Anda di halaman 1dari 6

SOAL LATIHAN UKOM

ASUHAN GIZI MASYARAKAT

1. Sebuah posyandu memiliki 100 balita, 90 balita diantaranya memiliki KMS. Pada bulan
September 2017, jumlah balita yang ditimbang 75 dengan rincian balita yang naik berat
badannya 25. Bulan Oktober 2017, jumlah balita yang ditimbang 80 dengan balita yang
naik berat badannya 25 serta terdapat 5 balita yang memiliki KMS baru.
Berapa perbedaan tingkat partisipasi masyarakat pada kedua bulan tersebut?
A. 25/80 – 25/75
B. 25/95 – 25/90
C. 25/100 – 25/100
D. 80/100 – 75/100
E. 95/100 – 90/100

2. Sebuah anak baduta berumur 15 bulan baru pertama kali ditimbang di Posyandu pada
bulan ini. Plotting hasil penimbangan berat badan pada KMS berada di bawah garis
merah. Anak mengalami batuk dalam 3 (Tiga) bulan terakhir. Kondisi anak berdasarkan
indeks BB/TB normal.
Apa saran yang tepat diberikan kepada ibu baduta?
A. Mempertahankan berat badan untuk 2 bulan ke depan
B. Menambah jumlah asupan makanan anak
C. Memberikan PMT pemulihan
D. Merujuk anak ke Puskesmas
E. Meningkatkan berat badan

3. Hasil pemantauan status gizi anak balita pada tahun 2015 di suatu Puskesmas di
Kabupaten X menunjukkan bahwa sebanyak 34,7% balita gizi kurang (underweight),
7,2% kurus (wasting) dan 19,2% pendek (stunting). Nutritionis di Puskesmas akan
membuat suatu perencanaan program untuk perbaikan status gizi.
Apa indikator output keberhasilan program diatas?
A. Penurunan prevalensi wasting
B. Penurunan pravalensi stunting
C. Penurunan pravalensi underweight
D. Peningkatan berat badan dan tinggi badan balita
E. Peningkatan nilai z-skor (BB/U, BB/TB, TB/U)

4. Setelah mendapatkan laporan adanya kasus balita gizi buruk di Desa Z, saudara sebagai
nutritionis di Puskesmas yang membawahi desa tersebut segera melakukan survailen
respon. Hasilnya, ditemukan 3 (tiga) orang balita gizi buruk.
Apa tindakan prioritas terhadap kasus tersebut?
A. Memberikan paket makanan tambahan sesuai dengan kondisi balita
B. Melaporkan secara lengkap hasil survailen pada Kepala Puskesmas
C. Melakukan pemetaan balita gizi buruk di semua wilayah Puskesmas
D. Memberikan konseling perawatan gizi buruk kepada ibu balita gizi buruk
E. Merujuk balita tersebut ke rumah sakit terdekat untuk perawatan balita gizi
buruk

5. Survei kesehatan di Desa Y menemukan masalah kurang asupan protein yang mencapai
55% dari Angka Kecukupan Gizi (AKG). Kebiasaan masyarakat mengonsumsi tempe
setiap hari. Tersedia hasil ternak seperti ayam dan telur serta ikan lele tetapi untuk dijual.
Apa tindakan nutritionis yang tepat dilakukan?
A. Memberikan pelatihan marketing
B. Memberikan bantuan bibit dan pakan ikan
C. Memberikan bantuan bibit dan pakan unggas
D. Memberikan pelatihan pengolahan hasil ternak
E. Memberikan penyuluhan keanekaragaman konsumsi pangan

6. Hasil screening pada anak balita yang diadakan di suatu desa Kabupaten X menunjukkan
prevalensi wasting 27%. Sebagian besar keluarga tergolong miskin.
Apa prioritas intervensi untuk mengatasi masalah gizi balita tersebut?
A. Pemberian suplemen zat besi
B. Fortifikasi tepung terigu
C. Pemberian PMT bergizi
D. Pemberian edukasi gizi
E. Pemberian Raskin

7. Survei kesehatan di Desa Z menemukan kasusu gizi kurang 23%, 1 (satu) anak
mengalami gizi buruk, asupan energi dan protein pada sebagian besar bayi dan balita
masih rendah, yang ada kaitannya dengan status social ekonomi keluarga.
Apa program yang tepat untuk desa tersebut?
A. Penyuluhan gizi
B. Pemberian PMT
C. Memperbaiki pola asuh
D. Meningkatkan peran posyandu
E. Pemberdayaan ekonomi masyarakat

8. Hasil pemantauan penimbangan balita di suatu posyandu daerah miskin menunjukkan


angka N/D bulanan selalu di bawah 25% dengan D/S selalu di atas 80%. Pada umumnya
pendidikan ibu tidak tamat sekolah dasar. Kegiatan penyuluhan gizi terkendala karena
tidak ada kader yang mampu melakukan. Kondisi ini sudah berlangsung selama lebih
dari 2 (dua) tahun.
Apa upaya yang seharusnya dilakukan untuk meningkatkan N/D di desa tersebut?
A. Menambah jumlah kader posyandu
B. Pemberian makanan tambahan kepada balita
C. Frekuensi pelaksanaan posyandu ditingkatkan
D. Pelatihan untuk meningkatkan ketrampilan kader
E. Demonstrasi pembuatan makanan balita oleh kader

9. Seorang nutritionis melakukan evaluasi terhadap status gizi lansia. Kegiatan yang
dilakukan adalah penyuluhan di Posyandu Lansia Y. Berdasarkan dokumentasi tercatat
40 lansia yang mengikuti kegiatan dari 50 undangan yang di sebar.
Apa tahap evaluasi yang dilakukan pada kasus tersebut?
A. Input
B. Proses
C. Output
D. Outcome
E. Impact

10. Hasil penelitian di Desa X menunjukkan bahwa kejadian anemia pada ibu hamil sebesar
40% dan kejadian perdarahan pada saat persalinan juga tinggi. Cakupan pemberian tablet
tambah darah mencapai 90% tetapi tingkat konsumsi tablet tambah darah ibu hamil
sangat rendah.
Apa langkah pertama yang harus dilakukan terkait masalah tersebut?
A. Melakukan pemantauan konsumsi TTd door to door
B. Melakukan kampanye pentingnya TTD bagi ibu hamil
C. Melakukan analisis penyebab rendahnya konsumsi TTD
D. Memberikan motivasi pada ibu hamil untuk mengonsumsi TTD
E. Mengajak para suami ibu hamil untuk meningkatkan konsumsi TTD

11. Persentase ASI eksklusif tahun 2017 di daerah X cukup rendah, yaitu sebesar 10%. Oleh
karena itu, Dinas Kesehatan setempat meluncurkan program pendampingan bagi ibu
hamil dan menyususi. Pendampingan tersebut dilakukan oleh kader setempat yang telah
dilatih sebagai motivator ASI eksklusif. Dengan adanya program ini diharapkan dapat
meningkatkan persentase ASI eksklusif di daerah tersebut.
Apakah strategi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan tersebut?
A. Difusi
B. Inovasi
C. Advokasi
D. Bina suasana
E. Pemberdayaan

12. Setiap tahun pemerintah menyediakan sejumlah Tablet Tambah Darah (TTD) yang sesuai
jumlahnya dengan kebutuhan ibu hamil. Di suatu daerah, Dinas Kesehatan Kabupaten X
melaporkan hanya 40% ibu hamil yang mengkonsumsi TTD dan hanya tiga-perempatnya
yang mengonsumsi jumlah TTD sesuai anjuran. Para ibu hamil tersebar di sejumlah desa
yang lokasinya berjauhan.
Apa tindakan yang paling tepat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut?
A. Melakukan kunjungan rumah
B. Konseling gizi bagi ibu hamil
C. Meningkatkan sistem distribusi
D. Meningkatkan stok tablet tambah darah
E. Pendidikan gizi bagi keluarga ibu hamil

13. Seorang nutrisionis melaksanakan program pemberian therapy feeding di suatu


Therapeutic Feeding Center (TFC) dengan memberikan formula WHO 100 untuk balita
dengan status gizi buruk.
Indikator keluaran (output) manakah yang paling tepat digunakan untuk
mengukur keberhasilan program tersebut?
A. Peningkatan berat badan/status gizi balita
B. Kesediaan ibu untuk mendapatkan sharing
C. Kehadiran ibu untuk pengambilan paket TFC
D. Kepedulian keluarga terhadap kesehatan anak
E. Perubahan pola asuh pemberian makan kepada balita

14. Data penimbangan di suatu Posyandu menunjukkan jumlah keseluruhan balita 120 anak,
dan semua anak mempunyai KMS. Jumlah balita yang datang ke Posyandu bulan ini 80
anak dan balita yang naik berat badannya sejumlah 75 balita.
Berapa persen tingkat cakupan program penimbangan di Posyandu tersebut?
A. 75/80 (93,8%)
B. 75/120 (62,5%)
C. 80/100 (80,0%)
D. 80/120 (66,7%)
E. 120/120 (100,0%)

15. Dinas Kesehatan kota Y membuat program PMT anak sekolah dengan koordinator
program seorang nutrisionis puskesmas. Nutrisionis tersebut mengumpulkan data jumlah
hari pemberian PMT selama program.
Apa jenis evaluasi yang dilakukan oleh nutrisionis pada kasus di atas?
A. Input
B. Proses
C. Output
D. Outcome
E. Impact

16. Seorang anak lahir tanggal 11 Januari 2015, pada tanggal 8 Desember 2015 dibawa ke
Puskesmas Y karena sakit. Setelah dilakukan pengukuran, diketahui nilai Z-Score
menurut BB/U=0,5 SD, PB/U < -3 SD, BB/PB=1,2 SD, IMT/U=0,1 SD.
Bagaimanakah status gizi menurut indeks PB/U?
A. Buruk
B. Pendek
C. Kurang
D. Normal
E. Sangat Pendek

17. Hasil pemeriksaan darah siswi SMK diperoleh sebagian besar kadar Hb di bawah 11 g/dl.
Berdasarkan hasil wawancara diketahui asupan energy, protein, vit C dan Fe < 80%
AKG, jarang sarapan pagi dan penghasilan orang tua sebagian besar di bawah UMR.
Apa jenis intervensi jangka pendek yang paling tepat untuk kasus tersebut?
A. Pendidikan Gizi
B. Pemberian IMT
C. Suplementasi Zat besi
D. Suplementasi Vitamin C
E. Pemberdayaan masyarakat

18. Seorang nutrisionis akan melakukan penyuluhan ibu hamil karena persoalan rendahnya
jumlah kunjungan pemeriksaan kehamilan. Sebagian besar ibu hamil bekerja sebagai
buruh harian dan tinggal jauh dari Puskesmas sehingga tidak memiliki waktu untuk
pemeriksaan kehamilan. Selain itu, para suami beranggapan tidak perlu pemeriksaan
kehamilan.
Apa langkah yang dilakukan oleh nutrisionis pada kasus di atas ditinjau dari
tahapan edukasi gizi?
A. Analisis perilaku
B. Pembuatan pesan
C. Penentuan tujuan
D. Pemilihan saluran
E. Identifikasi masalah

19. Seorang nutrisionis menelaah suatu hasil penelitian di wilayah kerjanya. Diperoleh
informasi bahwa di wilayah tersebut tinggi kejadian hipertensi dan tinggi konsumsi
makanan yang mengandung garam. Pada umumnya, lansia melakukan aktifitas ringan,
mengonsumsi satu porsi buah sehari, gemar mengonsumsi ikan asin dan semilan asin.
Apa langkah yang dilakukan oleh nutrisionis pada kasus di atas ditunjau dari
tahapan edukasi gizi?
A. Analisis perilaku
B. Pembuatan pesan
C. Penentuan tujuan
D. Pemilihan saluran
E. Identifikasi masalah

Anda mungkin juga menyukai