Anda di halaman 1dari 1

Dibalik senyum.

Perkenalkan nama saya Farah Azani. Lahir di Jakarta 09 januari 2003. Anak ke 2
dari 2 bersaudara. Tetapi kaka saya sudah meninggal 9 bulan setelah lahir. Jadi
saya anak tunggal disini. Saya bukan dari keluarga yang akan kaya dengan harta.
Saya sekolah di SDN 18 CM, SMPN 149 JAKARTA,SMAI ASSYAFIIYAH 02
BEKASI.Pas SD hingga SMP hidup saya seperti orang biasa. Dimana saya bisa
melakukan apa yang saya mau. Saya bisa mengeksplor apa yang saya ingin tau.

Dulu saya bisa mendapatkan apa yang saya mau dengan mudah. Tetapi semenjak
saya masuk SMA swasta, hidup saya berubah total. Saya sudah berusaha
semaksimal mungkin untuk dapetin SMA Negri tetapi belum rejeki saya. Mungkin
menurut semua orang hidup saya setelah SMA enak,dimanja,punya sesuatu yang
orang susah dapetin. Tetapi itu semua tidak sesuai dengan kenyataan yang saya
alami. Menjadi anak tunggal mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap
harapan orang tua. Saya didik harus mandiri terhadap segala semua hal. Jika saya
mau mendapatkan sesuatu, saya harus melakukan yang membanggakan.

Jika saya tidak mendapatkan apa yang di inginkan, orang tua langsung
membandingkan dengan anak tetangga atau anak temennya yang lebih pintar. Jujur
saya sering kecewa dengan ini. Tetapi saya menutupinya dengan senyum dan
berinteraksi dengan orang yang membuat saya ketawa. Saya tidak mau menunjukan
kesedihan dan kekecewaan terhadap kemauan orang tua saya kepada orang sekitar
saya. Saya takut mereka akan membully saya atau membicarakan saya yang
membuat saya sakit hati. Saya sekarang harus rajin belajar biar bisa menunjukkan
kepada orang tua saya kalau saya mampu. Saya capek hidup kayak gini, saya ingin
hidup saya pas SD yang normal.

Tetapi ada seseorang yang mengkuatkan saya sehingga saya bisa bertahan hingga
saat ini, walaupun raganya gak ada di dunia ini. Beliau lah yang tidak mengejek saya
ketika saya bermimpi jadi seorang dokter. Beliau selalu bilang “kamu pasti bisa” ,
kalimat itulah yang membuat saya termotivasi. Disaat saya sedang suntuk saya
memandang foto beliau sambil berangan-angan beliau ada disamping saya.
Memeluk,mencium dan memberikan nasehat yang membuat saya kuat. Beliau
adalah kakek saya dari ibu. Beliau memberikan pengalaman,kasih sayang,cinta,
ketulusan yang sesungguhnya tanpa paksaan. Mungkin ini berlebihan tapi bagi
saya ini memberi kekuatan yang sebenernya.

Saya berharap kedepannya bisa diterima SNMPTN jurusan yang saya inginkan,
tidak membebankan orang tua lagi dan bisa membalas apa yang sudah orang tua
saya kasih ke saya selama ini.

Anda mungkin juga menyukai