Rhodamine B termasuk zat yang apabila diamati dari segi fisiknya cukup mudah untuk
dikenali. Bentuknya seperti kristal, biasanya berwarna hijau atau ungu kemerahan. Di samping
itu rhodamine juga tidak berbau serta mudah larut dalam larutan berwarna merah terang
berfluorescen. Zat pewarna ini mempunyai banyak sinonim, antara lain D and C Red no 19, Food
Red 15, ADC Rhodamine B, Aizen Rhodamine dan Brilliant Pink B. Rhodamine biasa
digunakan dalam industri tekstil. Pada awalnya zat ini digunakan sebagai pewarna bahan kain
atau pakaian. Campuran zat pewarna tersebut akan menghasilkan warna-warna yang menarik.
Bukan hanya di industri tekstil, rhodamine B juga sangat diperlukan oleh pabrik kertas.
Fungsinya sama yaitu sebagai bahan pewarna kertas sehingga dihasilkan warna-warna
kertas yang menarik. Sayangnya zat yang seharusnya digunakan sebagai pewarna tekstil dan
kertas tersebut digunakan pula sebagai pewarna makanan. Penggunaan zat pewarna ini dilarang
di Eropa mulai 1984 karena rhodamine B termasuk karsinogen yang kuat. Efek negatif lainnya
adalah menyebabkan gangguan fungsi hati atau bahkan bisa menyebabkan timbulnya kanker hati
(Syah et al. 2005). Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa zat pewarna tersebut memang
berbahaya bila digunakan pada makanan. Hasil suatu penelitian menyebutkan bahwa pada uji
terhadap mencit, rhodamine B menyebabkan terjadinya perubahan sel hati dari normal menjadi
nekrosis dan jaringan di sekitarnya mengalami disintegrasi. Kerusakan pada jaringan hati
ditandai dengan adanya piknotik (sel yang melakukan pinositosis) dan hiperkromatik dari
nukleus, degenerasi lemak dan sitolisis dari sitoplasma (Adi, 2006).
Dalam analisis yang menggunakan metode destruksi yang kemudian diikuti dengan
analisis metode spektrofometri, diketahui bahwa sifat racun rhodamine B tidak hanya disebabkan
oleh senyawa organik saja tetapi juga oleh kontaminasi senyawa anorganik terutama timbal dan
arsen (Subandi 1999). Keberadaan kedua unsur tersebut menyebabkan rhodamine B berbahaya
jika digunakan sebagai pewarna pada makanan, obat maupun kosmetik sekalipun. Hal ini
didukung oleh Winarno (2004) yang menyatakan bahwa timbal memang banyak digunakan
sebagai pigmen atau zat pewarna dalam industri kosmetik dan kontaminasi dalam makanan dapat
terjadi salah satu diantaranya oleh zat pewarna untuk tekstil.
Namun celakanya sudah sejak lama pula terjadi penyalahgunaan dengan adanya pewarna buatan
yang tidak diizinkan untuk digunakan sebagai zat aditif. Contoh yang sering ditemui di lapangan dan
diberitakan di beberapa media massa adalah penggunaan bahan pewarna Rhodamine B, yaitu zat
pewarna yang lazim digunakan dalam industri tekstil, namun digunakan sebagai pewarna makanan.
Berbagai penelitian dan uji telah membuktikan bahwa dari penggunaan zat pewarna ini pada
makanan dapat menyebabkan kerusakan pada organ hati. Pada uji terhadap mencit, diperoleh
hasil ; terjadi perubahan sel hati dari normal menjadi nekrosis dan jaringan disekitarnya mengalami
disintegrasi atau disorganisasi. Kerusakan pada jaringan hati ditandai dengan
terjadinya piknotik(sel yang melakukan pinositosis ) dan hiperkromatik pewarnaan yang lebih kuat
dari normal) dari nukleus. Degenerasi lemak dan sitolisis dari sitoplasma. Batas antar sel tidak jelas,
susunan sel tidak teratur dan sinusoid tidak utuh. Semakin tinggi dosis yang diberikan, maka
semakin berat sekali tingkat kerusakan jaringan hati mencit. Secara statistik, terdapat perbedaan
yang nyata antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan dalam laju rata-rata pertambaan
berat badan mencit.
Sedangkan menurut studi yang dilakukan oleh Universitas Hokoriku, Kanazawa, Jepang.
Efek Rhodamine B pada kosmetik adalah pada proliferasi dari fibroblas yang diamati pada kultur
sistem. Rhodamine B pada takaran 25 mikrogram/ml dan diatasnya secara signifikan menyebabkan
pengurangan sel setelah 72 jam dalam kultur. Studi ini menghasilkan bahwa 50 mikrogram/ml
dalam rhodamine B menyebabkan berkurangnya jumlah sel setelah 48 jam dan lebih. Studi ini juga
menyarankan bahwa zat warna rhodamine B menghambat proliferasi tanpa mengurangi
penggabungan sel. Gabungan [3H] timidine dan [14C] leusin dalam fraksi asam tidak terlarut dari
membran sel secara signifikan dihambat oleh 50 mikrogram/ml Rhodamine B. Rhodamine 6G
menyebabkan kerusakan sel yang parah dan rhodamine B secara signifikan mengurangi jumlah sel.
Rhodamine 123 tidak memiliki efek yang berarti, sedangkan. Lebih jauh lagi, rhodamine B
mengurangi jumlah sel vaskuler endothelial pada pembuluh darah sapi dan sel otot polos pada
pembuluh darah hewan berkulit duri setelah 72 jam dalam kultur. Sehingga tidak berlebihan jika
studi ini menyimpulkan bahwa rhodamine B menghambat proses proliferasi lipo fibroblast pada
manusia.
Berita Terkait
Semarang, ANTARA Jateng - Petugas Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan Kota Semarang menemukan
beberapa produk makanan yang izin edarnya tidak sesuai dengan ketentuan yang ada, saat melakukan razia di dua
mal di kota setempat.
"Empat jenis produk luar negeri yang menyalahi izin nomor registrasi tersebut adalah agar-agar, cokelat, manisan
buah, dan permen," kata Kepala BBPOM Kota Semarang Supriyanto Utomo di Semarang, Selasa.
Ia menjelaskan, produk makanan yang menyalahi izin edar tersebut seharusnya menggunakan nomor registrasi
makanan luar negeri (ML), namun justru memakai nomor pangan industri rumah tangga (PIRT).
Menurut dia, hal tersebut bisa disebabkan oleh ketidaktahuan importir makanan atau memang disengaja untuk
mencari mudahnya saja.
"Mendapatkan nomor PIRT lebih mudah dibandingkan dengan nomor ML, baik dari proses perizinan maupun dari
segi biaya pengurusan," ujarnya.
Terkait dengan hal tersebut, petugas BBPOM menurunkan keempat produk makanan yang menyalahi izin edar itu
dari rak penjualan dan akan mengkonfirmasikan ke BBPOM Pusat di Jakarta guna menentukan langkah selanjutnya.
"Kami juga akan menelusuri nomor PIRT yang terdapat dalam produk makanan tersebut apakah diterbitkan oleh
kabupaten kota mana atau justru palsu sehingga harus dilakukan penyitaan," katanya.
Dalam razia tersebut, petugas BBPOM Kota Semarang juga melakukan pengujian terhadap sejumlah contoh
makanan yang diduga mengandung bahan pengawet jenis formalin dan pewarna tekstil jenis Rhodamin B.
Dari pengujian langsung di lokasi razia terhadap beberapa contoh makanan dengan menggunakan peralatan yang
telah disiapkan sebelumnya, ternyata hasilnya negatif.
Pengujian kandungan formalin dilakukan petugas pada contoh ikan jambal, ikan peda, dan ikan teri, sedangkan tes
kandungan Rhodamin B dilakukan pada manisan, saus, dodol, dan kerupuk dengan warna mencolok.
KOMPAS.com
Cetak
ePaper
Kompas TV
Bola
Entertainment
Tekno
Otomotif
Female
Health
Properti
Kompasiana
Urbanesia
Images
Games
KompasKarier
PasangIklan
Gramedia.com
Forum
Home
Nasional
Regional
Internasional
Megapolitan
Bisnis
Olahraga
Sains
Travel
Oase
Edukasi
Infografis
Video
More
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
Sumatera Jawa Kalimantan Indonesia Timur
New
Jelajahi Kompas.com Bersama Teman-Teman Facebook Anda
Learn more
Dibaca: 105
Komentar: 0
|
Share:
TERKAIT:
SEMARANG, KOMPAS.com — Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Semarang
mendapati minuman takjil yang dijajakan mengandung pewarna tekstil atau Rhodamin B.
Penemuan itu merupakan hasil pemeriksaan makanan takjil oleh BBPOM dalam rangka
pengawasan makanan, terutama pada bulan puasa di Jalan Pahlawan, Semarang, Jumat
(27/7/2012).
Kepala Bidang Pemeriksaan dan Penyelidikan BBPOM Semarang Rustyawati mengatakan, timnya
melakukan pengujian secara acak pada sejumlah produk yang dicurigai. Terdapat 16 item yang
digunakan sebagai sampel dan diteliti langsung oleh 12 petugas.
Sejumlah produk yang diteliti antara lain sirup, kolang-kaling, cendol, bakso, dan mi ayam. Tim
memastikan produk yang mengandung pewarna berbahaya tersebut terdapat dalam sirup dan
kolang-kaling yang dijual penjual dadakan di sekitar Taman KB Semarang.
"Untuk kandungan formalin dipastikan negatif, sedangkan untuk pengujian kandungan boraks masih
harus dilakukan penelitian di laboratorium," katanya.
Masyarakat, ungkap Rustiyawati, juga diminta untuk waspada dan lebih teliti dalam memilih produk
makanan. Secara kasatmata, ia mengatakan, produk yang perlu diwaspadai mengandung pewarna
berbahaya yakni warna makanan atau minuman yang mencolok dan menyala.
Sementara itu, Kepala Seksi Farmasi Makanan dan Minuman dan Perbekalan Kesehatan
Fathulrohman menambahkan, tim sudah menarik dan memusnahkan produk yang dinyatakan
mengandung bahan berbahaya.
Selain itu, pihaknya juga akan menelusuri asal produk apakah dibuat sendiri atau dari produsen.
"Sosialisasi juga terus dilakukan baik pada masyarakat atau penjual agar kesadaran untuk
menggunakan produk yang sehat meningkat," katanya.
Editor :
Farid Assifa
Berita terbaru
find us on :
IMSAK: 04:35
SUBUH: 04:45
ZUHUR: 12:01
ASHAR: 15:23
MAGRIB: 17:57
ISYA: 19:09
HOME » PERISTIWA
Kategori
Peristiwa
4
Reporter: Parwito
Hati-hati jika anda membeli menu buka puasa atau yang kerap kita sebut sebagai takjil
puasa yang dijajakan di sepanjang jalan. Sebab, menu takjil puasa itu bisa
mengandung bahan kimia serta yang berbahaya bagi kesehatan tubuh.
Fakta itu terbukti saat Badan POM Semarang Sabtu(28/7) sore hingga petang tadi
melakukan pemeriksaan aneka minuman takjil yang dijajakan dibeberapa jalan protokol
di kawasan Kota Semarang di antaranya di Jalan Pahlawan dan Menteri Supeno Kota
Semarang.
"Enam belas sample tersebut antara lain, aneka es buah, kolang-kaling, bakso, dan
bubur. Selanjutnya akan kami periksa langsung, untuk mengetahui kadar zat yang
terkandung di dalamnya," ungkap Agung, bagian pengawas makanan Badan POM
Semarang, saat dikonfirmasi merdeka.com, Sabtu (28/7).
Dari 16 sample tersebut, petugas menemukan sebanyak tiga jenis makanan yang
mengandung zat kimia berbahaya serta sering digunakan sebagai pewarna tekstil,
yakni jenis rhodamin B.
“Temuan tersebut terdapat dalam kolang-kaling dan sirup pada es campur yang dijual di
kawasan Taman Menteri Supeno,” tutur Agung.
[hhw]
© 2012 merdeka.com