Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kurikulum terus mengalami perkembangan termasuk pada jenjang
pendidikan tinggi. Berdasarkan UU RI No. 12 tahun 2012 tentang pendidikan
tinggi menurut pasal 35 ayat 1 kurikulum adalah rencana dan suatu pengaturan
yang berkaitan dengan tujuan, isi, bahan untuk belajar serta cara-cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran guna
tercapainya tujuan pendidikan tinggi. Pada ayat selanjutnya disebutkan
pengembangan kurikulum pada setiap perguruan tinggi harus berpedoman pada
standar nasional pendidikan tinggi untuk setiap prodi yang mencakup
pengembangan kecerdasan akhlak mulia, intelektual dan keterampilan. Hal ini
diperkuat oleh Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) sebagai
Peraturan Presiden No.8 tahun 2012. KKNI merupakan pernyataan kualitas
sumber daya manusia Indonesia yang perjenjangan kualifikasinya didasarkan pada
tingkat kemampuan yang dinyatakan dalam rumusan capaian pembelajaran
[CITATION Kem16 \l 1033 ]. Perguruan tinggi yang akan melakukan perubahan
kurikulum harus berpedoman pada Standar Nasional Perguruan Tinggi dan KKNI.
Program Studi pendidikan kimia FKIP sempat mengalami perubahan kurikulum
dari kurikulum 2014 revisi menjadi kurikulum 2017 revisi.
Berdasarkan Kurikulum 2017 Program Studi Pendidikan Kimia yang
mengacu pada Permenristekdikti No.55 Tahun 2017 tentang standar pendidikan
guru. Tujuan Program Studi Pendidikan Kimia adalah menghasilkan tenaga
pendidik yang memiliki kompetensi pedagogik, professional, kepribadian dan
sosial yang unggul dalam bidang pendidikan kimia serta menyiapakan tenaga
pendidik yang mampu memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan. Salah
satunya mampu berperan sebagai fasilisator pembelajaran kimia yang kreatif dan
inovatif dan memiliki kemampuan menggunakan teknologi informasi untuk
mengikuti perkembangan ilmu kimia dan pembelajarannya. Artinya lulusan
program studi pendidikan kimia diharapkan mampu memanfaatkan TIK dalam
proses pembelajaran. Pemanfaatan TIK dalam pembelajaran dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran, memperluas akses terhadap pendidikan dan pembelajaran,
menampilkan materi menjadi lebih menarik, mempermudah pemahaman materi
yang sedang dipelajari dan membantu memvisualisasikan ide-ide abstrak
(Budiana, dkk., 2015).
Salah satu diantara banyak mata kuliah yang harus dikuasai mahasiswa
pendidikan kimia adalah kimia larutan. Kimia larutan ialah mata kuliah wajib
yang baru muncul pada kurikulum 2017 revisi. Mata Kuliah ini merupakan
pecahan dari mata kuliah Kimia Fisika. Pokok bahasan mata kuliah kimia larutan
adalah konduktivitas dengan sub bahasan materi yaitu mekanisme penghantar
listrik, hukum ohm tentang konduktivitas larutan, hantaran jenis, konduktivitas
molar larutan. Berdasarkan lembar angket sebelum penelitian yang disebarkan
pada mahasiswa pendidikan kimia 2017 diketahui bahwa materi konduktivitas
merupakan materi yaang sulit dipahami. Jika pokok bahasan tersebut dibahas
secara teoritis saja tanpa ada visualisasi melalui video/animasi maka akan bersifat
abstrak yang mengakibatkan mahasiswa menjadi bosan, pasif (kurang antusisas)
dan tidak tertarik untuk belajar. Selain itu pada materi ini juga terdapat
perhitungan. Maka dari itu dibutuhkan sumber belajar menggunakan komputer
yang didalamnya membahas tentang materi, video/animasi, dan evaluasi yaitu
bahan ajar berbasis multimedia.
Berdasarkan hasil wawancara dosen pengampuh mata kuliah dan angket
sebelum penelitian yang dibagikan kepada mahasiswa pendidikan kimia angkatan
2017 diketahui bahwa bahan ajar yang digunakan saat pembelajaran kimia larutan
belum maemadai. Media PPT dan sebuah bahan ajar berbentuk file materi
berbahasa inggris merupakan bahan ajar yang selama ini digunakan dosen
pengampuh mata kuliah. Tidak ada pengguna bahan ajar dengan basis multimedia.
Sebanyak 72,5% mahasiswa mengatakan masih kesulitan mengerti materi kimia
larutan menggunakan bahan ajar yang ada. 75% mahasiswa mengatakan juga
bahwa bahan ajar yang digunakan belum menarik. 60 % mahasiswa pun
menyatakan masih belum aktif pada kegiatan belajaran menggunakan bahan ajar
yang ada. Sekitar 38 dari 40 mahasiswa yang mengisi angket menginginkan bahan
ajar yang didalamnya terdapat teks, gambar, audio dan video animasi agar mereka
lebih mudah memahami materi kimia larutan. Mengenai potensi sarana dan
prasarana, program studi pendidikan kimia telah memiliki LCD yang biasa
digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan potensi dari mahasiswa,
mahasiswa pendidikan kimia telah memiliki laptop serta mampu
mengoperasikanya. Adanya potensi-potensi ini memungkinkan untuk penggunaan
bahan ajar berbasis multimedia dalam pembelajaran kimia larutan. Akan tetapi,
berdasarkan pengalaman peneliti dalam pembelajaran kimia dikelas dosen jarang
menggunakan bahan ajar berbasis multimedia. Bahan ajar yang biasa digunakan
adalah buku teks dan media power point. Berdasarkan permasalahan diatas, upaya
yang dilakukan peneliti adalah membuat bahan ajar berbasis multimedia untuk
mata kuliah kimia larutan. Pembuatan bahan ajar berbasis multimedia akan
menggunakan software Adobe Flash Professional CS6. Adobe Flash Professional
CS6 merupakan aplikasi yang dapat menghasilkan presentasi, game, film, CD
Interaktif maupun CD Pembelajaran yang menarik dan dinamis [ CITATION
Mad13 \l 1033 ]. Dengan menggunakan software ini diharapkan dapat terciptanya
bahan ajar alternatif yang dapat membantu mahasiswa memahami pembelajaran
kimia larutan.
Penelitian Puspitasari (2016) menunjukkan bahwa penggunaan multimedia
berbasis game membuat siswa lebih aktif dan semangat dalam proses
pembelajaran belajar ditunjukkan dengan rerata hasil belajar siswa pada pretest
sebesar 48 sedangkan pada postest sebesar 82,83 yang artinya terjadi peningkatan
hasil belajar siswa. Penelitian Kurniawan (2019) juga menunjukkan bahwa bahan
ajar multimedia menggunakan Software Adobe Flash Pro CS6 layak digunakan
dalam pembelajaran dengan nilai validasi ahli pedagogik 0,71 kategori tinggi,
validasi ahli materi 0,84 kategori tinggi, dan validasi ahli desain 0,85 kategori
tinggi. Penelitian Setiawan, dkk (2016) juga menyatakan bahwa penggunaan
bahan ajar multimedia dalam pembelajaran meningkatkan hasil belajar
mahasiswa. Penggunaan bahan ajar berbasis multimedia membuat mahasiswa
senang dan termotivasi dalam belajar, menyenangkan dan menarik selama
pembelajaran, meningkatkan partisipasi aktif mahasiswa dan memudahkan
mahasiswa dalam memahami materi secara mandiri.
Berdasarkan pertimbangan diatas, peneliti mengajukan inovasi
pengembangan dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Berbasis
Multimedia Materi Konduktivitas Untuk Mahasiswa Pendidikan Kimia
FKIP “

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengembangan bahan ajar berbasis multimedia materi
konduktivitas untuk mahasiswa kimia FKIP yang valid?
2. Bagaimana pengembangan bahan ajar berbasis multimedia materi
konduktivitas untuk mahasiswa kimia FKIP yang praktis?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian yaitu menciptakan suatu bahan ajar dengan basis
multimedia materi konduktivitas untuk mahasiswa kimia FKIP yang valid dan
juga praktis.

1.4 Manfaat Paenelitian


1. Untuk Mahasiswa
Diharapkan mampu membantu memahami materi kondukitivitas.
2. Untuk Dosen
Bisa menjadikannya bahan ajar alternatif saat pemberian materi pada
pembelajaran.
3. Untuk Program Studi
Menambahkan ketersediaan sumber pelajaran berupa bahan ajar dengan basis
multimedia di lingkungan Program Studi.
4. Untuk peneliti lain
Bisa dijadikan untuk acuan dan pertimbangan bagi peneliti lain jika akan
melakukan penelitian yang relevan.
BABA II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Belajar dan Pembelajaran


Tindakan yang pada awalnya tidak tau menjadi tau yang terjadi pada diri
seseorang disebabkan karena perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan,
atau sikap disebut juga belajar. Interaksi antara seseorang dan lingkungan ini yang
menyebabkan terjadinya proses belajar. Slameto (2010) merumuskan belajar
sebagai proses usaha yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Ciri-ciri
perubahan tingkah laku dalam belajar menurut Slameto yaitu terjadi secara sadar,
bertujuan dan terarah, bersifat kontinu dan fungsional, bukan bersifat sementara,
bersifat aktif dan fungsional, serta mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Setiap kegiatan terancang guna membantu seseorang mempelajari sesuatu
kemampuan atau nilai yang baru disebut juga dengan pembelajaran [ CITATION
Sya10 \l 1033 ]. Pembelajaran pun ikut diartikan sebagai interaksi yang
berlangsung antara pendidik dengan peserta yang akan membawa informasi dan
pengetahuan [ CITATION Ray12 \l 1033 ]. Dari pengertian itulah, maka
tersimpulkan bahwa belajar dengan pembelajaran ialah proses dimana seseorang
berinteraksi dengan lingkungan dan terjadilah sesuatu perubahan.

2.2 Bahan Ajar


Menurut National Centre for Competency Based Training dalam
Prastowo (2011) bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan
guna membantu guru dalam proses pembelajaran di kelas. Bahan ajar pun
bisa diartikan sebagai perangkat substansi pembelajaran secara beraturan
dengan menampilkan sosok utuh yang nantinya akan dikuasai oleh peserta
didik pada kegiatan pembelajaran. Bahan ajar juga memungkinkan siswa
ingin mempelajari suatu kompetensi secara terurut sehingga secara
akumulaatif mampu menguasai semua kompetensi secara urut dan terpadu.
Menurut Direktorat Guruan Menengah Kejuruan Direktorat Jendral
Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Nasional Tahun 2003 dalam
Widodo & Jasmadi (2008) bahan ajar memiliki beberapa karakteristik
yaitu:
1. Self instructional artinya bahan ajar dapat membuat siswa mampu
membelajarkan dirinya sendiri.
2. Adaptive artinya bahan ajar harus mempunyai daya adiktif terhadap
perkembangan teaknologi.
3. Self contained artinya materi pembelajaran dari satu unit ke sub kompetensi
lain berada didalam satu baha ajar yang utuh.
4. Stand alone artinya bahan ajar tersebut tak bergantung dengan bahan ajar
lainnya.
5. User friendly artinya informasi yang tampil mampu membantu pemakai,
termasuk memudahkan pemakaian dalam merespons dan mengakses sesuai
dengan harapan.
Menurut Prastowo (2011) menurut bentuknya, bahan ajar tergolongkan
dalam keempat jenis diantaranya.
a. Bahan cetak, yaitu bahan dalam bentuk kertas dengan fungsi untuk keperluan
pembelajaran atau penyampaian informasi. Contohnya handout, buku, modul,
lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto atau gambar, dan model
atau maket.
b. Bahan ajar audio yakni semua yang menggunakan sinyal radio secara
langsung yang mampu didengarkan. Misalnya compact disk audio. piringan
hitam, kaset, dan radio.
c. Bahan ajar audiovisual yaknii film dengan video compact disk.
d. Bahan ajar interaktif (interactive teaching materials) dimaknai sebagai bahan
ajar yang bersifat aktif, dengan maksud didesain agar melakukan perintah
balik kepada pengguna untuk melakukan aktivitasnya. Pada bahan ajar ini
pengguna ikut berpartisipasi melakukan interaksi dua arah dengan bahan ajar
yang sedang dipelajari. Contohnya compact disk interactive.
Pada penelitian ini bahan ajar yang dikembangkan berupa bahan ajar dengan
basis multimedia yang dapat digunakan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran
yang diharapakan mempermudah, menolong dan juga membantu mahasiswa
dalam memahami materi pada proses pembelajaran.

2.3 Multimedia dalam pembelajaran


Multimedia pun diartikan sebagai teknologi yang menggabung-gabungkan
berbagai sumber media diantaranya teks, grafik, suara, animasi, video, dan
sebagainya.

Gambar 1. Komponen Multimedia

Multimedia pun mampu dijadikan media pembelajaran. Kelebihan


mutimedia salah satunya membuat materi pembelajaran berupa teks mudah
teringat jika ditambahkan dengan gambar. Sejalan dengan teori dual coding teory
yang menyatakan bahwa sistem kognitif manusia terdiri dari dua subsistem yaitu
sistem verbal dan sistem gambar. Adanya materi berupa teks disertai gambar akan
mempermudah mengingat dibanding hanya memanfaatkan single coding.
Keberuntungan menggunakan multimedia sebagai media pembelajaran yaitu:
a. Portability: dapat untuk belajar dimana saja.
b. Flexibility: materi pembelajaran dapat langsung disimulasikan.
c. Individualized Learning: beberapa macam sumber daya pada multimedia
mampu memenuhi kebutuhan dari berbagai tipe-tipe pembelajaran.
Munir dalam Praswoto (2011) menyatakan lima kriteria untuk
menilai suatu multimedia yaitu :
1. Kemudahan navigasi.
2. Kandungan kognisi.
3. Integrasi media, aspek pengetahuan dan keterampilan harus terintegrasi dalam
multimedia.
4. Estetika dengan artistik .
5. Fungsi keseluruhan, multimedia harus memberikan pembelajaran yang
diinginkan oleh siswa.

2.4 Bahan Ajar Berbasis Multimedia


Bahan ajar dengan basis multimedia adalah bahan ajar yang didalamnya
terdapat gabungan beberapa item diantaranya video, teks, gambar, grafik, suara,
dan animasi. Bahan ajar ini terkendalikan dengan komputer. Pembelajaran
berbantuan multimedia membuat peserta didik dapat mempelajari materi ajar yang
ada dan sekaligus menjawab kuis untuk evaluasi. Dalam hal ini pengembang akan
menyusun bahan ajar, kemudian hasilnya akan terkonversikan dalam bentuk
format digital.

2.5 Adobe Flash Professional CS6


Adobe Flash ialah software berkemampuan untuk menggambar sekaligus
menganimasikan. Versi terbaru yaitu Adobe Flash Professional CS6. Menurut
Madcoms (2013) Adobe Flash Professional CS6 merupakan aplikasi yang dapat
menghasilkan presentasi, game, film, CD Interaktif maupun CD Pembelajaran
yang dinamis dan menarik. Adobe Flash Professional CS6 memiliki keunggulan
dibandingkan aplikasi lainnya yaitu dapat dimanfaatkan secara bebas untuk
membuat animasi dengan gerakan bebas sesuai keinginan penggunanya,
menghasilkan file dengan ukuran kecil, mampu menghasilkan file dengan tipe
FLA yang fleksibel karena mampu mengkonversikan menjadi file tipe png, html,
exe jpg, mov dan swf [ CITATION Ari03 \l 1033 ].
2.6 Penelitian Pengembangan
Penelitian pengembangan menurut Sukmadinata (2008) yaitu suatu
pendekatan penelitian guna menghasilkan produk baru atau penyempurnaan
produk yang sudah ada. Produk yang diproduksi pun untuk
dipertanggungjawabkan. Produk yang terhasilkan tidak selalu berbentuk
perangkat keras seperti buku, modul atau alat bantu pembelajaran di kelas, akan
tetapi bisa juga perangkat lunak (software) berupa program-program komputer
untuk pengolahan data, pembelajaran di kelas, model-model pendidikan dan
lainnya sebagainya [ CITATION Tri11 \l 1033 ].

2.7 Model Penelitian Pengembangan


Beberapa model-model penelitian pengembangan antara lain yaitu
2.7.1 Model Dick & Carey
Model pengembangan Dick & Carey terdiri dari 10 langkah yaitu 1)
Pendefinisian tujuan pembelajaran atau produk, 2) Analisis instruksional, 3)
Mengidentifikasikan keterampilan dan sikap siswa, karakteristik latar
pembelajaran, dan karakteristik latar pengetahuan dan keterampilan baru yang
digunakan, 4) penerjemahan kebutuhan dan tujuan pembelajaran, 5)
Mengembangkan instrumen penilaian, 6) Mengembangkan strategi pembelajaran
untuk membantu siswa, 7) Pengembangan materi pembelajaran, 8,9, dan 10
melibatkan perbedaan antara evaluasi formatif dan evaluasi summatif
[CITATION Emz12 \l 1033 ].
2.7.2 Model Rowntree
Model Pengembangan Rowntree terdiri dari tiga langkah yaitu planning
(tahap perencanaan), development (tahap pengembangan) dan evaluation (tahap
evaluasi).
2.7.3 Model ASSURE
Model ASSURE merupakan model desain sistem pembelajaran yang
dikemukakan Sharon E, Smaldino, James D, Russel, Robert H, dan michela
Molenda (2005). Model ini dikembangkan guna mencipta aktivitas pembelajaran
yang efektif sekaligus efisien, khusus pembelajaran yang memanfaatkan teknologi
dan media. Adapun tahapan pada model ASSURE yaitu menganalisis
karakteristik siswa, memilihkan tujuan pembelajaran, metode pengajaran, media
dan bahan ajar, memanfaatkan bahan ajar, melibatkan siswa pada proses
pengajaran dan evaluasi dan merevisi program-program pembelajaran[CITATION
Ben09 \l 1033 ].

2.7.4 Model ADDIE


Model ADDIE terbagi dari lima tahapan yaitu Analysis, Design,
Development or Production, Implementation or Delevery and Evaluation. Model
dapat bergunakan untuk berbagai bentuk pengembangan produk seperti model,
strategi pembelajaran, metode pembelajaran, media dan bahan ajar.
2.
7.5 Model 4D
Model pengembangan 4D terbagi pada beberapa tahap yaitu Define
(Pendefinisian), Design (Perancangan), Develop (pengembangan), dan
Disseminate (Penyebarluasan). Tahap define bertujuan untuk menetapkan dan
mendefinisikan syarat-syarat pengembangan. Thiagrajan (1974) menganalisis
lima kegiatan yang dilakukan pada tahap define yaitu font and analysis, learner
analysis, task analysis, concept analysis, specifying instructional objectives. Pada
tahap design kegiatan yang dilakukan yaitu menyusun tes kriteria, memilih media
pembelajaran yang sesuai dengan materi dan karakteristik peserta didik, pemilihan
bentuk penyajian pembelajaran, dan mensimulasikan penyajian materi dengan
media dan langkah-lagkah pembelajaran yang telah dirancang. Thiagrajan
membagi tahap develop dalam dua kegiatan yaitu expert appraisal (teknik untuk
memvalidasi kelayakan rancangan produk) dan development testing (kegiatan uji
coba rancangan produk). Tahap develop terdiri dari tiga kegiatan yaitu validation
testing, packaging, diffusion and adoption [CITATION End14 \l 1033 ].

2.7.6 Model Alessi & Trolip


Model Pengembangan multimedia menurut Alessi & Trollip
terbagi menjadi tiga kegiatan diantaranya tahap perencanaan (planning),
perancangan (design), dan pengembangan (development).
1. Tahap Planning (Perencanaan)
Pada tahap ini dipastikan pemahaman secara menyeluruh tentang
proyek yang akan dikembangkan dan menilai kendala mengenai apa saja
yang beroperasi (Alessi & Trollip, 2001). Berikutnya mengidentifikasikan
karakteristik peserta didik. Kemudian mengumpulkan sumber daya yang
dibutuhkan untuk proyek baik berupa sumber daya yang relevan dengan
materi, relevan dengan pembelajaran dan proses pembelajaran serta yang
relevan dengan sistem untuk program dalam hal ini berupa komputer dan
perangkat lunak yang dibutuhkan.
2. Tahap Design (Perancangan)
Tahap design bertujuan untuk memfasilitasi secara kreatif pada proyek dan
kebutuhan termasuk tampilan, nuasa dan alur dari program multimedia yang akan
dikembangkan (Alessi & Trollip, 2001). Pada tahap design kegiatan yang
dilakukan adalah 1) mengembangkan ide awal untuk konten, 2) menganalisis
tugas dan konsep yang berkaitan sesuai materi yang diperlukan, 3) serta membuat
flowcharts dan story board.
3. Tahap Development (Pengembangan)
Tahap development ialah tahap implementasi dari tahap design.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu yaitu 1) menyiapkan teks, 2)
menuliskan kode-kode pada programnya, 3) membuat grafis, 4) produksi
audio dan video, 5) menggabungkan bagian-bagian yang diperlukan lalu
diproduksi menjadi sebuah produk 6) mempersiapkan bahan-bahan yang
diperlukan, 7) tes Alpha yakni tes yang dilakukan oleh para ahli dengan
tujuan mengidentifikasi kemudian menghilangkan sebanyak mungkin
masalah, 8) membuat revisi (perbaikan-perbaikan), 9) melakukan uji Beta
atau penguji penuh pada produk akhir oleh pengguna dalam hal ini peserta
didik yang terdiri dari dari 3 karakteristik yaitu berkemampauan tinggi,
sedang dengan riendah, 10) membuat revisi akhir 11) validasi produk.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Data-data hasil penelitian pengembangan bahan ajar dengan basis
multimedia materi konduktivitas untuk mahasiswa pendidikan kimia FKIP
sesuai prosedur penelitian pengembangan Alessi & Trollip dipaparkan
sebagai berikut.

4.1.1 Tahap Perencanaan (Planning)


1. Analisis Kurikulum
Peneliti menganalisis perubahan kurikulum yang terjadi di program
studi pendidikan kimia FKIP UNSRI. Hasilnya ternyata terjadi perubahan
kurikulum yaitu kurikulum 2014 revisi menjadi 2017 revisi. Perbedaan
kurikulum 2014 revisi dan 2017 revisi dapat dilihat pada tabel dibawah
a. Kurikulum yang berlaku untuk mahasiswa 2014 sampai dengan 2016 yaitu
kurikulum 2014 revisi. Pada kurikulum 2014 revisi tidak ada mata kuliah
kimia larutan namun ada mata kuliah kimia fisika yaitu kimia fisika 1
(semester 3) dan kimia fisika 2 (semester 4).
b. Kurikulum yang diterapkan untuk mahasiswa 2017 sampai sekarang 2020
ialah kurikulum 2017 revisi. Pada kurikulum 2017 revisi baru munculah
beberapa mata kuliah baru salah satunya mata kuliah kimia larutan yang
merupakan pecahan dari kimia fisika terdiri dari mata kuliah kimia fisika
(semester 2), kinetika larutan (semester 3), kimia larutan (semester 3). Selain
mata kuliah kimia larutan yang membahas tentang teori-teori, ada juga mata
kuliah praktikum (dilaboratorium) yaitu mata kuliah praktikum kimia larutan
dan kinetika.
c. Analisis RPS kimia larutan. Berdasarkan RPS Kimia larutan diketahui
mahasiswa diharapkan mampu mamahami teori-teori tentang molekul yang
bergerak, makromolekul, sifat fisika larutan, larutan asam basa,
kesetimbangan dalam larutan, redoks dan elektrokimia. Berdasarkan hasil
analisis diketahui mata kuliah kimia larutan dalam seminggu satu kali
pertemuan yaitu 2 SKS.
2. Analisis Karakteristik Peserta Didik
Analisis karakteristik peserta didik dilakukan melalui wawancara
dosen pengampuh mata kuliah dan peyebaran angket sebelum penelitian
untuk 40 orang mahasiswa/i prodi pendidikan kimia 2017 yang telah
kuliah kimlar. Berdasarkan hasil wawancara dosen pengampuh didapatkan
informasi yaitu mahasiswa mengalami kesulitan dalam memahami materi
kimia larutan, bahan ajar yang dimanfaatkan pada pembelajaran berupa
PPT dan soft file ber bahasa inggris serta penggunaan bahan ajar berbasis
multimedia belum tersedia. Peneliti pun menyebarkan angket kepada
mahasiswa pendidikan kimia 2017 yang telah kuliah kimia larutan. Data
hasil angket peserta didik sebagai berikut.

Tabel 1. Data Angket Peserta Didik


Hasil penyebaran angket mahasiswa pendidikan kimia diperoleh informasi
berupa: (1) sebanyak 97,5% mahasiswa menyatakan bahwa kimlar merupakan
mata kuliah yang termasuk sulit terpahami, (2) sebanyak 72,5% mahasiswa
kesulitan memahami materi kimia larutan menggunakan bahan ajar dari dosen
pengampuh, (3) sebanyak 80% mahasiswa masih mencari sumber belajar lainya,
(4) sebanyak 75% mahasiswa mengatakan bahan ajar yang digunakan pada proses
pembelajaran belum menarik, (5) sebanyak 60% mahasiswa tidak aktif dalam
pembelajaran menggunakan bahan ajar yang ada, (6) 38 dari 40 mahasiswa
menyatakan lebih tertarik mempelajari sesuatu yang dilengkapi dengan teks,
audio, gambar, serta video animasi secara bersamaan serta menginginkan bahan
ajar yang berbentuk multimedia. Dari hasil penyebaran angket juga diketahui
bahwa mahasiswa memilki laptop/komputer serta mampu mengoperasikannya.
Kesimpulan dari hasil wawancara dan proses analisa angket diatas adalah
diperlukan pengembangan bahan ajar baru yang menarik dan bervariasi yang di
dalamnya terdapat materi, gambar, video dan animasi untuk mendukung
mahasiswa agar memahami materi sehingga akan aktif dalam pembelajaran.
3. Analisis Materi
Angket pra-penelitian menunjukkan informasi bahwa mahasiswa
angkatan 2017 menyatakan konduktivitas adalah materi dalam mata kuliah
kimia larutan yng sulit dipahami. Apabila pokok bahasannnya dibahas
secara teoritis saja tanpa ada visualisasi melalui video/animasi maka
bersifat abstrak yang mengakibatkan mahasiswa menjadi bosan, pasif
(kurang antusisas) dan tidak tertarik untuk belajar. Selain itu pada materi
konduktivitas juga terdapat perhitungan. Capaian pembelajaran materi
konduktivitas yaitu mahasiswa mampu menguasai konsep-konsep dan
prinsip-prinsip konduktivitas larutan. Adapun sub capaian pembelajaran
yaitu menjelaskan dan menentukan konduktivitas molar larutan elektrolit
serta menentukan pKa menggunakan pengukuran konduktivitas. Alokasi
waktu untuk materi konduktivitas yaitu sekitar 150 menit.
4. Analisis sarana yang digunakan
Berdasarkan hasil dokumentasi diketahui bahwa ketersediaan
proyektor/LCD di program studi pendidikan kimia memadai. Selain itu
hampir seluruh mahasiswa telah memiliki laptop dan mampu
mengoperasikannya. Dengan fasilitas yang tersedia maka dapat
mendukung proses pembelajaran kimia dengan menggunakan bahan ajar
dengan basisi multimedia yang dikembangkan.
4.1.2 Tahap Perancangan (Design)
Rancangan awal produk bahan ajar berbasis multimedia menggambarkan
menu pada bahan ajar yang dikembangkan. Berikut rancangan awal produk
penelitian

Peneliti merancang flowchart dan storyboard. Flowchart berupa alur kerja


bahan ajar dari awal (masuk) hingga akhir (keluar). Kemudian peneliti membuat
storyboard yang mengacu pada flowchart. storyboard berupa gambaran tentang
bentuk dan layout atau tata letak dalam setiap halaman pada bahan ajar berbasis
multimedia. Berikutnya, peneliti menyiapkan software yang akan digunakan
untuk membuat bahan ajar berbasis multimedia yaitu Adobe flash Professional
CS6. Peneliti juga menyiapkan draft materi konduktivitas yang bersumber dari
beberapa buku kimia fisika seperti: (1) buku kimia fisika karangan Atkins tahun
1989 (2) buku kimia fisik untuk universitas karangan Bird, T tahun 1993 (3) buku
kimia fisika karangan Khaerunnisa tahun 2008 (4) buku kimia fisik dan soal-soal
karangan Dogra tahun 2012. Selanjutnya mengumpulkan dan mengedit video
animasi dari youtube, mencari gambar-gambar dan melakukan dubbing suara
yang berhubungan dengan materi konduktivitas serta menyiapkan soal-soal
evaluasi dan jawabannya.

4.1.3 Tahap Pengembangan (Development)


Pada tahap pengembangan peneliti membuat produk bahan ajar berbasis
multimedia dan melakukan jugaevaluasi. Produk dibuat dengan bantuan software
adobe flash professional CS6 action script 2. Software ini dipilih oleh peneliti
dikarenakan dilengkapai fitur yang cukup dan mampu menggabungkan berbagai
media seperti teks, audio, video, dan animasi. Berikut tampilan software adobe
flash professional CS6 pada proses pembuatan produk bahan ajar berbasis
multimedia.

Gambar 4. Tampilan Software Adobe Flash Professional CS6 Pada


Pembuatan Produk Penelitian

Produk awal yang dihasilkan disebut prototype.

4.1.3.1 Tahap Self Evalualiton


Prototype yang dihasilkan di evaluasi sendiri oleh peneliti dengan
berkonsultasi pada teman sejawat serta dosen pembimbing. Hasil self evaluation
dapat dilihat pada tabel 7 dibawah ini.
Hasil perbaikan pada tahap self evaluation disebut Prototype 1 yang
selanjutnya akan dilakukan pengujian alpha.

4.1.3.2 Tahap uji alpha


Tindakan yang dilakukan peneliti pada uji alpha yaitu memvalidasi Prototype
1 kepada tim ahli yang terdiri dari 2 orang ahli pedagogik, 2 ahli materi dan 2 ahli
desain. Proses validasi dilakukan peneliti secara online dengan mengirimkan
Prototype 1 dan angket validasi kepada masing-masing ahli. Prototype 1 dikemas
dalam bentuk micrososft word berupa capture produk dan link google drive yaitu
https://drive.google.com/file/d/15I6W48VcPga1QZrM6WPqwM7LYXt_5viU/vie
w?usp=drivesdk dengan berat file sebesar 138 MB. Selanjutnya para ahli akan
memberikan komentar, masukan serta memberikan penilaian.

1. Ahli Pedagogik
Validator pedagogik bahan ajar berbasis multimedia yaitu 2 orang dosen FKIP
Prodi Pendidikan Kimia yang berinisial ARI dan RE. Adapun komentar dan saran
serta hasil Perbaikan ahli pedagogik dapat dilihat pada tabel 8

.
Prototype 1 diperbaiki berdasarkan komentar dan saran dari ahli
pedagogik yaitu tentang kaidah penulisan yang benar pada akhir kalimat. Peneliti
melakukan perbaikan sesuai masukan yang diberikan. Selanjutnya ahli pedagogik
memberikan penilaian. Hasil penilaian validator dihitung menggunakan rumus V
aiken dapat dilihat pada tabel 9 berikut.
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa skor rata-rata hasil validasi
pedagogik sebesar 0,89. Berdasarkan tabel koefisien Aiken maka kevalidan
terkategori tinggi. Lalu dihiitung nilai kapa menggunakan SPSS Windows 23
guna mengetahui kesepakatan. Berikut hasilnya.
2. Ahli Materi
Validator materi pada bahan ajar multimedia yaitu 2 orang dosen FMIPA
Prodi Kimia dengan inisial ZF dan AM. Adapun komentar, saran serta hasil revisi
untuk ahli materi sebagai berikut
Prototype 1 diperbaiki berdasarkan komentar dan saran dari ahli materi yaitu
tentang video pendahuluan yang harus berkaitan dengan kehidupan, penambahan
peta konsep, video berbahasa inggris di dubbing menjadi berbahasa indonesia,
penggunaan kata rujukan yang belum tepat untuk rumus, perbaikan materi
mekanisme penghantar listrik dan penggunaan animasi yang sesuai dengan teori .
Peneliti melakukan perbaikan sesuai masukan yang diberikan. Selanjutnya ahli
materi memberikan penilaian. Hasil penilaian validator dihitung menggunakan
rumus V aiken dapat dilihat pada tabel 11 berikut.

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa skor rata-rata hasil validasi ahli
materi sebesar 0.98 dimana sesuai tabel koefisien Aiken artinya memiliki
kevalidan yang terkategori tinggi. Lalu dihitung nilai kappa menggunakan SPSS
Windows 23 guna mengetahui kesepakatan. Berikut hasilnya.
3. Ahli Desain
Validator desain pada bahan ajar berbasis multimedia yang dikembangkan
yaitu 1 orang dosen FKIP Prodi Pendidikan Kimia dan 1 orang dosen FKIP Prodi
Pendidikan Fisika dengan inisial EA dan S. Adapun komentar, masukan serta
hasil revisi untuk ahli pedagogik dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Prototype 1 diperbaiki berdasarkan komentar dan saran dari ahli desain yaitu
perbaikan pada menu materi hanya ada gambar belum ada keterangannya,
penulisan simbol dan rumus yang belumtepat, tulisan pada video tidak jelas dan
tidak terbaca, kesalahan pada tombol karena ada materi yang muncul 2 kali.
Peneliti melakukan perbaikan sesuai masukan yang diberikan. Selanjutnya ahli
desain memberikan penilaian. Hasil penilaian validator dihitung menggunakan
rumus V aiken dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa skor rata-rata hasil validasi desain
sebesar 0.96 dimana sesuai tabel koefisien Aiken artinya memiliki kevalidan yang
terkategori tinggi. Lalu dihituung nilai kappa menggunakan SPSS Windows 23
guna mengetahui kesepakaatan. Berikut hasilnya.
4.1.3.3 Tahap Beta (Small Group)
Bahan ajar multimedia yang dikatakan valid disebut juga prototype II
diujikan kepada 9 mahasiswa pendidikan kimia 2018 indralaya yang telah
mengambil mata kuliah kimia larutan guna mengetahui kepraktisan produk. Ke
sembilan mahasiswa ini dipilih berdasarkan IPK. Pada tahap ini peneliti
melakukan pengambilan data secara online dengan cara mengirimkan produk
dalam bentuk micrososft word yang berisi capture produk, link google drive untuk
mengakses produk yaitu
https://drive.google.com/file/d/1CZyLq36qDjpBDbsk86IA87YNSyrk4a7o/view?
usp=drivesdk, dan link youtube produk yaitu https://you.tube/RocV5N40xIU.
Peneliti pun ikut mengirimkan angket kepraktisan yang harus diisi mahasiswa.
Adapun komentar, masukan serta hfasil revisis uji beta kepada 9 mahasiswa dapat
dilihat pada tabel dibawah ini
Kegiatan mahasiswa pada saat pengujian beta secara online dapat dilihat pada
gambar berikut.
Gambar 5. Kegiatan Mahasiswa pada Uji Beta

Hasil penilaian mahasiswa pada uji beta dihitung menggunakan


Cronbach’s Alpha pada aplikasi SPSS Windows 23 guna mengetahui
kepraktisannya. Hasil perhitungan menggunakan Cronbach’s Alpha dapat dilihat
pada tabel dibawah ini
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap angket kepraktisan mahasiswa
menggunakan Cronbach’s Alpha di SPSS didapatkan nilai 0.76 yang berarti
terkategori tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara siginifikan bahan
ajar multimedia yang dihasilkan memenuhi kriteria kepraktisan. Sehingga
dihasilkan produk bahan ajar multimedia yang memenuhi kriiteria kevalidan dan
kepraktisan.

4.2 Pembahasan
Penelitian menghasilkan bahan ajar dengan basis multimedia materi
konduktivitas untuk mahasiswa pendidikan kimia pembelajaran mata kuliah kimia
larutan yang memenuhi kriteriaa kevalidan dan juga kepraktisan. Penelitian
pengembangan ini merujuk model Alessi dan Trollip terbagi atas planning (tahap
perencanaan) design (tahap perancangan) dan development (tahap
pengembangan).
Tahap perencanaan (planning) terbagi atas analisis kurikulum, analisis
karakteristik peserta didik, analisis materi dan analisis sarana yang dipergunakan.
Berdasarkan analisis kurikulum diketahui bahwa terjadi perubahan kurikulum
pada program studi pendidikan kimia FKIP Unsri yaitu dari kurikulum 2014 revisi
menjadi kurikulum 2017 revisi. Perubahan kurikulum ini menyebabkan terjadinya
perubahan mata kuliah yang diambil mahasiswa. Diketahui muncul beberapa mata
kuliah baru yang tidak ada pada kurikulum terdahulu. Salah satunya mata kuliah
kimia larutan. Selanjutnya peneliti juga melakukan menganalisis RPS mata kuliah
kimia larutan. Analisis karakteristik peserta didik dilakukan dengan wawancara
dosen pengampuh mata kuliah dan penyebaran angket sebelum penelitian kepada
mahasiswa pendidikan kimia yang telah mengambil mata kuliah kimia larutan.
Hasil wawancara dan angket sebelum penelitian menunjukkan bahwa bahan ajar
yang tersedia belum memadai. Sebanyak 97,5 % mahasiswa menyatakan kimia
larutan merupakan mata kuliah yang sulit dipahami akan tetapi bahan ajar yang
tersedia belum cukup membantu mempermudah mahasiswa memahami materi
kimia larutan. Pembelajaran di kelas menggunakan PPT dan file materi bahasa
inggris yang memuat sedikit materi sehingga mahasiswa masih kesulitan
memahaminya, serta belum ada penggunan bahan ajar berbasis multimedia dalam
pembelajaran. Diketahui bahwa 95% mahasiswa menyatakan akan lebih tertarik
mempelajari sesuatu yang dilengkapi dengan teks, audio, gambar dan video
animasi secara bersamaan.
Selanjutnya analisis materi, mahasiswa menyatakan bahwa salah satu
materi yang sulit dipahami yaitu konduktivitas. Jika pokok bahasan tersebut
dibahas secara teoritis saja tanpa ada visualisasi melalui video/animasi maka akan
bersifat abstrak.Materi ini juga terdapat perhitungan. Maka dari itu, peneliti
memilih materi konduktivitas. Capaian kompetensi materi tersebut yaitu
mahasiswa mampu menjelaskan dan menghitung konduktivitas molar suatu
larutan elektrolit dan menentukan pKa menggunakan pengukuran konduktivitas.
Pada bahan ajar berbasis multimedia yang dikembangkan terdapat enam indikator
pembelajaran yaitu (1) menjelaskan mekanisme penghantar listrik dalam larutan,
(2) menjelaskan hukum ohm tentang hantaran larutan, (3) menentukan cara
pengukuran daya hantar jenis larutan, (4) menghitung konduktivutas molar
larutan, (5) menganalisis kebergantungan konduktivitas terhadap konsentrasi, (6)
menggunakan pengukuran konduktivitas untuk menentukan pKa. Pada tahapan
analisis sarana yang digunakan, ketersediaan laptop dan LCD juga memadai.
Semua mahasiswa mampu mengoperasikan laptop/komputer. Maka dari itu
berdasarkan hasil analisis pada tahap perencanaan ini peneliti memutuskan untuk
mengembangkan bahan ajar yang dapat membantu mahasiswa dalam
pembelajaran kimia larutan. Tahap kedua yaitu perancangan (design), pada tahap
ini peneliti membuat rancangan awal menu-enu pada bahan ajar berbasis
multimedia yang akan dikembangkan. Kemudian peneliti membuat flowchart
yang merupakan alur kerjanya bahan ajar. Berikuttnya dikembangkanlah lagi
menjadi stroyboard berupa bagan sederhana yang menggambarkan tampilan
bahan ajar. Peneliti pun tak lupa untuk menyiapkan draft materi konduktivitas
yang terdiri dari beberapa sub bahasan yaitu mekanisme penghantar listrik, hukum
ohm tentang konduktivitas larutan, hantaran jenis, konduktivitas molar larutan
dalam bentuk microsoft word, menyusun indikator dan tujuan pembelajaran.
Peneliti juga mengumpulkan gambar, video animasi dari youtube, audio serta
menyusun soal evaluasi dan pembahasannya.
Tahap ketiga, pengembangan (development) terdiri atas produksi
multimedia dan evaluasi. Pada tahap produksi multimedia semua rancangan pada
tahap desain direalisasikan menggunakan sofware adobe flash professional CS6
action script 2. Draft materi tersusundalam bentuk microsoft word dimasukkan
satu persatu dalam slide adobe flash professional CS6, audio mp3 yang direkam
menggunakan aplikasi pada smartphone diubah menjadi mp4, mengedit video dan
animasi dari youtube, merecord video berbahasa inggris agar terdapat terjemahan
bahasa indonesia, memasukkan gambar yang berhubungan dengan materi,
memasukkan coding pada setiap tombol navigasi, memasukkan soal-soal kuis, dan
melengkapi menu pendukung pada bahan ajar berbasis multimedia seperti
petunjuk, referensi, dan profil pengembang. Setelah semuanya selesai selanjutnya
peneliti mempublish mentahan bahan ajar berbasis multimedia tersebut dengan
tujuan agar dapat dibuka pada setiap laptop/komputer walaupun tidak memiliki
software adobe flash professional CS6. Produk awal yang dihasilkan disebut
prototype. Kemudian Prototype dievaluasi. Tahap evaluasi terdiri dari self
evaluation, tahap uji alpha dan uji beta.
Tahap self evaluation merupakan tahap evaluasi mandiri peneliti dan
berdiskusi serta meminta masukan dari teman sejawat dan dosen pembimbing.
Pada tahap ini peneliti melihat dan memperhatikan bahan ajar berbasis multimedia
yang dikembangkan berulang kali. Kemudian peneliti memperbaiki kekurangan
atau kesalahan misalnya kesalahan coding pada tombol navigasi yang
menyebabkan error pada tampilannya, font tulisan pada bagian materi yang
kurang sesuai , kesalahan dalam pemilihan warna pada background dan lain-lain.
Peneliti juga meminta saran dari teman sejawat dan dosen pembimbing. Saran dan
masukan yang diberi diantaranya petunjuk kerja pada kuis masih membingungkan
dan belum jelas, musik pengiring yang digunakan diganti agar tidak
membosankan, pilihan jawaban pada kuis ditambahkan sampai E karena
sebelumnya hanya sampai D, pada penjelasan materi tambahkan suara jangan
hanya tulisan saja. Kemudian peneliti melakukan revisi terhadap prototype dan
dihasilkan prototype 1.
Pada tahap uji alpha, prototype 1 yang dihasilkan diuji oleh 6 ahli yaitu 2
ahli pedagogik, 2 ahli materi dan 2 ahli desain. Tahap ini bertujuan untuk
mengetahui kevalidan produk yang dikembangkan. Proses validasi dilakukan
secara online. Peneliti mengemas produk dalam dua bentuk yaitu capture bahan
ajar berbasis multimedia pada micrososft word dan link google drive dengan berat
file 138 MB. Peneliti juga melampirkan angket validasi yang nantinya akan diisi
oleh para ahli. Komentar dan saran yang diberikan ahli selanjutnya dijadikan
acuan peneliti untuk melakukan revisi. Pada bidang pedagogik, validator ARI
tidak memberikan komentar dan saran pada produk akan tetapi memberikan revisi
terhadap lembar validasi yang akan digunakan. Sementara validator RE
memberikan saran pada produk yaitu perbaikan tanda baca pada akhir kalimat
harus sesuai dengan kaidah penulisan yang benar. Hasil skor penilaian yang
dihitung menggunakan rumus v aiken untuk ahli pedagogik 1 diperoleh nilai
sebesar 0,88 dan ahli pedagogik 2 diperoleh nilai sebesar 0,90 dengan skor rata-
rata keduanya yaitu 0,89. Selanjutnya peneliti menghitung harga Kappa
menggunakan SPSS windows 23 guna mengethaui kesepakatan pada aspek pedagogik
diperoleh data sebesar 0.62 yang berarti terkategori baik.
Pada bidang materi, untuk ahli materi ZF juga dilakukan secara online.
Validator ZF tidak memberikan komentar dan saran, setelah melihat produk yang
dikembangkan validator langsung mengisi penilaian pada angket validasi.
Sementara validator materi AM, proses validasi dilakukan secara online dan tatap
muka langsung. Setelah peneliti mengirimkan produk dalam dua bentuk
(microsoft word dan link google drive), validator mereview produk yang
dikembangkan. Kemudian dilakukan pertemuan tatap muka untuk membahas
review pertama terhadap produk. Komentar dan saran yang diberikan validator
materi AM yaitu pada bagian pendahuluan video lebih baik berkaitan dengan
contoh dalam kehidupan sehari-hari (misal penyepuhan emas) sebagai stimulus
awal pembelajaran sehingga akan menimbulkan rasa ingin tau pada mahasiswa,
tambahkan peta konsep, video berbahasa inggris yang memiliki subtitle bahasa
indonesia lebih baik didubbing bahasa indonesia saja, pada rumus penggunaan
“disamping” lebih baik diganti kata rujukan misal “persamaan 1” , gunakan video
animasi yang sesuai dimana visual animasi dan teori selaras, mekanisme dan teori
lebih baik terpadu. Selain itu, validator juga menyarankan agar bahan ajar berbasis
multimedia disusun secara sistematis dan bertahap. Salah satunya sebelum masuk
ke materi menghitung konduktivitas dibahas terlebih dahulu tentang mekanisme
penghantar listrik meliputi larutan elektrolit, macam-macam larutan elektrolit,
bagaimana proses elektrolisis dan aplikasi elektrolisis dalam kehidupan sehari-
hari. Pada setiap pembahasan materi mekanisme pengahantar listrik terdapat video
animasi dan dilengkapi kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan mahasiswa.
Peneliti melakukan revisi sesuai saran yang diberikan, maka dihasilkan produk
revisi dengan berat 644 MB. Peneliti mengirimkan kembali produk revisi tersebut
dalam bentuk link google drive ke validator. Selanjutnya validator mereview
kembali. Ternyata masih harus melakukan revisi pada bagian materi elektrolisis.
Peneliti melakukan revisi kembali kemudian mengirimkan hasil revisi dalam
bentuk link google drive secara online kepada validator dan disetujui. Kemudian
validator AM mengisi penilaian pada engket validasi. Hasil skor penilaian yang
dihitung menggunakan rumus v aiken untuk ahli materi 1 diperoleh nilai sebesar
0,95 dan ahli materi 2 diperoleh nilai sebesar 1 dengan skor rata-rata keduanya
yaitu 0,98. Berdasarkan tabel koefisien aiken maka terkategori tinggi. Selanjutnya
peneliti menghitung harga Kappa menggunakan SPSS windows 23 guna mengethaui
kesepakatan pada aspek materi diperoleh data sebesar 0.72 yang berarti terkategori
baik.
Pada bidang desain, validator EA memberikan saran yaitu pada menu
materi hanya terdapat gambar tidak terdapat keterangan sebaiknya ditambahkan
keterangan untuk mempermudah pemilihan materi. Sementara validator S
memberikan saran yaitu perbaiki penulisan rumus dan simbol, tulisan pada video
tidak jelas sehingga tidak terbaca, ada bagian materi yang muncul dua kali ketika
ditekan tombol ke halaman selanjutnya. Peneliti melakukan revisi sesuai saran
yang diberikan. Hasil skor penilaian yang dihitung menggunakan rumus v aiken
untuk ahli desain 1 diperoleh nilai sebesar 0,96 dan ahli desain 2 diperoleh nilai
sebesar 0,97 dengan skor rata-rata keduanya yaitu 0,96. Berdasarkan tabel
koefisien aiken maka terkategori tinggi. Selanjutnya peneliti menghitung harga
Kappa menggunakan SPSS windows 23 guna mengetahui kesepakatan pada aspek
desain diperoleh data sebesar 0.66 yang berarti terkategori baik. Berdasarkan skor
penilaian masing-masing bidang dimana semuanya terkategori tinggi maka dapat
disimpulkan bahwa tim ahli sepakat prototype 1 bahan ajar berbasis multimedia
valid. prototype 1 yang valid ini disebut prototype II.
Selanjutnya dilakukan uji beta terhadap prototype II. Uji beta dilakukan
kepada 9 mahasiswa pendidikan kimia 2018 yang telah mengambil mata kuliah
kimia larutan. Uji beta bertujuan untuk mengetahui kepraktisan produk yang
dikembangkan. Proses pengambilan data dilaksanakan secara online. Peneliti
mengirimkan produk dan angket kepraktisan kepada mahasiswa. Peneliti
mengemas produk dalam tiga bentuk yaitu (1) capture produk bahan ajar dalam
bentuk microsoft word, (2) link produk google drive untuk akses produk dengan
berat 644 MB (3) link youtube produk yang dikembangkan. Hal ini dilakukan
peneliti untuk mengantisipasi jika terjadi kegagalan dalam mengakses produk
karena produk yang dikembangkan memiliki ukuran file yang berat yaitu sebesar
644 MB, sehingga mahasiswa bisa memilih salah satu dari ketiganya. Selanjutnya
mahasiswa mengisi lembar kepraktisan dan memberikan komentar dan saran.
Saran yang diberikan mahasiswa diantaranya yaitu pergerakan tombol navigasi
belum maksimal, durasi pada pendahuluan terlalu cepat, tambahkan keterangan
benar atau salah pada pada kuis, suara penjelasan materi terlalu kecil
dibandingkan musik pengiring. Mahasiswa juga berkomentar bahwa bahan ajar
yang dikembangkan sudah baik, menarik, mudah dimengerti dan tidak
membosankan. Kemudian peneliti melakukan perbaikan. Penilaian dari
mahasiswa dihitung reliabilitasnya menggunakan Cronbarch’s Alpha pada
aplikasi SPSS Windows 23 diperoleh nilai sebesar 0,76 yang terkategori tinggi
artinya dapat disimpulkan bahwa secara siginifikan bahan ajar multimedia yang
dihasilkan praktis.Sehingga bahan ajar berbasis multimedia materi konduktivias
yang dikembangkan peneliti memenuhi kriteria kevalidan dan kepraktisan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriana
(2019) yang berjudul Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Multimedia Untuk
Pembelajaran Materi Kesetimbangan Kimia Kelas XI SMA. Penelitian Fitriiana
menggunakan model Alessi & Trollip yang menghasilkan bahan ajar berbasis
multimedia yang valid dan praktis. Penelitian Fitriana memilki koefisien Aiken
kevalidan materi sebesar 0,87 kategori kevalidan tinggi, pedagogik sebesar 0,89
kategori kevalidan tinggi dan desain sebesar 0,85. Sementaras kepraktisan bahan
ajar multimedia dari uji Beta memiliki koefisien reliabilitas 0,82 dan terkategori
reliabilitas baik. Perbedaan penelitian yang dilakukan dan penelitian Fitriana
terletak pada subjek penelitian dan materi yang digunakan yaitu siswa dan materi
kesetimbangan kimia. Sementara penelitian ini dilakukan pada mahasiswa
pendidikan kimia dan materi konduktivitas pada mata kuliah kimia larutan.
Kelebihan produk penelitian yang dikembangkan yaitu (1) membantu
mahasiswa memahami materi konduktivitas yang abstrak menjadi lebih nyata dan
mudah dipahami (2) mampu merangsaang ketertarikan mahasisa dalam
pembelajaran dikarenakan tampilan dari bahan ajar berbasis multimedia yang
sederhana tetapi menarik, (3) Bahan ajar berbasis multimedia dapat digunakan
untuk belajar mandiri. Adapun kelemahan produk yaitu proses produksi memakan
waktu yang lama, videonya wajib dijadikan menjadisatu folder dengan
aplikasinya karena jika terpisah maka saat menggunakan bahan ajar multimedia,
video tidak dapat di tayangkan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang pengembangan bahan ajar
dengan basis multimedia materi konduktivitas untuk mahasiswa pendidikan kimia
FKIP, maka peneliti pun mengambil kesimpulan
1. Produk bahan ajar berbasis multimedia materi konduktivitas untuk mahasiswa
pendidikan kimia FKIP yang dikembangkan menggunakan model
pengembangan Alessi dan Trollip dapat dikatakan valid. Pada uji alpha nilai
validasi pedagogik sebesar 0,89 (kategori tinggi), validasi materi sebesar 0,98
(kategori tinggi) dan validasi desain sebesar 0,96 (kategori tinggi). Sedangkan
nilai koefisien Kappa pada SPSS windows 23 dihasilkan nilai untuk ahli
pedagogik sebesar 0,62 (kategori baik), ahli materi sebesar 0,72 (kategori
baik), dan ahli desain sebesar 0,66 (kategori baik).
2. Produk bahan ajar berbasis multimedia materi konduktivitas untuk mahasiswa
pendidikan kimia FKIP yang dikembangkan menggunakan model
pengembangan Alessi dan Trollip dapat dikatakanpraktis dengan nilai
reliabilitas kepraktisan sebesar 0,76 terkategori tinggi.

5.2 Saran
1. Dosen
Dapat dijadikan sebagai bahan ajar alternatif pada pembelajaran pada mata
kuliah kimia larutan khususnya materi konduktivitas.
2. Mahasiswa
Dapat dijadikan sebagai salah satu sumber belajar mandiri.
3. Peneliti lain
Dapat dijadikan bahan untuk pengembankanan produk yang serupa berupa
pengembangan bahan ajar berbasis multimedia.

Anda mungkin juga menyukai