Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2025 adalah meningkatnya
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Sasaran pembangunan
kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud melalui terciptanya
masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup
dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata (Depkes RI, 2008).
Salah satu penyakit yang terkait dengan tingkat derajat kesehatan antara lain adalah
diare. Diare adalah keadaan buang air besar lebih dari 3 kali dalam sehari dengan
konsistensi cair atau lunak (NANDA, 2015).
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang sering menyebabkan kejadian
luar biasa. Diare merupakan salah satu penyebab utama dari morbiditas dan mortalitas di
negara yang sedang berkembang dengan kondisi sanitasi lingkungan yang buruk,
persediaan air yang tidak adekuat, kemiskinan, dan pendidikan yang terbatas (WHO,
2013).
Angka kejadian diare pada anak di dunia mencapai 1 miliar kasus tiap tahun, dengan
korban meninggal sekitar 4 juta jiwa. Angka kematian balita di negara Indonesia akibat
diare ini sekitar 2,8 juta setiap tahun (DepKes RI, 2011).
Provinsi Jawa Timur merupakan daerah kedua dengan sebaran frekuensi Kejadian
Luar Biasa (KLB) terbesar di Indonesia 1 setelah Sulawesi Tengah (DepKes RI, 2011).
Buletin Diare Kemenkes RI (2010) mengungkapkan angka kesakitan diare di Jawa
Timur tahun 2009 mencapai 989.869 kasus diare dengan proporsi balita sebesar 39,49%
(390.858 kasus). Kejadian ini meningkat di tahun 2010, jumlah penderita diare di Jawa
Timur tahun 2010 sebanyak 1.063.949 kasus dengan 37,94% (403.611 kasus) diantaranya
adalah balita. Berdasarkan data awal tahun 2011 yang telah dilakukan di Puskesmas dr.
Soetomo jumlah seluruh pasien balita yang terkena diare adalah 208 orang pertahun dan
tahun 2012 yaitu 220 orang pertahun sedangkan pada tahun 2013 dari bulan Januari hingga
Oktober jumlah keseluruhan pasien diare pada balita 268 orang tahun 2013.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Penyakit Diare?
2. Bagaimana klasifikasi dari Penyakit Diare?
3. Bagaimana etiologi dari Penyakit Diare?
4. Bagaimana patofisiologi dari Penyakit Diare?
5. Apa saja manefestasi klinis dari Penyakit Diare?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk mengetahui Penyakit Diare?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien yang Penyakit Diare ?
8. Apa saja komplikasi pada pasien Penyakit Diare?
9. Bagaimana pencegahan Penyakit Diare ?
10. Bagaimana asuhan keperawatan dari pasien Penyakit Radang Panggul?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan klien dengan penyakit diare
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada klien Penyakit Diare
b. Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada klien. Dapat
membuat perencanaan pada klien Penyakit Diare
c. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu mengevaluasi tindakan yang
telah dilakukan pada klien Penyakit Diare
1.4 Manfaat
1. Bagi pemerintah dan instansi kesehatan
Mahasiswa dan pemerintah maupun instansi kesehatan, dapat bekerja sama dalam
memberikan pengetahuan mengenai Penyakit Diare
2. Bagi profesi keperawatan
Mahasiswa dan profesi keperawatan dapat bekerja sama dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap pasien Penyakit Diare
3. Bagi mahasiswa keperawatan
Mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan mengenai Penyakit Diare ini dan mampu
mengaplikasikannya di saat praktek klinik.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Diare merupakan salah satu penyakit dengan insidensi tinggi di dunia dan dilaporkan
terdapat hampir 1,7 milyar kasus setiap tahunnya. Penyakit ini sering menyebabkan
kematian pada anak usia di bawah lima tahun (balita). Dalam satu tahun sekitar 760.000
anak usia balita meninggal karena penyakit ini (World Health Organization (WHO, 2013).
Diare akut adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari pada biasanya lebih dari 200
gram atau 200 ml/ 24 jam. Definisi lain memakai frekuensi yaitu buang air besar encer
lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar tersebut dapat/ tanpa disertai lendir dan darah.
Penularan diare karena infeksi melalui transmisi fekal oral langsung dari penderita
diare atau melalui makan/minuman yang terkontaminasi bakteri pathogen yang berasal dari
tinja manusia/hewan atau bahan muntahan penderita dan juga dapat melalui udara atau
melalui aktivitas seksual kontak oral-genital atau oral-anal.
(Sudoyono Aru,dkk 2009)

2.2 Klasifikasi
Diare dapat didefinisikan berdasarkan : (Sudoyono Aru, dkk 2009)
a. Lama waktu diare :
- Akut : berlangsung kurang dari 2 minggu
- Kronik : berlangsung lebih dari 2 minggu
b. Mekanisme patofisiologis : osmotik atau sekretorik dll
c. Berat ringan diare : kecil atau besar
d. Penyebab infeksi atau tidak : infeksi atau non infeksi
e. Penyebab organik atau tidak : organik atau fungsional
2.3 Etiologi
1. Diare Akut
Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus
Parasit. Protozoa ; Giardia lambdia, Entamoeba hystolitica, trikomonas hominis,
Isospora sp, Cacing (A lumbricoides, A duodenale, N. Americanus, T. Trichiura, O.
Vermicularis, S. Strecolaris. T. Saginata, T. Solium)
Bakteri : yang memproduksi enterotoksin (S aureus, C perfringens, E coli, V cholera,
C difficle) dan yang menimbulkan inflamasi mukosa usus ( Shingella, Salmonella spp,
Yersinia)
2. Diare Kronik
Umumnya diare kronik dapat dikelompokkan dalam 6 kategori pathogenesis terjadinya
- Diare Osmotic
- Diare Sekretorik
- Diare karena gangguan motilitas
- Diare inflamotorik
- Malabsorbsi
- Infeksi kronik
2.4 Patofisiologi
Menurut Suriadi (2001), patofisiologi dari Gastroenteritis adalah meningkatnya
motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari gangguan
absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan, cairan sodium, potasium dan
bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler kedalam tinja, sehingga mengakibatkan
dehidrasi kekurangan elektrolit dan dapat terjadi asidosis metabolik.
Diare yang terjadi merupakan proses dari transpor aktif akibat rangsangan toksin
bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus, sel dalam mukosa intestinal mengalami
iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan
merusak sel mukosa intestinal sehingga mengurangi fungsi permukaan intestinal.
Perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit.
Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan
elektrolit dan bahan-bahan makanan ini terjadi pada sindrom malabsorbsi. Peningkatan
motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi intestinal.
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ada 3 macam yaitu:
a. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan dalam rongga yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik
dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul
diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri kambuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.
Dari ketiga mekanisme diatas menyebabkan :
- Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan
keseimbangan asam basa (asidosis metabolik hipokalemia)
- Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah)
- Hipoglikemia
- Gangguan sirkulasi darah

2.5 Manifestasi Klinis


Adapun manifestasi klinis diare menurut (Yuliana Elin, 2009) :
1. Diare Akut
- Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
- Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas- gas dalam perut, rasa tidak
enak, nyeri perut
- Nyeri pada kuadran kanan bawah
2. Diare Kronik
- Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang
- Penurunan BB dan nafsu makan
- Demam Indikasi terjadi infeksi
- Dehidrasi tanda-tanda hipotensi takikardia, denyut lemah
2.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeiksaan tinja
 Makroskopis dan mikroskopis
 Ph dan kadar gula dalam tinja
 Biakan dan resistensi feses(colok dubur)
2. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda tanda gangguan keseimbangan asam basa
(pernapasan kusmaul)
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat
2.7 Penatalaksanaan
1. Ajarkan pada orang tua mengenai perawatan anak ,pemberian makanan dan minuman
(oralit).
2. Ajarkan mengenai tanda tanda dehidrasi (ubun ubun dan mata cekung,turgor kulit tidak
elastis,membran mukosa kering).
3. Jelaskan obat obatan yang diberikan, efek samping dan kegunaannya.
4. Asupaan nutrisi harus diteruskan untuk mencegah atau meminimalkan gangguan gizi
yang terjadi.
5. Banyak minum air.
6. Hindari konsumsi minuman bersoda / minuman ringan yang banyak mengandung
glukosa /gula dapat menyebabkan air terserap ke usus sehingga memperberat kondisi
diare.
7. Biasakan cuci tangan dengan sabun dan air tiap kali sudah melakukan buang air besar
maupun kecil sehingga dapat mencegah penularan diare.
8. Hindari produk susu dan makan berlemak , tinggi serat atau sanangat manis hingga
gejala diare membaik.
2.8 Komplikasi
Beberapa komplikasi dari diare menurut Suriadi (2001 ) adalah :
1. Hipokalemia ( dengan gejala matiorisme hipotoni otot lemah bradikardi perubahan
elektrokardiogram ).
2. Hipokalsemia
3. Cardiac dysrhythimias akibat hipokalemia dan hipokalsemia.
4. Hiponatremi.
5. Syok hipovalemik.
6. Asidosis
7. Dehidrasi
2.9 Pencegahan
Cara pencegahan penyakit diare menurut Widoyono (2008) adalah melalui promosi
kesehatan, antara lain:
1. Menggunakan air bersih ( tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa).
Penularan kuman infeksisus penyebab diare ditularkan melalui face oral kuman
tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui mkanan, minuman
atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari tangan, makanan yang
wadah atau tempat makan-minum yang dicuci dengan air tercemaar.
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih
mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang
tidak mendapat air bersih. Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan
diare yaitu dengan menggunakan air bersih dan melindungi air tersebut dari
kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah. Yang harus
diperhatikan oleh keluarga adalah:
1. Ambil air dari sumber air yang bersih.
2. Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung
khusus untuk mengambil air.
3. Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-anak.
4. Minum air yang sudah matang. Memasak air sampai mendidih sebelum
diminum, agar mematikan sebagian besar kuman penyakit.
5. Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang bersih dan
cukup.
6. Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum dan sesudah makan, serta
pada waktu sesudah buang air besar. Kebiasaan yang berhubungan dengan
kebersihan peroragan yang penting dalam penularan kuman diare adalah
mencuci tangan. Mencuci tangan menurunkan angka kejadian diare sebesar
47%.
2. Memberikan ASI pada anak sampai usia dua tahun.
Asi adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia dalam
bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi.
Asi saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 6 bulan. Tidak ada
makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini. Asi bersifat steril, berbeda dengan
sumber susu lain seperti susu formula atau cairan lain yang disiapkan dengan air
atau bahan-bahan yang terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian asi saja,
tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak
dari bahaya bakteri dan organisme lain yang dapat menyebabkan diare.
3. Membuang tinja bayi dan anak dengan benar.
Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak benar
karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga:
1. Kumpulkan segera tinja bayi dan buang di jamban.
2. Bantu anak BAB di tempat yang bersih dan mudah di jangkau olehnya.
3. Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja seperti di dalam
lubang atau di kebun kemudisn ditimbun.
4. Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan
sabun.
4. Menggunakan jamban yang sehat.
Di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai
dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang
tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan keluarga harus buang air
besar di jamban. Yang ahrus diperhatikan keluarga:
1. Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai
oleh seluruh anggota keluarga.
2. Bersihkan jamban secara teratur.
3. Gunakan alas kaki bila akan buang air besar (Widoyono, 2008).
2.10 WOC

Infeksi Makanan Psikologi

Berkembang d iusus Toksik tak dapat MK : Ansietas


diserap
Hipersekresi air
dan elektrolitt Malabsorbsi KH,
Hiperperistaltik
Lemak, protein
Isi usus
Penyerap
Meningkatnya
makanan diusus
tekanan osmotik
menurun

Pergeseran air dan elektrolit


ke usus

Diare

Frekuensi BAB Distensi abdomen


meningkat

Mual muntah

Hilang cairan MK : Kerusakan

dan elektrolity integritas kulit Nafsu makan


berlebihan perianal menurun

MK : Ketidakseimbangan
Gangguan
nutrisi kurang dari
keseimbangan cairan
kebutuhan tubuh

Dehidrasi
BAB III
MK : Kekurangan volume MK :ASUHAN
Resiko syokKEPERAWATAN
cairan
(hipovolemi)

3.1 ILUSTRASI KASUS


Pasien datang kerumah sakit dengan ibunya, ibu pasien mengatakan jika anaknya BAB 7x
sehari sejak pagi jam 04:00 dengan konsistensi cair. Keluhan sekarang ibu pasien
mengatakan jika anaknya demam,badan lemas dan muntah 2x selam sehari. Ibu pasien juga
mengatakan panas dibagian anusnya. Ibu pasien mengatakan cemas dengan kondisi
anaknya. Data objektif pasien tampak pucat, konjungtiva anemis,TD: 90 Mmhg, Nadi:
60x/menit, RR: 22x/menit,S: 38˚C.

3.2 PENGKAJIAN
I BIODATA
1. Identitas pasien
Nama : Nn. B
Umur : 20 thn
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan : Perguruan tinggi
Alamat : Bandar lor gang 6 RT 7 RW 27 Mojoroto, Kediri
Diagnosa medis : Diare
Tanggal MRS : 25 maret 2018 11:00
Tanggal Pengkajian : 26 maret 2018 13:00
2. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. M
Umur : 30thn
Agama : islam
Suku bangsa : jawa indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : wiraswasta
Alamat : Bandar lor gang 6 RT 7 RW 27 Mojoroto, Kediri

II RIWAYAT PENYAKIT
1. Keluhan utama
Pasien datang kerumah sakit dengan ibunya, ibu pasien mengatakan jika anaknya
BAB 7x sehari sejak pagi jam 04:00 dengan konsistensi cair.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu pasien mengatakan jika anaknya demam,badan lemas dan muntah 2x selama
sehari.
3. Riwayat penyakit terdahulu
Ibu pasien mengatakan jika anaknya tidak memiliki penyakit terdahuli
4. Riwayat penyakit keluarga
Ibu pasien mengatakan jika tidak ada penyakit keluarga.

III POLA PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR SEHARI-HARI


1. Pola nutrisi
a. Frekwensi makan : 2-3 x/hari

b. Nafsu makan :( ) baik ( ) tidak nafsu , alasan: -


c. Jenis makanan rumah : nasi, lauk pauk, sayur dan kadang buah
d. Makanan yang tidak disukai /alergi/pantangan : ( ) ada ( √ ) tidak ada.
Bila ada sebutkan sebutkan : -
2. Pola eliminasi
a. BAK
Frekwensi : 7-8 kali
Warna : kuning jernih
Keluhan yang berhubungan dengan BAK : -
b. BAB
Frekwensi : 1 kali
Warna : kuning
Bau : khas
Konsistensi : lunak
Keluhan :-
3. Pola personal Hygiene
a. Mandi
Frekwensi : 2 x/hari
Sabun : ( √ ) Ya ( ) tidak
b. Oral hygiene
Frekwensi : 3 x/hari
Waktu : ( √ ) Pagi ( √ ) sore ( √ ) Setelah makan
c. Cuci rambut
Frekwensi : 2-3 x/minggu
Shampo : ( √ ) ya ( ) tidak
4. Pola istirahat dan tidur
a. Lama tidur : ±5 Jam /hari
b. Kebiasaan sebelum tidur : berdo’a
Keluhan : pasien mengeluh susah tidur karena batuk yang diderita
5. Pola aktifitas dan latihan
a. Kegiatan dalam pekerjaan : kuli bangunan
b. Waktu bekerja : (√ ) Pagi ( ) sore ( ) Malam
c. Olah raga : ( ) Ya ( √ ) Tidak
Jenisnya :-
Frekwensi :-
d. Keluhan dalam aktifitas : pasien mengatakan merasa sesak dan cepat lelah saat
melakukan aktifitas
6. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
a. Merokok : ( √ ) Ya , sebutkan ……………… ( ) Tidak
b. Minuman keras : ( ) Ya , sebutkan ………………. ( √ ) Tidak
c. Ketergantungan obat : ( ) Ya , sebutkan ……………… ( √ ) Tidak.

IV PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 90 mmHg
Nadi : 60 x/menit
Respirasi : 22 x/mnt
Suhu : 38oC
2. Pemeriksaan persistem
a. Pemeriksaam Head To Toe
1 Kepala : Bentuk kepala bulat, warna rambut hitam, tidak ada benjolan, kulit
bersih.
2 Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih, mata cowong.
3 Mulut : Mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, lidah bersih.
4 Hidung : Simetris, tidak ada secret, tidak ada pernafasan cuping hidung.
5 Telinga : Simetris, tidak ada benjolan, lubang telinga bersih, tidak ada
serumen.
6 Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid,tidak ada bendungan vena
juguralis.
b. Pemeriksaan Fisik
1 Dada
a Inspeksi : Dada simetris,bentuk bulat datar, pergerakan dinding dada
simetris, tidak ada retraksi otot bantu pernafasan.
b Palpasi : Tidak ada benjolan mencurigakan.
c Perkusi : Paru-paru sonor
d Auskultasi : Irama nafas teratur, suara nafas vesikuler, tidak ada suara
nafas tambahan.
2 Perut
a Inspeksi : Simetris
b Auskultasi : Peristalyik meningkat 40x/menit
c Palpasi : Turgor kulit tidak lansung kembali lebih 3 detik
d Perkusi : Hipertimpan, Perut kembung
3 Punggung
Tidak ada kelainan tulang belakang, tidak ada nyeri gerak.
4 Genetalia : Jenis kelamin perempuan, tidak odem, tidak ada kelainan kulit,
perineal kemerahan.
5 Anus : Tidak ad benjolan mencurigakan, kulit daerah anu kemerahan.
6 Ekstremita : Lengan kiri terpasang infuse, kedua kaki bergerak bebas tidak
ada oedema.

V DATA PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium
-Tes Widal
O ( Negatif )
H ( 1/80 )
PA ( Negatif )
PB ( Negatif )

3.3 ANALISA DATA

N MASALAH ETIOLOGI PROBLEM


O
1. Ds : Diare Kekurangan
volume cairan
- Pasien datang
kerumah sakit dengan
Frekuensi
ibunya, ibu pasien
BAB
mengatakan jika meningkat
anaknya BAB 7x
sehari sejak pagi jam Hilang cairan
dan elektrolity
04:00 dengan
berlebihan
konsistensi cair.

Do : Gangguan
keseimbangan
- K/u: Lemah cairan dan
elektrolit
- Kesadaran : CM
- TD : 90 mmHg
Dehidrasi
- N : 60 x/menit
- RR: 22 x/mnt
- S: 38oC
- Konjungtiva anemis
- Pasien tampak pucat
- CRT >3 detik

2. Ds : Diare Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
- Ibu pasien
kebutuhan tubuh
mengatakan jika
anaknya Distensi
abdomen
demam,badan lemas
dan muntah 2x
selama sehari. Mual muntah

Do :
- Akral pasien panas
Nafsu makan
- Pasien tampak pucat menurun
- Pasien tampak lemas
- Pasien tampak lemah

3. Ds : Diare Kerusakan
integritas kulit
- Pasien datang
perianal
kerumah sakit dengan
Frekuensi
ibunya, ibu pasien BAB
meningkat
mengatakan jika
anaknya BAB 7x
sehari sejak pagi jam Hilang cairan
dan elektrolity
04:00 dengan
berlebihan
konsistensi cair.

Do :
- Perianal tampak
kemerahan

4. Ds : Diare Ansietas
- Ibu pasien
mengatakan ia cemas
Kegelisahan
dengan kondisi
mengenai
anaknya
proses
Do : penyakit
- Ibu pasien terlihat
bingung Ansietas
- Ibu pasien terlihat
cemas
- Ibu pasien bertanya-
tanya

3.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Kekurangan volume cairan b/d dehidrasi
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d nafsu makan menurun
3. Kerusakan integritas kulit perianal b/d Hilang cairan dan elektrolity berlebihan
4. Ansietas b/d
3.5 INTERVENSI
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1. Kekuranga volume Tujuan : setelah 1 Identifikasi
cairan b/d dehidrasi diberikan asuhan kemungkinan
keperawatan 2x24 penyebab
jam diharapkan
ketidakseimbangan
cairan eletktrolit
klien seimbang. elektrolit.
Kriteria hasil: 2 Monitor adanya
1. turgor kulit kehilangan cairan
normal dan elektrolit
2. intake dan output 3 Monitor adanya
cairan seimbang mual, muntah dan
3. mrmbran
mukosa lembab.
diare
4 Monitor sttus
hidrasi
5 Monitor vital sign
6 Kolaborasi
pemberian oralit
7 Kolaborasi dengan
dokter pemberian
terapi IV

2. Ketidakseimbangan Tujuan : setelah 1 Kaji status nutrisi


nutrisi kurang dari dilakukan asuhan pasien
kebutuhan tubuh keperawatan 2 Jaga kebersihan
b/d nafsu makan selama 2x24 jam
mulut,anjurkan
menurun diharapkan
pemenuhan untuk selalu
kebutuhan pasien melakukan oral
tercukupi. hygine
Kriteria hasil : 3 Berikan informasi
1 Intake nutrisi yang tepat
tercukupi terhadap pasien
2 Asupan makanan tentang kebutuhan
dan ciran nutrisi yang tepat
tercukupi dan sesuai
3 Penurunan 4 Anjurkan pasien
frekuensi untuk makan
terjadinya diare makanan yang
berserat dan
makanan yang
tinggi zat besi
seperti bayam dan
buah-buahan
5 Anjurkan pasien
untuk makan selagi
hangat
6 Kaji frekuensi
mual,durasi,
tingkat keparahan,
faktor frekuensi,
presipitasi yang
menyebabkan mual
dan muntah
7 Kolaborasi
pemberian
antiemetik

3. Kerusakan Tujuan : setelah 1 Anjurkan pasien


integritas kulit dilakukan asuhan untuk mengenakan
perianal b/d Hilang keperawatan 2x24 pakaian yang
cairan dan jam diharapkan
longgar
elektrolity anus sudah tidak
berlebihan tampak kemerahan 2 Hindari kerutan
Kriteria hasil : pad tempat tidur
1 Integritas kulit 3 Jaga kebersihan
yang baik bisa kulit agar tetap
dipertahankan bersih dan kering
2 Tidak ada 4 Monitor kulit akan
luka/lesi pada adanya kemerahan
kulit 5 Oleskan lotion atau
3 Perfusi jaringan minyak atau baby
baik oil pada daerah
4 Mampu yang tertekan
melindungi kulit 6 Monitor proses
dan kesembuhan area
mempertahankan insisi
kelembapan kulit 7 Monitor tanda dan
dan perawatan gejala pada area
alami insisi

4. Ansietas Tujuan : setelah 1 Monitor TTV


dilakukan asuhan 2 Gunakan
keperawatan 2x24 pendekatan yang
jam cemas
menenangkan
berkurang dan
pasien menjadi 3 Nyatakan dengan
lebih tenang jelas harapan
Kriteria hasil : terhadap pelaku
1 Klien mampu pasien
mengidentifikasi 4 Jelaskan semua
dan mengucapkan prosedurbdan apa
gejala cemas yang dirasakan
2 Mengidentifikasi, selama prosedur
memgungkapakan 5 Bantu pasien untuk
dan menunjukan mengungkapkan
teknik untuk perasaan,
mengontrol cemas ketakutan, persepsi
3 Vital sign dalam 6 Dorong keluarga
batas normal untuk menemani
4 Postur tubuh, pasien
ekspresi wajah, 7 Ajarkan teknik
dan bahasa tubuh relaksasi
menunjukan 8 Indentifikasi
berkurangnya tingkat kecemasan
kecemasan

3.6 IMPLEMENTASI

NO DIAGNOSA IMPLEMENTASI PARAF


1. Kekurangan 1 Mengidentifikasi kemungkinan
volume cairan b/d penyebab ketidakseimbangan
dehidrasi elektrolit.
2 Memonitor adanya kehilangan cairan
dan elektrolit
3 Memonitor adanya mual, muntah dan
diare
4 Memonitor sttus hidrasi
5 Memonitor vital sign
6 Mengkolaborasi pemberian oralit
7 Mengkolaborasi dengan dokter
pemberian terapi IV

2. Ketidakseimbangan 1 Mengkaji status nutrisi pasien


nutrisi kurang dari 2 Menjaga kebersihan mulut,anjurkan
kebutuhan tubuh untuk selalu melakukan oral hygine
b/d nafsu makan
3 Memberikan informasi yang tepat
menurun
terhadap pasien tentang kebutuhan
nutrisi yang tepat dan sesuai
4 Menganjurkan pasien untuk makan
makanan yang berserat dan makanan
yang tinggi zat besi seperti bayam
dan buah-buahan
5 Menganjurkan pasien untuk makan
selagi hangat
6 Mengkaji frekuensi mual,durasi,
tingkat keparahan, faktor frekuensi,
presipitasi yang menyebabkan mual
dan muntah
7 Mengkolaborasi pemberian
antiemetik

3. Kerusakan 1 Menganjurkan pasien untuk


integritas kulit mengenakan pakaian yang longgar
perianal b/d Hilang 2 Menghindari kerutan pad tempat
cairan dan
tidur
elektrolity
berlebihan 3 Menjaga kebersihan kulit agar tetap
bersih dan kering
4 Memonitor kulit akan adanya
kemerahan
5 Mengoleskan lotion atau minyak atau
baby oil pada daerah yang tertekan
6 Memonitor proses kesembuhan area
insisi
7 Memonitor tanda dan gejala pada
area insisi

4. Ansietas 1 Memonitor TTV


2 Menggunakan pendekatan yang
menenangkan
3 Meyatakan dengan jelas harapan
terhadap pelaku pasien
4 Menjelaskan semua prosedurbdan
apa yang dirasakan selama prosedur
5 Membantu pasien untuk
mengungkapkan perasaan, ketakutan,
persepsi
6 Mendorong keluarga untuk
menemani pasien
7 Mengajarkan teknik relaksasi
8 Mengidentifikasi tingkat kecemasan

3.7 EVALUASI
NO DIAGNOSA EVALUASI PARAF
1. Kekurangan volume S:
cairan b/d dehidrasi
- Pasien mengatakan BAB nya
sudah berkurang menjadi 3 kali
sehari

O:
- K/u: Lemah
- Kesadaran : CM
- TD : 110 mmHg
- N : 60 x/menit
- RR: 22 x/mnt
- S: 37,5oC
- Konjungtiva anemis
- Pasien tampak tidak pucat
- CRT <3 detik

A: masalah teratasi sebagian


P: lanjutkan intervensi
2. Ketidakseimbangan S:
nutrisi kurang dari
- Pasien mengatakan jika
kebutuhan tubuh b/d
nafsu makan badannya sudah tidak panas dan
menurun
tidak lemas
- Pasien mengatakan muntah dan
mual sudah berkurang

O:
- Akral pasien panas
- Pasien tampak tidak pucat
- Pasien tampak lebih segar

A : Masalah teratasi sebagian


P : lanjutkan intervensi
3. Kerusakan integritas S:
kulit perianal b/d
Hilang cairan dan - Pasien mengatakan sudah tidak
elektrolity berlebihan
panas di anusnya

O:
Perianal tampak tidak
kemerahan
A : masalah teratasi
P :hentikan intervensi
4 Ansietas S:
Pasien mengatakan cemas
berkurang dan sudah
mengetahui tentang
penyakitnya
O:
- Pasien sudah stidak cemas.
- TD : 110 mmHg
- N : 60 x/menit
- RR: 22 x/mnt
- S: 37,5oC

A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Diare akut adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari pada biasanya lebih dari 200
gram atau 200 ml/ 24 jam. Definisi lain memakai frekuensi yaitu buang air besar encer
lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar tersebut dapat/ tanpa disertai lendir dan darah.
Penularan diare karena infeksi melalui transmisi fekal oral langsung dari penderita
diare atau melalui makan/minuman yang terkontaminasi bakteri pathogen yang berasal dari
tinja manusia/hewan atau bahan muntahan penderita dan juga dapat melalui udara atau
melalui aktivitas seksual kontak oral-genital atau oral-anal (Sudoyono Aru,dkk 2009)
4.2 Saran
Dengan dibuatnya asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Diare ini
diharapkan mahasiswa untuk lebih bisa memahami, mengetahui dan mengerti tentang cara
pembuatan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Diare.

DAFTAR PUSTAKA
Suriadi, Rita Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada penyakit Dalam. Edisi 1. Agung Seto.
Jakarta.
Huda, Amin, dan Kusuma, Hardhi. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda NIC-NOC. Jilid 1. Media Action. Jogjakarta.

Anda mungkin juga menyukai