Laporan PKL Revisi Setelah Sidang
Laporan PKL Revisi Setelah Sidang
Oleh:
i
ii
2020
PROGRAM STUDI D III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MOHAMMAD HUSNI THAMRIN
JAKARTA
LEMBAR PERSETUJUAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Disetujui Oleh,
Pembimbing Materi Pembimbing Teknis
Mengetahui
Ketua Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas Kesehatan Universitas Mohammad Husni Thamrin Jakarta
iii
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MOHAMMAD HUSNI THAMRIN
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
(…………………………..) (…………………………..)
Penguji III
(…………………………..)
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan dan melaporkan hasil dari Praktik
Kerja Lapangan (PKL) yang berbasis Studi Pustaka. Laporan ini berdasarkan
kegiatan studi kepustakaan yang membahas PT. Pharos Indonesia.
Praktik kerja lapangan merupakan salah satu syarat wajib yang harus
ditempuh untuk menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma III Analis
Farmasi dan Makanan Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin Jakarta.
Selain sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan yang sedang penulis
tempuh, PKL juga memberikan banyak pengalaman yang tidak didapatkan di
bangku kuliah.
Selama penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang berbasis
studi pustaka ini, penulis banyak mendapat bimbingan, dorongan, masukan-
masukan dan bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak, oleh karena
itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Allah S.W.T yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini
dengan baik.
2. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada
penulis.
3. Ibu DR. Dra. Ellis Susanti, MM., M.Pd., M.Si., Apt. selaku ketua program
studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Kesehatan
Universitas MH. Thamrin Jakarta.
4. Ibu Elvera Rizsa Sogani, S.Farm. selaku pembimbing materi program studi
Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Kesehatan Universitas
MH. Thamrin Jakarta.
5. Ibu Nining Sugiantari, S.Pd, M.Pd. selaku pembimbing teknis program studi
Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Kesehatan Universitas
MH. Thamrin Jakarta.
iv
6. Seluruh staff Pengajar dan Sekretariat Program D-III Analis Farmasi dan
Makanan Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin Jakarta yang telah
memberikan pengetahuan dan bimbingan selama menjalani pendidikan.
7. Seluruh Mahasiswa Program Studi D-III Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin Jakarta Angkatan Tahun 2017
yang telah memberikan semangat serta keindahan kebersamaan selama 3
tahun ini.
8. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan Praktik Kerja Lapangan
ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-satu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Praktik Kerja
Lapangan ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, penulis sangat
mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dari semua pihak demi
terciptanya kesempurnaan penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan ini, dan
perbaikan penulisan di masa mendatang.
Akhir kata penulis berharap semoga penulisan Praktik Kerja Lapangan
(PKL) ini bermanfaat dan berguna baik bagi penulis sendiri, pembaca pada
umumnya, maupun bagi Mahasiswa Program Studi D-III Analis Farmasi dan
Makanan Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin Jakarta pada khususnya.
Penulis
v
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktik Kerja Lapangan............................................... 2
1.2.1 Tujuan Umum............................................................... 2
1.2.2 Tujuan khusus............................................................... 2
1.3 Waktu dan tempat Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan........ 3
vi
BAB III TINJAUAN KHUSUS PT. PHAROS INDONESIA
3.1 Sejarah dan Perkembangan PT. Pharos Indonesia................... 21
3.2 Visi, Misi dan Logo PT. Pharos Indonesia ............................. 22
3.2.1 Visi PT. Pharos Indonesia ........................................... 22
3.2.2 Misi PT. Pharos Indonesia .......................................... 23
3.2.3 Logo PT. Pharos Indonesia ......................................... 23
3.3 Kebijakan Mutu PT. Pharos Indonesia.................................... 24
3.4 Kedudukan, Fungsi dan Peranan PT. Pharos Indonesia.......... 24
3.4.1 Kedudukan PT. Pharos Indonesia ............................... 24
3.4.2 Fungsi PT. Pharos Indonesia....................................... 25
3.4.3 Peranan PT. Pharos Indonesia..................................... 25
3.5 Lokasi dan Bangunan PT. Pharos Indonesia........................... 26
3.6 Struktur Organisasi PT. Pharos Indonesia............................... 27
3.6.1 Departemen SDM (Human Development/ HRD)........ 28
3.6.2 Departemen Marketimg............................................... 28
3.6.3 Departemen Keuangan (Finance)................................ 29
3.6.4 Departemen Purchasing............................................... 29
3.6.5 Divisi New Development (NPD)................................. 30
3.6.6 Divisi Supply Chain..................................................... 33
3.6.7 Divisi Manufaktur........................................................ 37
3.6.8 Quality Department...................................................... 49
3.6.9 Departemen Engineering............................................. 67
3.6.10 Departemen General Affairs (GA).............................. 71
vii
4.7 Pengawasan Mutu.................................................................... 81
4.8 Inpeksi Diri, Audit Mutu, Audit dan Persetujuan Pemasok.... 84
4.9 Penanganan dan Keluhan terhadap Produk dan
Produk Kembalian................................................................... 84
4.10 Dokumentasi............................................................................. 86
4.11 Pembuatan Analisis Berdasarkan Kontrak................................ 87
4.12 Kualifikasi dan Validasi............................................................ 88
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan.............................................................................. 104
6.2 Saran........................................................................................ 105
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
memproduksi suatu obat, setiap industri farmasi harus dapat memenuhi Cara
pembuatan Obat yang Baik (CPOB) agar dapat menjamin dan menghasilkan
Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri
keamanan (safety) dan mutu (quality) dalam dosis yang digunakan untuk
1
memenuhi persyaratan izin edar yang tercantum sehingga aman, bermutu,
dan efektif.
pelatihan bagi para Tenaga Teknik Kefarmasian (TTK) khusus nya para
calon analis. Dengan melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini, maka
dalam dunia kerja di bidang industri farmasi serta dapat menjadi tenaga
TINJAUAN PUSTAKA
Ilmu Farmasi pada dasarnya adalah profesi yang menyangkut seni dan
ilmu penyediaan bahan obat, dari sumber alam ataupun sintetik yang sesuai
dan penggunaan obat yang sesuai dana dan melalaui resep dokter.
relevan dari ilmu biologi, kimia, fisika, matematika, perilaku dan teknologi
4
“Paradigma Sehat”, diperlukan tenaga-tenaga kerja yang kompeten dan
profesional dalam bidang kesehatan dan kepada orang awam dan masyarakat
umum agar pengetahuan mengenai obat dan produk obat dapat memberikan
masyarakat.
Farmakope Belanda.
obat dan senyawa kimia dengan uraian, rumus, sifat fisikokimia, uji
obat atau bahan obat. Obat merupakan sebagai bahan atau paduan bahan,
dan kontrasepsi untuk manusia. Sedangkan bahan obat adalah bahan baik
obat yang meliputi pengadaan bahan awal dan bahan pengemas, produksi,
untuk didistribusikan.
Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.
Industri obat jadi merupakan suatu industri yang menghasilkan suatu produk
yang telah melalui seluruh tahap pembuatan. Obat jadi adalah sediaan atau
farmasi rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, klinik, dan toko obat
soal nyawa manusia oleh karena itu industri farmasi dan produknya diatur
d. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak
kefarmasian.
e. Obat jadi yang diproduksi oleh perusahaan industri farmasi hanya dapat
direktur utama dan apoteker penanggung jawab pemastian mutu. Izin usaha
izin dilimpahkan kepada Badan POM. Izin ini berlaku seterusnya selama
ketentuan dalam UU No.1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan
Peraturan Pelaksanaannya.
2.3 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
ketentuan dalam CPOB yang bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara
penggunaannya.
dilakukan dalam suatu industri farmasi untuk menjamin mutu obat, yang
tujuan penggunaannya.
CPOB.
jadi hanya sekedar lulus dari serangkaian pengujian, tetapi yang lebih
penting adalah bahwa mutu harus dibentuk ke dalam produk tersebut (to
build quality into the product). Mutu obat tergantung pada bahan awal,
yang dipakai, serta personel yang terlibat. Oleh karena itu, Pemastian Mutu
suatu obat hendaknya dibuat dalam kondisi yang dikendalikan dan dipantau
pembuatan Obat.
lain :
b. Pengendalian perubahan
e. Pengolahan ulang
h. Personalia
i. Sistem dokumentasi
Semua bagian sistem Pemastian Mutu hendaklah didukung
(Pemastian Mutu).
A. Pemastian Mutu
B. Pengawasan Mutu
didokumentasikan.
dari Badan POM RI. Aspek yang diatur di dalam CPOB terdiri dari
industri.
operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat
pencemaran dari udara, tanah dan air serta dari kegiatan industri lain
tersebut.
1. Penerimaan bahan
5. Pengolahan
10. Pengiriman
11. Laboratorium
berdampingan.
umum bagi personil dan bahan atau produk selain yang sedang
diproses.
digunakan dan personil yang terlibat sehingga mutu obat tidak hanya
inspektur. Tenaga kerja yang telah dilatih sanitasi dan hygiene dapat
2.3.4 Produksi
digunakan.
Produk
masalah yang serius jika tidak ditangani dengan baik. Produk yang
tidak memenuhi syarat mutu obat maka harus dilakukan penarikan
yang telah di tarik dari peredaran kemudian di olah lagi dan jika
2.3.6 Dokumentasi
menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
(PMDN) yang bergerak dalam bidang farmasi yang didirikan pada tanggal
30 September 1971 oleh Drs. Eddie Lembong, Apt berlokasi di Jl. Limo
memperoleh CPOB dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada
Pharos Indonesia.
21
PT. Pharos Indonesia saat ini memiliki lebih dari 500 produk
yaitu kapsul, kaplet, tablet, sirup, suspensi, krim, gel, supositoria dan injeksi
Derma Cote dan Colidan serta masih banyak lagi produk obat yang
PT. Pharos Indonesia juga memiliki produk yang dibuat oleh pabrik
di lokasi lain, sehingga tidak terjadi produksi yang berlebihan di satu lokasi
pabrik. Hingga saat ini PT. Pharos Indonesia sudah memiliki beberapa anak
perusahaan yaitu :
d. Century Healtcare
e. Apotek Generik
f. PT. Nutrisaints
difokuskan.
ethical.
maupun internal.
perusahaan, yaitu :
Lokasi pabrik PT. Pharos Indonesia di Jl. Limo No. 40-42 Permata
Hijau Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Sarana produksi yang dimiliki PT.
sefalosporin.
instlasi listrik, Air Handling Unit (AHU), steam unit, compress air unit,
waste water unit, water system unit, area parkir, pos satpam, dan
laundry unit.
Gambar 3.3
Struktur Organisasi PT. Pharos Indonesia
General Managing
Associated
Affair Director
Personalia
HRD
Recruitment
and Selection
Asisten Director
Asisten
Director
MI
Finance
Marketing
General Manager
Manufacturing
BD PD AD RD
QC
Packagin PPIC
g Produksi Teknik QA
Purchasin
g
3.6.1 Departemen SDM (Human Development/ HRD)
A. Personalia
akutansi.
pembayaran.
analisa di Laboratorium.
regist.
A. Produksi Departemen
1. Fasilitas Sefalosporin
a. Grey Area
b. White Area
16-25%.
c. Black Area
yang melekat.
Setelah selesai melaksanakan kegiatan produksi,
2. Fasilitas Non-Betalaktam
a. Grey Area
40%-70% RH.
b. Black Area
Kemasan (GBK).
3. Penjelasan Singkat Mengenai Proses Produksi :
penimbangan bahan.
pengeringan.
homogen.
ke dalam botol.
disterilisasi.
B. Packing Departemen
untuk dipasarkan.
dan didokumentasikan.
d. Complain and Deviation bagian yang menerima dan
maupun produk.
yaitu:
manual book.
anak timbangan.
dan autoklaf.
e. Quality system.
dicatat.
pemeriksaan ruangan.
dipasarkan.
diantaranya :
secara rutin.
4) Stabilitas Dipercepat
petugas.
Engineering.
QC Manager membawahi :
digunakan.
Pharmacopeia (USP).
produk.
setiap jam 09.00 WIB dan 15.00 WIB dan dicatat oleh
petugas.
sampling lain-lain.
mesin.
c. Bagian Utility
A. Limbah Non-Betalaktam
B. Limbah Eksternal
ditindaklanjuti.
C. Limbah Sefalosporin
melalui manusia satu ke manusia lain maka kegiatan Praktek Kerja Lapangan
Thamrin tahun 2019 yaitu : Kholifah Ikhtari, Mei Butar-Butar, Selly Rieska
Amalia.
berikut :
obat sesuai sesuai dengan penggunaanya, memenuhi syarat izin edar dan
yang saling terkait. Pengawasan mutu obat dilakukan oleh bagian Quality
mengawasi kualitas bahan awal, baik bahan baku maupun bahan kemas, dan
juga mengawasi produk jadi yang siap dipasarkan, selain itu juga melakukan
72
penanganan terhadap retained sample (contoh pertinggal) dan uji stabilitas
produk. Untuk mendukung tugas bagian ini maka ada dua laboratorium yaitu
analisa baik secara fisika maupun kimia dari bahan baku, produk jadi
bangunan.
karena mutu dari produk sendiri tidak hanya bergantung pada hasil
bagian,, yaitu bagian Kualifikasi, Kalibrasi dan Validasi dan Quality system
check mutu produk serta menangani masalah yang berkaitan dengan mutu
produk. Pemastian mutu dari produk tidak hanya dilakukan oleh bagian QC
dan QA saja, melainkan melibatkan seluruh komponen yang terkait dalam
dihasilkan.
4.2 Personalia
yang baik. Berdasarkan ketentuan yang ada di CPOB mengenai kualitas dan
yang jelas.
diperhatikan oleh PT. Pharos Indonesia dengan adanya jaminan sosial tenaga
kerja (Jamsostek), pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk karyawan
pada proses tidak menghasilkan debu yang banyak atau beresiko. Ruangan
pendeteksi asap.
pada Fasilitas Sefalosporin dibagi menjadi tiga yaitu Grey Area, Black Area,
dan White Area. Grey Area terdiri dari area pengemasan primer, area
lengkap dengan masker dan tutup kepala. Suhu mum pada Grey Area adalah
airlock personal (ruang ganti sepatu untuk Black Area baju seragam lengkap
dengan tutup kepala), toilet dan tempat cuci tangan, area pengemasan
sekunder dan airlock finish good material. Black Area terdiri dari gudang,
White Area khusus untuk memproduksi sediaan dry injeksi yang terdiri dari
non steril seperti sediaan solid tablet, kaplet, dan kapsul. Area produksi pada
fasilitas ini terbagi menjadi dua, yaitu Grey Area dan Black Area. Sama
seperti Grey Area pada Fasilitas Sefalosporin Grey Area pada Failitas Non
beta-laktam juga terdiri dari ruang penyangga personal (ruang ganti sepatu
dan warepack lengkap dengan masker dan tutp kepala), area pencampuran,
area granulasi, area percetakan tablet, area filling kapsul, area penyimpanan
produk antara yang masih memerlukan satu tahap proses hingga menjadi
yang sekaligus diawasi oleh In Precess Control (IPC). Suhu di Grey Area
dan tutup kepala), toilet, tempat cuci tangan dan area pengemasan sekunder.
PT. Pharos Indonesia juga mempunyai empat gudang yaitu Gudang
Bahan Baku, Gudang Bahan Kemas, Gudang Obat Jadi serta gudang produk
KPR (Klaim Produk Rusak). Pada Gudang Bahan Baku dan Gudang Bahan
4.4 Peralatan
dengan tepat sehingga mutu yang dirancang bagi tiap produk terjamin secara
seragam dari bets ke bets. Desain dan tata letak peralatan juga memudahkan
yang lain. Peralatan juga diberi penandaan status penggunaan alat tersebut
Bahan yang digunakan untuk peralatan produksi sebagian besar adalah baja
tahan karat. Peralatan senantiasa dirawat menurut jadwal yang tepat agar
setiap aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan hygiene menurut
wadah serta segala sesuatu yang dapat menjadi sumber pencemaran produk.
karena itu, diperlukan suatu program sanitasi dan hygiene yang menyeluruh
dan terpadu.
dengan tutup kepala, masker, sarung tangan, sepatu khusus PT. Pharos
area perusahaan PT. Pharos Indonesia guna menjaga sanitasi dan hygiene.
Kebiasaan higiene meliputi tidak makan dan merokok di area
tempat cuci tangan, dan ruang minum yang terpisah dari ruang kerja dan
lokasinya dekat tetapi, tidak berhubungan langsung dengan kantor dan area
produksi. Selain itu, ruangan harus selalu berada dalam kondisi bersih.
terjadinya pencemaran oleh debu dan cemaran lainnya yang dapat merubah
identitas, mutu, bahan baku dan memastikan bahwa alat-alat pembersih dan
4.6 Produksi
(Solid dan Injeksi Kering) dan Non-Betalaktam dengan sediaan Solid, Semi
Solid dan Liquid) dan PT. Faratu di wilayah Bekasi hanya memproduksi
release oleh QC. Bahan baku tersebut kemudian digunakan untuk proses
terhadap spesifikasi setiap sediaan yang telah diproduksi. Mutu suatu produk
sediaan yang telah di produksi siap dikemas sesuai metode dan cara yang
mikrobiologi dan uji kimia dan untuk sampel pertinggal yang dilakukan
pemeriksaan 10 tablet maupun kapsul. Hasil dari uji variasi yang dilakukan
oleh bagian IPC didokumentasikan ke dalam lembaran kerja yang telah
jawab semua pihak yang terlibat dengan proses produksi sediaan tersebut.
Tablet dan kapsul yang sudah jadi selanjutnya siap untuk dikemas.
nama ruangan, proses yang dilakukan, nama produk yang sedang diproduksi,
nomor batch, dan tanggal dilakukan nya proses. Tujuan dari penandaaan
tersebut adalah untuk mencegah terjadinya kontaminasi dan mix up, agar
bahan awal atau bahan kemas tidak masuk ruangan yang semestinya.
bahwa produk yang dihasilkan senantiasa memiliki kualitas yang baik dan
Department Quality Control (QC) sejak datangnya bahan baku dan bagian
pemeriksaan nahan awal, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi.
menganalisis semua bahan baku dan produk jadi yang masuk ke gudang
(QC) terletak terpisah dari bagian Produksi dan bagian mikrobiologi juga
terkalibrasi jika akan digunakan. Pada setiap alat terdapat label yang
yang tidak terkalibrasi. Pada Baku pembanding telah dilakukan hal yang
yang sesuai.
seperti pakaian khusus untuk kerja, penutup kepala, masker, sarung tangan,
manajer atau supervisor juga menentukan suatu sampel dirilis atau ditolak
adalah untuk meningkatkan kualitas hasil produksi yang baik, PT. Pharos
hubungan toll out manufacturing dengan PT. Pharos Indonesia. Pihak yang
terjadi. Keluhan dapat mengenai mutu (produk dan kemasan), efek samping
perusahaan. Keluhan dari dalam perusahaan dapat berasal dari produksi, QC,
masalah keabsahan atau sebab lain mengenai kondisi obat dan wadah yang
oleh adanya Surat Perintah Penarikan Produk yang dikeluarkan oleh Badan
POM, misalnya karena kebijakan baru atau ditemukannya produk yang tidak
seperti evaluasi contoh pertinggal, data tes stabilisa, informasi dari bagian
(BPOM).
4.10 Dokumentasi
tertulis antara pemberi kontrak dan penerima kontrak harus dibuat secara
pihak.
dengan industri farmasi lain baik lokal maupun asing berupa Toll Out
Tujuan dari seleksi ini adalah agar produk Toll Out yang dihasilkan
Audit rekanan Toll Out dilakukan secara berkala untuk memantau kualitas
produk yang dihasilkan oleh rekanan Toll Out. Audit merupakan syarat
kerjasama untuk perusahaan yang akan menerima Toll Out dari PT. Pharos
Indonesia.
serta sistem penunjang harus tervalidasi terutama pada tiap tahapan kritis
yang dilalui. Validasi yang dilakukan yaitu validasi proses, validasi metode
baik.
kinerja sedangakan untuk validasi dibagi menjadi 2 yaitu validasi proses dan
ANALISIS OBAT
baku “X” dengan menggunakan metode Total Plate Count (TPC) dijabarkan
sebagai berikut :
Spektrofotometri UV-Vis
1. Prinsip
suatu media (larutan) maka sebagian cahaya tersebut akan diserap dan
2. Peralatan
Neraca Analitik, Beaker Glass 100 mL, 250 mL, dan 400 mL
Spektrofotometer UV-VIS.
Spektrofotometri UV-Vis
90
anhidrat P
selama 30 menit
5) Jika perlu tambahkan air hingga 10,0 mL
4. Hasil Perhitungan
Spektrofotometri
Au . Bs . Pu. BR
Kadar= ×100 %
As . Bu . Ps . BE
Keterangan :
Bs = Berat Pembanding
Bu = Berat Sampel
Diketahui :
100
Au = 0,530 Abs Pu = × 100 = 1000 x
10
As = 0,492 Abs
1384,8
Bs = 100 mg BR = = 692,4 mg
2
BR 692,4
BE = 500 mg = × 100 = 130,48 mg
BE 500
Bu = 130,48 mg
36.697.200
= × 100%
34,066,080
= 107,72%
6. Hasil : 107,72%
Edisi V)
1. Prinsip
Uji kadar zat diklorofen pada sediaan pasta gigi ini dilakukan
2. Alat
Neraca Analitik, Beaker Glass 100 mL, 250 mL, dan 400 mL,
Labu ukur 50,0 mL, dan 100,0 mL, kuvet, Alat setrifugase , Tabung
sampai tanda
Au Bb
× × 100 %
Ab Bu
Keterangan :
Bu = Berat Sampel
Bs = Berat Pembanding
No
Sampel Larutan Hasil Serapan
.
1. Larutan Uji Diklorofen 0,294 Abs
2. Larutan Pembanding 0,319 Abs
Diketahui :
Au = 0,294 Abs
Ab = 0,319 Abs
Bu = 5002,5 mg
Bs = 10,0123 mg
0,294 10,0123
Kadar¿ × ×100 %
0,319 5002, 5
= 0,19 %
6. Persyaratan Kadar : Maksimum 0,5%
7. Hasil : 0,19%
c. Uji Kontaminasi Mikroba Bahan Baku “X” dengan Metode Total Plate
Count (TPC)
1. Prinsip
2. Alat
3. Bahan
Tryptic Soy Agar (TSA), Alkohol 70%, dan Pepton w/v 0,1 %
4. Prosedur Uji
1) Prosedur Kerja
LAF
indikator
jam.
yang tumbuh
x+ y
Jumlah bakteri Aerob/g sampel (CFU / g) = × 10
2
Keterangan :
5. Hasil Pengamatan
Indonesia)
5.2 Pembahasan
A. Spektrofotometri
dan Inframerah, sedangkan materi dapat berupa atom dan molekul namun
spektrum pada daerah ultraviolet dan daerah cahaya tampak dari suatu zat
tidak khas, tetapi cocok untuk penetapan kuantitatif dan untuk beberapa
zat berguna untuk membantu identifikasi (FI, edisi III, 1979 : 772).
pelarut murni atau pereaksi yang digunakan untuk membuat zat yang
berlaku untuk larutan zat dalam batas kadar tertentu. Sedangkan diluar
667).
A = . b.c
Dimana :
A = Absorbansi
b = Ketebalan cm
yang hidup saja dan yang mati tidak. Dalam metode ini dilakukan
dan dikatakan berhasil bila kurang dari 30 dan tidak dapat diterima bila
lebih dari 300 kemungkinan ada koloni yang terlalu padat, terlalu dekat
dianggap bahwa setiap koloni yang tumbuh berasal dari satu sel, maka
tidak langsung.
dihitung secara keseluruhan baik yang hidup maupun yang mati sedangkan
dihitung secara keseluruhan baik yang mati atau yang hidup saja atau
hanya untuk menentukan jumlah mikroba yang hidup saja tergantung cara
mikroba.
Cawan petri hasil penanaman mikroba, pada salah satu sisi dibagi menjadi
yang layak angka bakteri atau jamur. Tidak seperti langsung mikroskopis
koloni itu tidak mungkin untuk menentukan apakah koloni muncul dari
satu sel atau 1000 sel. Oleh karena itu, hasilnya diberikan sebagai
CFU/mL (Unit Pembentuk Koloni per milimeter) untuk cairan dan CFU/g
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Ilmu tentang aspek-aspek Cara Pembuatan Obat yang Baik yang diperoleh
Indonesia Edisi III yaitu 90,0% - 120,0% serta melakukan penetapan kadar
tahun 2019 melakukan uji kontaminasi mikroba bahan baku “X” dengan
105
6.2 Saran
2. Kholifah, Ikhtari dkk. 2019. Laporan Praktik Kerja Lapangan di PT. Pharos
Halaman 11-12.
5. PT. Pharos Indonesia. 2019. Makna Nama Pharos. Diakses dari pharos.co.id.
(1 April 2020)
Kedokteran EGC.
10. PT. Pharos Indonesia. 2019. Makna Nama Pharos. Diakses dari
12. PT. Pharos Indonesia. 2017. Prosedur Tetap Penanganan Air Limbah.
13. PT. Pharos Indonesia. 2018. Methode Of Analysis (MOA) Uji Kontaminasi
109
Lampiran 2
Gambar Alat Yang Digunakan Untuk Analisa Spektrofotometri UV-Vis
(Laporan Pratikum Spektrofotometri Semester IV)
Gambar 1 Gambar 2
Alat Spektrofotometri UV-Vis Kuvet
Gambar 3 Gambar 4
Neraca Analitik Seperangkat Alat Gelas
110
Lampiran 3
Bahan Yang Digunakan Untuk Penetapan Kadar Kapsul Ampisilin
Secara Spektrofotometri UV-Vis
(Laporan Pratikum Spektrofotometri Semester IV)
Gambar 1
Kapsul Ampisilin
Gambar 2
Baku Kapsul Ampisilin
111
Lampiran 4
Alat dan Bahan yang digunakan Untuk Penetapan Kadar Diklorofen
dalam Pasta Gigi Secara Spektrofometri UV-Vis
(Laporan Pratikum Alat Kesehatan dan Kosmetik Semester V)
Gambar 1
Sampel yang akan dianalisa
Gambar 2
Alat Sentrifugase Untuk Memisahkan Larutan
112
Lampiran 5
Media yang Digunakan Untuk Uji Kontaminasi Bahan Baku “X”
Menggunakan Metode Total Plate Count (TPC)
(Laporan Pratik Kerja Lapangan Tahun 2019 di PT. Pharos Indonesia)
Gambar 1 Gambar 2
Media Pepton Media TPC
Gambar 3
Hasil Analisa dengan Metode TPC
113