NIM : 51704078
Prodi : S1 Farmasi
Kelas : 6B
Pada review jurnal yang saya cari di goggle tentang jurnal CMA bahwa, Hipertensi
merupakan tantangan besar di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas 2013 prevalensi
kejadian sebesar 25% serta kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer.
Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum kuat meskipun obat-obatan yang efektif
banyak tersedia. Amlodipine adalah salah satu obat hipertensi yang paling sering diresepkan
di RS X Pekanbaru. Analisa CMA berdasarkan perspektif provider (rumah sakit sebagai
pemberi pelayanan). Hasil analisis data ditemukan bahwa penggunaan amlodipin generik
lebih banyak dibandingkan penggunaan obat bermerk di Poli Jantung dan Penyakit Dalam
RS. X. Rata-rata biaya pengobatan dengan amlodipin generik Rp 68.660,- per bulan
sedangkan dengan amlodipin bermerk sebesar Rp. 374.844.- atau sekitar 5,4 kali lebih tinggi
dari amlodipin generik. Penggunaan amlodipin generik maupun bermerk menurukan tekanan
darah secara bermakna, namun tidak terdapat perbedaan bermakna antas penurunan tekanan
darah yang dicapai dengan pemberian amlodipin generik maupun amlodipin bermerk.
Disimpulkan bahwa amlodipin generik merupakan pilihan yang efisien dalam menurunkan
tekanan darah dan memiliki biaya yang lebih efisien dibandingkan dengan amlodipin
bermerk.
Jadi, jurnal CMA yang saya review terdapat kesimpulan bahwa penggunaan amlodipin
generik lebih banyak dibandingkan penggunaan obat bermerk di Poli Jantung dan Penyakit
Dalam RS X Pekanbaru selama tahun 2015. Penggunaan generik didominasi oleh pasien
umum dibandingkan pasien jaminan asuransi swasta dan perusahaan. Selain itu, diperoleh
hasil bahwa penggunaan amlodipin generik maupun bermerk menurunkan tekanan darah
secara bermakna, namun tidak terdapat perbedaan bermakna antara penurunan tekanan darah
yang dicapai dengan pemberian amlodipin generik maupun amlodipin bermerk.
2
Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok,
Indonesia
Hipertensi merupakan tantangan besar di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas 2013 prevalensi kejadian sebesar
25% ser- ta kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer. Disamping itu, pengontrolan hipertensi
belum adekuat meskipun obat-obatan yang efektif banyak tersedia. Amlodipine adalah salah satu obat hipertensi yang
paling sering direse- pkan di RS X Pekanbaru. Untuk itu,dipandang perlumelakukan analisis minimisasi biaya dari
pengggunaan amlodipine generik dan bermerek sebagai bentuk kendali mutu dan kendali biaya.Penelitian ini
merupakan studi retrospektif yangmenggunakan data pasien hipertensi ringan sampai sedang dan periode pengobatan
selama 1 bulan dari bulan Januari sampai Desember ta- hun 2015. Analisa CMA berdasarkan perspektif provider (rumah
sakit sebagai pemberi pelayanan).Hasil analisis data ditemu- kan bahwa penggunaan amlodipin generik lebih banyak
dibandingkan penggunaan obat bermerk di Poli Jantung dan Penyakit Dalam RS. X.Rerata biaya pengobatan dengan
amlodipin generik Rp 68.660,- per bulan sedangkan dengan amlodipin ber- merk sebesar Rp. 374.844.- atau sekitar
5,4 kali lebih tinggi dari amlodipin generik. Penggunaan amlodipin generik maupun bermerk menurukan tekanan darah
secara bermakna, namun tidak terdapat perbedaan bermakna antas penurunan tekanan darah yang dicapai dengan
pemberian amlodipin generik maupun amlodipin bermerk. Disimpulkan bahwa amlodipin generik merupakan pilihan
yang efisien dalam menurunkan tekanan darah dan memiliki biaya yang lebih efisien dibandingkan dengan amlodipin
bermerk.
Abstract
Hypertension in a big challenge in Indonesia, proven by its prevalence that reached 25% in 2013 and conditions that
mostly found in primary health care. In addition, hypertension management is considered to be suboptimal despite the
availability of effective drugs. Amlodipine is one of anti-hypertensive that is commonly prescribed by X Hospital, Pekan
Baru. Therefore, it is important to do cost minimization analysis to compare both generic and branded Amlodipine as an
implementation of cost and quality control. This ret- rospective study involved early and medium stage of hypertensive
patients that have at least a month period of treatment from Jan- uary to December 2015 using provider’s perspectives of
CMA (Cost Minimization Analysis). The result showed that generic form of Amlodipine is the most common anti-
hypertensive drugs prescribed in Cardiology and Internal Medicine Clinic, X Hospital. It was suggested that average
cost of generic form of Amlodipine was IDR 68.660 while branded one was IDR 374.844 or approximately
5.4 times higher. Both generic and branded Amlodipine significantly reduced blood pressure, but there was not any
distinguish effect between them. It was concluded that generic form of Amlodipine was a less expensive and efficient
choice in reducing blood pressure. Key words: Amlodipine; generic; cost minimization analysis; hypertension; hospital
Pendahuluan
si kejadian sebesar 25% serta kondisi yang sering
Sejak diimplementasikannya Jaminan Kesehatan Na-
ditemukan pada pelayanan kesehatan primer. Dis-
sional (JKN) diawal tahun 2014, pola pembiayaan
amping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat
kesehatan di Indonesia mengalami perubahan. Ter-
meskipun obat-obatan yang efektif banyak tersedia.
masuk perubahan konsep pembayaran fee for service
Terkait dengan hal tersebut, disadari bahwa obat
di Rumah Sakit menjadi sistem paket pembayaran
antihipertensi merupakan kategori obat yang ter-
dengan menggunakan INA-CBG’s. Rumah sakit ha-
golong vital,dengan tingginya biaya yang diperlukan
rus memiliki strategi dalam menghadapi perubahan
(high cost) karena penggunaannya yang dalam wak-
tersebut sebagai bentuk kendali mutu dan kendali
tupanjang dan volume penggunaannya yang tinggi.
biaya dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Seperti halnya di pusat-pusat pelayanan kesehatan di
Hipertensi merupakan tantangan besar di Indo-
Indonesia, hipertensi juga termasuk kedalam salah
nesia, berdasarkan data Riskesdas 2013 prevalen-
satu sepuluh besar penyakit terbanyak di RS X Pe-
Jenis Kelamin
penurunan tekanan darah pada pemberian obat am-
Laki-laki 58 (41,7) lodipin generik maupun bermerk yang dapat dilihat
Perempuan 81 (58,3) pada tabel 3.
Obat Generik/Merk
Tabel 3. Analisis Bivariat Perbedaan Penurunan Tekanan Darah
Generik 76 (54,7) (tercapai dan tidak) antara Penggunaan Amlodipine Generik dan
Merk 63 (45,3) Bermerk
Indeks Massa Tubuh
Kurus 5 (3,6)
Variabel Penurunan TD Tercapai Penurunan TD Tidak Total p-value
Normal 35 (25,2) (n=83) (n (%)) Tercapai (n=56) (n (%))
Overweight 29 (20,9) Generik 27 (32,5) 36 (64,3) 63
0,606
Obesitas 1 54 (38,8) Bermerk 29 (34,9) 47 (83,9) 76
Obesitas 2 16 (10,8)
Tabel 2. Distribusi Penggunaan Obat Generik dan Bermerk berdasarkan Derajat Hipertensi dan Jaminan
Kesehatan.
Joint National Commitee 7, 2003. The Seventh Report of the Joint National Commiittee on Prevention, De-
tection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. p : 11
Joint National Committee 8. 2008. JNC 8 Guidelines for the Management of Hypertension in Adults.
Kesselheim AS, Misono AS, Lee JL, Stedman MR, Brookhart MA, Choudry NK, et al., 2008. Clinical
equivalence of generic and brand-name drugs used in cardiovascular disease: a systematic review and
me- ta-analysis. JAMA 300(21):2514-26.
Kim SH, Kim YD, Lim DS, Yoon MH, Ahn YK, On YK, et al., 2007. Korean Multicenter
Amlodipine Study Investigators. Results of a phase III, 8-week, multicenter, prospective,
randomized, dou- ble-blind, parallel-group clinical trial to assess the effects of amlodipine
camsylate versus amlodipine besylate in Korean adults with mild to moderate hypertension. Clin
Ther 29(9):1924-36.
Manzoli L, Flacco Elena, D’Andrea E, Panic N et al., 2015. Generic versus brand-name drugs used
in cardiovascular diseases. Eur J Epidemiol. DOI 10.1007/s10654-015-0104-8.
Mignini F, Tomassoni D, Traini E, Amenta F., 2007. Singledose,randomized, crossover bioequivalence
study of amlodipine maleate versus amlodipine besylate in healthy volunteers. Clin Exp Hypertens
29(8):539-552.
Riset Kesehatan Dasar, 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian
Kesehatan RI. Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Kesehatan no 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
Walley T, Haycox A, Bolond A., 2004. Pharmacoeco- nomics. Churchill Livingstone.Oxford.