
b. Rawa-rawa
c. Kebakaran hutan
d. Nitrifikasi dan denitrifikasi biologi
3. Sumber-sumber lain
a. Transportasi amonia
b. Kebocoran tangki klor
c. Timbulan gas metana dari lahan uruk /tempat pembuangan akhir
sampah
d. Uap pelarut organik
10
a. Debu yang berterbangan akibat tiupan angin
b. Abu (debu) yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi berikut gas-
gas vulkanik
c. Proses pembusukan sampah organic dan lain lain.
2. Karena factor eksternal (karena ulah manusia), contoh :
a. Hasil pembakaran bahan-bahan fosil
b. Debu/serbuk dari kegiatan industry
c. Pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara
11
2.9 Dampak Pencemaran Udara
1. Dampak kesehatan
Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh
melalui sistem pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh
bergantung kepada jenis pencemar. Partikulat berukuran besar dapat
tertahan di saluran pernapasan bagian atas, sedangkan partikulat berukuran
kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-paru, zat pencemar
diserap oleh sistem peredaran darah dan menyebar ke seluruh tubuh.
Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISPA (infeksi
saluran pernapasan atas), termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan
gangguan pernapasan lainnya. Beberapa zat pencemar dikategorikan
sebagai toksik dan karsinogenik.
2. Dampak terhadap tanaman
Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara
tinggi dapat terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara
lain klorosis, nekrosis, dan bintik hitam. Partikulat yang terdeposisi di
permukaan tanaman dapat menghambat proses fotosintesis.
3. Hujan asam
pH biasa air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer.
Pencemar udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan
membentuk asam dan menurunkan pH air hujan. Dampak dari hujan
asam ini antara lain:
a. Mempengaruhi kualitas air permukaan
b. Merusak tanaman
c. Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah
sehingga memengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan
d. Bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan
4. Efek rumah kaca
Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon,
dan N2O di lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang
dipantulkan oleh permukaan bumi. Akibatnya panas terperangkap dalam
12
lapisan troposfer dan menimbulkan fenomena pemanasan global. Dampak
dari pemanasan global adalah:
a. Pencairan es di kutub
b. Perubahan iklim regional dan global
c. Perubahan siklus hidup flora dan fauna
5. Kerusakan lapisan ozon
Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km) merupakan
pelindung alami bumi yang berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B dari
matahari. Pembentukan dan penguraian molekul-molekul ozon (O3)
terjadi secara alami di stratosfer. Emisi CFC yang mencapai stratosfer dan
bersifat sangat stabil menyebabkan laju penguraian molekul-molekul ozon
lebih cepat dari pembentukannya, sehingga terbentuk lubang-lubang pada
lapisan ozon.
Berikut dampak pencemaran udara berupa gas
N BAHAN SUMBER DAMPAK/AKIBAT PADA
O PENCEMAR INDIVIDU/MASYARAKAT
1. Sulfur Batu bara atau bahan Menimbulkan efek iritasi pada
Dioksida (SO2) bakar minyak yang saluran nafas sehingga
mengandung Sulfur. menimbulkan gejala batuk dan
Pembakaran limbah sesak nafas.
pertanah. Proses
dalam industri.
2. Hidrogen Sulfa Dari kawah gunung Menimbulkan bau yang tidak
(H2S) yang masih aktif. sedap, dapat merusak indera
penciuman (nervus olfactory)
3. · Nitrogen · Berbagai jenis · Menggangu sistem pernapasan.
Oksida (N2O) pembakaran. · Melemahkan sistem pernapasan
· Nitrogen · Gas buang kendaran paru dan saluran nafas sehingga
Monoksida bermotor. paru mudah terserang infeksi.
(NO) · Peledak, pabrik
· Nitrogen pupuk.
Dioksida
(NO2)
13
4. Amoniak Proses Industri · Menimbulkan bau yang tidak
(NH3) sedap/menyengat.
· Menyebabkan sistem
pernapasan, Bronchitis, merusak
indera penciuman.
5. · Karbon · Semua hasil · Menimbulkan efek sistematik,
Dioksida pembakaran. karena meracuni tubuh dengan
(CO2) · Proses Industri cara pengikatan hemoglobin yang
· Karbon . amat vital bagi oksigenasi
Monoksida jaringan tubuh akaibatnya apabila
(CO) otak kekurangan oksigen dapat
· Hidrokarbon menimbulkan kematian.
· Dalam jumlah kecil dapat
menimbulkan gangguan berfikir,
gerakan otot, gangguan jantung.
14
3. Kondensasi. Dengan kondensasi dimaksudkan agar polutan gas diarahkan
mencapai titik kondensasi, terutama dikerjakan pada polutan gas yang
bertitik kondensasi tinggi dan penguapan yang rendah (Hidrokarbon dan
gas organik lain).
4. Pembakaran. Mempergunakan proses oksidasi panas untuk
menghancurkan gas Hidrokarbon yang terdapat di dalam polutan. Hasil
pembakaran berupa Karbon Dioksida dan air. Adapun proses
pemisahannya secara fisik dikerjakan bersama-sama dengan proses
pembakaran secara kimia.
5. Reaksi kimia. Banyak dipergunakan pada emisi golongan Nitrogen dan
Belerang. Membersihkan gas golongan Nitrogen, caranya dengan
diinjeksikan Amoniak yang akan bereaksi kimia dengan NOx dan
membentuk bahan padat yang mengendap. Untuk menjernihkan golongan
Belerang dipergunakan copper oksid atau kapur dicampur arang.
Sementara itu, pencegahan pencemaran udara berbentuk partikel dapat
dilakukan melalui enam konsep.
1. “Membersihkan” (Scrubbing). Mempergunakan cairan untuk memisahkan
polutan. Alat scrubbing ada berbagai jenis, yaitu berbentuk plat, masif,
fibrous, dan spray.
2. Menggunakan filter. Dimaksudkan untuk menangkap polutan partikel pada
permukaan filter. Filter yang dipergunakan berukuran sekecil mungkin.
Filter bersifat semipermeable yang dapat dibersihkan, kadang-kadang
dikombinasikan dengan pembersihan gas dan filter polutan partikel.
3. Mempergunakan presipitasi elektrostatik. Cara ini berbeda dengan cara
mekanis lainnya, sebab langsung ke butir-butir partikel. Polutan dialirkan
di antara pelat yang diberi aliran listrik sehingga presipitator yang akan
mempresipitasikan polutan partikel dan ditampung di dalam kolektor.
Pada bagian lain akan keluar udara yang telah dibersihkan.
4. Mempergunakan kolektor mekanis. Dengan menggunakan tenaga gravitasi
dan tenaga kinetis atau kombinasi keduanya untuk mengendapkan partikel.
Sebagai kolektor dipergunakan gaya sentripetal yang memakai siklon.
15
5. Program langit biru. Yaitu program untuk mengurangi pencemaran udara,
baik pencemaran udara yang bergerak maupun stasioner. Dalam hal ini,
ada tiga tindakan yang dilakukan terhadap pencemaran udara akibat
transportasi yaitu: Pertama, mengganti bahan bakar kendaraan. Bahan
bakar disel dan premium pembakarannya kurang sempurna sehingga
terjadi polutan yang berbahaya. Dalam program lagit biru, hal ini dikaitkan
dengan penggantian bahan bakar ke arah bahan bakar gas yang
memberikan hasil pembakaran lebih baik. Kedua, mengubah mesin
kendaraan. Mesin dengan bahan bakar disel diganti dengan mesin bahan
bakar gas. Ketiga, memasang alat-alat pembersihan polutan pada
kendaraan bermotor.
6. Menggalakan penanaman pohon. Mempertahankan paru-paru kota dengan
memperluas pertamanan dan penanaman berbagai jenis pohon sebagai
penangkal pencemaran. Sebab tumbuhan akan menyerap hasil pencemaran
udara (CO2) dan melepaskan oksigen sehingga mengisap polutan dan
mengurangi polutan dengan kehadiran oksigen.
7. Bentuk pencegahan yang lain adalah membiasakan diri untuk
mengkonsumsi makanan mengandung serat tinggi. Serat makanan dapat
menetralkan zat pencemar udara dan mengurangi penyerapan logam berat
melalui sistem pencernaan kita. Dan yang paling penting pemerintah
hendaknya komitmen terhadap mengganti bensin bertimbal dengan bensin
tanpa Timbal.
16
energy secara hemat. Metode ini menyediakan alternative
penggunaan bahan lain yang lebih ramah lingkungan.
2. Metode Teknis :
a. Mengubah proses
b. Jika dalam suatu proses industry dan teknologi terdapat limbah
berupa zat kimia yang menyebabkan pencemaran lingkungan,
maka harus di ubah proses yang ada menjadi suatu proses yang
memenuhi kriteria yang telah di tetapkan. Contoh : dalam proses
penyamakan kulit, pemakaian croom sebagai bahan penyamak
dapat menghasilkan limbah yang mengandung Cr dan
membahayakan lingkungan hidup maka telah diketahui metode
baru yakni penggunaan enzim sebagai penyamak kulit, sehingga
limbahnya tidak membahayakan bagi lingkungan.
c. Mengganti sumber energi
d. Pemakaian BBF dan batu bara akan menghasilkan pencemaran
udara berupa gas SO2, NO2, H2S dan lainnya. Dapat diganti sumber
energinya berupa LNG atau energi GEOTERMAL atau PLTN
yang mengahsilkan bahan buangan yang lebih bersih
e. Mengelola limbah
f. Ada beberapa metode yang telah dikembangkan untuk
penyederhanaan buangan gas, dengan dasar pengembangan yang
dilakukan adalah absorpsi, pembakaran, penyerapan ion, kolam
netralisasi, dan pembersihan partikel.
Pilihan peralatan didasarkan atas berbagai factor antara lain :
Jenis bahan pencemar
Komposisi
Konsentrasi
Kecepatan polutan udara
Daya racun polutan udara
Berat jenis
Reaktifitas
Kondisi lingkungan
17
1. Menambah alat bantu
Keempat macam metode teknis diatas dapat berdiri sendiri atau
dikombinasi secara bersama-sama dua atau lebih, tergantung kajian dan
kenyataan yang sebenarnya.
18
memberikan efek bagi kesehatan,
manusia atau hewan dan tidak
berpengaruh pada tumbuhan,
bangunan ataupun nilai estetika
Tingkat kualitas udara yang tidak
berpengaruh pada kesehatan,
Sedang 51-100 (Biru) manusia atau hewan tetapi
berpengaruh pada tumbuhan yang
senditif dan nilai estetika
Tingkat kualitas udara yang
bersifat merugikan pada
101-199 manusia atau kelompok hewan
Tidak Sehat
(Kuning) yang sensitif atau bisa
menimbulkan kerusakan pada
tumbuhan ataupun nilai estetika
Tingkat kualitas udara yang
Sangat Tidak 200-299 dapat merugikan kesehatan pada
Sehat (Merah) sejumlah segmen populasi yang
terpapar
Tingkat kualitas udara berbahaya
yang secara umum dapat
Berbahaya ≥300 (Hitam)
merugikan kesehatan yang serius
pada populasi
19
a. Terciptanya mekanisme kerja dalam pengendalian pencemaran
udara yang berdaya guna dan berhasil guna.
b. Terkendalinya pencemaran udara.
c. Tercapainya kualitas udara ambien yang memenuhi standar
kesehatan manusia dan mahluk hidup lainnya.
d. Terwujudnya perilaku manusia sadar lingkungan.
20
menimpa reseptor. Adanya pendekatan secara planologis diharapkan akan
tercipta suatu lingkungan hidup (perkotaan) yang mampu menjamin rasa
aman, keindahan, maupun persyaratan hidup higienis dan sosial yang
lebih baik. Beberapa pokok langkah planologis yang perlu memperoleh
perhatian dalam perencanaan di antaranya adalah melokalisasi daerah
sumber emisi dengan cara menerapan pencatatan daerah kota dalam
berbagai zonifikasi denganlayout masing-masing peranan dari zonafikasi
tersebut. Pada umunya kita dapat membagi daerah kota dalam empat
zonafikasi. (a) daerah non industri, (b) daerah industri, (c) zona pusat-
pusat pemerintahan kota dan tempat-tempat pergudangan/perbengkelan,
(d) zona bagi intercity transport.
3. Pendekatan administratif.
Pendekatan administratif yang digunakan meliputi seluruh penerapan
produk-produk hukum yang sesuai, tata kerja aparatur pemerintah.
Pendekatan yang akan mengikat semua pihak mengikuti ketentuan-
ketentuan yang berlaku karena merupakan ketentuan hukum
(lawenforcement).
4. Pendekatan edukatif.
Pendekatan edukatif merupakan tindakan yang melibatkan masyarakat
untuk berpatisipasi dalam membina dan memelihara kebersihan
lingkungan seperti membuang sampah pada tempatnya dan menghindari
pendirian industri yang bertentangan dengan hinder-ordonansi.
Pendekatan edukatif dilakukan dan diperkembangkan untuk membina
serta memberikan penerangan kepada masyarakat dengan memotivasi
maupun membangkitkan kesadaran masyarakat untuk ikut memelihara
kelestarian lingkungan hidup.
21
1. Absorder, alat berbentuk tabung yang mengandung reagen untuk
penyerap polutan.
2. Absorder dengan silica gel untuk sampling ozon dan hidrokarbon.
3. Kondensor, alat ini bekerja dengan menangkap dan mengondensasi
gas, sehingga dapat diketahui kandungan gas tersebut.
4. Kolektor, alat yang bekerja dengan menyerap gas dengan jalan
mengurangi tekanan di dalamnya.
5. Sampler, untuk analisis spektrometris.
Berikut ini adalah alat yang digunakan untuk mengurangi partikel polutan:
1. Alat sedimentasi, hasil sedimentasi dapat digunakan untuk serbuk
tanaman.
a. Ringlemann cards, cara kerja secara photometris untuk penentuan
kuantitatif secara kasar dengan relief kedalaman yang berbeda-beda
yang tersusun secara skaler mulai dari putih sampai berturut-turut
kehitaman (tiga skala).
b. Alat impinge, alat ini menangkap partikel berupa aerosol.
2. Filter yang terbuat dari bahan gula, Kristal asam salisil/plastik. Filter ini
digunakan bila partikel yang akan ditentukan sulit dipisahkan dari filter
yang telah menyaringnya.
a. Cyclone, alat ini digunakan untuk menangkap partikel-pertikel
dengan gaya trifugal.
b. Presipitator, alat ini bekerja secara kaloris.
c. Presipitator elektrostatik.
3. Cara Analisis
Selain cara di atas, terdapat juga alat yang digunakan untuk detektor
maupun untuk pengukuran kuantitas dari pencemaran di udara. Berikut ini
adalah beberapa alat yang bekerja dengan analisis kimia:
a. Emission spectrometric.
22
b. Absorption spectrometric.
c. X-ray spectrometric.
d. Mass spectrometric.
e. Polarografic.
f. Alat mikroskopis khusus.
g. Alat yang meneruskan panas.
23
tindakan tegas terhadap pelanggaran berkendaraan dapat membantu
mengatasi kemacetan lalu lintas dan mengurangi polusi udara.
4. Pemberian penghambat laju kendaraan di permukiman atau gang-gang
yang sering diistilahkan dengan “polisi tidur” justru merupakan biang
polusi. Kendaraan bermotor akan memperlambat laju.
5. Uji emisi harus dilakukan secara berkala pada kendaraan umum maupun
pribadi meskipun secara uji petik (spot check). Perlu dipikirkan dan
dipertimbangkan adanya kewenangan tambahan bagi polisi lalu lintas
untuk melakukan uji emisi di samping memeriksa surat-surat dan
kelengkapan kendaraan yang lain.
6. Penanaman pohon-pohon yang berdaun lebar di pinggir-pinggir jalan,
terutama yang lalu lintasnya padat serta di sudut-sudut kota, juga
mengurangi polusi udara.
Beberapa program pemerintah yang ditujukan untuk menangani masalah
pencemaran udara sektor transportasi dalam rangka pengendalian polusi udara di
wilayah Indonesia antara lain:
1. Car Free Day
Seperti kita tahu, untuk menambah gaung kampanye mengurangi emisi
atau pencemaran udara, beberapa kota besar seperti DKI Jakarta telah
menerapkan program “Car Free Day”. Memang, setidaknya ada dua hal yang
bisa ditarik manfaatnya dari program ini.
Pertama, sosialisasi perlunya lingkungan sehat. Dengan “Car Free Day’’
masyarakat dapat berolahraga dan berjalan kaki di kawasan bebas kendaraan
bermotor itu sekaligus mengurangi tingkat polusi yang semakin parah sejalan
dengan pertambahan jumlah kendaraan bermotor semakin signifikan setiap
bulan. Meskipun tidak mudah menyukseskan program ini, namun “Car Free
Day’’ sangat positif untuk ditindaklanjuti agar permasalahan polusi udara
tidak semakin mengerikan sekaligus mengancam kesehatan masyarakat di
Ibukota khususnya. Semakin banyak yang mendukung “Car Free Day’’ berarti
jumlah kendaraan akan berkurang dan otomatis polusi udara juga ikut
berkurang.
24
Kedua, lewat program “Car Free Day’’ bisa menyadarkan masyarakat
untuk menggunakan alternatif baru dalam bidang transportasi, seperti
menggunakan kendaraan bus umum atau dengan jarak dekat dengan berjalan
kaki saja, begitu pula anak-anak sekolah. Dengan demikian jumlah kendaraan
bermotor di jalan raya berkurang.
2. Fun Bike
Fun Bike merupakan kegiatan lanjutan dari upaya Car Free Day.
Penggunaan sepeda sebagai alat transportasi yang aman tanpa bahan bakar
serta merupakan salah satu sarana penunjang kesehatan khususnya sebagai
sarana sehat untuk berolahraga. Kegiatan Funbike telah terselenggara
dibeberapa daerah Indonesia.
3. Langit Biru
Langit Biru merupakan penghargaan untuk kota dengan udara terbersih di
Indonesia. Dengan program langit biru yang dibuat Kementerian Negara
Lingkungan Hidup ini, kota-kota dinilai berdasarkan kualitas udara perkotaan.
Tujuan program langit biru adalah mendorong peningkatan kualitas udara
perkotaan dari pencemaran udara, terutama yang bersumber dari kendaraan
bermotor melalui penerapan transportasi berkelanjutan.
Pemilihan kota berkualitas terbaik, sebagai penerima penghargaan Langit
Biru, didasarkan 4 parameter utama dan tambahan. Parameter utama penilaian
udara terbersih antara lain manajemen lalu lintas, kualitas bahan bakar, hasil
uji emisi kendaraan, dan kualitas udara di jalan raya masing-masing kota.
BAB III
PENUTUP
25
3.3 Kesimpulan
1. Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur
berbahaya kedalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya
kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatam manusia secara umum
menurunkan kualitas lingkungan.
2. Menurut dr.drh. Mangku Sitepoe (1997), ada lima dasar dalam mencegah
atau memperbaiki pencemaran udara berbentuk gas yaitu : absorpsi,
adsorpsi, kondensasi, pembakaran, reaksi kimia.
3. Metode penerapan pencegahan pencemaran udara yaitu :
Tekhnologi Pencegahan (preventif), disebut dengan control
technology/protective technology yang lebih ditekankan pada
pertimbangan aspek yang dapat mengurangi pengaruh yang tak di
inginkan semaksimal mungkin terhadap lingkungan.
Tekhnologi Hemat (low waste/non-waste technology), ditekankan
kepada penyelamatan pengadaan bahan-bahan maupun penggunaan
energy secara hemat. Metode ini menyediakan alternative
penggunaan bahan lain yang lebih ramah lingkungan.
4. Sasaran Program Pengendalian Pencemaran Udara adalah :
Pemantauan Kualitas Udara Ambien yaitu upaya pemantaun pada
kadar zat, energi, dan/atau komponen lain yang ada di udara bebas
dipermukaan bumi pada lapisan troposfir yang sangat dibutuhkan
dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur
lingkungan hidup lainnya.
Pengendalian pencemaran udara dari sarana transportasi kendaraan
bermotoryaitu upaya pencegahan dan/atau penanggulangan
pencemaran udara serta pemulihan mutu udara agar berada pada
batas maksimum zat atau bahan pencemar yang boleh dikeluarkan
langsung dari pipa gas buang kendaraan bermotor.
Pengendalian pencemaran udara dari industry yaitu upaya
pencegahan dan/atau penanggulangan pencemaran udara serta
pemulihan mutu udara agar berada pada batas maksimum zat atau
26
bahan pencemar yang boleh dikeluarkan langsung dari buang gas
industri.
5. Tujuan dari penerapan pencegahan pencemaran udara adalah :
Terciptanya mekanisme kerja dalam pengendalian pencemaran
udara yang berdaya guna dan berhasil guna.
Terkendalinya pencemaran udara.
Tercapainya kualitas udara ambien yang memenuhi standar
kesehatan manusia dan mahluk hidup lainnya.
Terwujudnya perilaku manusia sadar lingkungan.
3.2 Saran
Dengan tersusunnya makalah ini kami berharap agar kita semua menyadari
pentingnya dampak dari adanya pencemaran udara dan kita harus bisa melakukan
pencegahan dan menanggulangi pencemaran udara.
27