Anda di halaman 1dari 12

ARTIKEL ILMIAH

PENGUJIAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA URIN DAN RAMBUT

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Biomonitoring dan Biomarker

Dosen Pengampu Dewi Utami Iriani, M.Kes.,PhD

Disusun Oleh:

Ayu Hanifah
11161010000013

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2020
Pendahuluan

Pencemaran lingkungan adalah kondisi berubahnya bentuk asal keadaan


lingkungan sehingga menjadi lebih buruk. Pergeseran bentuk tatanan dari kondisi asal
pada kondisi yang buruk ini dapat terjadi sebagai akibat masuknya bahan pencemar
atau polutan. Bahan polutan tersebut pada umumnya mempunyai sifat racun atau
toksik yang berbahaya bagi organisme hidup. Toksisitas atau daya racun dapat
menjadi pemicu terjadinya gangguan kesehatan pada manusia. Logam berat
merupakan bahan yang memiliki toksisitas tinggi yang dapat menjadi penghalang
kerja enzim dalam proses fisiologis atau metabolisme tubuh. Salah satu logam berat
yang dapat berbahaya bagi kesehatan manusia adalah timbal (Pb).

Timbal biasanya digunakan sebagai campuran bahan bakar, yang fungsiya


meningkatkan daya pelumasan dan meingkatkan efisiensi pembakaran. Bahan kimia
ini bersama bensin dibakar dalam mesin, sisanya keluar bersama emisi das buang
hasil pembakaran dan timbal yang terbuang lewat knalpot adalah salah satu diantara
zat pencemar udara. Selain itu timbal juga banyak digunakan dalam proses industri
sebagai bahan campuran produksi.

Konsentrasi Timbal di lingkungan tergantung pada tingkat aktifitas manusia,


misalnya di jalan raya. Banyak orang melakukan aktivitasnya dijalan raya dan tempat-
tempat yang kemungkinan untuk terpapar Timbal lebih besar, contohnya supir angkot,
tukang ojek, dan pekerja SPBU. Pada pekerja pabrik yang memakai timbal sebagai
bahan baku produksi juga menyebabkan kemungkinanan paparan terhadap timbal
menjadi semakin besar.

Timbal sebagai salah satu komponen polutan udara mempunyai efek toksik
yang luas pada manusia dengan mengganggu fungsi ginjal, saluran pencernaan,
system saraf, menurunkan jumlah spermatozoa. Selain itu juga dapat menurunkan
kecerdasan pada anak-anak, menurunkan kemampuan berkonsentrasi, gangguan
pernapasan, kanker paru dan alergi.

Timbal masuk ke dalam tubuh manusia selain melalui sistem pernapasan, juga
dapat melalui pencernaan dan kontak dermal. Timbal yang terhirup dan masuk ke
dalam sistem pernapasan akan ikut beredar ke seluruh jaringan, terakumulasi dalam
tubuh dan sisanya akan dikeluarkan dalam urin yaitu sebanyak 75- 80%, melalui feces
15% dan lainnya melalui empedu, keringat, rambut, dan kuku. Ekskresi Timbal
melalui saluran cerna dipengaruhi oleh saluran aktif dan pasif kelenjar saliva,
pankreas dan kelenjar lainnya di dinding usus, regenerasi sel epitel, dan ekskresi
empedu. Sedangkan Proses eksresi Timbal melalui ginjal adalah melalui filtrasi
glomerulus (Palar, 2004).

Urin merupakan salah satu sisa metabolisme tubuh yang dapat memberikan
gambaran keadaan kesehatan pada manusia. Pemeriksaan urin bisa memberikan
gambaran tentang fungsi ginjal, saluran kemih baik bagian atas maupun bagian
bawah, fungsi hati, infeksi pada saluran kemih dan lain-lain. Selain itu pemeriksaan
urin juga dapat dilakukan sebagai metode untuk mengetahui kadar timbal dalam tubuh
manusia.

Pada umumnya ekskresi Timbal berjalan sangat lambat. Waktu paruh timbal
di dalam darah kurang lebih 25 hari, pada jaringan lunak 40 hari sedangkan pada
tulang 25 tahun. Ekskresi yang lambat ini menyebabkan timbal mudah terakumulasi
dalam tubuh, baik pada pajanan okupasional maupun non okupasional.

Selain dapat terakumulasi pada urin timbal yang ada di lingkungan juga dapat
terserap melalui rambut manusia yang mengalami kontak langsung dengan polutan di
lingkungan. Sehingga untuk mengetahui akumulasi pencemaran timbal dalam tubuh
seseorang maka dapat dlakukan pengujian kadar timbal terhadap urin dan rambut.

Metode

Artikel ini ditulis menggunakan pendekatan literature review dengan


mengumpulkan data terkait topik pembahasan dari literature dan jurnal untuk
menemukan kenyataan-kenyataan yang sama sehingga didapatkan hasil yang dapat
dipercaya.

Hasil pembahasan

1. Atomic Absobtion Apectrophotometer (AAS)


Atomic Absorption Spectrophotometry merupakan metode analisis yang
digunakan untuk menghitung kuantitas dari unsur-unsur logam dan metalloid
berdasarkan pada penyerapan absorbansi radiasi oleh atom bebas pada fase gas.
Prinsip kerja analisa menggunakan AAS yaitu sampel dibuat dalam bentuk larutan
lalu di kbutkan dan disemburkan ke bagian burner sehingga mengalami deatomisasi.
Selanjutnya direaksikan dengan sumber energi radiasi maka atom pada keadaan dasar
membutuhkan energi yang besar dan untuk mendapatkannya, atom tersebut menyerap
energi dari sumber cahaya yang ada pada alat AAS. Terdapat tiga teknik analisa pada
AAS yaitu (Ristina, 2013) :
a. Metode standar tunggal : menggunakan satu larutan standar yang telah
diketahui konsentrasinya .
b. Metode kurva kalibrasi : dibuat seri larutan standar dengan berbagai
konsentrasi dan absorbansi dari laurtan tersebut di ukur dengan AAS.
c. Metode adisi standar : metode yang banyak digunakan karena dapat
meminimalisir kesalahan analisa.

Dalam pembuatan larutan standar dapat dilakukan dengan cara pengenceran


larutan induk dengan cara pengenceran larutan induk dengan menggunakan labu takar
pada volume tertentu. Deretan larutan standar minimal 3 varian, biasanya dibuat
dalam 5 varian. (Marwati, 2016). Selain itu beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pengujian logam berat menggunakan Atomic Absorption Spectrophotometry
antara lain adalah :

a. Destruksi basah : Destruksi basah adalah perombakan sampel dengan


asam-asam kuat baik tunggal maupun campuran, kemudian dioksidasi
dengan menggunakan zat oksidator. Pelarut-pelarut yang dapat
digunakan untuk destruksi basah antara lain asam nitrat, asam sulfat,
asam perklorat, dan asam klorida. Semua pelarut tersebut dapat
digunakan baik tunggal maupun campuran.
Contoh cara destruksi basah :
1. Sebanyak 1 gram sampel dimasukkan ke dalam gelas beker 100 mL
2. Ditambahkan larutan aqua regia atau campuran HNO3 pekat : HCl
pekat (1:3) sebanyak 3 mL.
3. Dipanaskan di atas hotplate selama kurang lebih 30 menit sampai
tidak terbentuk gas.
4. Setelah semua sampel terdestruksi dan terbentuk larutan kemudian
disaring dan disimpan di dalam botol sampel.
5. Diperoleh larutan sampel hasil destruksi basah siap dianalisis.

b. Destruksi kering : Destruksi kering merupakan perombakan organic


logam di dalam sampel menjadi logam-logam anorganik dengan jalan
pengabuan sampel dalam muffle furnace dan memerlukan suhu
pemanasan tertentu. Pada umumnya dalam destruksi kering ini
dibutuhkan suhu pemanasan antara 400- 800oC, tetapi suhu ini sangat
tergantung pada jenis sampel yang akan dianalisis.
1. Ditimbang sampel sebanyak 1 gram tempatkan pada cawan porselin.
2. Diuapkan dengan oven sampai temperatr 105 – 1100C selama 30
menit.
3. Diabukan didalam tanur selama 8 jam pada suhu 450 0C sampai
sampel mengering.
4. Sampel yang telah mejadi abu, kemudian ditambahkan HCl 10 M
sebanyak 2 mL.
5. Kemudian dipanaskan di atas hotplate sampai abu larut.
6. Abu yang telah larut kemudian dipindahkan ke dalam labu takar 50
mL kemudian diencerkan dengan larutan HNO3 0,1 M sampai tanda
batas.
7. Larutan siap dianalisis.

c. Pembuatan Kurva Standar


Kurva standar merupakan kurva yang digunakan untuk
menatakan hubungan antara berkar radiasi yang diabsorbsi, absorbansi
(A) dan konsentrasi (C) dari serangkaian zat standar yang telah
diketahui konsentrasinya. Berdasarkan hukum Lambert-Beer yang
digunakan pada metode AAS, absorbansi berbanding lurus dengan
konsentrasi. Sehingga apabila konsentrasinya tinggi maka nilai
absorbansinya akan tinggi, dan jika konsentrasinya rendah maka
absorbansinya juga rendah.
Kurva standar dibuat berdasarkan hukum Lambert-Beer dengan
perhitungan regresi linier yatu y = bx + a dapat ditarik garis lurus.
Keabsahan kurva kalibrasi yang diperoleh dapat diuji dengan
menentukan koefisien korelasi (R2) yang menyatakan ukuran
kesempurnaan hubungan antara konsentrasi dan absorbansi dalam satu
garis lurus. Metode ini dapat menggambarkan kemampuan suatu alat
untuk mendapatkan hasil pengujian yang sebanding dengan kadar
analitik alat yang digunakan pada sampel uji dengan rentang
konsentrasi tertentu.

2. Pengujian Timbal pada Urin


Urin atau air seni adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin
diperlukan untuk membuang molekulmolekul sisa dalam darah yang disaring oleh
ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa
spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di
dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar
tubuh melalui uretra (Uliyah, 2008)
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-
obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang
"kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau
saluran kencing yang terinfeksi sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri.
Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin
sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari urea. Sehingga
bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril (Uliyah, 2008).
Dalam melakukan pengujian timbal dalam urin adapun alat, bahan dan cara
kerja yang harus dipersiapkan adalah (Penuntun praktikum) :
a. Alat :
1. Erlenmeyer 100 ml
2. Gelas pala 100 ml
3. Labu takar 50 ml
4. Labu takar 100 ml
5. Tabung reaksi
6. Pipet tetes
7. Hot plate
8. Atomic absobtion spectrophotometer (AAS)

b. Bahan :
1. Sampel urin
2. Asam nitrat (HNO3)
3. Asam sulfat (H2SO4)
4. Asam perklorat (HClO4)

c. Langkah kerja :
1. Diambil 15 ml sampel urin kedalam gelas piala
2. Sampel urin di destruksi dengan cara menambahkan HNO3 sebesar 0,6
ml dan HClO4 sebesar 0,3 ml
3. Sampel didestruksi dalam lemari asam sampai larutan berkurang 5 ml,
kemudian larutan dibilas dengan aquades kemudian disaring.
4. Sampel dimasukkan kedalam labu ukur dan ditambahkan aquades
hingga batas tera
5. AAS di optimalkan dengan kondisi yang diinstruksikan berdasarkan
instruksi kerja penggunaan AAS
6. Hasil yang muncul setelah absorbansi timbal dalam urin dicatat.

3. Pengujian Timbal pada Rambut


Timbal dalam darah yaitu sebanyak 95% terikat oleh eritrosit dan disebarkan
ke seluruh jaringan tubuh dapat terdeposit pada jaringan lunak (sumsum tulang,
sistem saraf, ginjal, dan hati) dan jaringan keras (tulang, gigi, kuku dan rambut).
Unsur timbal dalam jaringan lunak bersifat toksik terhadap jaringan itu sendiri. Pada
Rambut gugus sulfhidril dan disulfida dalam rambut mampu mengikat unsur runut
yang masuk ke dalam tubuh dan terikat di dalam rambut. Senyawa sulfida mudah
terikat oleh unsur runut, maka bila unsur runut masuk ke dalam tubuh, unsur runut
tersebut akan terikat oleh senyawa sulfida dalam rambut. (Samsuar, 2017).
Dalam melakukan pengujian timbal dalam urin adapun alat, bahan dan cara
kerja yang harus dipersiapkan adalah (Penuntun praktikum) :
a. Alat :
1. Wadah sampel
2. Kertas label
3. Gunting
4. Sarung tangan
5. Bulb
6. Batang pengaduk kaca
7. Kertas saring
8. Erlenmeyer 100 ml
9. Gelas piala 100 ml
10. Labu takar 50 ml
11. Labu takar 100 ml
12. Spatula
13. Oven
14. Timbangan elektrik
15. Hot plate
16. Atomic absobtion spectrophotometer (AAS)

b. Bahan :
1. Sampel rambut
2. Aseton teknis
3. Asam nitrat (HNO3)
4. Asam sulfat (H2SO4)
5. Timbal (II) Nitrat (Pb (No2) 2)
6. Asam perklorat (HClO4)
7. Larutan timbal
8. Aseton

c. Langkah kerja :
Pengambilan sampel rambut
1. Responden diberikan penjelasan tujuan pengambilan sampel rambut
responden serta permintaan izin sebelum dilakukannya pengambilan
sampel.
2. Setelah didapatkan persetujuan responden dilakukan pengambilan
sampel oleh peneliti dengan menggunakan sarung tangan.
3. Dilakukan pengambilan sampel rambut responden dengan memotong
rambut sekitar 0,5 – 2 gram. Pengambilan sampel dilakukan pada
rambut.
4. Setelah rambut dipotong, sampel rambut ditimbang dengan timbangan
elektrik agar sesuai ketentuan.
5. Kemudian rambut diletakkan dalam wadah, sampel ditutup serta diberi
label dengan keterangan nama, unsur, alamat responden dan waktu
pengambilan sampel
6. Sampel segera dibawa ke laboraturium untuk diperiksa

Preparesi Sampel
1. Segmen rambut dipotong dengan ukuran sampai 10 mm dan berat 2
gram.
2. Sampel rambut ditimbang dan dicuci dengan aquades.
3. Kemudian sampel rambut dicampur dengan aseton sebanyak 3 ml dan
kocok sekitar 15 menit.
4. Setelah dikocok sampel rambut disaring sampai benar-benar kering.
5. Kemudian sampel rambut dicuci kembali dengan aquades sebanyak 20
ml selama 15 menit dengan cara menggunakan hot plate.
6. Selanjutnya sampel rambut disaring kembali dan ditiriskan dengan
kertas saring letakkan sampel pada kaca arloji
7. Untuk tahapan selanjutnya dilakukan pengeringan rambut dengan oven
selama kurang lebih 5 menit dengan suhu 80,20oC
8. Setelah di oven sampel rambut direbus dengan cairan HNO2 dan
HClO4 sebanyak 10 ml dengan perbandingan 1:5 tunggu air berkurang
sampai 5 ml dan hitunglah waktu berkurangnya
9. Sampel yang sudah direbus di dinginkan, kemudian disaring untuk
dimasukkan dalam labu ukur 50 ml
10. Sampel rambut yang ada di dalam labu ukur 50 ml di tambahkan
dengan aquades hingga batas tera
11. Sampel siap diukur dengan alat AAS dan catat hasil yang didapatkan

Pembuatan larutan standar


1. Pembuatan larutan standar diawali dengan pengenceran Pb (No 2)2) 100
ppm menjadi 10 ppm.
2. Dari hasil perhitungan pengenceran dilakukan dengan memipet 5 ml
Pb (No2)2) dengan aquades hingga batas tera pada labu ukur 50 ml.
3. Selanjutnya dilakukan pengenceran bertingkat dengan aquades pada
labu ukur 50 ml hingga batas tera.
4. Larutan standar yang telah dibuat diukur dengan menggunakan alat
AAS.

Dalam pengujian timbal dalam rambut Sampel harus berupa larutan maka
dilakukan destruksi. Fungsi dari destruksi adalah memutus ikatan antara senyawa
organik dengan logam yang akan dianalisis. Dalam banyak pengujian umumnya
digunakan destruksi basah karena pada umumnya destruksi basah dapat dipakai untuk
menentukan unsur-unsur dengan konsentrasi rendah. Setelah proses destruksi
diharapkan yang tertinggal hanya logam-logam saja dalam bentuk ion (Hidayati,
2013).
Destruksi dilakukan menggunakan menggunakan asam nitrat , asam sulfat dan
asam perklorat. Penambahan masing-masing asam mempunyai tujuan tersendiri. Pada
metode pertama menggunakan asam nitrat sebagai agen pengoksidasi utama, karena
asam nitrat merupakan pelarut logam yang baik, timbal teroksidasi oleh asam nitrat
sehingga menjadi larut.
3Pb + 8HNO3(aq) 3Pb2+ (aq) + 6NO-3+2NO-(g) + 4H2O(I)
Sedangkan asam sulfat adalah sebagai katalis untuk mempercepat reaksi
terputusnya timbal dari senyawa organik yang ada dalam sampel rambut. Asam sulfat
merupakan katalis yang mempengaruhi lingkungan sehingga katalis ini tidak ikut
bereaksi. Sementara itu, asam perklorat bertindak sebagai oksidator untuk membantu
asam nitrat mendekomposisi matriks organik (Hidayati, 2013).
Pada metode kedua asam nitrat dikombinasikan dengan asam perklorat
sebagai campuran asam untuk mendestruksi, dimana asam perklorat bertindak sebagai
oksidator yang kuat untuk membantu asam nitrat mendekomposisi matriks organik
rambut. Sehingga rambut dan daging ikan dapat larut dengan sempurna. Setelah
sampel rambut didestruksi kemudian dilakuan analisis kadar timbal menggunakan
spektrofotometer serapan atom dengan panjang gelombang 283,3 nm (Hidayati,
2013).
Sebelum melakukan analisis suatu unsur dalam sampel terlebih dahulu harus
membuat kurva standar yang berfungsi untuk mengetahui hubungan antara
konsentrasi larutan dengan absorbansinya sehingga konsentrasi sampel dapat
diketahui. Kurva standar dapat diketahui dari hasil percobaan yang telah dilakukan
dengan hasil persamaan regresi linier. Dalam hal ini nilai koefidien korelasi yang baik
dari kurva standar adalah mendekati satu hal ini menandakan bahwa kurva berbentuk
garis lurus.

Penutup

Kesimpulan : Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa timbal yang ada di
lingkungan karena proses industri atau penggunaan bahan bakar dapat terakumulasi
dalam tubuh manusia. Akumulasi timbal dapat terjadi lewat ekskresi urin dan
terakumulasi pada rambut manusia. Jika dibiarkan terus menerus maka peningkatan
kandungan timbal dalam tubuh dapat membahasyakan kesehatan manusia sehingga
penting untuk dilakukan pengukuran dan pengawasan kadar timbal dalam tubuh.
Salah satu metode yang dapat dilakukan dalam pengukuran kadar timbal adalah
dengan menggunakan atomic absobtion spectrophotometer (AAS).

Saran : (a) dilakukan pengawasan kadar timbal dalam tubuh sehingga dapat menjadi
evaluasi untuk menilai kondisi kesehatan lingkungan di sekitar tempat responden. (b)
apabila kadar timbal dalam tubuh telah melebihi nilai ambang batas maka harus
dilakukan tata laksana sehingga tidak menimbulkan bahaya kesehatan dalam jangka
panjang. (c) dibuatnya regulasi yang mengatur batasan penggunaan timbal dan
batasan pembuangan limbah yang mengandung timbal ke lingkungan.
Daftar Pustaka

Hidayati, Nur Ervina. 2013. Perbandingan Metode Destruksi pada Analisis Pb dalam Rambut
dengan AAS. Jurusan FMIPA, Universitas Negeri Semarang.

Marwati, Siti.2016. Teknik Analisis Dengan Atomic Absorption Spectrophotometry


(AAS).Universitas Negeri Yogyakarta.

Ristina, Maria.2013. Petunjuk Praktikum Instrumen Kimia. STTN Batan:Yogyakarta

Samsuar dkk.2017. Analisis Kadar Timbal (Pb) Pada Rambut Pekerja Bengkel Tambal Ban
Dan Ikan Mas Di Sepanjang Jalan Soekarno-Hatta Bandar Lampung Secara
Spektrofotometri Serapan Atom. Jurnal Kesehatan, Volume VIII, Nomor 1, April 2017,
hlm 91-97.

Uliyah, Musrifatul, Alimul Aziz. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Salemba
Medika:Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai