Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ANALIS KIMIA LINGKUNGAN

“SANITARY LANDFILL”

DISUSUN OLEH :

Nama : Siti Falia Katrina


Nim : 51704085
Dosen : Dr.dr.Ibrahim Edy Sapada.,M.Kes

STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG


2020/2021

KATA PENGANTAR
Puji sukur sama-sama kita ucapkan atas  kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“SANITARY LANDFILL”  ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah
satu tugas yang diberikan kepada kami oleh dosen pengampu mata kuliah Analis Kimia Lingkungan.

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang kami peroleh dari buku
panduan dan referensi dari internet yang berkaitan dengan “SANITARY LANDFILL” , serta infomasi
dari media massa yang berhubungan dengan judul makalah kami.

Diharapkan dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal
ini dapat menambah wawasan kita mengenai “SANITARY LANDFILL”  agar bisa bermanfaat untuk
bidang kehidupan lainnya, khususnya bagi kami para penyusun. Memang makalah ini masih jauh dari
sempurna, maka kami selaku penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan
menuju arah yang lebih baik.

Penulis

Palembang, 26 Januari 2021

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pemusnahan sampah dengan metode Sanitary Landfill adalah membuang dan menumpuk sampah
ke suatu lokasi yang cekung, memadatkan sampah tersebut kemudian menutupnya dengan tanah. Metode
ini dapat menghilangkan polusi udara.

            Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah berbagai jenis limbah akan
dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik
lainnya (grey water). 

Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki kehadirannya
karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia
Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah
dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan
penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada
jenis dan karakteristik limbah.

1.2 Rumusan Masalah

- Apa pengertian dari Definisi Sanitary Landfill ?


- Metode apa saja yang digunakan dalam Sanitary Landfill ?
- Apa saja Keuntungan dan Kerugian Sanitary Landfill ?
- Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Definisi Sanitary Landfill

Sistem sanitary landfill merupakan sarana pengurugan sampah ke lingkungan yang disiapkan dan
dioperasikan secara sistematis. Ada proses penyebaran dan pemadatan sampah pada area pengurugan dan
penutupan sampah setiap hari. Penutupan sel sampah dengan tanah penutup juga dilakukan setiap hari.
Metode ini merupakan metode standar yang dipakai secara internasional. Untuk meminimalkan potensi
gangguan timbul, maka penutupan sampah dilakukan setiap hari. Namun, untuk menerapkannya
diperlukan penyediaan prasarana dan sarana yang cukup mahal. Di Indonesia, metode sanitary landfilled
dianjurkan untuk diterapkan di kota besar dan metropolitan.

Secara umum Sanitary Landfill terdiri atas elemen sebagai berikut :

1)      Lining System

Berguna untuk mencegah atau mengurangi kebocoran leachate ke dalam tanah yang akhirnya bisa
mencemari air tanah. Biasanya Lining System terbuat dari compacted clay, geomembran, atau campuran
tanah dengan bentonite.

2)      Leachate Collection System

Dibuat di atas Lining system dan berguna untuk mengumpulkan leachate dan memompa ke luar
sebelum leachate menggenang di lining system yang akhirnya akan menyerap ke dalam tanah. Leachate
yang dipompa keluar melalui sumur yang disebut Leachate Extraction System.

3)      Cover atau cap system

Berguna untuk mengurangi cairan akibat hujan yang masuk kedalam landfill. Dengan
berkurangnya cairan yang masuk akan mengurangi leachate.

4)      Gas ventilation System

Berguna untuk mengendalikan aliran dan konsentrasi di dalam dengan demikian mengurangi
risiko gas mengalir di dalam tanah tanpa terkendali yang akhirnya dapat menimbulkan peledakan. 

5)      Monitoring system
Bisa dibuat di dalam atau di luar landfill sebagai peringatan dini kalau terjadi kebocoran atau
bahaya kontaminasi di lingkungan sekitar. 

Salah satu masalah terbesar dengan sanitary landfill adalah bahaya lingkungan. Sebagai bahan
dalam lapisan sampah dipadatkan memecah, mereka menghasilkan gas, termasuk metana yang mudah
terbakar. Namun gas metana yang dihasilkan melalui teknik sanitary landfill dapat dimanfaatkan untuk
sumber listrik yang dapat dialirkan kerumah-rumah penduduk.

Tempat pembuangan sampah juga menghasilkan lindi, lindi adalah cairan yang dihasilkan sebagai
akibat dari perkolasi air atau cairan lain melalui sampah, dan kompresi dari limbah. Lindi dianggap cairan
terkontaminasi, karena banyak mengandung bahan terlarut dan tersuspensi. Lindi merupakan bahan-
bahan yang dapat merusak lingkungan alam jika mereka berakhir di meja air. Namun air sampah atau air
lindi mempunyai manfaat yaitu dapat diolah menjadi pupuk cair. Manajemen yang baik teknik yang dapat
membatasi dampak negatif dari lindi pada tanah dan air permukaan termasuk kontrol produksi lindi dan
debit dari TPA, dan koleksi air lindi dengan perlakuan final dan / atau pembuangan. 

2.2 Metode yang digunakan dalam Sanitary Landfill

1)      Metode parit

2)      Metode area

3)      Metode ramp

2.3 Keuntungan dan Kerugian Sanitary Landfill

1)      Keuntungan

a)      Biaya usaha dan investasi usaha rendah.

b)      Dapat memasuki operasi dalam waktu singkat.

c)      Jika dirancang dan dioperasikan dengan baik dan dapat memperkecil hama, acsthetic, penyakit,
polusi udara, permasalahan polusi air.

d)     Gas metan dapat digunakan sebagai bahan bakar.

e)      Dapat menerima berbagai macam sampah.

f)       Dapat digunakan untuk reklamasi meningkatkan submarginal daratan.


2)      Kerugian

a)      Dapat merosot menjadi tempat sampah terbuka jika tidak dirancang dan diatur dengan baik.

b)      Memerlukan lokasi yang sangat luas.

c)      Sulit menentukan lokasi oleh karena penolakan penduduk dan harga tanah yang naik

d)     Menyebabkan polusi air, produksi metana dari dekomposisi limbah, dapat menimbulkan bahaya
kebakaran atau resiko ledakan material.

e)      Membawa limbah/sampah ke lokasi yang jauh memerlukan biaya mahal.

2.4 Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang
mengandung B3. Sedangkan sesuai definisi pada Undang Undang 32 tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dimaksud dengan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah
zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi dan/atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan, merusak lingkungan hidup, dan/atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak
digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan
penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau
lebih karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan
infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui termasuk limbah
B3

Identifikasi Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) berdasarkan jenis, sumber dan karakteristiknya

Jenis limbah B3 menurut jenisnya meliputi :

·         Limbah B3 Jenis Padatan

·         Limbah B3 Jenis Cairan

·         Limbah B3 Jenis Gas

Jenis limbah B3 menurut sumbernya meliputi :

·         Limbah B3 dari sumber tidak spesifik;


·         Limbah B3 dari sumber spesifik;

·         Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan, dan buangan produk yang
tidak memenuhi spesifikasi.

Karakteristik limbah B3

·         Limbah mudah meledak adalah limbah yang pada suhu dan tekanan standar (25 °C, 760 mmHg)
dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan/atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan
tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya.

·         Limbah mudah terbakar adalah limbah-limbah yang mempunyai salah satu sifat-sifat sebagai
berikut :

ü  Limbah yang berupa cairan yang mengandung a1kohol kurang dari 24% volume dan/atau pada titik
nyala tidak lebih dari60 °c (140 OF) akan menyala apabila terjadi kontak dengan api, percikan api atau
sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg.

ü  Limbah yang bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan tekanan standar (25 C, 760 mmHg) dapat
mudah menyebabkan kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia secara
spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang terus menerus.

ü  Merupakan limbah yang bertekanan yang mudah terbakar .

ü  Merupakan limbah pengoksidasi.

·         Limbah beracun adalah limbah yang mengandung pencemar yang bersifat racun bagi manusia atau
lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh
melalui pemafasan, kulit atau mulut. Penentuan sifat racun untuk identifikasi limbah ini dapat
menggunakan baku mu tu konsentrasi TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Procedure) pencemar
organik dan anorganik dalam limbah. Apabila limbah mengandung salah satu pencemar yang terdapat,
dengan konsentrasi sama atau lebih besar dari nilai dalam Lampiran II tersebut, maka limbah tersebut
merupakan limbah B3. Bila nilai ambang batas zat pencemar tidak terdapat pada Lampiran II tersebut
maka dilakukan uji toksikologi.

·         Limbah yang menyebabkan infeksi. Bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan dari tubuh
manusia yang terkena infeksi, limbah dari laboratorium atau limbah lainnya yang terinfeksi kuman
penyakit yang dapat menular .Limbah ini berbahaya karena mengandung kuman penyakit seperti hepatitis
dan kolera yang ditularkan pada pekerja, pembersih jalan, dan masyarakat di sekitar lokasi pembuangan
limbah

·         Limbah bersifat korosif adalah limbah yang mempunyai salah satu sifat sebagai berikut :

ü  Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit.

ü  Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020) dengan laju korosi lebih besar dari
6,35 mm/tahun dengan temperatur pengujian 55 °C.

ü  Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam dan sama atau lebih besar dari
12.5 untuk yang bersifat basa.

·         Limbah yang bersifat reaktif adalah limbah-limbah yang mempunyai salah satu sifat-sifat sebagai
berikut :

ü  Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan perubahan tanpa peledakan.

ü  Limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air

ü  Limbah yang apabila bercampur dengan air berpotensi menimbulkan ledakan, menghasilkan gas, uap
atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan.

ü  Merupakan limbah Sianida, Sulfida atau Amoniak yang pada kondisi pH antara 2 dan 12,5 dapat
menghasi1kan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan kesehatan manusia dan
lingkungan.

ü  Limbah yang dapat mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan standar (25 C, 760 mmHg).

ü  Limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepas atau menerima oksigen atau limbah organik
peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.

           

Kegiatan Pengelolaan limbah B3

Kegiatan Pengelolaan limbah B3 merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi,
penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan dan pengolahan serta penimbunan hasil
pengolahan tersebut. Dalam rangkaian kegiatan tersebut terkait beberapa pihak yang masing-masing
merupakan mata rantai dalam pengelolaan limbah B3, yaitu :

·         Reduksi limbah B3 : Suatu kegiatan pada penghasil untuk mengurangi jumlah dan mengurangi sifat
bahaya dan racun limbah B3, sebelum dihasilkan dari suatu kegiatan

·         Penyimpanan limbah B3 : kegiatan menyimpan limbah B3 yang dilakukan oleh penghasil dan/atau
pengumpul dan/atau pemanfaat dan/atau pengolah dan/atau penimbun limbah B3 dengan maksud
menyimpan sementara

·         Pengumpulan limbah B3 : kegiatan mengumpulkan limbah B3 dari penghasil limbah B3 dengan
maksud menyimpan sementara sebelum diserahkan kepada pemanfaat dan/atau pengolah dan/atau
penimbun limbah B3

·         Pengangkutan limbah B3 : kegiatan pemindahan limbah B3 dari penghasil dan/atau dari pengumpul
dan/atau dari pemanfaat dan/ atau dari pengolah ke pengumpul dan/atau ke pemanfaat dan/atau ke
pengolah dan/atau ke penimbun limbah B3

·         Pemanfaatan limbah B3 : kegiatan perolehan kembali (recovery) dan/atau penggunaan kembali
(reuse) dan/atau daur ulang (recycle) yang bertujuan untuk mengubah limbah B3 menjadi suatu produk
yang dapat digunakan dan harus juga aman bagi lingkungan dan kesehatan manusia

·         Pengolahan limbah B3 : proses untuk mengubah karakteristik dan komposisi limbah B3 untuk
menghilangkan dan/atau mengurangi sifat bahaya dan/atau sifat racun

·         Penimbunan limbah B3 : kegiatan menempatkan limbah B3 pada suatu fasilitas penimbunan
dengan maksud tidak membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan hidup

Dengan pengolahan limbah sebagaimana tersebut di atas. maka mata rantai siklus perjalanan limbah B3
sejak dihasilkan oleh penghasil limbah B3 sampai penimbunan akhir oleh pengolah limbah B3 dapat
diawasi. Setiap mata rantai perlu diatur, sedangkan perjalanan limbah B3 dikendalikan dengan system
manifest berupa dokumen limbah B3. Dengan system manifest dapat diketahui berapa jumlah B3 yang
dihasilkan dan berapa yang telah dimasukkan ke dalam proses pengolahan dan penimbunan tahap akhir
yang telah memiliki persyaratan lingkungan.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Kota Surabaya di Jawa Timur dipilih menjadi tuan rumah Hari Peduli Sampah 2014. Di antara alasannya,
Kota Surabaya dinilai berhasil mengelola sampah. Bagaimana cara kota ini mengelola sampahnya?

Menurut Wali Kota Tri Rismaharini, Surabaya menghasilkan rata-rata 1.200 ton sampah per hari. Sampah
tersebut tidak dibuang, tetapi dimanfaatkan kembali.

Pemanfaatan kembali itu berupa pengolahan sampah menjadi kompos untuk tanaman di taman kota,
untuk bahan pembangkit listrik, dan sebagian lagi direproduksi menjadi bahan yang bernilai ekonomis.

"Kami mau bangun tempat pengolah kompos dan tempat khusus pengolah sampah menjadi bahan
pembangkit listrik berkapasitas 40.000 watt di tiga kecamatan," kata Risma seusai acara Deklarasi
Menuju Indonesia Bersih 2020 di halaman Balaikota Surabaya, Senin (24/2/2014). 

Konsep pemanfaatan sampah sebagai bahan pembangkit listrik sebelumnya juga sudah ada di tempat
pembuangan akhir (TPA) di Kecamatan Keputih. "Bahkan di sana kapasitasnya sudah 60.000 kilowatt,"
tambahnya.

Risma mengaku bersyukur bahwa warga kota sudah mulai berpikir memanfaatkan sampah menjadi bahan
yang bernilai ekonomis, baik oleh lembaga maupun perorangan. Pemerintah Kota Surabaya juga melatih
banyak fasilitator lingkungan, mulai dari ibu-ibu rumah tangga sampai kalangan pelajar.

Selain itu, kerap pula digelar lomba kebersihan di kampung-kampung yang memicu masyarakat peduli
terhadap lingkungan. "Prinsipnya, semakin sedikit sampah dibuang ke TPA, semakin baik," pesan Risma.
DAFTAR PUSTAKA

http://regional.kompas.com/read/2014/02/25/0522541/Ini.Cara.Risma.Kelola.Sampah.di.Surabaya

Anda mungkin juga menyukai