REFRESHING-TATALAKSANA PERIOPERATIF-2015730002 Anes
REFRESHING-TATALAKSANA PERIOPERATIF-2015730002 Anes
Pembimbing:
Dr. M. F. Susanti Handayani, Sp. An
Disusun Oleh :
Adeta Yuniza Mulia
2015730002
KEPANITERAAN KLINIK
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Trias anestesi:
1. Hipnotik
2. Analgesik
3. Relaksasi
STADIUM ANESTESI
a. Stadium I (analgesi) dimulai dari saat pemberian zat anestetik sampai hilangnya
kesadaran. Pada stadium ini pasien masih dapat mengikuti perintah dan terdapat
analgesi (hilangnya rasa sakit). Tindakan pembedahan ringan, seperti
pencabutan gigi dan biopsi kelenjar dapat dilakukan pada stadium ini
4. Plana 4 : Pernapasan tidak teratur oleh perut karena otot interkostal paralisis
total, pupil sangat midriasis, refleks cahaya hilang, refleks sfmgter ani dan
kelenjar air mata tidak ada, relaksasi otot lurik sempuma (tonus otot sangat
menurun).
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Administrasi
1. Laporan Anestesi
2. BAKHP
Anamnesis
- Riwayat anestesi dan operasi sebelumnya.
- Riwayat penyakit sistemik (diabetes melitus, hipertensi,
kardiovaskuler, TB, asma)
- Pemakaian obat tertentu, seperti antidiabetik, antikoagulan,
kortikosteroid, antihipertensi secara teratur. Dua obat terakhir harus
diteruskan selama operasi dan anestesi, sedangkan obat yang lain
harus dimodifikasi.
- Riwayat diet (kapan makan atau minum terakhir. jelaskan perlunya
puasa sebelum operasi)
- Pengunaan gigi palsu pada pasien harus ditanyakan
- Kebiasaan-kebiasaan pasien (perokok berat, pemakai alkohol atau
obat-obatan)
- Riwayat penyakit keluarga
Pemeriksaan Fisik
berpatokan pada B6:
1. Breath
Keadaan jalan nafas, bentuk pipi dan dagu, mulut dan gigi, lidah dan
tonsil. Apakah jalan nafas mudah tersumbat? Apakah intubasi akan sulit?
Apakah pasien ompong atau menggunakan gigi palsu atau mempunyai
rahang yang kecil yang akan mempersulit laringoskopi? Apakah ada
gangguan membuka mulut atau kekakuan leher? Apakah ada
pembengkakan abnormal pada leher yang mendorong saluran nafas
bagian atas?
Tentukan pula frekuensi nafas, tipe napas apakah cuping hidung,
abdominal atau torakal, apakah terdapat nafas dengan bantuan otot
pernapasan (retraksi kosta). Nilai pula keberadaan ronki, wheezing, dan
suara nafas tambahan (stridor).
2. Blood
Tekanan nadi, pengisian nadi, tekanan darah, perfusi perifer. Nilai syok
atau perdarahan. Lakukan pemeriksaan jantung
3. Brain
GCS. adakah kelumpuhan saraf atau kelainan neurologist. Tanda-tanda
TIK
4. Bladder
Produksi urin. pemeriksaan faal ginjal
5. Bowel
Pembesaran hepar. Bising usus dan peristaltik usus. cairan bebas dalam
perut atau massa abdominal?
6. Bone
Kaku kuduk atau patah tulang? Periksa bentuk leher dan tubuh. klainan
tulang belakang?
Pemeriksaan Laboratorium Dan Radiologi
Penyakit Kardiovaskular
Resiko serius: Terapi oksigen dan pemantauan EKG harus
diteruskan sampai pasca operasi.
Zat anestesi membuat jantung sensitive terhadap kerja katekolamin
yang dilepaskan. Selanjutnya dapat terjadi kemunduran hemodinamik
dan dapat terjadi aritmia, takikardi ventricular sampai fibrilasi
ventricular.
Pada pasien dengan gagal jantung perfusi organ menjadi buruk.
Ambilan gas dan uap ihalasi terhalangi.
Diabetes Mellitus
hampir semua obat anestesi bersifat meningkatkan glukosa darah. Penderita
diabetes yang tidak stabil seharusnya tidak dianestesi untuk pembedahan
elektif, kecuali jika kondisi bedah itu sendiri merupakan penyebab
ketidakstabilan tersebut.
Penyakit Hati
Metabolisme obat-obatan anestesi akan terganggu akibat adanya gagal hati.
Obat-obatan analgesic dan sedative juga menjadi memiliki masa kerja yang
panjang karena metabolisme oleh otak juga berubah karena penyakit hati.
Anestesi pada pasien ikterus mempunyai dua resiko nyata. Pertama adalah
perdarahan akibat kekurangan protrombin. Resiko yang kedua adalah gagal
ginjal akibat bilirubin yang berakumulasi pada tubulus renalis
Tujuan
- Pasien tenang, rasa takutnya berkurang
- Mengurangi nyeri/sakit saat anestesi dan pembedahan
- Mengurangi dosis dan efek samping anestetika
- Menambah khasiat anestetika
Cara:
- Intramuskuler (1 jam sebelum anestesi dilakukan)
- Intravena (5-10 menit sebelum anestesi dilakukan, dosisnya 1/3 – 1/2
dari dosis intramuscular)
- Oral misalnya, malam hari sebelum anestesi dan operasi dilakukan,
pasien diberi obat penenang (diazepam) peroral terlebih dahulu,
terutama pasien dengan hipertensi.
1. Hilangkan kegelisahan
2. Ketenangan: sedative
3. Ananlgesi: narko analgetik
4. Amnesia: hiosin diazepam
5. Turunkan sekresi saluran nafas: atropine, hiosisn
6. Meningkatkan pH kurangi cairan lambung: antacid
7. Cegah reaksi alergi: anihistamin, kortikosteroid
8. Cegah refleks vagal: atropine
9. Mudahkan induksi: petidin, morfin
10. Kurangi kebutuhan dosis anestesi: narkotik hypnosis
11. Cegah mual muntah: droperidol, metoklorpamid
Penggolongan Obat-Obat Premedikasi
1. Golongan Narkotika
- Analgetika sangat kuat.
- Jenisnya : petidin dan morfin.
- Tujuan: mengurangi rasa nyeri saat pembedahan.
- Efek samping: mendepresi pusat nafas, mual-muntah,
Vasodilatasi pembuluh darah, hipotensi
- Diberikan jika anestesi dilakukan dengan anestetika dengan sifat
analgesik rendah, misalnya: halotan, tiopental, propofol.
- Pethidin diinjeksikan pelan untuk:
Mengurangi kecemasan dan ketegangan
Depresan SSP
Penyempitan bronkus
DOSIS OBAT-OBATAN
Keterangan
A. Obat Induksi intravena
1. Ketamin/ketalar
- Efek analgesia kuat sekali. Terutama utk nyeri somatik, tapi tidak utk
nyeri visceral
- Efek hipnotik kurang
- Efek relaksasi tidak ada
- tidak terkendali. Saat penderita mulai sadar dapat timbul eksitasi
- Aliran darah ke otak, konsentrasi oksigen, tekanan intracranial (Efek
ini dapat diperkecil dengan pemberian thiopental sebelumnya)
- TD sistolik diastolic naik 20-25%, denyut jantung akan meningkat.
(akibat peningkatan aktivitas saraf simpatis dan depresi baroreseptor).
Cegah dengan premedikasi opiat, hiosin.
- dilatasi bronkus. Antagonis efek konstriksi bronchus oleh histamine.
Baik untuk penderita-penderita asma dan untuk mengurangi spasme
bronkus pada anesthesia umum yang masih ringan.
- Dosis berlebihan scr iv: depresi napas
- Pada anak dapat timbulkan kejang, nistagmus
- Meningkatkan kadar glukosa darah + 15%
- Pulih sadar kira-kira tercapai antara 10-15 menit
- Metabolisme di liver (hidrolisa & alkilasi), diekskresi metabolitnya
utuh melalui urin
- Ketamin bekerja pd daerah asosiasi korteks otak, sedang obat lain
bekerja pd pusat retikular otak
Indikasi:
Untuk prosedur dimana pengendalian jalan napas sulit, missal
pada koreksi jaringan sikatrik pada daerah leher, disini untuk
melakukan intubasi kadang sukar.
Untuk prosedur diagnostic pada bedah saraf/radiologi (arteriograf).
Pasien asma
Kontra Indikasi
Hipertensi sistolik 160 mmHg diastolic 100 mmHg
Dekompensasi kordis
Harus hati-hati pada :
Riwayat kelainan jiwa
4. Pentotal
- Zat dr sodium thiopental. Btk bubuk kuning dlm amp 0,5 gr(biru), 1
gr(merah) & 5 gr. Dipakai dilarutkan dgn aquades
- Larutan pentotal bersifat alkalis, ph 10,8
- Larutan tadak begitu stabil, hanya bisa disimpan 1-2 hr (dalam kulkas
lebih lama, efek menurun)
- Pemakaian dibuat larutan 2,5%-5%, tapi dipakai 2,5% untuk
menghindari overdosis, komplikasi > kecil, hitungan pemberian lebih
mudah
- Obat mengalir dalam aliran darah (aliran ke otak ↑) efek
sedasi & hipnosis cepat terjadi, tapi sifat analgesik sangat kurang
- TIK ↓
- Mendepresi pusat pernapasan
- Membuat saluran napas lebih sensitif thd rangsangan
- Tak berefek pada kontraksi uterus, dapat melewati barier plasenta
- Dapat melewati ASI
- Menyebabkan relaksasi otot ringan
- Reaksi anafilaktik syok
- Gula darah sedikit meningkat
- Metabolisme di hepar
- Cepat tidur, waktu tidur relatif pendek
- Dosis iv: 3-5 mg/kgBB
Kontraindikasi
Syok berat
Anemia berat
1. Halothan/fluothan
- Tidak berwarna, mudah menguap
- Tidak mudah terbakar/meledak
- Berbau harum tetapi
mudah terurai cahaya
Efek:
- Tidak merangsang traktus respiratorius
- Depresi nafas stadium analgetik
- Menghambat salivasi
- Nadi cepat, ekskresi airmata
- Hipnotik kuat, analgetik kurang baik, relaksasi cukup
- Mencegah terjadinya spasme laring dan bronchus
- Depresi otot jantung aritmia (sensitisasi terhadap epinefrin)
- Depresi otot polos pembuluh darah vasodilatasi hipotensi
- Vasodilatasi pembuluh darah otak
- Sensitisasi jantung terhadap katekolamin
- Meningkatkan aktivitas vagal vagal refleks
- Pemberian berulang (1-3 bulan) kerusakan hepar (immune-
mediated hepatitis)
- Menghambat kontraksi otot rahim
- Absorbsi & ekskresi obat oleh paru, sebagian kecil dimetabolisme tubuh
- Dapat digunakan sebagai obat induksi dan obat maintenance
Keuntungan
Cepat tidur
Kadang tidak mual & tidak muntah, penderita sadar dalam kondisi
yang enak
Kerugian
Overdosis
Aritmia jantung
Cukup mahal
5. Isofluran
- Cairan bening, berbau sangat kuat, tidak mudah terbakar dalam suhu
kamar
- Menempati urutan ke-2, dimana stabilitasnya tinggi dan tahan
terhadap penyimpanan sampai dengan 5 tahun atau paparan sinar
matahari.
- Dosis pelumpuh otot dapat dikurangi sampai 1/3 dosis jika pakai
isofluran
6. Sevofluran
- Tidak terlalu berbau (tidak menusuk), efek bronkodilator sehingga
banyak dipilih untuk induksi melalui sungkup wajah pada anak dan
orang dewasa.
- Tidak pernah dilaporkan kejadian immune-mediated hepatitis
cardiac arrest)
Hiperkalemi + -
Pelepasan histamin + Tubokurarin/kurare(+)
(hipotensi, Pankuronium (-)
hipersekresi asam
lambung, spasme
bronkhus)
Efek samping - Menurunnya atau
meningkatnya HR dan BP
- Myalgia post op
- Meningkat tekanan
intragaster, intraokuler dan
intrakranial
- Malignant hyperthermia
- Myoklonus
o Durasi:
Obat Darurat