PEMBAHASAN
SDM
Kurangnya kepedulian petugas
Kurangnya pengetahuan keluarga
Kurangnya pengetahuan pasien
Metode
Kurangnya deteksi dini oleh kader
Perawatannya hanya kuratif saja
Metode pengobatan hanya oral
Banyak pasien yang hanya melakukan pengobatan alternatif
Sarana Prasarana
Kurangnya pendampingan kegiatan ODGJ
Kurangnya alat pemantau pengobatan
Belum ada lahan dalam mendukung kegiatan
Tidak ada lahan untuk rehabilitasi
Dana
Ada ODGJ tidak punya JKN
Dana kegiatan terbatas
Lingkungan
Warga sekitar tidak peduli
Kurangnya dukungan keluarga
Keluarga malu (aib)
Kurangnya peran lingkungan sekitar
Stigma negatif dari masyarakat
2. Garansi (Gerakan Anti Hipertensi)
SDM
Kelelahan tenaga kesehatan
Karna terlalu tinggi prevalensi penderita
Kesadaran masyarakat untuk akses kesehatan sangat rendah
Dana
Terbatasnya dana kegiatan
Ada pasien hipertensi yang tidak ada JKN
Lingkungan
Kurangnya dukungan keluarga
Warga sekitar tidak peduli
Sarana dan Prasarana
Kurangnya pendampingan pada peserta hipertensi karna tingginya prevalensi
Lahan puskesmas yang terbatas
Metode
Kurangnya deteksi dini atau tindakan pencegahan
Perawatannya hanya kuratif saja
3. Kupas Duku (Kunjungi Pasien Terduga Tuberkulosis)
SDM
Kurangnya kepedulian penderita untuk memeriksakan keluhannya
Kurangnya pengetahuan masyarakat
SDM jumlahnya terbatas
Dana
Dana kegiatan terbatas
Ada penderita TB yang tidak memiliki JKN
Lingkungan
Warga sekitar tidak peduli
Kurangnya dukungan keluarga
Warga sekitar memandang remeh keluhan penderita
Sarana dan Prasarana
Terbatasnya lahan puskesmas
Lamanya proses pemeriksaan penunjang karna setelah pengambilan sampel
dahak, dikirimkan dulu ke RS untuk tes PCM
Metode
Kurangnya metode pencegahan (preventif)
Perawatannya hanya pada penderita yang batuk – batuk lebih dari 2 minggu
4. Program Unggulan terkait KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dan lansia
SDM
Jumlah tenaga medis yang terbatas
Kurangnya pengetahuan masyarakat terutama yang lansia untuk memeriksakan
kesehatannya
Anak – anak banyak yang takut dengan tenaga medis
Kesulitan mengatur waktu bagi ibu hamil untuk periksa
Dana
Dana kegiatan terbatas
Beberapa pasien tidak memiliki JKN
Beberapa ibu hamil, orang tua anak – anak dan lansia tidak memiliki hp android
sehingga kurang maksimal dalam memberikan informasi ke WA
Lingkungan
Seharusnya saat kelas ibu hamil, suami juga ikut menemani tetapi karena
keterbatasan waktu suami sehingga sulit terealisasi.
Sulitnya pergi ke puskesmas karena jarak puskesmas yang terlalu jauh dari rumah
Kurangnya dukungan lingkungan sekitar untuk memotivasi anak – anak, ibu
hamil dan lansia untuk periksa.
Sarana dan Prasarana
Terbatasnya lahan puskesmas
Faskes perlu dilakukan peningkatan
Metode
Perlu metode yang membuat anak senang berkunjung untuk periksa kesehatan ke
dokter
Bagi lansia kurang metode preventif
Banyak lansia yang melakukan pengobatan alternatif
Prinsip jujur
Replikator harus mau mengakui bahwa inovasi yang dilakukan merupakan adopsi
dari instansi lain, oleh karena itu pihak replikator sebelum mengadopsi prinsip
inovasi dari pihak lain sebaiknya melakukan izin ke pihak terkait.
Prinsip Kesesuaian dengan Kebutuhan
Inovasi yang direplikasi dari pihak terkait harus disesuaikan dengan kebutuhan
instansi penerima
Prinsip efisien
Inovasi yang direplikasi sebaiknya dapat menghemat sumber – sumber seperti
sumber daya manusia, tenaga, waktu dan keuangan.
Prinsip Memberi Nilai Tambah
Inovasi yang direplikasi diharapkan dapat dikembangkan sesuai dengan konteks
dimana inovasi tersebut direplikasi, artinya dalam proses adopsi hendaknya
inovasi dikembangkan aspek – aspek tertentunya.
a. Persiapan
Pada tahap ini harus melalui pengenalan diri dengan identifikasi masalah,
mengenali inovasi, kebaruan dan kompatibilitas, mempersiapkan sumber daya
pendukung replikasi, kesepakatan kerjasama antara instansi asal dengan instansi
penerima pada model kerjasama dan kesepakatan 3 pihak dalam model fasilitasi.
b. Perencanaan dan Pengembangan Kapasitas
Pada tahapan ini melakukan pembentukan tim pelaksana replikasi inovasi,
pembuatan rencana aksi replikasi inovasi, penguatan kapasitas tim pelaksana
replikasi inovasi, pengembangan model inovasi yang direplikasi, penentuan model
dan metode replikasi.
c. Replikasi
Pada tahap ini terdapat 2 kegiatan yakni pelaksanaan rencana aksi dan monitoring
replikasi
d. Evaluasi
Tim pelaksana replikasi inovasi melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap
implementasi inovas hasil replikasi dalam jangka waktu yang cukup panjang
misalnya 1 atau 2 tahun.
(Suripto dkk., 2017)
Puskesmas Mlati II dalam pelaksanaannya sampai saat ini tidak pernah melakukan
replikasi dari puskesmas atau instansi yang lain dikarenakan program replikasi sering
tidak sesuai dengan situasi yang ada di Puskesmas Mlati II, tetapi terdapat pihak lain
beberapa ini yang tercatat melakukan replikasi (replikator) dari Puskesmas Mlati II yang
dijelaskan sebagai berikut
Grafk Jumlah Penyakit Gigi Berdasarkan Diagnosa di BPG Puskesmas Mlati Tahun 2019
Grafik Jenis dan Jumlah Tindakan Gigi di BPG Puskesmas Mlati II Tahun 2019
Tiga besar diagnosa penyakit gigi tahun 2019 sebagai berikut :
1. Kelainan pulpa dan jaringan periapikal, sebesar 4462 kasus mencakup 49 %
2. Kelainan gusi dan periodontal, sebesar 1303 kasus mencakup 14 %
3. Gigi persistensi , sebesar 1076 kasus mencakup 12%
Tiga jenis dan jumlah tindakan gigi yang paling banyak dilakukan pada tahun 2019
adalah :
1. Premedikasi ( 2125 kasus / 25% )
2. Konsultasi gigi ( 1682 kasus/ 16% )
3. Perawatan saraf A/B/C/capping ( 1656 kasus/ 19%)
Pencapaian Target kinerja tahun 2019
Rasio Pencabutan gigi permanen terhadap Penambalan gigi permanen
Jumlah tindakan pencabutan gigi permanen = 301
Jumlah tindakan penambalan gigi permanen = 1.108
Dengan demikian rasio tercapai karena telah melebihi 1:2 yakni 1: 3,68
Anggraeny, C., 2013, Inovasi Pelayanan Kesehatan dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan di
Puskesmas Jagir Kota Surabaya, Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik, 1(1): 85.
Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat, 2018, Penguat Pelayanan Kesehatan Dasar di
Puskesmas, Kementerian PPN/Bappenas, Jakarta, hal.41-42.
Herijulianti, E., Indriani, TS., dan Artini, S., 2002, Pendidikan Kesehatan Gigi, EGC, Jakarta,
hal. 133.
Kemenkes, 2012, Rencana Program Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 2-3.
Kemenkes, 2020, Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas Pada Masa Pandemi COVID-19,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 4, 11.
Mindarti, IL, 2018, Model Inovasi Pelayanan Kesehatan Melalui Program Gerakan Serentak
Keluarga Siaga (Gertak Kasi)(Studi Pada Puskesmas Bades Kecamatan Pasirian
Kabupaten Lumajang), Jurnal Dinamika Gouvernance FISIP UPN “Veteran” Jatim, 8(2)
: 105.
Permenkes. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 89 Tahun 2015 Tentang
Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut, Kementerian Keseharan Republik Indonesia, Jakarta,
hal. 4
Permenkes 2019, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 4 Tahun 2019 Tentang
Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut, Kementerian Keseharan Republik Indonesia, Jakarta,
hal. 3.
Rikesdas, 2018, Hasil Utama Rikesdas 2018, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Sari, A., Ratag, GAE., Kandou, GD., 2013, Tantangan dan Hambatan Program Pengembangan
Kesehatan Olahraga untuk Lansia di Puskesmas Kota Manado, Jurnal Kedokteran dan
Komunitas dan Tropik, 1(3), hal 117-119.
Suripto, Muis, A., Oktaviani,D., Andreany, S., Cahyadi, D., Prasetya, A.G., Setiawan, N.A.,
Ario, N.,Yulfikar, 2017, Pedoman replikasi inovasi, Jakarta, LAN Press, hal 22-29.
Suwarno, Y., 2008, Inovasi di Sektor Publik, STIA-LAN Press, Jakarta, hal. 19.