Anda di halaman 1dari 24

BAB III

MINYAK TRANSFORMATOR
DAN
METODE MARKOV

3.1. Minyak transformator [6]

Minyak transformator adalah minyak mineral yang


diperoleh dengan pemurnian minyak mentah. Dalam pemakaiannya,
minyak ini karena pengaruh panas dari rugi-rugi di dalam
transformator akan timbul hidrokarbon.
Selain berasal dari minyak mineral, minyak transformator
dapat pula yang dapat dibuat dari minyak organic, misalnya : minyak
trafo Piranol, Silikon. Sebagai bahan isolsi, minyak transformator
harus mempunyai tegangan tembus yang tinggi.
Fungsi dari minyak transformator adalah sebagai :
 Insulator yaitu mengisolasi kumparan di dalam trafo supaya tidak
terjadi loncatan bunga api listrik (hubungan pendek) akibat
tegangan tinggi.
 Pendingin yaitu mengambil panas yang ditimbulkan sewaktu trafo
berbeban lalu melepaskannya.
 Pelindung yaitu agar komponen – komponen di dalam trafo
terlindung dari korosi dan oksidasi.
Oleh sebab itu, minyak trafo harus memenuhi persyaratan:
• Kekuatan dielektrik isolasi harus tinggi, sesuai dengan IEC 296
minyak transformator harus class 1& 2 yaitu untuk minyak baru
dan belum di filter >30 kV/2,5 mm dan setelah difilter yaitu > 50
kV/2,5 mm.
• Penyalur panas yang baik, berat jenis kecil sehingga partikel-
partikel dalam minyak dapat mengendap dengan cepat.
• Viskositas yang rendah agar lebih mudah bersirkukasi dan
kemampuan pendingin menjadi lebih baik. Pada IEC 296
viskositas minyak class 1 saat suhu 40oC adalah < 16,5 cSt.
• Titik nyala yang tinggi, tidak mudah menguap yang dapat
membahayakan. Sesuai dengan IEC 296 flash point adalah di atas
163oC dan pour point adalah dibawah 30oC.
• Resistansi yang tinggi terhadap terjadinya emulsi, untuk
menghindari terjadinya suspensi air yang dapat menurunkan
tegangan tembus minyak.
• Tidak merusak bahan isolasi padat.

21
Jika minyak isolasi transformer didatangkan dengan tangki
tersendiri, besar moisture yang terdapat dalam minyak tidak boleh
lebih besar dari 10 ppm dan dalam masa pengangkutan minyak tidak
boleh terkontaminasi oleh udara. Maka sebelum minyak dipompakan
ke dalam tangki transformer perlu dilakukan penyaringan dan
pemurnian (treatment).
Tabel 3.1 Batasan Pengusahaan Minyak Transformator Sesuai
Metode American Standard Test Methods ( ASTM )

ASTM Batasan Tegangan


Jenis Test
no: < 69 kV > 69 & < 288 kV > 345 kV
Dielektrik strength D 877 26 26 26
Asam (mg.KOH/g) D 974 0,05-0,2 0,05-0,2 0,05-0,2
IFT (dynes/cm) D 971 30 30 35
Kandungan air
D 1744 35 20 15
(ppm)
Kandungan gas (%) D 2945 2 2 2
Warna D 1500 1,5 1,6 1,7
Kejernihan D 1524 Jernih Jernih Jernih
Flash Point (oC) D 92 140 140 140
Pour Point (oC) D 97 -40 -40 -40
Berat Jenis D 1298 0,91 0,91 0,91
Viscositas D 445 12 12 12

Bilamana batasan tersebut dilampaui agar difilter ulang,


bilamana breakdown voltage sudah tidak bisa dinaikkan lagi
(endapan < 0.5 ppm, moisture < 120 ppm, dielectric strength < 30
kV) sebaiknya minyak dibuang.
Ketahanan minyak trafo dapat menurun karena pengaruh
asam dan dapat pula karena kandungan air. Keasaman minyak
transformator dapat dinetralisir dengan menggunakan potas
hidroksida (KOH). Sedangkan kandungan air di dalam minyak
transformator dapar dihilangkan dengan memakai bahan higroskopis
yaitu Silikagel. Agar minyak transformator berfungsi sebagai
pendingin yang baik, maka kekentalannya tidak boleh terlalu tinggi
agar mudah bersirkulasi di dalam tangki sehingga dapat
mendinginkan transformator dengan baik. Kekentalan relatif minyak
transformator tidak boleh lebih dari 4,2° pada suhu 20°C dan 1,8°
hingga 1,85° maksimum 2° pada suhu 50°C. Bedanya dengan

22
minyak pelincir, minyak transformator kekentalannya akan naik jika
makin lama digunakan sedangkan minyak pelincir sebaliknya.

3.2. Pengujian Kualitas Isolasi Trasformator

Peralatan trafo tenaga merupakan bagian penting dalam jaringan


tenaga listrik. Peralatan ini perlu untuk dijaga kondisinya agar dapat
beroperasi optimal. Salah satu bagian penting yang dapat
menggambarkan kondisi trafo secara keseluruhan adalah peralatan
isolasi. Peralatan isolasi trafo terdiri dari isolasi cair (minyak) dan
isolasi padat (kertas). Saat ini PT PLN telah melakukan beberapa
pengujian untuk mengetahui kualitas isolasi trafo, yaitu :

a. Tegangan Tembus Minyak (Breakdown Voltage)


Merupakan pengujian untuk mengetahui pada tegangan berapa
isolasi minyak trafo mengalami breakdown. Metode pengujian
yang dapat dilakukan antara lain ASTM D-1816 dan ASTM D-
877. Standar nilai hasil pengujian untuk kedua metode tersebut
adalah :

Tabel 3.2 Standar Hasil Pengujian Kekuatan Dielektrik

Metode <68 kV 69 s/d 288 kV >288 kV


ASTM D-1816 ( 1 mm) 23 26 26
ASTM D - 877 ( 1 mm) 26 30 30

Semakin tinggi nilai hasil pengujian tegangan tembus minyak,


maka kekuatan isolasi minyak juga akan semakin tinggi.
Tegangan tembus minyak mengalami penurunan seiring dengan
bertambahnya partikel-partikel hasil oksidasi dan kandungan air
dalam minyak. Dalam membuat analisa kondisi isolasi, selain
hasil pengujian kekuatan dielektrik harus diperhatikan juga
kandungan air dan oksigen. Kombinasi antara dua zat ini dengan
energi panas akan mengakibatkan kerusakan pada isolasi kertas
sebelum nilai kekuatan dielektrik di bawah standar.
b. Tegangan Antar Permukaan (Interfacial Tension / IFT)
Adalah pengukuran tegangan antar permukaan minyak
dengan air. Nilai IFT adalah besarnya daya yang dibutuhkan
untuk menarik sebuah cincin kecil ke atas sejauh 1 cm melalui
permukaan antara air dan minyak (ASTM D-971). Minyak yang
bagus (baru) mempunyai nilai IFT antara 40 – 50 dyne/cm. Nilai
IFT dipengaruhi oleh banyaknya partikel-partikel kecil hasil

23
oksidasi minyak dan kertas. Oksidasi akan menghasilkan air
dalam minyak, meningkatkan nilai keasaman minyak dan pada
kondisi tertentu akan menyebabkan pengendapan(sludge).
Standar hasil pengujian IFT menggunakan metode ASTM D-
971 adalah sebagai berikut

Tabel 3.3 Standar Hasil Pengujian Tegangan Antar


Permukaan

IFT <69 kV 69 – 288 kV 288 kV


ASTM D-971 24 26 30

Minyak harus di reklamasi ketika nilai IFT mencapai 25


dyne/cm. Pada kondisi ini, minyak sudah banyak mengandung
kontaminasi hasil oksidasi dan akan terjadi pengendapan.
c. Kandungan air dalam minyak (Water content)
Salah satu hal yang membahayakan trafo adalah kandungan
air. Kandungan air dan oksigen yang tinggi akan
mengakibatkan korosi, menghasilkan asam, endapan dan cepat
menurunkan usia trafo. Dari hasil penelitian EPRI diperolah
bahwa setiap peningkatan kandungan air 2 kali lipat pada
temperatur yang sama akan menurunkan usia isolasi menjadi 0.5
kali. Kandungan air dalam trafo dapat berasal dari udara saat
trafo dibuka untuk keperluan inspeksi, dan apabila terjadi
kebocoran maka uap air akan masuk ke dalam trafo karena
perbedaan tekanan parsial uap air.
Standar hasil pengujian kandungan air dalam minyak
menggunakan metode ASTM D-1744 adalah sebagai berikut :

Tabel 3.4 Standar Hasil Pengujian Kandungan Air

Kandungan Air <69 kV 69 – 288 kV 288 kV


ASTM D-1744 35 25 20

Nilai diatas tidak sepenuhnya menjamin kondisi isolasi trafo.


Karena kandungan air dalam minyak akan sangat berbahaya
apabila mencapai 30% saturasi air dan minyak harus
direklamasi. Untuk itu pada waktu pengambilan sampel minyak
untuk pengujian kandungan air harus dicatat temperatur minyak

24
trafo. Temperatur ini sangat diperlukan pada waktu melakukan
analisa. Prosentase saturasi air dalam minyak dapat dilihat pada
gambar berikut :

Gambar 3.1. Prosentase saturasi air dalam minyak

Selain itu, kandungan air dalam minyak dapat digunakan untuk


memperkirakan jumlah kandungan air dalam kertas :

Tabel 3.5 Perbandingan Distribusi Air Dalam


Minyak dan Kertas

Temperatur (oC) Air dalam minyak Air dalam kertas


20 1 3000
40 1 1000
60 1 300

Kandungan air pada kertas terutama terkumpul pada sepertiga


belitan bagian bawah dimana suhu minyak rendah. Hal ini akan
memungkinkan terjadinya flashover antar belitan.
d. Angka kenetralan (Neutralization Number / NN)
Merupakan jumlah kalium hidroksida (KOH) yang dibutuhkan
(dalam mg) untuk menetralkan 1 gram minyak sample. Semakin
banyak KOH yang dibutuhkan, maka semakin asam minyak dan
semakin besar pula angka kenetralannya. Proses oksidasi pada

25
kertas dan minyak akan menghasilkan asam. Kandungan asam
dalam minyak mempercepat penurunan kondisi minyak dan
kertas, yaitu :
- asam akan membentuk lebih banyak asam dari minyak dan
kertas
- bereaksi dengan kertas menghasilkan air
- asam bersifat korosif terhadap logam dan akan membentuk
lebih banyak partikel-partikel logam pada belitan dan
bagian bawah tangki minyak.
Standar hasil pengujian angka kenetralan minyak dengan
metode pengujian ASTM D-974 adalah sebagai berikut :

Tabel 3.6. Standar Hasil Pengujian Angka Keasaman

Metode <68 kV 69 s/d 288 kV >288 kV


ASTM D 974 0.2 0.2 0.1

e. Flash point
Temperatur minimum dimana minyak menghasilkan uap yang
cukup untuk dibakar bersama udara. Flash point merupakan
indikator ketidakstabilan minyak. Minyak yang bagus
mempunyai nilai flash point tinggi, nilai standar berdasarkan
metode pengujian ASTM D-92 adalah 150oC dan akan terus
berkurang apabila kandungan air, oksigen, gas-gas terlarut
meningkat dan ikatan rantai karbon minyak berkurang.
f. Warna
Untuk mendeteksi kecepatan penurunan atau kontaminasi yang
serius. Nilai standar berdasarkan metode pengujian ASTM D-
1500 adalah <3,5. Hasil pengujian yang tinggi menggambarkan
adanya karbon, partikel isolasi dan material terlarut lainnya.
Karbon terbentuk pada waktu timbul partial discharge maupun
arcing. partikel-partikel dapat berupa furan maupun hasil
oksidasi.
g. Sludge.
Sludge dihasilkan oleh adanya oksigen dan kandungan air dalam
minyak trafo. Sludge terutama terjadi pada belitan trafo bagian
bawah dan terus meningkat. Slugde akan mengakibatkan suhu
trafo naik pada beban yang dan hasil pengujian IFT akan
mengalami penurunan.

26
3.3 Proses Pemurnian Minyak Transformator[6]

Minyak transformator dapat dikotori oleh uap air, fiber


(misalnya : kertas, kayu, tekstil), damar, dsb. Hal ini dapat
mempengaruhi kemurnian minyak transformator. Bentuk dari
pengotoran dapat bermacam-macam yaitu : meleleh dan mencairnya
bahan-bahan yang digunakan di dalam transformator, partikel-
partikel yang mengapung pada minyak, partikel-partikel yang
mengendap di dasar tangki, pada belitan atau pada intinya. Dengan
adanya pengotoran maka tegangan tembus minyak akan menurun
dan ini berarti akan menurunkan umur pemakaian transformator.
Beberapa cara yang digunakan untuk mempertahankan tingkat
kemurnian minyak transformator antara lain yaitu proses pemanasan,
penyaringan, rekondisi dan regenerasi minyak transformtor.

3.3.1 Pemanasan

Pada cara ini minyak transformator dipanasi hingga titik


didih air pada perangkat khusus yang disebut Penggodok minyak
(Oil Boiler). Air yang terkandung di dalam minyak akan menguap.
Cara ini dianggap sebagai cara yang paling sederhana dalam
hal pemurnian minyak transformator. Dengan cara ini bahan-bahan
pencemar padat, misalnya : fiber, jelaga ; akan tetap tinggal di dalam
minyak. Apabila pemanasan tersebut mendekati titik penguapan
minyak, akan menyebabkan umur minyak berkurang. Namun hal ini
dapat diatasi dengan cara memanaskan minyak di tempat yang
pakem, sehingga air akan menguap pada suhu yang relatif lebih
rendah. Namun demikian pencemar selain air akan tetap tinggal di
dalam minyak.

3.3.2 Penyaringan

Pada metode ini digunakan kertas khusus untuk menyaring


minyak yang tercemar. Untuk mempercepat waktu penyaringan,
digunakan tekanan. Air yang terkandung di dalam minyak
transformator diserap dengan kertas higroskopis. Dengan cara ini
baik air maupun partikel-partikel pencemar lainnya akan tersaring
sekaligus.
Untuk menambah output mesin penyaring, minyak dipanasi
40° hingga 45° C sehingga viskositas minyak menurun dan dengan

27
demikian makin memudahkan penyaringan. Normalnya, minyak
yang akan disaring dimasukkan ke filter atau penyaring dengan
tekanan 3 hingga 5 atmosfir. Biasanya penyaring diganti setelah
digunakan selama 4 jam, tetapi bila minyaknya sangat kotor,
penggantiannya dilakukan setiap 0,5 hingga 1 jam.

3.3.3 Recondition

Suatu cara atau proses untuk menghilangkan kelembapan


(kandungan air) dan material yang keras (solid) dengan cara
mekanis, misalnya dengan :
1. Dengan menyaring memakai saringan kertas atau saringan
logam dan dipanasi serta divacum, sehingga benda padat
dan airnya dapat dibuang/dihilangkan.
2. Dengan menyaring dengan memakai sistem sentrifugal
sehingga benda-benda padat/berat dapat diambil kemudian
dipanasi serta divacum dan airnya dapat dihilangkan.

3.3.4 Regenerasi

Pencemaran minyak transformator seperti dijelaskan


sebelumnya, tidak dapat benar-benar dikeluarkan dengan cara-cara
seperti telah dijelaskan di atas. Pencemaran akan lebih dapat
dihilangkan dengan pemurnian khusus yaitu regenerasi. Cara ini
menggunakan absorben untuk regenerasi minyak transformator.
Dalam praktek, cara ini banyak digunakan pada pembangkit-
pembangkit tenaga listrik dan gardu-gardu induk.
Absorben adalah substansi yang siap menyerap produk yang
diakibatkan oleh pemakaian dan kelembapan pada minyak
transformator. Regenerasi dengan absorben dapat lebih baik hasilnya
jika dilakukan setelah minyak ditambah dengan H 2 SO 4 .
Selanjutnya jika terjadi kelebihan asam dapat dinetralisir dengan
kalium hidroksida (KOH) dan kemudian minyaknya dicuci dengan
air yang dialirkan, ditambah dengan absorben dan kemudian
disaring. Terdapat 2 cara untuk menambahkan absorben ke dalam
minyak transformator, yaitu :
• Minyak dipanaskan dan dicampur dengan absorben
yang dipadatkan dan kemudian disaring. Cara atau
metode ini disebut Metode Sentuhan (Contact Method).
• Minyak yang telah dipanasi dialirkan melalui lapisan
tipis dari absorben yang disebut Metode Filtrasi.

28
Filtrasi penyerap untuk regenerasi minyak transformator
terdiri dari sebuah silinder yang dilas dengan sebuah kawat kasa di
dasarnya, di sini penyerap dimasukkan ke dalam minyak yang
kemudian dialirkan melalui kawat kasa tersebut. Lama-kelamaan
kawat kasa akan tersumbat partikel-partikel halus dari absorben.
Untuk membersihkan absorben yang tersaring dan sisa-sisa minyak,
silinder dapat dibalikkan atau diputar 180°.
Instalasi ini akan lebih efisien jika 10 % sampai 20 %
absorben dibuang dari dasar absorben dan ditambah absorben baru.
Dapat digunakan 2 absorber yang dikopel secara seri sehingga
minyak mengalir pada awal melalui absorber yang masih baru,
kemudian minyak dialirkan keabsorber yang berikutnya. Absorben
yang digunakan untuk regenerasi kebanyakan produk buatan
misalnya silikagel, alumina, atau tanah liat khusus. Tanah liat dalam
hal ini dapat digunakan secara natural atau diaktifkan terlebih dahulu
dengan asam sulfat, dengan pencucian yang seksama. Sebelum
digunakan, tanah liat yang sudah disenyawakan dengan asam sulfat
tersebut dikeringkan terlebih dahulu. Absorben yang lebih mahal
misalnya silikagel dan alumina memungkinkan digunakan untuk
beberapa kali regenerasi.
Penggunaaan kembali absorben tanah liat yang diaktifkan
tersebut adalah dengan dipanaskan untuk menghilangkan minyak
yang diserap dan produk-produk lain yang terjadi selama pemakaian.
Tetapi hal ini banyak dilakukan karena harga tanah liat baru jauh
lebih rendah dibandingkan kalau mengaktifkan kembali
(reactivation). Regenerasi minyak transformator dapat dilakukan
secara terus menerus pada waktu transformator bekerja yaitu
menggunakan thermal siphon filter yang dihubungkan dengan tangki
transformator.
Penyaringnya diisi dengan absorben yang jumlahnya ± 1 %
dari berat minyak di dalam tangki. Dengan demikian maka kapasitas
filter tersebut bergantung pada ukuran tangki. Karena perbedaan
suhu pada bagian atas dan bagian bawah transformator, maka
terjadilah sirkulasi minyak transformator secara alami. Dengan
demikian maka proses regenerasi minyak transformator berlangsung
terus-menerus sehingga kualitas minyak dapat selalu dipertahankan.

3.4 Faktor Daya

Faktor daya adalah suatu pengukuran listrik yang berkaitan


dengan kehilangan dielektrik dalam isolasi. Pengujian faktor daya

29
isolasi sangat efektif untuk memperkirakan tingkat kebasahan,
kekeringan ataupun pemburukan pada isolasi trafo. Pemburukan
pada isolasi ini dapat disebabkan karena panas, kelembaban,
kerusakan mekanis, korosi kimiawi, korona ataupun tegangan lebih.
Pengujian faktor daya tergantung pada suhu. Untuk
mendapatkan perbandingan faktor daya dari sistem isolasi kertas dan
minyak mineral yang dihasilkan dari perbedaan suhu, perlu disusun
faktor koreksi suhu dengan cakupan range dari temperature pada tiap
sistem isolasi yang umumnya diuji. Dimana suhu 20°C digunakan
sebagai suhu dasar untuk mengkoreksi faktor daya.
Isolasi pada dasarnya adalah dua plat yang dipisahkan oleh
satu atau lebih bahan dielektrik. Plat yang satu berpotensial tinggi
sedang plat lainnya berpotensial rendah.

Panas/watts

Gambar 3.1 2 Plat yang Dipisahkan Satu Atau Lebih Bahan Dielektrik

Arus yang dihasilkan oleh kontaminasi kutub dalam bahan


dielektrik digambarkan sebagai Watts. Watts dapat diartikan sebagai
berikut:
- adalah arus yang dihasilkan oleh kontaminasi kutub dalam
bahan dielektrik yang dipengaruhi oleh electrical stress
- adalah energi yang dikeluarkan akibat kontaminasi dalam
bentuk PANAS
- adalah fungsi dari volume. Semakin besar isolasi semakin luas
suatu daerah yang menghasilkan watts (dari kontaminasi,
pemburukan dan rugi-rugi)

30
Persamaan dasar:
Daya = Tegangan x Arus x Cosine (Φ)
P = V I Cos (Φ)
Dimana :
P = Daya (watt)
V = Tegangan (volt)
I = Arus (ampere)
Φ = Sudut antara tegangan dan arus

Gambar 3.2 Rangkaian R-C

Faktor daya adalah Cos Φ dimana Φ adalah sudut antara


tegangan dan arus yang melalui suatu bahan. Faktor daya dapat juga
didefinisikan sebagai perbandingan antara daya aktif terhadap daya
semu. δ = 900 – Φ, sehingga faktor daya dapat juga dinyatakan
sebagai sin δ.

0%PF
IC I

δ
Φ V
IR 100%
Gambar 3.3 Faktor Daya pada Rangkaian R-C

31
Watts = E x IR (3.1)
Watts = E x IT x Cosine θ (3.2)
PF = Cosine θ = Watts
E x IT
PF = E x IR = IR (3.3)
E x IT IT

Power Factor = W = Real Power


IT*E Apparent Power

%PF = W x 100
mAx10-3*10x103

= W x 10 10 kV equivalent values (3.4)


mA

3.4.1 Pengujian Faktor Daya

Prinsip dasar pengujian:


- Pengujian dilakukan pada bagian terkecil dari suatu bahan
- Kontaminasi yang terjadi akan mempengaruhi sistem isolasi
- Pengujian dilakukan dengan memisahkan bahan ke bagian yang
lebih kecil lagi untuk mendeteksi gangguan isolasi
- Kontaminasi menjadi suatu bagian yang ‘lebih besar’ untuk
dilihat/diamati

Gambar 3.4 Pengujian Faktor Daya

32
Alat uji yang digunakan untuk mengetahui faktor daya
dielektrik sama dengan alat uji tangen delta. Untuk pembacaan
hasilnya, pada beberapa alat uji dapat langsung diperoleh nilai faktor
daya(PF), namun pada alat lain harus dilakukan konversi nilai untuk
memperoleh nilai PF.

3.4.2 Batasan Pengujian Faktor Daya


Interpretasi berdasarkan Doble (ANSI C 57.12.90):

3.5 Pengukuran / Pengujian Tahanan Isolasi

3.5.1 Tahanan Isolasi

Pengujian Rutin
- Pengukuran tahanan isolasi

Pengukuran tahanan isolasi dilakukan pada awal pengujian


dimaksudkan untuk mengetahui secara dini kondisi isolasi trafo,
untuk menghindari kegagalan yang fatal dan pengujian selanjutnya,
pengukuran dilakukan antara:

• sisi HV - LV
• sisi HV - Ground
• sisi LV- Groud
• X1/X2-X3/X4 (trafo 1 fasa)
• X1-X2 dan X3-X4 )trafo 1 fasa yang dilengkapi dengan
circuit breaker.

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan megger, lebih baik


yang menggunakan baterai karena dapat membangkitkan tegangan

33
tinggi yang lebih stabil. Harga tahanan isolasi ini digunakan untuk
kriteria kering tidaknya trafo, juga untuk mengetahui apakah ada
bagian-bagian yang terhubung singkat.

- Pengukuran tahanan kumparan

Pengukuran tahanan kumparan adalah untuk mengetahui


berapa nilai tahanan listrik pada kumparan yang akan menimbulkan
panas bila kumparan tersebut dialiri arus. Nilai tahanan belitan
dipakai untuk perhitungan rugi-rugi tembaga trafo. Pada saat
melakukan pengukuran yang perlu diperhatikan adalah suhu belitan
pada saat pengukuran yang diusahakan sama dengan suhu udara
sekitar, oleh karenanya diusahakan arus pengukuran kecil. Peralatan
yang digunakan untuk pengukuran tahanan di atas 1 ohm adalah
Wheatstone Bridge, sedangkan untuk tahanan yang lebih kecil dari 1
ohm digunakan Precition Double Bridge.
Salah satu indikator penting suatu trafo layak dioperasikan
kondisi isolasinya, sebab bila kondisi isolasi jelek dan ini ditujukan
dengan nilai tahanan isolasinya rendah dibawah batas minimal yang
diinginkan, ketika dioperasikan (diberi tegangan) dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan pada trafo itu sendiri, bahkan
dapat mengganggu kerja dari sistem jaringan, dimana trafo tersebut
dipasang.Hal lain yang lebih membahayakan, apabila sampai terjadi
kontak antara kumparan tegangan tinggi dengan badan trafo, atau
kumparan tegangan rendah, tetapi kerja sistem pengaman kurang
baik, maka tak ayal lagi dapat menyebabkan kecelakaan bagi orang,
karena tegangan sentuh terlalu tinggi atau paling tidak dapat marusak
peralatan-peralatan listrik yang terpasang pada tegangan rendah.
Kerusakan-kerusakan atau kecelakaan seperti tersebut diatas adalah
hal yang harus dihindari. Untuk trafo caranya adalah mengukur
kondisi isolasi baik saat trafo yang akan dipasang maupun secara
berkala pada trafo yang sudah beroperasi. Pengujian pada isolasi
trafo yang harus dilakukan adalah :
• Test Kontinyuitas belitan.
• Pada bushing HV pada setiap tap changer (sadapan), nilai
tahanan AB = AC = CA.
• Pada bushing LV nilai tahanan ab = ac = ca atau an = bn =
cn

Kesimpulan hasil test


• Pengukuran Tahanan Isolasi Belitan

34
• Tujuannya untuk mengetahui ketahanan belitan terhadap
tegangan kerjanya. Alat ukur yang digunakan adalah
megger 1000-5000 V DC dengan arus minimal 1 mA. Cara
pengukurannya adalah pengukuran antara bushing HV
dengan LV, bushing HV ground/body dan bushing LV
dengan ground/body, lama pengukurannya masing-masing
1 menit.
Nilai tahanan isolasi belitan paling rendah adalah :
C = Faktor belitan terendam dalam minyak besarnya = 0,8
E = Tegangan tertinggi …………….. (Volt)
kVA = Daya trafo …………………………. (kVA)
k = Faktor koreksi suhu belitan
Contoh :
Trafo 1.000 WA dengan tegangan 20 kV / 400 V
Pelaksanaan pengukuran sebaiknya diawali dari penqukuran antara
sisi LV dengan Body dengan tegangan 1000 V, sebab kesalahan
pemilihan tegangan pengukuran pada Megger dapat menyebabkan
kerusakan isolasi pada belitan trafo.Untuk menemukan kerusakan
tersebut di atas dapat dicari melalui pengukuran tahanan isolasi,
tahanan kawat penghantar kumparan dan arus beban nol.
Dalam pengukuran tahanan isolasi dan tahanan penghantar,
lakukanlah pengukuran melalui bushing sisi primer dan sisi skunder.
Pengukuran arus beban nol dilakukan saat transformator bekerja
pada tegangan nominal tanpa beban. Apabila gangguan atau
kerusakan telah dideteksi melalui pengukuran tersebut di atas,
selanjutnya lepaskanlah kumparan dari tangki, melalui
pembongkaran bagian-bagian transformator. Sehingga terlihat
kumparan-kumparan transformator yang dibagi menjadi 6 grup
kumparan fase.

Seandainya pendeteksian melalui pengukuran dan pengamatan


di atas ditemukan adanya kerusakan seperti:

1.Lilitan kumparan longgar, dimana satu sama lainnya berimpit


kerusakan
2.Lilitan kumparan terlepas dari dudukannya
3.Lapisan pembungkus longgar, yang mana lilitan mudah bergerak
oleh tekanan jari
4.Permukaan isolasi konduktor rusak, contoh hangus atau terbakar
5.Isolasi longgar atau terlepas
6. Saluran (pipa) pendingin terhalang

35
7. Diameter tidak merata, benjol pada permukaan dikarenakan
lapisan pembungkus

Maka untuk mengatasi tersebut adalah dengan tindakan


perbaikan sebagai berikut, antara lain :
• Mengencangkan dan merapikan posisi lilitan kumparan
• Mengembalikan lilitan kumparan keposisi semula
• Mengencangkan lapisan pembungkus seperti dengan
memperbaiki ikatannya
• Potong bagian konduktor yang isolasinya rusak dan
sambung dengan cara menyolder, kemudian isolasi bagian
sambungan tersebut.
• Rapikan atau ganti isolasi yang longgar atau lepas
• Setel posisi saluran pipa pendingin
• Ratakan permukan yang benjol dengan merapikan lapisan
pembungkus kumparan.
Tetapi apabila terjadi kerusakan berat, yaitu kumparan
transformator terbakar yang ditandai dengan bau gosong, temukanlah
bagian kumparan yang terbakar, karena kemungkinan tidak seluruh
kumparan yang terbakar, lepaskanlah sambungan antar grup
kumparan fase, temukan bagian kumparan grup yang terbakar.
Berarti tindakan perbaikan adalah dengan melilit kembali bagian
kumparan transformator. Dalam kegiatan melilit kembali kumparan
transformator sama dengan kumparan mesin listrik lainnya, yaitu
dibuat kumparan baru yang nominalnya harus sesuai dengan standar
transformator. Untuk memenuhi standar kualitas, harus dipilih bahan
yang sesuai dengan yang diganti, standar mutu bahan tersebut dapat
dilihat dari manual book. Seperti untuk bahan kawat kumparan
mempunyai kualitas berdasarkan kelas isolasi. Untuk melilit kembali
kumparan yang baru, pilihlah kawat email yang kelas isolasinya
sama seperti yang diganti (yang terbakar). Tetapi apabila kawat
email pengganti kelas isolasinya tidak tersedia, dapat diganti dengan
kawat yang kelas isolasinya diatas yang diganti dengan berpedoman
kepada standar. Untuk menentukan ukuran dan kuantitas atau banyak
kawat kumparan trasformator yang akan dililit dapat dihitung.
Dimensi kawat yang ditunjukkan adalah berbentuk bulat. Dimana
ada sebahagian kawat kumparan yang berbentuk bulat. Dimana ada
sebahagian kawat kumparan yang berbentuk empat persegi panjang,
namun untuk menentukan berat per satuan panjang kawat dapat
dihitung, dengan menghitung luas penampangnya terlebih dahulu.
Dalam pelaksanaan melilit kembali, lepaskanlah kawat yang terbakar

36
dari koker sambil menghitung jumlah lilitannya. Untuk menghindari
salah hitung, pelepasan kumparan dari koker sebaiknya dengan
mesin penggulung (rewinding machine). Periksa koker apakah masih
layak pakai, apabila koker masih keadannya baik, laksanakan
penggulungan kumparan baru yang ukuran dimensi dan kelas isolasi
sama seperti kawat kumparan baru yang ukuran dimensi dan kelas
isolasi sama seperti kawat kumparan yang diganti dengan mesin
penggulung. Setelah penggulungan selesai, lakukan pengisolasian,
pengujian dan pemasangan kembali kumparan sesuai dengan buku
petunjuk.

3.6 Teori Ilmu Peluang[3]

Ilmu peluang (probabilitas) digunakan uintuk membantu


dalam menyelesaikan dan membentuk pemikiran sistematis terhadap
permasalahan ketidaktentuan. Penyebab ketidaktentuan:
1. pengukuran atau dugaan terhadap variabel dalam data
pengukuran.
2. kejadian yang dapat atau tidak dapat terjadi atau waktu kejadian
yang tidak tentu.
3. pemodelan yang menyederhanakan kondisi sesungguhnya.

Untuk mempelajari ilmu peluang terlebih dahulu harus


diketahui kumpulan semua kemungkinan yang disebut ruang sample
dan setiap kejadian sebagai bagian/komponen dari ruang sample
yang disebut kejadian (event) atau titik sample. Dengan
menghubungkan untuk setiap kejadian merupakan bilangan antara 0
hingga 1, dapat menunjukkan pengertian hubungan setiap kejadian
yang disebut sebagai peluang kejadian. Bila suatu kejadian diyakini
terjadi, maka peluangnya 1, bila diyakini tidak akan terjadi, maka
peluangnya 0. Kebanyakan kejadian memiliki peluang dengan nilai
di antara 0 dan 1. Dalam persamaan matematis nilai peluang untuk
suatu kejadian X dapat terjadi dituliskan sebagai P(X).
Dalam kasus pengoperasian transformator pada penelitian
ini, bila dalam suatu periode waktu sangat diyakini transformator
dapat bekerja tanpa adanya suatu kejadian yang menyebabkan tidak
beroperasinya transformator untuk jangka waktu tak terhingga, maka
dapat dinyatakan peluang beroperasi transformator tersebut adalah 1.
Sebaliknya kondisi transformator yang sudah tidak dapat beroperasi
lagi untuk selama-lamanya dinyatakan sebagai peluang
beroperasinya 0. Tentunya akibat keterbatasan kemampuan sistem

37
menyebabkan tidak ada peralatan yang sempurna sehingga peluang
beroperasi akan berkisar di antara 0 dan 1. Dan seiring dengan
waktu, berbagai kejadian yang dialami peralatan transformator akan
menyebabkan perubahan nilai peluang beroperasi yang umumnya
cenderung semakin menurun, menuju 0 (akan mengalami keadaan
off-line).

3.7 Analisis Keandalan, Ketersediaan dan Kemampurawatan

Teknik keandalan dan perawatan bertujuan mempelajari


konsep, karakteristik, pengukuran, serta analisis kegagalan dan
perbaikan sistem sehingga menambah waktu ketersediaan operasi
sistem dengan cara menambah usia disain, menghilangkan atau
mengurangi kemungkinan kegagalan dan resiko keamanan.

3.7.1 Definisi

Keandalan (Reliability) didefinisikan sebagai peluang suatu


komponen atau sistem memenuhi fungsi yang dibutuhkan dalam
periode waktu yang diberikan selama digunakan dalam kondisi
beroperasi. Dengan kata lain keandalan berarti peluang tidak terjadi
kegagalan selama masa beroperasi.
Kemampurawatan (Maintainability) didefinisikan sebagai
peluang suatu komponen atau sistem dapat pulih atau diperbaiki
menuju kondisi tertentu dalam suatu periode waktu bila perbaikan
dilakukan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Dengan kata lain
kemampurawatan berarti peluang dapat bekerja kembalinya suatu
masalah selama masa perbaikan.
Ketersediaan (Availability) didefinisikan sebagai peluang
suatu komponen atau sistem berfungsi menurut kebutuhan pada
waktu tertentu saat digunakan dalam kondisi beroperasi.
Ketersediaan diinterpretasikan sebagai peluang beroperasinya
komponen atau sistem dalam waktu yang ditentukan.

3.7.2. Hubungan Keandalan dengan Perawatan

Keandalan berhubungan dengan kualitas suatu produk dan


kadang dipandang sebagai bagian dari kualitas. Kualitas
didefinisakan secara kualitatif sebagai ukuran dari kepuasan suatu
produk terhadap kebutuhan pengguna (pelanggan). Keandalan
diperhitungkan sebagai berapa lama suatu produk terus berfungsi

38
sekali beroperasi. Kualitas produk yang buruk disebabkan karena
keandalan yang buruk pula. Keandalan dapat bergantung pada faktor
eksternal dan tidak hanya pada kualitas produk tersebut saja.
Suatu produk bernilai (value) sebagai hasil dari penggunaan
atau kemampuan dalam memenuhi kebutuhan salah satunya
dipengaruhi oleh faktor keandalan, dan kemampurawatan. Alasan
utama dari teknik kemampurawatan ini adalah meningkatkan
keandalan dan ketersediaan produk atau sistem yang dikembangkan
sehingga dapat meningkatkan nilainya. Teknik keandalan dan
kemampurawatan harus dapat berguna bagi siklus pemakaian
produk.

3.8 Laju Kegagalan dan Perbaikan

3.8.1 Fenomena Kegagalan

Pendekatan tradisional dari keselamatan dalam ilmu teknik


adalah batasan (margin) keamanan atau faktor keamanan yang tinggi
dalam produk. Metode deterministik ini dimana faktor keamanan
adalah 4 – 10 kali beban atau stress diperkirakan yang masih
diperbolehkan dalam disain. Faktor keamanan terkadang
menghasilkan disain yang berlebihan (overdesign) sehingga
meningkatkan biaya atau kadang kala menghasilkan disain yang
justru kekurangan (underdesign) yang menyebabkan kegagalan
akibat beban yang tidak dapat diantisipasi atau material yang lemah.
Pada pengembangannya pandangan klasik dari keandalan ini
membawa pada kebutuhan untuk menangani kegagalan komponen
dan sistem yang terjadinya secara acak atau probabilistik. Dalam
teori bila kita menggunakan ilmu fisika dan kimia dalam proses
kegagalan, banyak kegagalan internal dari komponen dapat
diprediksi dengan tepat. Namun dalam praktek dirambah dengan
minimnya data kondisi fisik komponen dan kurangnya pengetahuan
tentang proses fisika dan kimia (dan juga biologi) penyebab
kegagalan, maka kegagalan akan nampak terjadi secara acak
sepanjang waktu. Bahkan kegagalan akibat kejadian eksternal pada
komponen, misal kondisi lingkungan seperti badai, gempa bumi,
pemanasan berlebihan atau getaran akan nampak acak. Bila kita
memiliki pemahaman yang cukup dari hasil kondisi suatu kejadian,
maka kita dapat pula meperkirakan kejaidan kegagalan scara

39
deterministik. Ketidaktentuan, atau tidak lengkapnya informasi
tentang suatu proses kegagalan adalah hasil dari :
• kerumitan proses
• pengukuran yang tidak akurat terhadap besaran fisik dan
variabelnya
• ketidaktentuan kejadian alam di masa mendatang
Proses acak ini dapat membentuk pola yang dapat dimodelkan dalam
beberapa distribusi peluang. Beberapa fenomena sering diteliti
dalam prakteknya, terutama bila melibatkan banyak komponen. Kita
dapat meramalkan sifat kegagalan (atau ketidakgagalan/kesuksesan)
dari sistem secara statistik. Pandangan alternatif saat ini dari
keandalan ialah menganalisis fisis dari proses kegagalan, dan melalui
pemodelan matematis, diturunkan waktu menuju kegagalan (time to
failure). Pendekatan membutuhkan pengetahuan tentang mekanisme
kegagalan dan penyebab dasar kegagalan. Tingkat waktu kegagalan
diturunkan berdasarakan atas :

• stres yang diketahui atau diramalkan


• faktor lingkungan
• kondisi operasi
• sifat material
• bentuk geometris komponen

Terdapat dua cara umum pendekatan untuk memodelkan


ketidaktentuan yaitu dengan menggunakan konsep peluang
(probability) serta dengan menggunakan ruang sample dan kejadian
yang didefinisikan berada dalam ruang sample. Peluang dari
kejadian ini dan kemungkinan dihitung untuk kejadian yang lebih
kompleks dengan penjumlahan dan irisan kejadian elementer.
Dengan menggunakan konsep variabel acak (random
variables) dan distribusi peluang yang dihubungkan dengan variabel
acak. Variabel acak adalah variabel yang membawa nilai tertentu
yang berdasarkan peluang spesifik. Dengan menentukan distribusi
peluang dari variabel acak, didapat melengkapi karakteristik proses
acak.
Kita definisikan suatu kejadian sebagai kegagalan komponen dan
variabel acak sebagai waktu menuju kegagalan dari komponen yang
sama.

40
Peluang terjadinya kegagalan dalam interval waktu tertentu
[a, b] didapat dari salah satu fungsi peluang tersebut :
b
Pr{a ≤ T ≤ b} = F(b) – F(a) = R(a) – R(b) = ∫ f (t ) dt (3.5)
a
3.8.2 Rata-rata Waktu Menuju Kegagalan

Rata-rata waktu menuju kegagalan (mean time to failure /


MTTF) didefinisikan sebagai :

MTTF = E(T) = ∫ t f (t ) dt (3.6)
0
Adalah rata-rata atau nilai harapan (expected value) dari distribusi
peluang f(t). MTTF dengan lebih mudah dapat juga didefinisikan
sebagai :

MTTF = ∫ R(t ) dt (3.7)
0
Rata-rata dari distribusi kegagalan adalah salah satu dari beberapa
ukuran dari pusat kecenderungan (central tendency) distribusi
kegagalan.

3.8.3 Fungsi Laju Kegagalan

Fungsi laju kegagalan (failure rate / hazard rate function)


juga sering dipakai dalam keandalan yang menyatakan laju seketika
dari kegagalan dalam waktu t.
Bila Pr{t ≤ T ≤ t + ∆t} = R(t ) − R(t + ∆t ) maka peluang bersyarat
dari kegagalan per satuan waktu (laju kegagalan) adalah :
R(t ) − R (t + ∆t )
Pr{t ≤ T ≤ t + ∆t | T ≥ t} = (3.8)
R(t )
Maka fungsi laju kegagalan dapat diturunkan sebagai berikut :
− [R(t + ∆t ) − R(t )] 1
λ (t ) = lim ⋅
∆t →0 ∆t R(t )
−dR(t ) 1 f (t )
λ (t ) = ⋅ = (3.9)
dt R (t ) R (t )
Fungsi laju kegagalan λ(t) menjadi cara alternatif dalam menentukan
distribusi kegagalan. Pada beberapa kasus laju kegagalan memiliki
karakteristik menaik, menurun atau konstan. Fungsi laju kegagalan
ini dapat dihubungkan dengan fungsi keandalan, bila R(0) = 1, maka

41
− dR(t ) 1
λ (t ) = ⋅
dt R(t )
−dR(t )
λ (t ) dt =
dt
t R (t ) − dR (t ' )
∫ λ (t ' ) dt ' = ∫
0 t R (t ' )
t
− ∫ λ (t ' ) dt ' = ln R(t )
0

 t 
sehingga R(t ) = exp − ∫ λ (t ' ) dt ' (3.10)
 0 
Persamaan ini dapat digunakan untuk menurunkan fungsi keandalan
dari fungsi laju kegagalan yang telah diketahui.

3.9 Proses Markov

Pada rantai Markov parameter kontinyu, waktu transisi


dijabarkan sebagai variabel kontinyu { X(t) , t ≥0 } yang menyatakan
kondisi sistem saat waktu t. Untuk rantai Markov yang homogen,
probabilitas transisi sistem dari keadaan (state) j ke keadaan k dalam
interval waktu t ditunjukkan dengan probabilitas bersyarat
(conditional probability):
p j ,k (t ) = P[X (t + s) = k | X ( s) = j ] = P[ X (t ) = k | X (0) = j ] (3.11)
Persamaan Chapman-Kolmogorov dituliskan menjadi:
pi , j (t ) = P[X (t ) = j | X (0) = i ]
= ∑ P[X (t ) = j | X (0) = i, X ( s) = k ] ⋅ P[X ( s) = k | X (0) = i ]
k
= ∑ p k , j (t − s) ⋅ pi ,k ( s) , 0 < s < t (3.12)
k
Seperti probabilitas transisi per langkah (one-step) pada parameter
diskrit, perubahan antar keadaan diistilahkan sebagai intensitas
transisi atau transition rate. Intensitas transisi adalah laju perubahan
dari satu ke satu keadaan ke keadaan lain, per satuan waktu. Bila λk,j
merupakan intensitas transisi dari keadaan k ke j, dan λk merupakan
intensitas keluar (passage out) dari keadaan k. Maka dalam selang
waktu kecil, ∆t, probabilitas sistem bergerak dari keadaan k ke
keadaan j dapat didekati sebagai berikut:

42
P[X (t + ∆t ) = j | X (t ) = k ] = p k , j (t ) ≈ λ k , j ∆t
P[X (t + ∆t ) = k | X (t ) = k ] = p k ,k (t ) ≈ 1 − λ k ∆t (3.13)
Subtitusi (3.9) ke (3.8), didapat:
(
p j (t + ∆t ) = ∑ p k (t ) ⋅ λ k , j (∆t ) + p j (t ) ⋅ 1 − λ j ∆t )
k≠ j
atau
p j (t + ∆t ) − p j (t )
= ∑ p k (t ) ⋅ λ k , j − p j (t ) ⋅ λ j
∆t k≠ j
Dengan limit ∆t → 0, maka:
dPj (t )
= ∑ p k (t ) ⋅ λ k , j − p j (t ) ⋅ λ j j = 1, 2, ... (3.14)
dt k≠ j
Dalam notasi matriks:
 dp1 (t ) dp 2 (t ) dp 3 (t ) 
 dt L
 dt dt 
− λ1 λ1,2 λ1,3 L
= [ p1 (t ) p 2 (t ) p 3 (t ) L]⋅  λ 2,1 − λ2 λ 2,3 L
 M M M O

atau:
dp(t )
= p(t ) ⋅ A (3.15)
dt
dimana:

− λ1 λ1, 2 λ1,3 L
λ 
A =  2,1 − λ 2 λ 2,3 L (3.16)
 M M M O
A adalah matriks intensitas transisi, sedang p(t) = [ Pj(t) ] adalah
vektor baris. Persamaan (2.11) adalah persamaan diferensial matriks,
yang solusinya analog dengan persamaan diferensial biasa dalam
bentuk yang sama. Solusinya adalah:
p(t ) = p (0) exp( At ) (3.17)
dimana exp(At) didefinisikan:

43
t2 tn
exp( At ) = I + At + A 2 + K + An (3.18)
2 n!

Untuk t yang besar, kondisi steady state probabilitas keadaan dapat


tercapai seperti pada parameter diskrit, yaitu:
dp j (t )
=0
dt
Dan p j (t ) = p *j . Sekarang gabungan persamaan diferensial (3.19)
dapat disederhanakan menjadi gabungan persamaan linier biasa:
0 = p* ⋅ A (3.20)
Untuk menyelesaikan persamaan (3.20) dibutuhkan persamaan
tambahan yang menyatakan jumlah probabilitas semua keadaan
adalah 1, dituliskan:
∑ pj = 1
*
(3.21)
j

Laju transisi (3.14) dapat dinyatakan sebagai:


p k , j ( ∆t )
λ k , j = lim
∆t →0 ∆t
1 − p k , k ( ∆t )
λ k = lim (3.22)
∆t →0 ∆t

Laju transisi adalah konstan dalam proses Markov homogen.


Diasumsikan proses berada pada keadaan k dalam waktu t,
berikutnya dapat tetap pada keadaan ini dalam selang waktu ∆t, atau
dapat berpindah ke keadaan lain j, maka:
p k ,k (∆t ) + ∑ p k , j (∆t ) = 1
j≠k
Kombinasi dengan (3.17) didapatkan:
1
λ k = lim ∑ p k , j ( ∆t ) = ∑ λ k , j (3.23)
∆t →0 ∆t j ≠ k j≠k

44

Anda mungkin juga menyukai