Anda di halaman 1dari 23

II.

PEMBAHASAN

II. A Program Unggulan

Pengesahan UU no 32 tahun 2004 membuat pemerintah daerah dapat membuat


kewenangan dan keleluasaan untuk menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas.
Seiring dengan lahirnya otonomi daerah tersebut, mendorong pemerintah daerah untuk
berani mengambil inisiatif dan mengambil sebuah terobosan baru atau sebuah program
inovasi untuk memajukan daerahnya, salah satu inovasi yang menjadi konsentrasi
pemerintah daerah adalah meingkatkan pelayanan kesehatan (Anggraeny, 2013). Inovasi
sektor publik adalah mengubah suatu hal menjadi sesuatu yang baru dalam rangka
meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam organisasi sektor publik (Mindarti, 2018).
Menurut Suwarno (2008), tahapan dari proses pengembangan program inovasi adalah
kebutuhan atau masalah, riset dasar dan aplikatif, pengembangan, komersialisasi, difusi dan
adopsi lau konsekuensi. Berdasarkan uraian tersebut, Puskesmas Mlati II memiliki inovasi
atau program unggulan dan pengembangan untuk meningkatkan capaian Standard
Pelayanan Minimal (SPM) dan PIS-PK yaitu

1. Biji Kecambah (Rehabiitasi Jiwa dengan Kenali dan Cegah Kekambuhan)


Berdasarkan data RISKESDAS (2018), DI Yogyakarta merupakan provinsi dengan
ODGJ (Orang dengan Gangguan Jiwa) tertinggi ke 2 di Indonesia yang memiliki
prevalensi 10/1000 penduduk. Kabupaten Sleman memiliki jumlah ODGJ berat sebanyak
2.292 orang dari jumlah penduduk sekitar 1,1 juta jiwa. Berdasarkan PIS-PK Puskesmas
Mlati II tahun 2017, terdapat 3 kasus yang belum tertangani dengan baik yaitu penderita
ODGJ (22%), hipertensi (22%) dan tuberkulosis (45%) padahal berdasarkan SPM
(Standard Pelayanan Minimal) yang tertuang dalam Permenkes no 4 tahun 2019, ODGJ
harus mendapatkan pengobatan 100%, hipertensi 88,48 % dan tuberkulosis 72,5 %.
ODGJ berat di wilayah kerja Puskesmas Mlati II yang telah berobat dari 117 orang hanya
22% saja dan 76,5% ODGJ berat tersebut adalah usia produktif. Data tersebut
menunjukkan bahwa perlunya membentuk program inovasi untuk menangani kasus yang
belum tertangani dengan baik di Puskesmas Mlati II terutama untuk menangani kasus
ODGJ tersebut. Sehingga puskesmas Mlati II membentuk program unggulan/inovasi
yaitu Biji Kecambah (Rehabiitasi Jiwa dengan Kenali dan Cegah Kekambuhan) adalah
upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan jiwa yang komprehensif, dengan
kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang terintegrasi.
Tujuan dari program Biji Kecambah adalah meningkatkan pencapaian indikator SPM
dan PIS-PK, meningkatkan deteksi dini gangguan jiwa di masyarakat agar tidak menjadi
ODGJ berat, memantau pengobatan ODGJ, mencegah kekambuhan pada ODGJ,
mengurangi stigma negatif masyarakat terhadap ODGJ dan mengurangi beban ekonomu
keluarga ODGJ. Strategi dari program unggulan biji kecambah untuk mencapai tujuan
yaitu
1. Persiapan
 Analisi masalah PIS-PK
 Rencana usulan kegiatan
 Pembentukan dan koordinasi tim Biji Kecambah
2. Advokasi Lintas Sektor
 Pembentukan TPKJM (Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat)
 Membentuk jejaring dengan pihak eksternal, faskes, RS, LSM, organisasi profesi
3. Pelaksanaan
 Deteksi dini melalui screening dan DSSJ (Desa Siaga Sehat Jiwa)
 Kata kasih untuk ketahanan keluarga
 Pengobatan oral dan injeksi
 Pemanfaatan lahan puskesmas
 Telur asin seroja
4. Monitoring
 Pertemuan UKM
 Tim mutu
 Lokakarya mini
 Koordinasi
5. Evaluasi
 Internal dan eksternal
 Evaluasi program dan evauasi hasi pengobatan dan rehabilitasi
 Lomba PIS-PK
Stakeholder yang terlibat dalam tercapainya program Biji Kecambah ini adalah Bupati
Sleman dan jajaran Pemda Sleman atas dukungan kebijakan terkait JPS (Jaring
Pengaman Sosial) dan TPKJM (Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat), Dinas
Kesehatan atas dukungan kebijakan dan penyediaan obat, Camat/Sekcam sebagai ketua
TPKJM Kecamatan Mlati, BP4 , TKSK, tokoh masyarakat, kader kesehatan, Organisasi
Profesi (IDI), LSM serta Tim Biji Kecambah yang merupakan kerjasama lintas program
dan multi profesi di Puskesmas Mlati II.

II.A.5. Hambatan Program Unggulan


Dalam pelaksanaan program unggulan, biasanya puskesmas mengalami beberapa
kendala secara umum yaitu:
a. Tenaga terlatih (SDM)
Keberhasilan suatu program didukung oleh kualitas dan kuantitas dari SDMnya.
Kuantitas SDM menyangkut jumlah SDM yang dibutuhkan puskesmas untuk
melaksanakan program. Kualitas SDM menyangkut kemampuan SDM dalam
melaksanakan program unggulan. Untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM
dalam melaksanakan program unggulan dapat dilakukan dan dikembangkan motivasi,
inisiatif, keterampilan SDM dalam menjalankan program serta beban kerja yang sesuai
dengan kemampuan SDM.
b. Dana
Suatu program tidak akan berjalan optimal jika tidak ada penyediaan dana. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Sari dkk. (2013), kendala yang berhubungan dengan
dana dialami oleh seluruh puskesmas.
c. Sarana dan Prasarana
Keberhasilan suatu program ditentukan oleh sarana dan prasarana yang memadai
keberlanjutan program tersebut.
d. Masyarakat
Hambatan tidak berjalannya program unggulan dikarenakan kurangnya pengetahuan
masyarakat, jarak rumah dengan lokasi yang sulit dijangkau serta kurangnya dukungan
keluarga.
e. Rendahnya Kerjasama Antara Organisasi Masyarakat dengan Puskesmas
Kerjasama antar organisasi masyarakat dengan puskesmas sangat penting karena
puskesmas bertanggung jawab dalam meningkatkan kesehatan masyarakat di suatu
wilayah kerjanya.
f. Perhatian dari Dinas Kesehatan
Perhatian dari dinas kesehatan untuk terlaksananya program unggulan dan
pengembangan sangat penting, dinas kesehatan bisa membantu proses pendanaan
terkait terlaksananya program.
(Sari dkk.,2013)
Teori di atas tidak jauh berbeda dengan hambatan yang dialami oleh Puskesmas Mlati
II saat melaksanakan program unggulan dan pengembangannya. Berikut beberapa
contoh hambatan dalam terlaksananya program unggulan dan pengembangan DI
Puskesmas Mlati II:
1. Biji Kecambah (Rehabiitasi Jiwa dengan Kenali dan Cegah Kekambuhan)
Berdasarkan PIS-PK Puskesmas Mlati II tahun 2017, terdapat 3 kasus yang belum
tertangani dengan baik yaitu penderita ODGJ (22%), hipertensi (22%) dan
tuberkulosis (45%) padahal berdasarkan SPM (Standard Pelayanan Minimal) yang
tertuang dalam Permenkes no 4 tahun 2019, ODGJ harus mendapatkan pengobatan
100%, hipertensi 88,48 % dan tuberkulosis 72,5 %. ODGJ berat di wilayah kerja
Puskesmas Mlati II yang telah berobat dari 117 orang hanya 22% saja dan 76,5%
ODGJ berat tersebut adalah usia produktif. Berdasarkan analisis akar masalah,
pencapaian di tahun 2017 hanya 22% dikarenakan beberapa faktor yaitu

 SDM
 Kurangnya kepedulian petugas
 Kurangnya pengetahuan keluarga
 Kurangnya pengetahuan pasien
 Metode
 Kurangnya deteksi dini oleh kader
 Perawatannya hanya kuratif saja
 Metode pengobatan hanya oral
 Banyak pasien yang hanya melakukan pengobatan alternatif
 Sarana Prasarana
 Kurangnya pendampingan kegiatan ODGJ
 Kurangnya alat pemantau pengobatan
 Belum ada lahan dalam mendukung kegiatan
 Tidak ada lahan untuk rehabilitasi
 Dana
 Ada ODGJ tidak punya JKN
 Dana kegiatan terbatas
 Lingkungan
 Warga sekitar tidak peduli
 Kurangnya dukungan keluarga
 Keluarga malu (aib)
 Kurangnya peran lingkungan sekitar
 Stigma negatif dari masyarakat
2. Garansi (Gerakan Anti Hipertensi)
 SDM
 Kelelahan tenaga kesehatan
 Karna terlalu tinggi prevalensi penderita
 Kesadaran masyarakat untuk akses kesehatan sangat rendah
 Dana
 Terbatasnya dana kegiatan
 Ada pasien hipertensi yang tidak ada JKN
 Lingkungan
 Kurangnya dukungan keluarga
 Warga sekitar tidak peduli
 Sarana dan Prasarana
 Kurangnya pendampingan pada peserta hipertensi karna tingginya prevalensi
 Lahan puskesmas yang terbatas
 Metode
 Kurangnya deteksi dini atau tindakan pencegahan
 Perawatannya hanya kuratif saja
3. Kupas Duku (Kunjungi Pasien Terduga Tuberkulosis)
 SDM
 Kurangnya kepedulian penderita untuk memeriksakan keluhannya
 Kurangnya pengetahuan masyarakat
 SDM jumlahnya terbatas
 Dana
 Dana kegiatan terbatas
 Ada penderita TB yang tidak memiliki JKN
 Lingkungan
 Warga sekitar tidak peduli
 Kurangnya dukungan keluarga
 Warga sekitar memandang remeh keluhan penderita
 Sarana dan Prasarana
 Terbatasnya lahan puskesmas
 Lamanya proses pemeriksaan penunjang karna setelah pengambilan sampel
dahak, dikirimkan dulu ke RS untuk tes PCM
 Metode
 Kurangnya metode pencegahan (preventif)
 Perawatannya hanya pada penderita yang batuk – batuk lebih dari 2 minggu
4. Program Unggulan terkait KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dan lansia
 SDM
 Jumlah tenaga medis yang terbatas
 Kurangnya pengetahuan masyarakat terutama yang lansia untuk memeriksakan
kesehatannya
 Anak – anak banyak yang takut dengan tenaga medis
 Kesulitan mengatur waktu bagi ibu hamil untuk periksa
 Dana
 Dana kegiatan terbatas
 Beberapa pasien tidak memiliki JKN
 Beberapa ibu hamil, orang tua anak – anak dan lansia tidak memiliki hp android
sehingga kurang maksimal dalam memberikan informasi ke WA
 Lingkungan
 Seharusnya saat kelas ibu hamil, suami juga ikut menemani tetapi karena
keterbatasan waktu suami sehingga sulit terealisasi.
 Sulitnya pergi ke puskesmas karena jarak puskesmas yang terlalu jauh dari rumah
 Kurangnya dukungan lingkungan sekitar untuk memotivasi anak – anak, ibu
hamil dan lansia untuk periksa.
 Sarana dan Prasarana
 Terbatasnya lahan puskesmas
 Faskes perlu dilakukan peningkatan
 Metode
 Perlu metode yang membuat anak senang berkunjung untuk periksa kesehatan ke
dokter
 Bagi lansia kurang metode preventif
 Banyak lansia yang melakukan pengobatan alternatif

II.A.6 Replikasi Program Unggulan


Replikasi inovasi adalah sebuah proses adopsi atau adaptasi inovasi tata kelola
pemerintahan dan pelayanan publik, baik sebagian maupun secara keseluruhan yang
ditransfer dari organisasi asal ke organisasi penerima (replikator). Prinsip yang dilakukan
saat melakukan replikasi suatu inovasi sebagai berikut

 Prinsip jujur
Replikator harus mau mengakui bahwa inovasi yang dilakukan merupakan adopsi
dari instansi lain, oleh karena itu pihak replikator sebelum mengadopsi prinsip
inovasi dari pihak lain sebaiknya melakukan izin ke pihak terkait.
 Prinsip Kesesuaian dengan Kebutuhan
Inovasi yang direplikasi dari pihak terkait harus disesuaikan dengan kebutuhan
instansi penerima
 Prinsip efisien
Inovasi yang direplikasi sebaiknya dapat menghemat sumber – sumber seperti
sumber daya manusia, tenaga, waktu dan keuangan.
 Prinsip Memberi Nilai Tambah
Inovasi yang direplikasi diharapkan dapat dikembangkan sesuai dengan konteks
dimana inovasi tersebut direplikasi, artinya dalam proses adopsi hendaknya
inovasi dikembangkan aspek – aspek tertentunya.

Tahapan dalam melakukan replikasi terbagi sebagai berikut:

a. Persiapan
Pada tahap ini harus melalui pengenalan diri dengan identifikasi masalah,
mengenali inovasi, kebaruan dan kompatibilitas, mempersiapkan sumber daya
pendukung replikasi, kesepakatan kerjasama antara instansi asal dengan instansi
penerima pada model kerjasama dan kesepakatan 3 pihak dalam model fasilitasi.
b. Perencanaan dan Pengembangan Kapasitas
Pada tahapan ini melakukan pembentukan tim pelaksana replikasi inovasi,
pembuatan rencana aksi replikasi inovasi, penguatan kapasitas tim pelaksana
replikasi inovasi, pengembangan model inovasi yang direplikasi, penentuan model
dan metode replikasi.
c. Replikasi
Pada tahap ini terdapat 2 kegiatan yakni pelaksanaan rencana aksi dan monitoring
replikasi
d. Evaluasi
Tim pelaksana replikasi inovasi melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap
implementasi inovas hasil replikasi dalam jangka waktu yang cukup panjang
misalnya 1 atau 2 tahun.
(Suripto dkk., 2017)

Puskesmas Mlati II dalam pelaksanaannya sampai saat ini tidak pernah melakukan
replikasi dari puskesmas atau instansi yang lain dikarenakan program replikasi sering
tidak sesuai dengan situasi yang ada di Puskesmas Mlati II, tetapi terdapat pihak lain
beberapa ini yang tercatat melakukan replikasi (replikator) dari Puskesmas Mlati II yang
dijelaskan sebagai berikut

 Indikator SPM direplikasi oleh Puskesmas Moyudan


 Indikator kinerja bupati direplikasi oleh Puskesmas Godean I
 Indikator kinerja puskesmas direplikasi oleh Puskesmas Banyuwangi
 Indikator PIS-PK direplikasi di dusun lain
 Anggaran (PUPM, APBD, BLUD, BOK) direplikasi di desa lain

II. A. 7. Pelaksanaan Program Unggulan Selama Pandemi


Puskesmas merupakan garda terdepan dalam memutus rantai penularan COVID-
19 karena memiliki wilayah kerja di tiap kecamatan serta memiliki konser wilayah
kerja. Dalam kondisi pandemic COVID-19, Puskesmas perlu melakukan berbai macam
upaya yang meliputi pencegahan dan pembatasan penularan infeksi. Meskipun
memiliki prioritas untuk melakukan pencegahan dan pembatasan penularan infeksi
COVID-19, Puskesmas harus tetap melaksanakan fungsi untuk melakukan UKP
(Upaya Kesehatan Perorangan) dan UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) tingkat
pertama seperti yang terdapat pada Permenkes Nomor 43 Tahun 2019 tetapi harus
dengan protokol kesehatan yang ketat dan kaidah-kaidah pada saat pandemi COVID-
19 seperti physical distancing, atau dapat memanfaatkan teknologi informasi/daring.
(Kemenkes, 2020)
Pelaksanaan program unggulan di Puskesmas Mlati II mengalami berbagai
macam kendala, misalnya pada program Biji Kecambah pada awal pandemi COVID-
19 tidak dapat melakukan kunjungan di rumah pasien yang jaraknya jauh dari
Puskesmas, tetapi mulai Juni 2020 petugas Puskesmas melakukan kunjungan ke rumah
pasien ODGJ dengan APD level 2 untuk menginjeksi haloperindol. Kegiatan senam
Juwara (Jumat Sehat Jiwa Raga) dan pendampingan pembuatan telur asin tidak dapat
dilakukan selama pandemi COVID-19. Kegiatan Posbindu, Penyuluhan PHBS tidak
dapat dilaksanakan. Selama pandemic COVID-19 karena banyaknya program unggulan
yang terhambat pelaksanaannya, maka Puskesmas Mlati memilih program mana yang
menjadi prioritas untuk dijalankan.
II. B. UKM dan UKP
II. B. 1. UKP (Upaya Kesehatan Perseorangan)
Menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan (UKP) adalah tugas pokok dan
fungsi puskesmas atau sering juga disebut pelayanan kuratif, sasarannya adalah
perorangan dan atau rumah tangga. Orientasinya adalah penyembuhan dan rehabilitasi
seseorang yang jatuh sakit. Dalam PMK No.75/2014 ditetapkan delapan (8) jenis UKP
yang perlu diselenggarakan oleh Puskemas, yaitu: pelayanan pemeriksaan umum,
pelayanan kesehatan gigi dan mulut, pelayanan KIA/KB yang bersifat UKP, pelayanan
gawat darurat, pelayanan gizi yang bersifat UKP, pelayanan persalinan, pelayanan rawat
inap (di Puskesmas perawatan), pelayanan kefarmasian dan pelayanan laboratorium.
Upaya kesehatan perorangan umumnya bersifat private goods (eksternalitasnya relatif
rendah dan excludable), sehingga pembiayaannya bisa dilakukan melalui mekanisme
tarif dan asuransi. Puskesmas diharapkan mampu menangani 144 jenis diagnosis
penyakit (Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat,2018).
Puskesmas Mlati II mewujudkan UKP dalam berbagai kegiatan pelayanan,
meliputi :
1. BP Umum
Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat I berperan menyediakan
pelayanan pemeriksaan kesehatan secara umum bagi masyarakat. Di Puskesemas
Mlati II, fasilitas pelayanan ini disebut sebagai BP Umum. Pelayanan ini
menyediakan pemeriksaan, konsultasi, dan pengobatan untuk keluhan kesehatan
secara umum selain kondisi gawat darurat. Pelayanan kesehatan di BP Umum
dilakukan oleh beberapa orang dokter umum dan perawat. Untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat, pelayanan BP Umum juga terintegrasi dengan semua
pelayanan-pelayanan lain di Puskesmas Mlati II.
2. BP Gigi
Penyakit gigi & mulut termasuk 10 besar penyakit yang banyak dikeluhkan oleh
masyarakat indonesia. Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan sekitar 25,9 % penduduk
Indonesia mengalami permasalahan gigi & mulut namun baru 31,1 % yang
menerima pelayanan kesehatan gigi & mulut. Untuk menjawab kebutuhan
masyarakat tersebut tersedia pelayanan kesehatan gigi & mulut di Puskesmas. Balai
pengobatan gigi & mulut Puskesmas Mlati II dilakukan secara integratif dengan unit
pelayanan yang lain.
3. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat. Perhatian khusus harus diberikan terhadap peningkatan kesehatan ibu
dan anak meliputi ibu hamil, bayi baru lahir (BBL), Balita, Wanita Usia Subur
(WUS) dan peri-menopause/menopause. Untuk menurunkan angka kematian ibu dan
bayi pada masa itu, dilakukan pelayanan kesehatan terpadu (Pelayanan Gizi,
Laboratorium, BP Gigi & Mulut, BP Umum, dan Pelayanan Psikologi). Puskesmas
Mlati II juga mengadakan secara rutin kelas ibu hamil & senam hamil tiap bulan
pada minggu ke-3. Untuk informasi lebih lanjut silakan hubungi petugas Pelayanan
KIA Puskesmas Mlati II.
4.  Pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi
Pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi merupakan suatu upaya
yang dilakukan secara sengaja untuk mengatur kehamilan dalam keluarga dengan
cara-cara yang sesuai norma hukum dan moral agar tercapai kesehatan keluarga.
Tujuan dari pelayanan ini adalah untuk memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan
ibu, anak, dan keluarga; Meningkatkan taraf hidup dengan mengurangi angka
kelahiran; Memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan KB yang berkualitas;
Menjadi bagian dari upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi; serta
Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.
5. Pelayanan 24 Jam Terbatas (Pelayanan Gawat Darurat)
Pelayanan 24 Jam Terbatas merupakan salah satu bagian pelayanan di Puskesmas
Mlati II yang bertugas untuk melakukan tindakan medis dan terapi untuk mencegah
kematian dan kecacatan akibat kecelakaan atau penyakit tertentu. Pelayanan yang
dilakukan meliputi observasi, diagnosis, pengobatan, dan tindakan medis secara
cepat terhadap kondisi gawat darurat.
6. Pelayanan Gizi  
Pelayanan gizi bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan gizi dan kemampuan
individu/keluarga dalam mengatasi masalah gizi yang dihadapi malalui perubahan
pola makan. Pelayanan gizi dilakukan kepada individu sepanjang tahap
perkembangannya, mulai dari bayi, balita, anak, remaja, dewasa, hingga lansia untuk
mengatasi berbagai permasalahan dan penyakit terkait pola makan. Pelayanan gizi
Puskesmas Mlati II juga menyediakan konseling laktasi kepada ibu untuk membantu
proses menyusui berjalan dengan baik dan nyaman sehingga program ASI eksklusif
dapat tercapai.
7. Pelayanan Rawat Inap dan Persalinan
Pelayanan rawat inap Puskesmas Mlati II merupakan pelayanan kesehatan
perseorangan yang meliputi observasi, diagnosis, pengobatan, keperawatan,
rehabilitasi medik dengan menginap di ruang rawat inap Puskesmas Mlati II.
Pelayanan rawat inap bertujuan melakukan perawatan pasien yang dengan
penyakitnya harus menginap dan menolong persalinan normal dengan rata-rata 3-5
hari perawatan, merawat sementara penderita gawat darurat atau untuk observasi
penderita, melakukan pertolongan sementara untuk pengiriman penderita ke rumah
sakit.
8. Pelayanan Farmasi
Pelayanan farmasi di Puskesmas meliputi pengelolaan obat dan bahan medis habis
pakai serta pelayanan farmasi klinik yang dilakukan untuk mengidentifikasi,
mencegah, dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berkaitan dengan
kesehatan. Salah satu kegiatan dalam farmasi klinik adalah konsultasi obat yang
bertujuan untuk memberikan pemahaman yang benar mengenai obat (tujuan dan
jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan obat, efek samping obat, cara dan
lama penyimpanan obat).
9. Laboratorium
Laboratorium sebagai salah satu sarana penunjang pelayanan kesehatan yang
berperan melaksanakan pengukuran, penetapan, pengujian terhadap bahan yang
berasal dari seseorang untuk penentuan jenis penyakit, penyebaran penyakit, kondisi
kesehatan atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan seseorang atau
kelompok masyarakat. Pelayanan laboratorium menyediakan berbagai layanan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dalam upaya peningkatan kesehatan.
10. Pelayanan Psikologi
Kesejahteraan psikologis merupakan suatu kondisi yang tidak bisa dilepaskan dari
kesehatan fisik. Kondisi psikologis dan kondisi fisik merupakan satu kesatuan yang
saling mempengaruhi satu sama lain. Oleh karena itu, untuk memfasilitasi
tercapainya kesehatan yang optimal, Puskesmas Mlati II menyediakan pelayanan
psikologi bagi masyarakat secara komprehensif meliputi upaya promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitatif. Pelayanan psikologi di Puskesmas Mlati II
menyediakan pelayanan konseling individual bagi anak, remaja, dewasa maupun
lansia; konseling pasangan, konseling keluarga, maupun konseling kelompok.
Pelayanan psikologi terintegrasi dengan pelayanan lain yang ada di Puskesmas Mlati
II.
11. Pelayanan Fisioterapi
Merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu atau
kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi
tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual,
peningkatan gerak, peralatan (fisik electrotherapeutic dan mekanisme) pelatihan
fungsi dan komunikasi. Pelayanan fisioterapi di Puskesmas Mlati II melayani pasien
rujukan dari BP Umum maupun pasien yang membutuhkan fisioterapi atas
permintaan sendiri.
12. Pelayanan Konseling Sanitasi
13. Pelayanan Radiologi dan USG
14. Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)

II. B. 2 UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat)


UKM adalah salah satu tugas pokok dan fungsi puskesmas yang merupakan
pelayanan dengan sasaran penduduk secara keseluruhan beserta lingkungan
kesehatannya. Pelayanan UKM umumnya dilakukan di luar gedung, bekerja sama
dengan aparat kecamatan dan desa, serta pranata sosial masyarakat. UKM tersebut diatur
dalam berbagai ketentuan yang titik beratnya adalah pada pelayanan promotif dan
preventif serta penyehatan sanitasi dan lingkungan. UKM terbagi atas UKM esensial dan
UKM pengembangan. UKM esensial terdiri dari pelayanan promosi kesehatan termasuk
usaha kesehatan sekolah (UKS), pelayanan kesehatan lingkungan, pelayanan KIA dan
KB yang bersifat UKM, pelayanan gizi yang bersifat UKM, pelayanan pencegahan dan
pengendalian penyakit, pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat. UKM
pengembangan terdiri atas pelayanan kesehatan jiwa, pelayanan kesehatan gigi
masyarakat, pelayanan kesehatan tradisional komplementer, pelayanan kesehatan
olahraga, pelayanan kesehatan indra, pelayanan kesehatan lansia, pelayanan kesehatan
kerja dan pelayanan kesehatan lainnya sesuai kebutuhan. Pelaksanaan UKM ini
memerlukan SDM tertentu, yaitu tenaga kesehatan masyarakat, sanitarian dan gizi
masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat umumnya bersifat public goods (efek
eksternalitas tinggi dan bersifat non-excludable) sehingga pembiayaannya tidak bisa
melalui tarif atau asuransi kesehatan. Oleh sebab itu, UKM dibiayai melalui anggaran
pemerintah (APBN dan/atau APBD) (Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat,2018).
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, Puskesmas Mlati II memiliki UKM
Esensial dan UKM Pengembangan.
1. UKM Essensial
 Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
Bentuk-bentuk kegiatan dari upaya kesehatan ini adalah penyuluhan KB,
kunjungan rumah pada ibu pasca salin dengan risiko, pelaksanaan SDIDTK
pada anak pra sekolah.
 Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat 
Beberapa contoh kegiatan dalam upaya kesehatan ini adalah penanganan dan
pendampingan pada balita gizi buruk, penyuluhan ASI eksklusif, dan
pemantauan tumbuh kembang anak melalui Posyandu Balita di setiap
pedukuhan.
 Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit dilakukan dengan kegiatan
pemantauan dan pendampingan pasien TB, penyelidikan epidemiologi jika
ditemukan kasus demam berdarah, campak, diare atau penyakit lain yang
memungkinkan terjadinya penularan.
  Upaya Penyehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan dicapai melalui berbagai kegiatan, beberapa
diantaranya adalah pemantauan penggunaan air bersih, deklarasi stop BAB
sembarangan, pemantauan jentik secara berkala, pengelolaan sampah yang
terstandar, dan pemantauan tata kelola limbah di lingkungan rumah maupun
instansi.
  Upaya Promosi Kesehatan
Promosi perilaku hidup bersih dan sehat merupakan kunci dari upaya
peningkatan kesehatan masyarakat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
terdiri dari 10 indikator, yaitu : persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan,
memberi bayi ASI eksklusif, menimbang balita setiap bulan di Posyandu,
menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan sabun, penggunaan jamban
sehat, pemberantasan jentik nyamuk, mengkonsumsi sayur dan buah setiap
hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan tidak merokok. Kegiatan lain
dari upaya promosi kesehatan adalah pembinaan dan pendampingan
posyandu. Di Puskesmas Mlati II, terdapat posyandu balita dan posyandu
lansi di setiap pedukuhan. 
 Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
Untuk pasien atau masyarakat yang membutuhkan perawatan di rumah,
Puskesmas Mlati II menyediakan pelayanan kunjungan rumah oleh tenaga
kesehatan yang sesuai dengan permasalahan pasien. Upaya kesehatan ini juga
bertujuan untuk menjangkau pasien yang kesulitan mengakses layanan dalam
gedung.

II. C. BPG dan UKGMD


II.C.1. BPG (Balai Pengobatan Gigi)
Pelayanan kesehatan gigi pada masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas
dilaksanakan di balai pengobatan gigi yang bersifat medik dasar kedokteran gigi
berdasarkan kebutuhan meliputi upaya pengobatan/pemulihan dan rujukan dengan tidak
mengabaikan upaya peningkatan/pencegahan/perlindungan. Tujuan pelayanan gigi
Puskesmas yaitu terpenuhinya kebutuhan pelayanan medik dasar kedokteran gigi bagi
masyarakat yang datang berobat maupun yang dirujuk dan peningkatan pengetahuan
tentang pemeliharaan gigi dan mulut pada individu yang datang berkunjung. Sasaran
pelayanan gigi di Puskesmas adalah masyarakat yang datang ke Puskesmas, penderita
yang dirujuk dari BKIA(Balai Kesehatan Ibu dan Anak), sekolah, posyandu, puskesmas
pembantu dan puskesmas lain yang tidak memiliki pelayanan gigi. Bagi masyarakat yang
rumahnya jauh dari Puskesmas, pelayanannya dari Puskesmas keliling (Herijulianti,
2002).
Berdasarkan Permenkes no 4 tahun 2019 bahwa dalam Upaya Kesehatan
Perseorangan (UKP) Puskesmas harus dilaksanakan pelayanan gigi dan mulut. Maka di
Puskesmas Mlati II terdapat Balai Pengobatan Gigi yang mencakup pelayanan sebagai
berikut:
1. Pemeriksaan Gigi dan mulut
2. Premedikasi
3. Trepanasi
4. Konsultasi
5. Pencabutan gigi susu
6. Pencabutan gigi permanen
7. Tambalan gigi dg glass ionomer
8. Tambalan gigi dg resin komposit
9. Perawatan pulp capping
10. Perawatan gigi pulpitis
11. Koreksi oklusi
12. Penanganan kasus perdarahan gigi dan mulut
13. Pembersihan karang gigi per regio
14. Pemeriksaan gigi (ANC terpadu)
15. Pemeriksaan gigi caten wanita
16. Pemeriksaan gigi calon jemaah haji
17. Rujukan internal & eksternal
SDM yang terdapat di BPG Puskesmas Mlati II adalah 1 dokter gigi dan 2 orang
perawat gigi. Jadwal pelayanan Gigi 6 hari kerja, senin sampai kamis jam 07:30 – 12:00,
jumat jam 07:30 – 10:30, sabtu jam 07:30 – 11:00. Lokasi BPG Puskesmas Mlati II di
poli rawat jalan, UGD dan poli rawat inap bila ada rujukan internal.
BULAN PASIEN PASIEN TOTAL
BARU LAMA

JAN 500 118 618

PEBR 377 247 624

MARE 379 223 602


T

APRIL 300 272 572

MEI 283 251 534

JUNI 282 191 473

JULI 408 280 688

AGUST 315 265 580

SEPT 327 298 625

OKT 385 325 710

NOV 381 307 688

DES 315 319 634

TOTAL 4252 3096 7348


Tabel 1. Kunjungan Pasien di BPG Puskesmas tahun 2019

Grafik Jumlah Kunjungan Pasien ke BPG Puskesmas Mlati tahun 2019


JUMLAH KUNJUNGAN PASIEN BP GIGI
BULAN JANUARI-DESEMBER 2019

JUMLAH KUNJUNGAN PASIEN GIGI


800
700
600
500
400
300
200
100
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
BULAN

JUMLAH PASIEN LAMA JUMLAH PASIEN LAMA


JUMLAH PASIEN TOTAL

Grafk Jumlah Penyakit Gigi Berdasarkan Diagnosa di BPG Puskesmas Mlati Tahun 2019

Grafik Jenis dan Jumlah Tindakan Gigi di BPG Puskesmas Mlati II Tahun 2019
Tiga besar diagnosa penyakit gigi tahun 2019 sebagai berikut :
1. Kelainan pulpa dan jaringan periapikal, sebesar 4462 kasus mencakup 49 %
2. Kelainan gusi dan periodontal, sebesar 1303 kasus mencakup 14 %
3. Gigi persistensi , sebesar 1076 kasus mencakup 12%

Tiga jenis dan jumlah tindakan gigi yang paling banyak dilakukan pada tahun 2019
adalah :
1. Premedikasi ( 2125 kasus / 25% )
2. Konsultasi gigi ( 1682 kasus/ 16% )
3. Perawatan saraf A/B/C/capping ( 1656 kasus/ 19%)
Pencapaian Target kinerja tahun 2019
Rasio Pencabutan gigi permanen terhadap Penambalan gigi permanen
 Jumlah tindakan pencabutan gigi permanen = 301
 Jumlah tindakan penambalan gigi permanen = 1.108
Dengan demikian rasio tercapai karena telah melebihi 1:2 yakni 1: 3,68

II.C.2. UKGMD (Usaha Kesehatan Gigi dan Mulut Masyarakat Desa)


UKGMD adalah kegiatan pelayanan kesehatan gigi yang diselenggarakanoleh
masyarakat dengan bimbingan Puskesmas sehingga masyarakat mau danmampu
melakukan tindakan yang tepat dalam masalah kesehatan gigi dan mulut.Kegiatan
UKGMD dilakukan lebih kearah pada pelayanan promotif, preventifdanrujukan
kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan pada upaya kesehatan berbasismasyarakat
(UKBM) diantaranya posyandu dengan sasaran kelompok resiko tinggisalah satunya
meliputi anak usia balita (Kemenkes, 2012).
Tujuan UKGMD (Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat Desa) yaitu memberikan
pedoman dan acuan bagi penyelenggara pelayanan kesehatan gigi dan mulut untuk:
a. Mewujudkan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut secara profesional,komprehensif
danterpadu sesuai standar
b. Meningkatkan manajemen dan informasi Pelayanan Kesehatan Gigi danMulut yang
efisien dan efektif
c. Meningkatkan jumlah, kualitas dan pemerataan sumber daya manusiakesehatan gigi
dan mulut;
d. Meningkatkan peran serta daerah dalam pemenuhan kebutuhan sarana,prasarana dan
peralatan
Upaya kesehatan gigi dan mulut meliputi:
a. Pembinaan/pengembangan kemampuan peran serta masyarakat dalam upaya
pemeliharaan diri dalam wadah program UKGM.
b. Pelayanan asuhan pada kelompok rentan, meliputi anak sekolah, kelompok ibu hamil,
menyusui dan anak prasekolah.
c. Pelayanan medik gigi dasar yang meliputi pengobatan gigi pada penderita
yangberobat maupun yang dirujuk, merujuk kasus-kasus yang tidak
dapatditanggulangi kesasaran yang lebih mampu, memelihara kebersihan
(hygieneklinik), memelihara atau merawat peralatanatau obat-obatan.
d. Pencatatan dan pelaporan.
(Permenkes, 2016).
Puskesmas Mlati II juga memiliki kegiatan UKGM yang meliputi
1. Penyuluhan kepada ibu hamil
Kegiatan ini dilaksanakan bersamaan dengan kelas ibu hamil setiap bulan pada
minggu ke 2 dan 4
2. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut ibu hamil dilakukan terintegrasi dg pemeriksaan
ANC sejak kunjungan pertama K1. tahun 2019 melakukan pemeriksaan pada 605 ibu
hamil.
3. Pemeriksaan gigi, penyuluhan dan sikat gigi bersama bagi murid PAUD & TK
Kegiatan pemeriksaan gigi dilaksanakan bersamaan dengan SDIDTK (Stimulasi
Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang). Tahun 2019 melakukan pemeriksaan
pada 1756 anak. Sikat gigi bersama dilakukan pd kegiatan tersendiri.
4. Pembinaan kader UKGM
Memberikan pembekalan materi tentang kesehatan gigi & mulut pada kader
posyandu. Bantuan alat peraga penyuluhan spt poster & peralatan pemeriksaan gigi.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeny, C., 2013, Inovasi Pelayanan Kesehatan dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan di
Puskesmas Jagir Kota Surabaya, Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik, 1(1): 85.
Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat, 2018, Penguat Pelayanan Kesehatan Dasar di
Puskesmas, Kementerian PPN/Bappenas, Jakarta, hal.41-42.
Herijulianti, E., Indriani, TS., dan Artini, S., 2002, Pendidikan Kesehatan Gigi, EGC, Jakarta,
hal. 133.
Kemenkes, 2012, Rencana Program Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 2-3.
Kemenkes, 2020, Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas Pada Masa Pandemi COVID-19,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 4, 11.
Mindarti, IL, 2018, Model Inovasi Pelayanan Kesehatan Melalui Program Gerakan Serentak
Keluarga Siaga (Gertak Kasi)(Studi Pada Puskesmas Bades Kecamatan Pasirian
Kabupaten Lumajang), Jurnal Dinamika Gouvernance FISIP UPN “Veteran” Jatim, 8(2)
: 105.
Permenkes. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 89 Tahun 2015 Tentang
Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut, Kementerian Keseharan Republik Indonesia, Jakarta,
hal. 4
Permenkes 2019, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 4 Tahun 2019 Tentang
Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut, Kementerian Keseharan Republik Indonesia, Jakarta,
hal. 3.
Rikesdas, 2018, Hasil Utama Rikesdas 2018, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Sari, A., Ratag, GAE., Kandou, GD., 2013, Tantangan dan Hambatan Program Pengembangan
Kesehatan Olahraga untuk Lansia di Puskesmas Kota Manado, Jurnal Kedokteran dan
Komunitas dan Tropik, 1(3), hal 117-119.
Suripto, Muis, A., Oktaviani,D., Andreany, S., Cahyadi, D., Prasetya, A.G., Setiawan, N.A.,
Ario, N.,Yulfikar, 2017, Pedoman replikasi inovasi, Jakarta, LAN Press, hal 22-29.

Suwarno, Y., 2008, Inovasi di Sektor Publik, STIA-LAN Press, Jakarta, hal. 19.

Anda mungkin juga menyukai