Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar yang sangat diperlukan

manusia agar dapat mengikuti perkembangan zaman serta sebagai modal awal

untuk dapat bertahan serta bersaing dengan keadaan dunia yang sudah semakin

modern. Pendidikan juga disebut sebagai wadah yang berfungsi untuk

mempersiapkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dalam

menjalankan fungsi kehidupan. Sistem pendidikan tidak bisa terlepas dari

perubahan yang terjadi di berbagai bidang akibat perkembangan arus globalisasi.

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sekarang ini

dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap dunia pendidikan.

Sistem pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan

kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik di tingkat lokal, nasional, maupun

global. Dengan hal itu, dapat kita ketahui bahwa tujuan pendidikan merupakan

suatu rumusan mengenai terbentuknya kualitas manusia yang unggul dan yang

harus dikembangkan oleh setiap para pendidik bangsa di sekolah. Sekolah

berperan sebagai sebuah instansi yang menyelenggarakan suasana belajar dan

proses pembelajaran bagi siswa. Penyelenggaraan pendidikan di sekolah dikenal

dengan pembelajaran yang melibatkan banyak faktor yaitu guru sebagai tenaga

pengajar, pelajar, materi, fasilitas serta lingkungan sekolah. Keberhasilan suatu

proses pembelajaran sangat bergantung pada situasi pembelajaran dan bagaimana

respon siswa saat mengikuti proses pembelajaran. Senada dengan itu,

1
menurut Simanjuntak (2018) maka sangat perlu mengembangkan kualitas

pembelajaran yang selaras supaya dapat menghadapinya, salah satunya adalah

dengan menggeser paradigma pembelajaran yang awalnya hanya berpusat pada

guru saja menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa, lalu menggeser

pembelajaran dari pola pembelajaran hafalan menuju pola pembelajaran yang

sanggup menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, logis, dan sikap mandiri pada

diri siswa.

Proses pembelajaran yang berlangsung juga berkaitan erat dengan

kurikulum yang digunakan. Kurikulum adalah seperangkat rencana dari sebuah

pembelajaran yang didalamnya terpaut tentang tujuan, isi, bahan pelajaran, serta

aturan ataupun cara yang digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum

2013 adalah kurikulum yang dipakai di Indonesia untuk sekarang ini. Kurikulum

2013 memiliki tujuan yaitu untuk mendorong siswa lebih aktif dalam setiap

kegiatan pembelajaran. Anaperta (2015) menyatakan kurikulum 2013 mencakup

pengembangan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pembejaran

pada kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik, yaitu pembelajaran

yang mendorong siswa lebih mampu dalam mengamati, menanya, mencoba/

mengumpulkan data, mengasosiasi/ menalar, dan mengkomunikasikan. Materi

pembelajaran dihubungkan dengan fakta atau fenomena/ peristiwa yang terjadi

pada kehidupan mmanusia sehari-hari.

Guru sebagai elemen penting yang memiliki kewajiban dalam

melaksanakan proses pembelajaran diharapkan dapat menumbuhkan,

meningkatkan dan mempertahankan motivasi belajar siswa. Keberhasilan belajar


ditentukan oleh proses pembelajaran antara siswa dan guru. Sedangkan

keberhasilan proses pembelajaran ditentukan oleh model pembelajaran yang

mengaktifkan siswa dalam belajar. Senada dengan itu, Nur dan Asto (2016)

menyatakan bahwa dalam mencapai tujuan pendidikan itu maka seorang guru

dituntut untuk melakukan revolusi pembelajaran agar dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa karena dengan adanya motivasi belajar yang tinggi maka

akan mendorong kesuksesan belajar siswa yaitu ditandai dengan hasil belajar yang

diperolehnya tinggi pula. Proses pembelajaran yang baik bukanlah berceramah di

depan kelas atau siswa hanya sebagai pendengar yang sifatnya berpusat pada guru

saja, tetapi pembelajaran dimana belajar itu menyenangkan, siswa terlibat aktif,

kreatif dan mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi saat pembelajaran.

Fisika merupakan ilmu yang di dalamnya mempelajari tentang fenomena

alam dan mekanismenya. Ilmu fisika didasarkan pada kenyataan dan memerlukan

pembuktian untuk memperoleh pemahaman dan penguasaan konsep. Lebih lanjut

Sugiana, Harjono, Sahidu, dan Gunawan (2016) menyatakan bahwa fisika

merupakan salah satu mata pelajaran yang menimbulkan kesulitan kepada siswa

meskipun sudah didapatkan sejak jenjang sekolah dasar dan terus berlanjut hingga

ke jenjang SMA. Siswa cenderung belajar fisika dengan cara menghafal rumus

tanpa memahami konsepnya, sehingga menimbulkan anggapan itu selalu ada

dalam dirinya bahwa pelajaran fisika itu sulit dan sangat membosankan.

Menurut Hrepic (2010) bahwa salah satu kesulitan siswa dalam

pembelajaran fisika dapat berasal dari model mental yang dimiliki siswa. Model

mental merupakan representasi siswa dalam memahami, menalar/ menafsirkan,


dan menguraikan suatu fenomena. Jika siswa salah dalam memahami suatu

fenomena maka dapat dinyatakan bahwa model mental yang dimilikinya tidak

sesuai secara ilmiah. Model mental juga menjelaskan bagaimana seseorang dapat

berpikir tentang suatu permasalahan dan dapat ia selesaikan. Dalam hal ini,

pembelajaran fisika harusnya disajikan dengan menggunakan model pembelajaran

yang lebih bervariasi serta proses pembelajaran yang berpusat pada siswa (student

centre) yang menjadikan siswa sebagai siswa yang aktif. Salah satu model

pembelajaran yang didesain agar siswa secara aktif berpartisipasi secara langsung

dalam proses pembelajaran dan mengkonstruksi makna dari informasi

pengetahuan awal atau pengalaman siswa yang nantinya mampu meningkatkan

hasil belajarnya adalah dengan menggunakan model pembelajaran generatif

(Generative Learning). Dengan menerapkan model ini dapat memberikan

perubahan yaitu mampu membangkitkan rasa ingin tahu siswa dan persoalan-

persoalan fisika yang akan dihadapi sehingga mendapatkan hasil belajar yang

diharapkan oleh pendidik.

Penerapan pembelajaran generatif telah diterapkan dalam beberapa

penelitian, di antaranya seperti dalam penelitian Hasanah, Zainuddin, dan Suyidno

(2019) yaitu untuk melatihkan pemahaman konsep fisika pada Materi Kinetik Gas

yang membuktikan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan termasuk

praktis, hal ini dilihat karena komponen keterlaksanaan perangkat pembelajaran

tergolong sangat praktis. Penelitian Rahayu, Eliyarti, dan Festiyed (2019) tentang

kepraktisan perangkat pembelajaran berbasis model generatif learning

membuktikan bahwa perangkat pembelajaran ini tergolong sangat praktis, yaitu

mudah digunakan/ diinterpretasikan, waktu yang dipakai tepat, serta sangat


bermanfaat bagi pembelajaran guru dan siswa. Lubis dan Derlina (2016)

menyatakan bahwa pembelajaran generatif pada materi pokok Hukum Newton

dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan juga aktivitas siswa yang tergolong

aktif selama proses pembelajaran, dan hal ini tidak lain adalah dari tingginya

motivasi yang dimiliki siswa. Penelitian Widyastika, Nurza, dan Marwan (2018)

juga membuktikan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model generatif

dapat meningkatkan motivasi dalam belajar siswa.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada saat magang 2 dan

pengamatan langsung di kelas X MIPA SMAN 3 Kota Bengkulu, didapat bahwa

pembelajaran memang sudah menggunakan kurikulum 2013 namun terdapat

permasalahan seperti; 1) Model pembelajarannya masih kurang tepat yaitu guru

masih berperan sebagai satu-satunya sumber belajar di kelas, 2) Motivasi siswa

yang kurang membuat siswa tidak aktif dan antusias dalam proses pembelajaran,

sehingga rasa ingin tahu yang kurang mengakibatkan saat proses tanya jawab

berlangsung mereka kesulitan dalam mengemukakan pendapat, 3) Sumber belajar

yang ada masih sedikit, 4) Rendahnya hasil belajar fisika siswa, hal ini terlihat

dari ulangan harian kelas X bahwa siswa yang tuntas masih di bawah 50%.

Berdasarkan hasil evaluasi pada perangkat pembelajaran di SMAN 3 Kota

Bengkulu bahwa juga ditemui bahwa RPP, Materi Ajar, LKS, dan Tes Hasil

Belajar yang dipakai belum menyajikan aplikasi dari materi pembelajaran

terhadap fakta atau fenomena yang terjadi dalam lingkungan hidup sehari- hari.

Hal ini dapat dilihat dari RRP yang digunakan oleh guru masih konvensional,

yaitu pembelajaran dimana siswa diberikan konsep, rumus dan contoh soal,
kemudian di akhir pembelajaran siswa diberikan latihan. Permasalahan lain yang

dtemukan juga terlihat pada bahan ajar yang digunakan kurang lengkap. Guru

sangat sedikit melakukan diskusi atau percobaan, padahal kita ketahui bahwa

dengan adanya diskusi antar siswa yang satu dengan lain maka mereka akan turut

aktif, penerapan konsep fisika juga lebih mudah dipahami, serta akan tersimpan

lebih lama dalam ingatan siswa jika melakukan percobaan. Hal ini diprediksi

bahwa guru kurang menyediakan atau bahkan tidak memiliki bahan diskusi

berupa LKS. Untuk mengatasi permasalahan di atas, diperlukan suatu perangkat

pembelajaran yang mendukung proses pembelajaran sehingga dapat memfasilitasi

siswa untuk menghubungkan materi pembelajaran dengan fenomena yang terjadi

dalam kehidupan sehari-hari.

Sesuai dengan uraian latar belakang diatas, maka perlu dilakukan penelitian

pembelajaran yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Getaran Harmonis Berbasis Model Mental Dan Berpola Model

Pembelajaran Generatif”. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan

diharapkan dapat memberi manfaat secara umum pada peningkatan kualitas

pengetahuan dalam pembelajaran fisika.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana mengembangkan perangkat pembelajaran getaran harmonis

berbasis model mental dan berpola model pembelajaran generatif.

2. Bagaimanakah kelayakan perangkat pembelajaran getaran harmonis

berbasis model mental dan berpola model pembelajaran generatif ?


C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini

adalah:

1. Mendeskripsikan proses pengembangan perangkat pembelajaran getaran

harmonis berbasis model mental dan berpola model pembelajaran generatif.

2. Mendeskripsikan hasil analisis kelayakan perangkat pembelajaran getaran

harmonis berbasis model mental dan berpola model pembelajaran generatif

D. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi siswa

Diharapkan dapat menjadi alternatif bahan ajar yang dapat digunakan siswa

dalam mengikuti pembelajaran fisika di sekolah.

2. Bagi guru

Sebagai salah satu alternatif pembelajaran mengacu pada perangkat

pembelajaran yang telah dikembangkan.

3. Bagi peneliti lain atau pembaca

Perangkat pembelajaran hasil pengembangan dapat digunakan sebagai bahan

kajian pada pengembangan perangkat pembelajaran fisika.

E. Batasan Penelitian

Spesifikasi produk yang dikembangkan dalam penelitian antara lain:

1. Penelitian ini adalah penelitian Research and Development.

2. Materi yang digunakan adalah materi Getaran Harmonis kelas X pada tahun

ajaran semester genap.


3. Pengembangan perangkat pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah berupa RPP, Materi ajar, LKS, Tes hasil belajar (soal pada perangkat

pembelajaran yang digunakan sebagai pretes- postest).

4. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah berbasis model mental

yaitu sebagai strategi pembelajaran dan berpola pembelajaran model

Generatif (sintaksnya terdiri dari beberapa tahap, yaitu; Orientasi,

Pemfokusan, Tantangan, Aplikasi, dan Melihat Kembali).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari

pengalaman dan latihan. Sedangkan pembelajaran adalah proses nteraksi siswa

dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran

dapat juga diartikan suatu peristiwa atau kegiatan yang di dalamnya terjadi saling

interaksi dan komunikasi antar guru (pendidik) dengan siswa sehingga

menimbulkan dialog interaktif di antara keduanya, dalam kegiatan ini seorang

guru berupaya untuk menyampaiakan suatu materi kepada siswanya dengan

menggunakan media ataupun fasilitas yang ada dan mengelolanya sedemikian

rupa dalam suatu lingkungan tertenty sehingga tercapailah tujuan pembelajaran itu

sendiri. Proses pembelajaran merupakan sebuah sistem (Sanjaya, 2008). Dengan

demikian, pencapaian standar proses untuk meningkatkan kualitas pendidikan

dapat dimulai dari menganalisis setiap komponen yang dapat membentuk dan

mempengaruhi proses pembelajaran.

Beberapa ahli berpendapat seperti Thobroni (2015) menyatakan bahwa

belajar itu adalah sebuah proses. Belajar terjadi karena dorongan kebutuhan dan

tujuan yang ingin dicapai dan diharapkan. Belajar juga merupakan bentuk

pengalaman yang pada dasarnya adalah hasil interaksi antara siswa dengan

lingkungannya. Lanjutnya, menurut Mudjiono dan Dimyati (2009) hasil belajar

merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dengan

9
10

berakhirnya proses belajar, maka siswa akan memperoleh suatu hasil belajar. Dari

sisi guru, tindak mengajar itu akan diakhiri dengan proses evaluasi belajar.  Dari

sisi siswa, hasil belajar merupakan puncak dari proses belajar. Salah satu upaya

mengukur hasil dari proses belajar siswa dilihat dari hasil belajar siswa itu

sendiri. Bukti dari usaha yang dilakukan dalam kegiatan dan proses belajar adalah

hasil belajar yang biasa diukur melalui sebuah tes.

Belajar merupakan kebutuhan yang paling mendasar dalam kehidupan umat

manusia, sebab tanpa belajar kehidupan manusia tidak akan berarti dalam

hidupnya. Belajar memiliki dimensi kehidupan yang berkaitan, karena itu untuk

kesuksesan dalam belajar dibutuhkan seorang guru, sistem nilai, moral, kekuatan,

daya saing, perjuangan dan motivasi berprestasi. Belajar memberikan arti yang

mendalam bagi setiap orang yang menggunakannya. Belajar sebagai sebuah

wahana yang memberikan jalan terhadap setiap kebuntuan yang terjadi di dalam

kehidupan [CITATION Mur171 \l 1057 ].

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan

belajar mencakup segala sesuatu yang dipikirkan ataupun dikerjakan oleh

seseorang. Belajar memegang peranan penting dalam perkembangan, kebiasaan,

sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi seseorang. Belajar

memgandung tiga unsur utama yaitu; 1) belajar berkaitan erat dengan perubahan

tingkah laku, 2) perilaku mengacu pada suatu tindakan atau berbagai tindakan, 3)

perilaku yang tampak (overt behavior) seperti berbicara, menulis, mengerjakan

tugas. Perubahan perilaku itu terjadi didahului oleh proses pengalaman.

Pengalaman dalam pengertian belajar dapat berupa pengalamam fisik, psikis, dan

sosial [CITATION Fir17 \l 1057 ].


11

Adapun pengertian belajar menurut Susanto (2013) adalah aktivitas

seseorang yang dengan sengaja dilakukan dalam keadaan sadar untuk memperoleh

suatu pemahaman, konsep, maupun pengetahuan baru akan suatu hal sehingga

memungkinkan seseorang tersebut mengalami perubahan perilaku yang relatif

tetap baik dalam berrpikir, merasa, maupun dalam bertindak. Berdasarkan defenisi

yang dijelaskan diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar yaitu proses perubahan

tingkah laku yang dialami seseorang ketika berinteraksi dengan lingkungan

sekitarnya maupun orang lain. Senada dengan itu, menurut Rusman (2016)

belajar merupakan suatu aktivitas yang dapat dilakukan secara psikologis (proses

mental, misalnya aktivitas berpikir, memahami, menyimpulkan, menyimak,

menelaah, membandingkan, membedakan, mengungkapkan, menganalisis dan

sebagainya). dan secara fisiologis (atau praktik, misalnya melakukan eksperimen

atau percobaan, latihan, kegiatan praktik, membuat karya, apresiasi dan

sebagainya).

2. Pengertian Model Pembelajaran Generatif

Model pembelajaran generatif adalah model pembelajaran yang berbasis

paham konstruktivisme yang di dalamnya lebih menekankan pada pengintegrasian

pengetahuan baru dengan pengetahuan yang dimiliki siswa sebelumnya, dengan

sintaks yang digunakan dalam model ini adalah dimulai dari persiapan,

pemfokusan, tantangan, dan aplikasi (Sugiana, Harjono, Sahidu, Gunawan, 2016).

Pembelajaran Generatif (PG) merupakan terjemah dari Generative Learning

[ CITATION Par18 \l 1057 ] . Menurut Kholil dalam Simanjuntak (2018) pembelajaran

generatif adalah suatu model pembelajaran yang menekankan pada


12

pengintegrasian secara aktif pengetahuan baru dengan pengetahuan awal yang

sebelumnya sudah ada dalam diri siswa. Pengetahuan baru itu akan diuji dengan

cara menggunakannya dalam menjawab persoalan atau gejala yang terkait. Jika

pengetahuan baru itu berhasil menjawab permasalahan yang dihadapi, maka

pengetahuan baru siswa tersebut akan disimpan dalam memori jangka panjang

atau lama.

Menurut Ismiazizah, Prihandono dan Harijanto (2017) model pembelajaran

generatif adalah model pembelajaran yang berpandangan kontrukstivisme yang

menekankan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga siswa harus aktif

membangun sendiri pengetahuannya. Model pembelajaran generatif merupakan

serangkaian proses untuk mendapatkan pengetahuan yang mengarahkan pada

pengintegrasian secara aktif pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan

awal, sehingga pembelajaran akan sangat lebih bermakna. Dalam hal ini, peran

guru yang sebelumnya menjadi satu- satunya sumber pengetahuan harus diubah

menjadi fasilitator belajar dengan menyediakan kondisi belajar yang memberi

kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan fisiknya sendiri.

Dengan model pembelajaran generatif, siswa mendapatkan kebebasan untuk

mengungkapkan pemikirannya serta mendiskusikan perihal konsep terkait dengan

pembelajaran tanpa dibebani rasa takut, serta mampu berargumen menuju pada

penguasaan konsep yang ilmiah.

Menurut Yulviana dalam Simanjuntak (2018) bahwa saat pembelajaran otak

bukanlah blank state yang dengan pasif belajar dan mencatat informasi yang

datang. Otak siswa begitu berperan dalam menyerap dan memaknai informasi,

maka siswa sendiri adalah penganggung jawab utama dalam belajar. Proses
13

pengolahan input indera dalam otak yaitu: (1) Ide yang ada di pikiran siswa

mempengaruhi dalam mengarahkan indera, (2) Ide pada pikiran siswa

menentukan masukan dari indera mana yang akan diperhatikan dan mana yang

tidak, (3) masukan indera yang diperhatikan siswa belum mempunyai arti, (4)

Siswa membangun hubungan- hubungan antar masukan indera yang

diperhatikannya dengan yang ada di pikirannya, (5) Siswa menggunakan

hubungan tersebut dan pemasukan indera untuk membangun arti pada pemasukan

itu, (6) Kadang- kadang siswa menguji arti yang dibangun dengan keterangan

lain yang disimpan dalam otak, dan (7) mungkin siswa menyimpan arti yang

dibangun dalam ingatan.

Intisari dari model pembelajaran generatif ini adalah otak tidak akan

menerima informasi dengan pasif, melainkan aktif untuk mengkonstruksi

pemahaman dari informasi yang diterima kemudian menarik kesimpulan. Melalui

model pembelajaran generatif ini maka akan mampu untuk menciptakan suasana

belajar yang menyenangkan, dimana siswa dapat dengan bebas mengungkapkan

pertanyaan-pertanyaan, ide- ide yang dimilikinya, maupun masalah- masalah

yang dihadapi sehingga menghasilkan pembelajaran yang lebih efektif dan

bermakna (Irwandani dan Rofiah 2015).

3. Langkah- langkah Model Pembelajaran Generatif

Model pembelajaran generatif memiliki lima tahapan yaitu eksplorasi,

pemfokusan, tantangan, aplikasi, dan melihat kembali. Langkah-langkah dalam

penerapan model pembelajaran generatif dapat memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mampu merespon dan menyelesaikan suatu masalah yang ada secara

kreatif, bebas, sehingga lebih menyenangkan. Siswa mampu membentuk


14

pengetahuannya melalui interaksi dengan bahan yang dipelajari atau pengalaman

baru yang dialaminya. Menurut Shoimin dalam Irwandani dan Rofiah (2015)

tahapan- tahapan dalam pembelajaran generatif adalah:

a). Orientasi/ Eksplorasi

Tahap ini disebut dengan tahap pendahuluan atau orientasi, yaitu siswa

diberi kesempatan untuk membangun kesan mengenai konsep yang sedang

dipelajari dengan mengaitkan materi dengan pengalaman sehari-hari.

Tujuannya agar siswa termotivasi mempelajari konsep tersebut.

b). Pemfokusan/ Pengungkapan Ide

Pada tahap kedua ini pemfokusan disebut tahap pengungkapan ide atau

intervensi, yaitu siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan ide

mereka mengenai konsep yang dipelajari. Pada tahap ini siswa akan

mengetahui bahwa terdapat pendapat yang berbeda-beda mengenai

konsep tersebut.

c). Tantangan

Pada tahap ketiga adalah tantangan dan dapat disebut dengan

restrukturisasi, yaitu guru menyiapkan suasana dimana siswa diminta

membandingkan pendapatnya dengan pendapat siswa yang lain dan

mengemukakan keunggulan dari pendapat mereka tentang konsep yang

dipelajari. Kemudian guru mengusulkan peragaan demonstrasi untuk

menguji kebenaran pendapat siswa. Pada tahap ini diharapkan siswa sudah

mulai mengubah struktur pemahaman mereka (conceptual change).

d). Aplikasi
15

Pada tahap keempat adalah aplikasi yang disebut juga dengan penerapan

konsep, yaitu kegiatan dimana siswa diberi kesempatan untuk menguji ide

alternatif yang mereka bangun untuk menyelesaikan persoalan yang

bervariasi. Siswa diharapkan mampu mengevaluasi keunggulan konsep

baru yang dikembangkan. Melalui tahap ini guru dapat meminta siswa

menyelesaikan persoalan baik yang sederhana maupun yang kompleks.

e). Melihat Kembali

Setelah tahap penerapan/ aplikasi akan ada dilanjutkan tahap terakhir yaitu

tahap melihat kembali, bahwa siswa diberi kesempatan untuk

mengevaluasi kelemahan dari konsepnya yang lama. Siswa juga

diharapkan dapat mengingat kembali apa saja yang mereka pelajari selama

pembelajaran.

Model pembelajaran ini bertujuan untuk memperkenalkan konsep dan dapat

menyimpan informasi baru terhadap apa yang siswa ketahui. Menurut Hamdani,

Kurniati, dan Sakti (2012) bagian utama model pembelajaran generatif adalah

tantangan (challenge), ketika pandangan ilmuwan diperkenalkan, apakah sesuai

dengan pemahaman awal siswa atau berbeda dengan pemahaman awal tersebut.

Oleh karena itu, pengetahuan yang ingin diperoleh pada dasarnya siswa

menemukan sendiri dan implementasi pembelajaran generatif i n i dapat dilihat

pada Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2. 1 Langkah – Langkah Pembelajaran Generatif


16

Tahap- Tahap Pembelajaran Implementasi Model Pembelajaran


Generatif Generatif

Tahap Orientasi Tahap Orientasi


Siswa diberikan kesempatan untuk 1) Siswa diberi kesempatan untuk mengenali topik
membangun kesan mengenai topik yang dan memberikan ide/gagasan tentang topik
akan dibahas dengan pengalaman mereka pembelajaran.
sehari-hari.
2) Siswa diminta mengaitkan pengalaman mereka
dalam kehidupan sehari tentang materi
berdasarkan pengalaman.

Tahap Pemfokusan (Pengungkapan Tahap Pemfokusan (Pengungkapan Ide)


Ide) 1) Siswa diberi kesempatan berdiskusi dengan
Siswa diberikan kesempatan untuk kelompok masing untuk mencari alternatif
mengutarakan ide, pada tahap ini siswa jawaban dalam memecahkan masalah
menyadari terdapat perbedaan pendapat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman.
diantara siswa mengenai pokok bahasan 2) Guru menampung pendapat siswa dengan tidak
tersebut membenarkan atau menyalahkan pendapat.
Tahap Tantangan dan Restrukturisasi Tahap Tantangan dan Restrukturisasi
1) Guru menyiapkan suasana dimana 1) Siswa dihadapakan pada permasalahan yang
siswa meminta membandingkan lebih menantang melalui serangkaian
pendapatnya dengan pendapat siswa demontarasi sederhana.
lain sehingga terjadi adu 2) Siswa diberi kesempatan untuk sharing idea
argumentasi. dengan siswa lain dibawah bimbingan guru.
2) Guru mengusulkan peragaan atau 3) Guru memberi arahan terhadap siswa.
eksprimen untuk menguji kebenaran
pendapat mereka
Tahap Aplikasi/ Penerapan Tahap Aplikasi/ Penerapan
1) Kegiatan dimana siswa diberi 1) Siswa melakukan percobaan secara berkelompok
kesempatan untuk menguji ide dengan alat dan bahan yang tersedia, selama
alternatif untuk membangun siswa melakukan percobaan, guru membimbing
pengetahuan baru melalui eksprimen sambil melakukan penilaian proses.
dalam menyelesaikan persoalan yang 2) Siswa melakukan diskusi kelompok untuk
bervariasi, diharapkan muncul mengolah, menganalisis dan menginterpretasi
konflik kognitif antara apa yang data yang telah diperoleh sampai kesimpulan
dimiliki dan apa yang dilihatkan 3) Siswa mempresentasikan hasil percobaan dalam
diperagakan bentuk laporan sebagai alternatif pengembangan
2) Pada tahap ini diharapkan siswa jawaban
mulai mengubah struktur 4) Guru membantu siswa untuk mengaplikasikan
pemahaman siswa konsep dalam bentuk soal-soal latihan.
5) Siswa mengerjakan soal latihan dalam bentuk
hitungan.
Tahap Melihat Kembali Tahap Melihat Kembali
1) Siswa diberi kesempatan untuk 1) Guru melakukan Tanya jawab untuk menunjukan
mengevaluasi kelemahan dari buku kelemahan konsepsi awal dan penyelesai masalah
siswa yang lama 2) Siswa diberi kesempatan untuk membangun
2) Siswa diharapkan memberikan pengetahuan baru yang telah diperoleh dari hasil
alasan tentang pengetahuan yang percobaan dan penjelasan guru
mereka temukan. 3) Siswa diharapkan mampu memberikan alasan
tentang pengatahuan baru tersebut dengan kata-
katanya sendiri.

[CITATION Placeholder1 \l 1057 ]

4. Kelebihan dan Kekurangan Generatif


17

a) Kelebihan model pembelajaran generatif yang dinyatakan oleh Yani,

Yurnetti, dan Gusnedi (2016) antara lain:

1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan

pemahamannya terhadap konsep secara lisan.

2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi

pengetahuannya sendiri.

3. Guru menjadi kreatif dalam mengajar dan mengarahkan siswanya untuk

mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.

4. Guru menjadi terampil dalam memahami pandangan siswa dan

mengorganisasi pembelajaran.

5. Siswa mampu menemukan fenomena/ gejala- gejala, lalu dapat

memecahkan masalah yang ada.

6. Memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam mengeluarkan pendapat, ide

atau pemikirannya saat proses pembelajaran.

7. Melatih siswa untuk mengahargai pendapat orang lain.

8. Dapat menciptakan suasana kelas yang aktif karena adanya pertukaran

pendapat dengan siswa lain sehingga dapat membandingkan gagasannya

dengan gagasan siswa lain serta intervensi guru.

b) Kelemahan model pembelajaran generatif antara lain:

1. Memiliki keterbatasan pada materi pelajaran tertentu.

2. Suasana kelas tidak terkontrol karena adanya perbedaan pendapat antara

satu siswa dengan siswa lain, sehingga suasana ruangan menjadi ribut.

5. Model Mental
18

Menurut Priyadi, Diantoro, dan Parno (2018) dalam mempelajari ilmu sains

terbagi menjadi 3 dimensi yaitu 1) Level makroskopik adalah sesuatu yang nyata

dan secara langsung atau tidak langsung merupakan bagian dari pengalaman

sehari-hari. 2) Level submikroskopik adalah fenomena fisika yang nyata tetapi

masih memerlukan teori untuk menjelaskan apa yang terjadi pada tingkat

molekuler dan menggunakan representasi model teoritis. 3) Level simbolik adalah

representasi dari suatu kenyataan bisa berupa gambar, simbol atau rumus.

Sumber; [ CITATION Suj15 \l 1057 ]

Gambar 2. 1 Keterkaitan tiga level representasi dengan model mental

Pemahaman dalam ketiga dimensi ini dapat dibangun secara bersamaan,

cara ini sering disebut sebagai model mental. Menurut Amrizaldi, Diantoro, dan

Wartono (2014) model mental siswa adalah gambaran konsep yang ada dibenak

siswa untuk menjelaskan suatu situasi atau proses yang sedang terjadi. Perannya

adalah untuk menjelaskan penalaran individu ketika siswa mencoba untuk

memahami, memprediksi, atau menjelaskan dunia fisika. Model mental fisika

yaitu kemampuan siswa dalam mengetahui suatu alasan dalam menyusun suatu

pengetahuan, dan menjelaskan secara eksplisit dugaan-dugaan pengetahuan.


19

Model mental merupakan kemampuan yang dimiliki siswa dalam

pemikirannya merepresentasikan suatu fenomena, proses, atau situasi. Untuk

membandingkan level model mental siswa yang berbeda – beda dapat dilihat dari

indikasi pengalaman menggeneralisasi dan memanipulasi konten pengetahuan

yang mereka miliki. Model mental seorang siswa biasanya digunakan untuk

menganalisis penyelesaian suatu soal atau permasalahan (Purnamasari, Yuliati,

dan Diantoro, 2018).

Menurut Seel, Ifenthaler, dan Pirnay (2008) model mental fisika siswa

dapat dinilai melalui permasalahan fisika dalam model mentalnya yaitu surface,

matching dan deep structures (SMD). Lebih lanjut Priyadi, Diantoro, & Parno

(2018) menyatakan bahwa metode SMD dilakukan dengan cara menilai proses

siswa dalam memecahkan masalah dan analisis ini menghasilkan tingkatan model

mental siswa yang terdiri dari tiga tingkatan, yakni:

1) Tingkatan surface (permukaan) dilakukan dengan menilai hubungan

struktur dari kognitif eksternal yang dimiliki oleh siswa.

2) Tingkatan matching (pencocokan) menilai konsep yang bersifat kompleks

yang digunakan sebagai kunci dalam penilaian proses belajar siswa.

3) Tingkatan deep structure (mendalam) dinilai kesamaan pemahaman siswa

dengan pemahaman ahli, biasanya tingkatan deep diuji dengan pernyataan

yang bersifat prediktif atau menggunakan soal- soal yang berada pada

dimensi mikroskopik.

Indikator yang digunakan untuk melakukan evaluasi model mental dapat

menggunakan metode SMD (surface, matching atau deep structures) dapat dilihat

pada tabel berikut.


20

Tabel 2. 2 Metode Evaluasi Model Mental Menggunakan SMD

Tahapan SMD Keterangan

Surface Kemampuan siswa menjawab benar definisi suatu konsep.


Matching Kemampuan siswa menjelaskan definisi dan alasan dari
konsep tersebut dengan benar.

Deep structures Kemampuan siswa menjawab benar dan mendefinisikan,


memberikan alasan serta dapat menjawab soal- soal yang
prediktif atau tingkatan soal yang lebih tinggi dengan benar.

[ CITATION Pri18 \l 1057 ]

Model mental yang sesungguhnya dalam pikiran siswa sangat rumit dan

sulit digambarkan, namun memungkinkan untuk digali dari ekspresi mereka

tentang suatu fenomena atau pemecahan masalah. Model mental seseorang pada

umumnya diselidiki melalui penafsiran atas model yang diekspresikan dalam

berbagai bentuk, yang dapat dikategorikan lima tipe model yaitu visual, simbolik,

gerak isyarat, objek nyata, dan verbal [ CITATION Suj15 \l 1057 ]. Sehingga dapat

dikatakan bahwa model mental yang dimiliki siswa sangat perlu diketahui oleh

guru.

Dengan menggali model mental maka akan didapatkan pemahaman tentang

asal kesulitan yang dialami siswa. Tujuan mengetahui model mental yang

digunakan siswa adalah untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa

pada suatu materi yang telah di ajarkan sebelumnya. Model mental yang dimiliki

siswa bagi guru sangat penting, baik untuk menentukan strategi pembelajaran

yang cocok dalam pembelajaran kedepannya, bahan ajar, ataupun media yang

disusun agar pemahaman siswa mengenai suatu konsep fisika menjadi suatu

kesatuan yang utuh [CITATION Way16 \l 1057 ]. Selain membantu guru untuk
21

merancang pembelajaran yang mampu membangun model mental siswa benar,

model mental yang dimiliki siswa dapat diketahui melalui serangkaian tes. Model

mental dinilai melalui permasalahan fisika kemudian jawaban siswa tersebut

ditentukan model mentalnya sesuai indikator model mental yang ditentukan

[CITATION Ari17 \l 1057 ]. Siswa memerlukan model mental yang benar untuk

memahami fisika. Hal ini sejalan dengan Ninik, Kusairi, dan Zulaikhah (2018)

menyatakan pembangunan model mental dapat diasumsikan sebagai

pembangunan asimilasi yang dimiliki oleh siswa dan penggambaran model secara

nyata dan hal ini akan memudahkan guru untuk merancang pembelajaran yang

sesuai untuk mengakomodasi pengetahuan siswa sehingga model mental siswa

akan berpengaruh pada hasil belajar fisika.

6. Hubungan antara Model Pembelajaran Generatif dengan Model Mental

Sebagaimana dengan yang dijelaskan di atas bahwa model mental

merupakan representasi individu yang mewakili ide dalam pikiran seseorang.

Seperti yang diungkapkan oleh Wulandari, Ridwan, dan Rahmawati (2018) bahwa

selama kegiatan pembelajaran, siswa akan memperoleh informasi baru kemudian

informasi tersebut diolah dan dihubungkan dengan pengetahuan lama yaitu

dengan proses asimilasi atau akomodasi. Berdasarkan proses tersebutlah siswa

dapat membangun model mentalnya.

Proses membangun model mental siswa bukanlah sesuatu hal yang mudah,

sebab banyak sekali faktor yang mempengaruhi pembentukan model mental.

Selama kegiatan pembelajaran, model mental dipengaruhi oleh guru baik dalam

bahas dan komunikasi dan cara merepresentasikan konsep fisika, faktor bahan

ajar, serta faktor dari siswanya sendiri. Disamping itu, faktor yang sangat
22

mungkin mempengaruhi pembentukan model mental siswa adalah dari segi

pengalamannya sehari- hari.

Menurut Wang (2007) terdapat empat karakteristik model mental, yaitu;

1. Model mental adalah generatif; artinya model mental mengawali informasi

baru dengan memanfaatkan model mental tersebut untuk meramalkan dan

untuk menghasilkan penjelasan.

2. Model mental melibatkan pengetahuan yang tidak dapat diucapkan; artinya

individu menggunakan model mentalnya untuk memecahkan suatu masalah

atau memahami informasi baru, tetapi mereka mungkin tidak menyadari

terhadap model mental yang mereka miliki dan bagaimana mereka

menggunakannya.

3. Model mental adalah sintetik; artinya sebuath model mental adalah dinamis

dan terus menerus dimodifikasi sesuai informasi baru yang dimasukkan ke

dalamnya.

4. Model mental dipengaruhi oleh faktor luar atau dunia yang di lihat;

maksudnya pengembangan dan penerapan model mental dipengaruhi oleh

pengetahuan individu sebelumnya, baik dari pengalaman, dan keyakinan.

Selanjutnya model mental juga berguna untuk memberikan alasan,

menjelaskan, memprediksi, menguji ide baru dan mampu menyelesaikan suatu

masalah baik yang dijelaskan pada sebuah fenomena/ gejala [ CITATION Wan07 \l

1057 ]. Berdasarkan penjelasan yang sudah disebutkan, dapat dikatakan bahwa

model mental merupakan penjelasan mengenai proses mental berpikir seseorang

mengenai bagaimana sesuatu bekerja dalam dunia nyata yang ditunjukkan dengan

sebuah representasi dunia sekitarnya, hubungan antara bagian- bagian tertentunya


23

dengan persepsi intuitif seseorang mengenai tindakannya dan konsekuensinya,

yang nantinya saling mempengaruhi dalam hal- hal yang bersifat positif. Sesuai

dengan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa model mental siswa merupakan

konstruk pengetahuan yang memang sebenarnya rumit dan pengetahuannya

mewakili pengalaman seseorang terkait fenomena tertentu [CITATION Uta \l 1057 ].

Model pembelajaran generatif adalah pembelajaran yang berpandangan

konstruktivisme, yang menekankan pada pengintegrasian secara aktif pengetahuan

baru dengan pengetahuan yang dimiliki siswa sebelumnya. Dalam hal ini,

pembelajaran generatif sejalan dengan model mental seperti yang sudah dijelaskan

di atas. Dengan penjelasan di atas, model mental perlu disajikan dengan

menggunakan model pembelajaran yang saling berpandangan sama yaitu

berpandangan konstruktivisme, sehingga nantinya akan menghasilkan

pembelajaran yang tepat dan sejalan serta memperoleh hasil belajar siswa yang

baik pula dalam menghadapi persoalan- persoalan fisika.

7. Perangkat Pembelajaran

Menurut Iharodhiyah (2018) penyusunan ataupun pembuatan akan

perangkat pembelajaran merupakan hal yang harus dan semestinya disipapkan

oleh guru (tenaga pendidik) sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran. Sebab

dari perangkat pembelajaran tersebut, guru akan lebih mudah mengecek atau

mengukur apakah pembelajaran yang dilakukan itu sudah sesuai atau belum

dengan tujuan pembelajaran, dan juga mempermudah guru untuk mengetahui

urutan langkah- langkah kegiatan/proses pembelajaran saat berlangsung.

Kemahiran guru (tenaga pendidik) dalam menyusun perangkat pembelajaran


24

dapat menentukan berhasil atau tidaknya suatu kegiatan/ proses pembelajaran.

Untuk itu, sangat penting seorang guru (tenaga pendidik) mempersiapkan

perangkat pembelajaran.

Ayuningsih, Soegiminn, dan Supardi (2015 mengatakan perangkat

pembelajaran adalah sekumpulan media atau sarana yang membantu dan

memudahkan proses pembelajaan atau kegiatan belajar mengajar (KBM) di

sekolah. Dikatakan juga bahwa perangkat pembelajaran diibaratkan dengan

"segitiga emas pembelajaran". Segitiga emas pembelajaran memuat tujuan belajar,

pengalaman belajar, dan prosedur evaluasi, yang di dalamnya saling berkaitan

antara yang satu dengan yang lain. Serangkaian perangkat pembelajaranyang

berkualitas sangat perlu untuk dikembangkan melalui penelitian pengembangan.

Berdasarkan uraian di atas menyimpulkan bahwa sangat penting untuk

melakukan persiapan pembelajaran melalui pengembangan perangkat

pembelajaran. Pada penelitian ini, peneliti mengembangkan perangkat

pembelajaran yang berbasis model mental dan berpola pembelajaran generatif

yang meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Soal Penilaian Hasil

belajar pretest atau postest, Materi ajar yang dibuat sesuai dengan intaks

pembelajaran generatif, LKPD/ LKS, dan contoh soal. Nieveen dalam penelitiaan

Iharodhiyah (2018) dituliskan bahwa terdapat beberapa kriteria dalam

mengembangkan perangkat pembelajaran yang dapat dikatakan berkualitas yaitu

meliputi validitas (validity), kepraktisan (practically), dan keefektivan

(effectiveness).
25

1). Kevalidan Perangkat Pembelajaran

Dikatakan bahwa kriteria validitas suatu produk itu ditinjau berdasarkan dua

hal yang relevan/ validitas isi (content validity) dan konsistensi/ validitas isi

(construct validity). Proses pembelajaran akan berlangsung menjadi baik atau

berhasil jika didukung dengan perangkat pembelajaran yang baik pula dan

berkualitas. Perangkat pembelajaran dapat dikatakan berkualitas dan valid, apabila

perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan di cek ulang kevalidannya oleh

para ahli yang disebut juga dengan validator. Adapun beberapa hal yang harus

diperhatikan dalam mengembangkan perangkat untuk memperoleh status valid,

yaitu;

a). Ketepatan Isi (Validasi Isi)

Validitas isi merupakan kecocokan antara model pembelajaran yang

didasarkan oleh teori-teori yang sesuai dengan tingkat berpikir siswa. Beberapa

indikator yang harus dipenuhi adalah; (1). RPP (Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran). Beberapa aspek-aspek yang dapat dikatakan memenuhi validitas

konstruksi dalam pengembangan RPP meliputi; tujuan, langkah pembelajaran,

waktu, perangkat pembelajaran, metode pembelajaran, materi dan bahasa yang

dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan peneliti. (2). LKS (Lembar Kerja Siswa).

Ada beberapa kriteria LKPD yang dapat dikatakan valid, apabila memenuhi

validitas konstruksi meliputi: petunjuk, tampilan, kelayakan isi soal di dalamnya,

bahasa, pertanyaan.

2). Kepraktisan Perangkat Pembelajaran

Nieveen menyatakan bahwa karakteristik produk pendidikan yang memiliki

kualitas kepraktisan yang tinggi apabila ahli mempertimbangkan produk itu dapat
26

digunakan dan realitanya menujukkan bahwa mudah bagi guru dan siswa untuk

menggunakan produk tersebut. Kriteria kepraktisan suatu produk dilihat

berdasarkan pertimbangan dan penilaian para validator yang menyatakan bahwa

produk dapat diterapkan dengan mudah.

Kepraktisan perangkat pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti

berdasarkan dari penilaian para ahli dengan caramenggunakan lembar validasi

berupa angket. Penilaian kepraktisan perangkat pembelajaran yang secara umum

digunakan di lapangan dengan sedikit revisi, banyak revisi, tanpa revisi, atau tidak

dapat digunakan. Keterlaksanaan perangkat pembelajaran dikatakan "baik",

apabila para ahli dan praktisi dapat menerapkan di lapangan.

3). Keefektifan Perangkat Pembelajaran

Keefektifan perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat dilihat dari

ketercapaian tujuan setelah menerapkan produk yang dikembangkan. Menurut

Sinambela yang dikutip oleh Iharod hiyah (2018) di skripsinya atau penelitiannya

bahwa, pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila perangkat tersebut mencapai

sasaran yang diinginkan, baik dari segi tujuan pembelajaran maupun restasi yang

maksimal.

Beberapa indikator kefektifan pembelajaran antara lain ketercapaian

ketuntasan belajar, ketercapaian efektivitas siswa yaitu pencapaian waktu ideal

yang digunakan siswa untuk melakukan setiap kegiatan yang termasuk dalam

pembelajaran, efektivitas kemampuan guru dalam mengelola rencana

pembelajaran, dan respon siswa terhadap pembelajaran. Dengan demikian, dan

berpola pengembangan perangkat pembelajaran berbasis model mental

pembelajaran generatif dikatakan efektif jika perangkat pembelajaran yang


27

disusun oleh peneliti dapat mencapai semua indikator efektivitas suatu

pembelajaran.

B. Penelitian Yang Relevan

1. Hasanah, Zainuddin, dan Suyidno (2019) dalam penelitiannya yang

berjudul “Pengembangan Perangkat Model Pembelajaran Generatif untuk

Melatihkan Pemahaman Konsep Fisika pada Materi Teori Kinetik Gas”.

Berdasarkan hasil penelitiannya, dapat disimpulkan bahwa perangkat

model pembelajaran generatif layak digunakan dalam penelitian fisika. Hal

ini karena temuan hasil penelitian menyatakan bahwa; 1) perangkat

pembelajaran yang dikembangkan termasuk valid karena komponen RPP,

materi ajar, LKS, dan THB termasuk valid; 2) Perangkat pembelajaran

yang dikembangkan termasuk praktis karena komponen keterlaksanaan

RPP termasuk sangat praktis; dan 3) perangkat pembelajaran yang

dikembangkan termasuk efektif, karena n-gain pemahaman konsep siswa

sebesar (g) = 0,60 atau dalam kriteria sedang dan aktivitas siswa secara

keseluruhan termasuk aktif.

2. Dewi, Gunawan, Susilawati, dan Harjono (2019) dalam penelitiannya

yang berjudul “Validitas Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis Model

Generatif Berbantuan Laboratorium Virtual”. Berdasarkan hasil

penelitiannya, dapat disimpulkan bahwa proses validasi perangkat yang

dikembangkan memenuhi validasi isi dan konstruk. Hal ini berarti bahwa

perangkat pembelajaran yang dikembangkan layak dan dapat digunakan

dalam pembelajaran fisika SMA.


28

3. Anaperta (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Praktikalitas Modul

Fisika SMA Berbasis Model Pembelajaran Generatif Pada Materi Listrik

Dinamis Terintegrasi Kelistrikan Jantung”. Berdasarkan hasil

penelitiannya, dapat disimpulkan bahwa; 1) Penelitian dan pengembangan

menghasilkan perangkat pembelajaran, berupa Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), Modul Fisika Sma Berbasis Model Pembelajaran

Generatif Pada Materi Listrik Statis Terintegrasi Kelistrikan Jantung; 2)

Hasil tahap define juga diperoleh model pembelajaran yang digunakan

adalah model pembelajaran generatif. Hasil tahap perancangan

diperolehinstrumen validasi, media pembelajaran, format perangkat dan

prototipe perangkat pembelajaran yang terdiri silabus, RPP, dan modul

berbasismodel pembelajaran generatif pada materi listrik dinamis yang

diintegrasikan dengan materi kelistrikan jantung; 3) Berdasarkan data hasil

belajar siswa dapat diambil kesimpulan bahwa Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dan Modul yang dihasilkan berkategori praktis.

4. Rahayu, Eliyarti, dan Festiyed (2019) dalam penelitiannya yang berjudul

“Kepraktisan Perangkat Pembelajaran Berbasis Model Generative

Learning dengan pendekatan Open-ended Problem. Berdasarkan hasil

penelitiannya, dapat disimpulkan bahwa kepraktisan perangkat

pembelajaran berbasis model generative learning dengan pendekatan

open-ended problem secara keseluruhan rata-rata persentase sebesar

83,46% dengan kategori sangat praktis. kategori praktis menunjukan

perangkat pembelajaran ini mudah digunakan, mudah diinterpretasikan,


29

waktu yang dipakai tepat serta manfaat perangkat pembelajaran bagi guru

dan peserta didik.

5. Rahayu, dan Festiyed (2018) dalam penelitiannya yang berjudul “Validitas

Perangkat Pembelajaran Fisika SMA Berbasis Model Pembelajaran

Generatif dengan Pendekatan Open- ended Problem Untuk Menstimulus

Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik”. Berdasarkan hasil

penelitiannya, dapat disimpulkan bahwa perangkat dinyatakan valid oleh

validator karena perangkat sudah berbasis model pembelajaran generatif

dengan pendekatan open-ended problem, seperti di RPP pada kegiatan

pembelajaran mengarah pada pembelajaran menggunakan model

pembelajaran generatif dengan pendekatan open-ended problem. pada

Handout dan LKPD yang dibuat juga mengarah pada komponen-

komponen model pembelajaran generatif dengan pendekatan open-ended

problem.

6. Iharodhiyah (2018) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengembangan

Perangkat Pembelajaran Model Generatif Berbasis Edutainment untuk

Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VII-A MTs Wachid Hasyim

Surabaya” Berdasarkan hasil penelitiannya, dapat disimpulkan bahwa

Kevalidan hasil pengembangan perangkat pembelajaran dinilai “sangat

valid”. Kepraktisan hasil pengembangan perangkat pembelajaran telah

dinilai praktis oleh para ahli dengan rata- rata penilaian “A” yang artinya

perangkat pembelajarannya dapat digunakan dengan tanpa revisi.

Keefektifan hasil pengembangan perangkat pembelajaran dalam penelitian

ini “sangat efektif”.


30

7. Kantarinata, Yuliati & Mufti (2017) dalam penelitiannya yang berjudul

“Identifikasi Model Mental Siswa Pada Materi Suhu dan Kalor”.

Berdasarkan hasil penelitiannya, dapat disimpulkan bahwa siswa sebanyak

24% memiliki kemampuan tipe Surface, 68% tipe Matching; dan 8% tipe

Deep. Proporsi faktor-faktor yang mempengaruhi model mental siswa

dengan penilaian angket dan wawancara, didapatkan bahwa model mental

siswa 16 % dipengaruhi pengalaman pribadi, 8% pernah melihat peristiwa

serupa, dan 64% dari membaca buku. Dan terdapat 12% model mental

siswa dipengaruhi oleh faktor lain yaitu dari penjelasan guru.

8. Purnamasari, Yuliati, & Diantoro (2018) dalam penelitiannya yang

berjudul “Kemampuan Pemecahan Masalah dan Model Mental Siswa pada

Materi Fluida Statis”. Berdasarkan hasil penelitiannya menunjukkan

adanya hubungan antara peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan

perubahan model mental siswa. Kemampuan pemecahan masalah

merupakan kemampuan yang dibutuhkan dalam menyelesaikan

permasalahan fisika secara mandiri.

9. Rohadi , Setiawan, dan Swistoro (2020) dalam penelitiannya yang

berjudul “Descriptive Qualitative Analysis Based on Physics Mental

Model of Students’ Cognitif Understanding on the Concepts of Kinematics

Particle and Parabolic Motion”. Berdasarkan hasil penelitiannya bahwa

Kompetensi kognitif mahasiswa semester pertama program studi

pendidikan fisika di JPMIPA FKIP UNIB tahun ajaran 2019/2020 “cukup

baik” dalam menggunakan model fisika mental untuk menyelesaikan

pertanyaan konsep GLB, konsep GLBB, dan konsep gerak parabola secara
31

konseptual, diagram, grafik, dan matematis (rumus fisika Dasar). Dalam

artikel ini analisis deskriptif berdasarkan model fisika mental dilakukan

pada kompetensi kognitif siswa pada konsep GLB, GLBB, dan gerakan

parabola saja, jadi untuk penelitian lebih lanjut perlu dilakukan pada

konsep fisika dasar lainnya.

C. Kerangka Berpikir

Tuntutan pembelajaran yang ideal pada kurikulum 2013 menekankan

supaya siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Guru harus memiliki

perangkat pelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dan

mampu membuat siswa lebih aktif, mandiri, kreatif sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang diharapkan. Perangkat pembelajaran haruslah disediakan dan

disusun lengkap supaya proses pembelajaran berjalan dengan baik pula. Perangkat

pembelajaran yang dimaksud seperti; RPP, Materi ajar, LKS atau LDS, dan Tes

Hasil Belajar. Keterampilan pemecahan masalah secara model mental siswa

sangat dibutuhkan siswa dalam pembelajaran Perangkat pembelajaran yang

menuntun siswa untuk dapat berperan aktif, mampu memahami dan

menyelesaikan suatu fenomena/ permasalahan sehingga mendukung kesuksesan

hasil belajar yang diperoleh, maka dapat menggunakan perangkat pembelajaran

berbasis model mental berpola pembelajaran generatif. Akan tetapi kenyataan

yang ada di lapangan bahwa perangkat pembelajaran yang digunakan belum

lengkap dan belum sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Model pembelajaran

yang digunakan biasa atau konvensional dan kurang tepat sehingga yaitu guru

masih berperan satu- satunya sumber belajar. Pembelajaran fisika sulit dipahami

siswa dan kemampuan memahami dan menyelesaiakn fenomena/permasalahan


32

fisika masih kurang, sehingga hasil belajar yang diperoleh rendah dan tidak sesuai

dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Berdasarkan penelitian terdahulu, menurut Hasanah, dkk (2019)

menyatakan bahwa perangkat pembelajaran model generatif efektif dalam

meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa. Anaperta (2015) dalam

penelitiannya juga menunjukkan bahwa pembelajaran Fisika dengan modul

menggunakan model pembelajaran generatif mampu meningkatkan hasi belajar

siswa. Rahayu, dkk (2019) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa

perangkat pembelajaran berbasis model generative learning tergolong praktis dan

sangat bermanfaat bagi guru dan siswa. Iharodhiyah (2018) menyatakan bahwa

perangkat pembelajaran generatif sangat praktis dan efektif untuk digunakan

pendidik dalam pembelajaran. Kemudian, Purnamasari, dkk (2018) menyatakan

bahwa terdapat peningkatan kemampuan penyelesaian masalah dengan perubahan

model mental siswa.

Tujuan penelitian ini untuk menghasilkan produk berupa perangkat

pembelajaran berbasis model mental berpola pembelajaran generatif pada materi

getaran harmonis, dimana hasil yang diharapkan bahwa siswa nantinya mampu

berperan aktif, mandiri, dan kreatif dalam proses pembelajaran, mampu

memahami dan menyelesaikan fenomena/ permasalahan pada soal fisika.


33

Tuntutan Pembelajaran Ideal:


 Pembelajaran pada kurikulum 2013 menekankan supaya siswa lebih aktif dalam
kegiatan pembelajaran.
 Guru harus memiliki perangkat pelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
yang sesuai dan mampu membuat siswa lebih aktif, mandiri, kreatif sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang diharapkan.
 Perangkat pembelajaran haruslah disediakan dan disusun lengkap supaya proses
pembelajaran berjalan dengan baik pula. Perangkat pembelajaran yang dimaksud
seperti; RPP, Materi ajar, LKS atau LDS, dan Tes Hasil Belajar.
 Keterampilan pemecahan masalah secara model mental siswa sangat dibutuhkan siswa
dalam pembelajaran
 Perangkat pembelajaran yang menuntun siswa untuk dapat berperan aktif, mampu
memahami dan menyelesaikan suatu fenomena/ permasalahan sehingga mendukung
kesuksesan hasil belajar yang diperoleh, maka dapat menggunakan perangkat
pembelajaran berbasis model mental berpola pembelajaran generatif.

Kenyataan di Lapangan:
 Perangkat pembelajaran yang digunakan belum lengkap dan belum sesuai dengan
tuntutan kurikulum 2013.
 Model pembelajaran yang digunakan biasa atau konvensional dan kurang tepat
sehingga yaitu guru masih berperan satu- satunya sumber belajar.
 Pembelajaran fisika sulit dipahami siswa dan kemampuan memahami dan
menyelesaiakn fenomena/permasalahan fisika masih kurang, sehingga hasil belajar
yang diperoleh rendah dan tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Hasil Penelitian Terdahulu:


 Hasanah, dkk (2019) menyatakan bahwa
Perangkat Pembelajaran
perangkat pembelajaran model generatif efektif
Berbasis Model Mental
dalam meningkatkan pemahaman konsep fisika
Berpola Pembelajaran
siswa.
Generatif
 Anaperta (2015) menunjukkan bahwa
pembelajaran Fisika dengan modul
menggunakan model pembelajaran generatif
mampu meningkatkan hasi belajar siswa. Hasil Yang Diharapkan:
 Rahayu, dkk (2019) menyatakan bahwa  Siswa mampu berperan
perangkat pembelajaran berbasis model aktif, mandiri, dan kreatif
generative learning tergolong praktis dan sangat dalam proses
bermanfaat bagi guru dan siswa. pembelajaran
 Iharodhiyah (2018) menyatakan bahwa  Siswa mampu memahami
perangkat pembelajaran generatif sangat praktis dan menyelesaikan
dan efektif untuk digunakan pendidik dalam fenomena/ permasalahan
pembelajaran. pada soal fisika.
 Purnamasari, dkk (2018) menyatakan bahwa
terdapat peningkatan kemampuan penyelesaian
masalah dengan perubahan model mental siswa.

Gambar 2. 2 Kerangka Berpikir


34

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa inggrisnya

Research and Development. Menurut Sugiyono (2010) metode penelitian dan

pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan

produk tertentu, dan menguji kelayakan atau keeektifan produk tersebut.

Thiagarajan dan Semmel dalam Dewi, Gunawan, Susilawati, dan Harjono (2019)

mengatakan bahwa jenis penelitian ini adalah penelitian R&D dengan

menggunakan model 4-D yang terdiri dari 4 tahap pengembangan yaitu define,

design, develop dan disseminate, namun penelitian ini dibatasi sampai tahap

develop yaitu menggunakan model 3-D yang meliputi define, design, develop.

Tahapan penelitian yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut.

Define Design Develop


(Pendefinisian) (Perancangan) (Pengembangan)
(Dewi, Gunawan, Susilawati, dan Harjono, 2019)

Gambar 3. 1 Tahap- Tahap Penelitian R&D Model 3-D

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMAN 3 Kota Bengkulu. Waktu penelitian

dilakukan pada bulan Februari- Juni 2020 semester genap tahun ajaran 2019/2020.

C. Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah guru dan siswa kelas X di SMAN 3 Kota

Bengkulu.
35

D. Prosedur Penelitian

Terdapat tahapan model pengembangan 3-D pada penelitian yang akan

dilakukan dengan penjelasan sebagai berikut:

1). Tahap Pendefinisian (define)

Rahmawati (2016) menyatakan bahwa tahap define merupakan tahap untuk

menetapkan dan mendefinisikan kebutuhan dalam pengembangan pelajaran.

Penetapan kebutuhan yang dimaksud dapat dilakukan dengan atau serta

menyesuaikan kebutuhan pembelajaran siswa. Pada tahap define atau

pengumpulan data dilaksanakan di SMAN 3 Kota Bengkulu. Berikut aktivitas

penelitian pada tahap define.

(a). Penyusunan Instrumen

Instrumen yang dibutuhkan untuk tahap define pada analisis kurikulum

menggunakan lembar review document (tinjauan dokumen). Pada analisis

perangkat pembelajaran menggunakan lembar review document perangkat berupa

lembar ceklist, pada analisis kebutuhan menggunakan lembar angket kebutuhan

terkait pentingnya pengembangan perangkat pembelajaran berbasis model mental

berpola pembelajaran generatif. Pada pengembangan ini adalah pada materi kelas

X yaitu materi getaran harmonis.

(b). Analisis Kurikulum

Analisis kurikulum dilakukan pada kurikulum yang sedang berlaku dan

yang sesuai dengan kompetensi isi (KI), kompetensi dasar (KD), dan indikator

materi. Analisis kurikulum ini diperlukan untuk pembelajaran yang lebih baik dan

disesuaikan dengan RPP serta silabus yang sudah ada di SMAN 3 Kota Bengkulu
36

sebelum melaksanakan penelitian pengembangan perangkat pembelajaran

berbasis model mental berpola pembelajaran generatif. Analisis kurikulum

dilakukan dengan cara memperoleh informasi melalui review document terhadap

kurikulum yang digunakan mencakup KD, KI dan indikator pembelajaran pada

materi getaran harmonis.

(c). Analisis Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang akan dianalisis pada penelitian ini adalah

RPP, LKS, tes hasil belajar. Analisis perangkat pembelajaran dilakukan dengan

cara melakukan review document menggunakan lembar review document untuk

memperoleh informasi mengenai perangkat pembelajaran (RPP, materi ajar,

LKPS, dan tes hasil belajar) yang dipakai di sekolah, dengan tujuan untuk

mengetahui apakah perangkat pembelajaran berbasis model mental berpola

pembelajaran generatif sudah diterapkan di sekolah atau belum.

(d). Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan tentang pendapat guru dan siswa terkait pentingnya

pengembangan perangkat pembelajaran berbasis model mental dan berpola model

pembelajaran generatif dengan menggunaka lembar angket kebutuhan terhadap

perangkat pembelajaran yang dikembangkan.

2). Tahap Perancangan (design)

Tahap perancangan memiliki tujuan untuk merancang perangkat

pembelajaran berbasis model mental berpola pembelajaran generatif pada materi

getaran harmonis. Perangkat pembelajaran yang akan dirancang akan disesuaikan

denganstandar kompetensi dan kompetensi dasar yang tercantum dalam


37

kurikulum 2013 sebagai kurikulum yang berlaku sekarang ini. Tahap- tahap

perancangan yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu;

(a). Perancangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

(b). Perancangan Materi Ajar

(c). Perancangan Lembar Kerja Siswa (LKS)

(d). Perangkat Tes Hasil Belajar (THB)

Pada tahap ini, peneliti menyiapkan dan menyusun kisi- kisi instrumen

berupa lembar validasi ahli. Instrumen ini digunakan untuk menilai kelayakan

perangkat dan melihat tanggapan atau respon daripada ahli terhadap perangkat

pembelajaran yang dikembangkan.

Tabel 3. 1 Kisi- Kisi Instrumen Validasi Ahli pada RPP

No. Bagian Aspek Yang Nomor Jumlah Jumlah


Perangkat Dinilai Item Indikator Keseluruhan
Pembelajaran
1. RPP Format 1-3 3
Isi 4-13 10
16
Bahasa 14-16 3
4. Materi Ajar Konstruksi 1-3 3
Isi 4-10 7
12
Bahasa 11-12 2
7. LKS Format 1-4 4
Isi 5-8 4
10
Bahasa 9-10 2
10. Tes Hasil Belajar Konstruksi 1-3 3
Isi 4-7 4 10

Bahasa 8-10 3

3). Tahap Pengembangan (develop)

Tahap pengembangan yang dilakukan yaitu;


38

(a). Pengembangan Perangkat pembelajaran

Pengembangan perangkat pembelajaran dilakukan berdasarkan rancangan

yang telah dilaksanakan pada tahap design. Pada tahap ini, rancangan perangkat

pembelajaran yang dibuat akan diwujudkan dalam bentuk produk perangkat

pembelajaran yang lengkap, dan yang disusun dengan berbasis model mentap

berpola pembelajaran generatif. Selanjutnya, akan dilakukan validasi ahli dan uji

keterbacaan pada ahli juga (tidak kepada guru atau siswa karena sesuai dengan

batasan penelitian hanya validator saja), dengan uraian kegiatan sebagai berikut;

(1).Validasi ahli

Validasi dilakukan oleh tim ahli yaitu dosen pendidikan Fisika Universitas

Bengkulu dan guru SMAN 3 Kota Bengkulu. Hasil yang diperoleh dari

proses validasi ini berupa penilaian, komentar, kritik, dan saran yang dapat

digunakan sebagai dasar revisi oleh peneliti.

(2). Revisi Berdasarkan Hasil Validasi ahli

Perangkat yang telah divalidasi, direvisi berdasarkan masukan validator

sebelum digunakan uji keterbacaan. Uji keterbacaan dilakukan pada ahli

juga untuk mengetahui apakah perangkat pembelajaran yang dikembangkan

itu memiliki tingkat keterbacaan yang baik.

(3). Revisi Berdasarkan Hasil Uji Keterbacaan

Perangkat pembelajaran yang sudah dilakukan uji keterbacaan nanti akan

direvisi untuk menghasilkan produk yang lebih baik

(4). Produk

Setelah proses revisi berdasarkan hasil uji keterbacaan, akan diperoleh

sebuah produk perangkat pembelajaran yang lengkap (berisi RPP, materi


39

ajar yang disusun sesuai tahap pembelajaran generatif, LKS atau LDS, tes

hasil belajar yang disusun dengan berbasis model mental).

Studi Kebutuhan Studi Literatur

 Pengembangan
Penyusunan Instrumen untuk tahap define
 Perangkat pembelajaran
Analisis Kurikulum
 Model pembelajaran yang
dipakai berpola model
Analisis Perangkat Pemebalajaran pembelajaran generatif berbasis
Define
model mental
Analisis Kebutuhan
 Perangkat pembelajaran
berbasis model mental berpola
pembelajaran generatif

 Siswa lebih aktif membangun


 Perancangan Perangkat Pembelajaran
sendiri pengetahuannya, mampu
 Perancangan Instrumen Evaluasi
menemukan fenomena/gejala,
Perangkat pembelajaran
lalu dapat memecahkan masalah
yang ada Design

Validasi Perancangan Perangkat


Pembelajaran

 Pengembangan Perangkat Pembelajaran


 Pengembangan Instrumen Evaluasi
Perangkat pembelajaran

Validasi Ahli

Revisi Berdasarkan
Hasil Validasi Ahli
Develop

Uji Keterbacaan

Revisi Berdasarkan
Hasil Validasi Ahli
Perangkat Pembelajaran Berbasis Model
Mental Berpola Pembelajaran Generatif

Gambar 3. 2 Metode Penelitian


40

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini dalam mengumpulkan data

terdiri dari beberapa instrumen. Gambaran umum tentang instrumen pada

penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut.

Tabel 3. 2 Instrumen Penelitian

No. Tahap Target Data Sumber Data Instrumen Analisis


1. Define Penyusunan instrumen pada
tahap define berupa lembar
review document.
Data kurikulum yang Review Data Deskriptif
digunakan mencakup KI, document dari Sekunder
KD, Indikator, materi, dan observasi, data
Tujuan pembelajaran. sekunder
(Jurnal)
Gambaran karakteristik Review Analisis Deskriptif
perangkat pembelajaran document dari data
lengkap berupa RPP, Soal, observasi, data sekunder
Materi Ajar sesuai tahap sekunder
pembelajaran generatif, LKS (Jurnal)
yang digunakan di sekolah.

Kebutuhan terhadap Observasi, Analisis Deskriptif


perangkat pembelajaran Data sekunder kebutuhan
berbasis model mental (Jurnal) dari data
berpola pembelajaran sekunder
generatif untuk melatihkan
siswa SMA lebih aktif
membangun sendiri
pengetahuannya, mampu
menemukan fenomena/
gejala-gejala, lalu dapat
memecahkan masalah yang
ada.
5. Design Rancangan perangkat Uji kelayakan Lembar Kualitatif
pembelajaran validasi
Rancangan instrumen
evaluasi perangkat
pembelajaran
7. Develo Validasi ahli Para ahli Lembar Kuantitatif
p validasi dan
ahli kualitatif
Revisi
Uji Keterbacaan Ahli Lembar Kuantitatif
angket dan
respon kualitatif
F. Teknik Pengumpulan Data
41

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dengan cara

observasi, review document, validasi ahli atau lembar validasi isi perangkat

pembelajaran. Observasi dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang akan

dijadikan bahan penelitian yang diperoleh secara langsung maupun melalui

review document. Observasi dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang akan

djadikan bahan penelitian yang diperoleh secara langsung maupun melalui review

document. Namun, pada penelitian ini angket kebutuhan tidak dapat disebarkan

dikarenakan terbatasnya oleh situasi dan kondisi yang terjadi sekarang ini

(pandemi covid-9) sehingga penelitian ini akan diberi penjelasan berdasarkan

observasi yang dilakukan penulis selama 2 bulan di SMAN 3 Kota Bengkulu dan

data sekunder sebagai pendukung/ bahan untuk menganalisis tahap define.

Observasi dan data sekunder digunakan untuk memperoleh data berupa analisis

kebutuhan, penilaian uji kelayakan perangkat pembelajaran yang dibuat, serta

persepsi ahli terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Lembar

validasi ahli untuk menguji kelayakan pada isi perangkat yang akan

dikembangkan.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan dengan mengelompokkan informasi-

informasi dari teknik pengumpulan data menggunakan teknik analisis deskriptif,

kualitatif, dan kuantitatif. Adapun teknik analisis data pada penelitian ini meliputi;

a). Analisis Data Review Document

Analisis ini dilakukan untuk melihat dokumen seperti KI, KD, Indikator

serta tujuan pembelajaran pada materi getaran harmonis serta karakteristik

perangkat pembelajaran yang sudah digunakan di sekolah menggunakan lembar


42

review document. Hasil dari analisis data berupa dokumen dalam bentuk

deskriptif tentang kurikulum dan karakteristik perangkat pembelajaran yang sudah

digunakan di sekolah tersebut. Pada penelitian ini review document yang didapat

yaitu bersumber dari jurnal penelitian yang relevan atau yang disebut juga dengan

data sekunder.

b). Analisis Data Kebutuhan

Analisis data kebutuhan guru dan siswa dilakukan dengan menggunakan

analisis dari data sekunder yaitu yang bersumber dari jurnal penelitian yang

relevan dengan penelitian ini. Hasil analisis ini diungkap secara deskriptif

kualitatif.

c). Analisis Data Validasi Ahli

Analisis data pada tahap ini yaitu dengan melakukan validasi terhadap

rancangan awal perangkat pembelajaran oleh dosen pembimbing dan validasi

perangkat yang telah dikembangkan oleh validator ahli yaitu 2 dosen dan 1 guru.

Validasi ahli dilakukan dengan menggunakan lembar validasi ahli. Validasi ahli

digunakan untuk mengukur kelayakan suatu perangkat pembelajaran yang

dikembangkan. Validasi ini dilakukan dengan memberikan penilaian pakar

terhadap setiap komponen dari aspek penilaian kelayakan. Masing- masing

komponen penilaian kelayakan dinilai oleh validator yang ahli dibidangnya. Hasil

yang diperoleh dianalisis dengan menghitung skor penilaian dari masing masing

komponen pilihan jawaban sesuai dengan kriteria. Interpretasi skala Likert yang

dipakai dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3. 3 Kriteria Penilaian

Kriteria Skor
43

Sangat Baik (SB) 5


Baik (B) 4
Cukup Baik (CB) 3
Kurang Baik (KB) 2
Tidak Baik (TB) 1

(Dewi, Gunawan, Susilawati, dan Harjono, 2019: 163)

Untuk mencari nilai rata- rata kriteria dari data mentah, dapat menggunakan

rumus pada persamaan berikut.

X 1 + X 2+ X 3 +… X n ∑ Xi
X́ = atau X́ = (3.1)
n n

Keterangan;
X́ = Rata- rata kriteria

∑ Xi = Jumlah skor yang diperoleh tiap item


N = Jumlah validator

Perhitungan persentase dari data yang diperoleh tersebut akan diolah dengan

menggunakan rumus pada persamaan berikut.

P=
∑ R X 100 % (3.2)
N

Keterangan;

P = Persentase skor

∑ R = Jumlah jawaban yang diberikan validator (skor total)


N = Jumlah skor ideal ( skor maksimal)

Kriteria penilaian skor rata- rata dan persentase dapat dilihat pada tabel berikut.
44

Tabel 3. 4 Interpretasi Skor penilaian

Persentase Kategori
0% - 20% Sangat tidak valid
21% - 40% Tidak valid
41% - 60% Cukup valid
61% - 80% Valid
81% - 100% Sangat valid

(Puspitasari dan Rakhmawati, 2013: 540)

Anda mungkin juga menyukai